Tag Archives: berbakti

Benarkah Doa Ibu Lebih Mustajab daripada Ayah? Ini Penjelasannya


Jakarta

Doa ibu menjadi salah satu doa yang mustajab dalam Islam. Ibu merupakan sosok yang mulia dan berperan besar selain ayah dalam suatu keluarga.

Perintah berbakti kepada ibu dan ayah diterangkan dalam surah Luqman ayat 14. Allah SWT berfirman,

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِي


Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”

Mengutip dari buku Keajaiban Doa & Ridho Ibu tulisan Mutia Mutmainnah, doa ibu dahsyat bagi anaknya. Bahkan, dalam sebuah hadits Rasulullah SAW menyebut doa ibu sama seperti doa nabi terhadap umatnya.

Beliau bersabda,

“Doa orang tua untuk anaknya sama seperti doa nabi terhadap umatnya.” (HR Ad Dailami)

Doa Ibu dan Ayah Sama-sama Mustajab dalam Islam

Lebih mustajab mana doa seorang ibu atau seorang ayah? Ustaz Abi Makki Mulki Miski melalui program TV Islam Itu Indah di Trans TV menyebut bahwa doa ibu dan ayah sama mustajabnya.

“Apakah doa seorang ayah juga semustajab doa seorang ibu? Jawabannya adalah ya. Kenapa? Karena kita di dalam al quran pun ketika berbakti kepada ayah dan kepada ibu disamakan,” terangya, dilihat detikHikmah dari kanal YouTube Trans TV Official pada Minggu (20/7/2025).

Lebih lanjut, Ustaz Makki mengatakan dalil kemustajaban doa seorang ayah yang sama dengan ibu disebutkan dalam hadits berikut.

“Tiga macam golongan yang doanya mustajab yang tidak diragukan lagi kedahsyatannya, yaitu: doa orang tua kepada anaknya, doa musafir (orang yang sedang bepergian), dan doa orang yang dizalimi.” (HR Bukhari Muslim)

Diterangkan dalam buku Jangan Abaikan Doa Ayah yang disusun KH Muhammad Rusli Amin, ibu memang harus diperlakukan secara khusus dalam Islam. Tetapi, ayah juga tidak boleh diabaikan.

Rasulullah SAW pernah menasehati seorang anak yang mengadu karena ayahnya sering meminta uang. Kepada anak yang mengadukan ayahnya, Nabi SAW berkata:

“Kamu dan hartamu adalah milik bapakmu,”

Doa ibu sangat mustajab karena keikhlasannya, tetapi doa ayah juga tidak kalah mustajabnya.

Wallahu a’lam.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

6 Hadits tentang Berbakti kepada Kedua Orang Tua


Jakarta

Islam menganjurkan umatnya untuk berbakti dan menghormati orang tua. Hal ini bahkan dikatakan sejajar dengan kewajiban salat, zakat, hingga puasa.

Dalam surat Al Isra ayat 23, Allah SWT berfirman,

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا


Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia,”

Selain itu, pada surat Al Luqman ayat 14 juga diterangkan mengenai perintah berbakti kepada kedua orang tua,

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu,”

Berbuat baik kepada orang tua menjadi bentuk syukur atas nikmat kebaikan keduanya. Mereka telah mengalami banyak penderitaan sejak hamil, melahirkan, mencari nafkah dan mendidik anak mereka. Karenanya, berbuat baik kepada kedua orang tua menjadi kewajiban yang paling penting.

Dalil mengenai berbakti kepada orang tua juga tercantum dalam sejumlah hadits. Berikut bunyi haditsnya seperti dinukil dari buku Hadits-Hadits Tarbawi susunan M Ainur Rasyid.

Kumpulan Hadits Berbakti kepada Orang Tua

1. Anjuran Berbuat Baik kepada Ibu

Seorang pria pernah mendatangi Rasulullah SAW lalu berkata, “Siapa dari kerabatku yang paling berhak aku berbuat baik?” Beliau mengatakan, “Ibumu.” Dia berkata lagi, “Kemudian siapa lagi?” Beliau mengatakan, “Ibumu.” Dia berkata lagi, “Kemudian siapa lagi?” Beliau mengatakan, “Ibumu.” Dia berkata lagi, “Kemudian siapa lagi?” Beliau mengatakan, “Ayahmu.” (HR Bukhari dan Muslim)

2. Berbakti pada Orang Tua dapat Perpanjang Umur dan Tambah Rezeki

“Siapa yang suka untuk dipanjangkan umur dan ditambahkan rizki, maka berbaktilah pada orang tua dan sambunglah tali silaturahmi (dengan kerabat).” (HR Ahmad)

3. Perintah Mentaati Ayah

“Taatilah ayahmu selama dia hidup dan selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat.” (HR Ahmad

4. Durhaka kepada Orang Tua Termasuk Dosa Besar

Rasulullah SAW bersabda,

“Apakah kalian mau kuberitahu mengenai dosa yang paling besar?” Para sahabat menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.” Dia lalu bersabda, “(Dosa terbesar adalah) mempersekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Beliau mengucapkan hal itu sambil duduk bertelekan pada tangannya. (Tiba-tiba beliau menegakkan duduknya dan berkata), “Dan juga ucapan (sumpah) palsu.” Beliau mengulang-ulang perkataan itu sampai saya berkata (dalam hati), “Duhai, seandainya beliau diam.” (HR Bukhari dan Muslim)

5. Berbakti kepada Orang Tua Tergolong Amalan yang Allah Cintai

Aku bertanya pada Rasulullah SAW, “Amal apakah yang paling dicintai Allah ‘azza wa jalla?” Dia menjawab, “Salat pada waktunya.” Lalu aku bertanya, “Kemudian apa lagi?” Nabi SAW mengatakan, “Kemudian berbakti kepada kedua orang tua.” Lalu aku mengatakan, “Kemudian apa lagi?” Lalu Rasulullah SAW mengatakan, “Berjihad di jalan Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)

6. Mendoakan sebagai Bentuk Bakti pada Orang Tua yang Telah Wafat

Suatu saat kami pernah berada di sisi Rasulullah SAW. Ketika itu datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orangtuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Nabi menjawab, “Iya (masih tetap ada bentuk berbakti pada keduanya). (Bentuknya adalah) mendoakan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orangtua yang tidak pernah terjalin, dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah)

Demikian pembahasan mengenai sejumlah hadits tentang berbakti kepada kedua orang tua. Semoga bermanfaat.

(aeb/nwk)



Sumber : www.detik.com

Kisah Abu Hurairah dan Kurma, Bukti Baktinya pada Ibunda


Jakarta

Para sahabat nabi memiliki sifat, sikap, dan perilaku yang tidak kalah mulia daripada suri tauladan mereka, Rasulullah SAW. Salah satu sahabat yang berhati mulia dan sangat berbakti kepada orang tuanya adalah Abu Hurairah RA.

Bagaimanakah kisah Abu Hurairah RA dan kurma demi ibunya itu? Berikut kisah ringkasnya.

Kisah Abu Hurairah RA dan Kurma Demi Ibunda

Kisah Abu Hurairah RA dan kurma demi ibundanya ini menunjukkan betapa cintanya dan sayangnya ia kepada ibunya. Sehingga ia rela untuk membagi makanan yang bahkan dirinya masih kekurangan.


Kisah ini diambil dari buku Golden Stories: Kisah-Kisah Indah dalam Sejarah Islam oleh Mahmud Musthofa Saad. Suatu waktu, Abu Hurairah RA pernah berkata, “Suatu ketika, aku keluar dari rumahku menuju masjid. Aku tidak keluar kecuali karena lapar.”

Beberapa saat kemudian, Abu Hurairah RA bertemu dengan para sahabat Rasulullah SAW. Mereka mengatakan, “Wahai Abu Hurairah, faktor apa yang mendorongmu keluar sekarang ini?”

Ia menjawab, “Tiada yang mendorongku keluar kecuali rasa lapar.”

Mereka mengatakan lagi, “Demi Allah, tidak ada yang mendorong kami keluar kecuali karena kelaparan.” Lalu Abu Hurairah RA bersama para sahabat itu pun beranjak hendak menghadap kepada Rasulullah SAW.

Melihat kedatangan tersebut, maka Rasulullah SAW bertanya, “Faktor apa yang mendorongmu keluar sekarang ini?”

Abu Hurairah dan lainnya menjawab, “Wahai Rasulullah, kami datang karena lapar.”

Lalu Rasulullah SAW meminta sepiring kurma, kemudian memberikan dua buah kurma kepada masing-masing sahabat yang hadir seraya mengatakan, “Makanlah kedua buah kurma ini dan kemudian minumlah air sesudahnya. Karena keduanya akan mencukupi kebutuhan kalian pada hari ini.”

Abu Hurairah RA kemudian memakan satu buah. Sedangkan satu buah lainnya disimpannya di pangkuannya. Melihat hal itu ini, Rasulullah SAW pun menegurnya, “Wahai Abu Hurairah, mengapa kamu sisakan buah ini?”

“Aku menyisakannya untuk ibuku.” jawab Abu Hurairah RA.

Lalu Rasulullah SAW memerintahkan, “Makanlah ia. Karena aku akan memberimu dua buah kurma lagi untuknya.”

Siapakah Abu Hurairah RA?

Abu Hurairah RA berasal dari kabilah Daus yang tinggal di daerah Yaman. Ia masuk Islam pada tahun ketujuh hijriah atau 7 H seperti dikutip dari buku Cahaya Abadi Muhammad SAW 3 oleh M. Fethullah Gulen.

Abu Hurairah RA adalah sahabat yang selalu mendampingi Nabi Muhammad SAW selama empat tahun hingga wafatnya beliau. Dirinya menjadi mualaf setelah kepala suku Daus yang memiliki nama Thufail bin Amr menyatakan keislamannya kepada Nabi Muhammad SAW.

Setelah menjadi seorang muslim, Thufail bin Amr menyebarkannya kepada sukunya sehingga banyak dari mereka masuk Islam. Abu Hurairah RA juga ikut dalam perjalanan hijrah ke Madinah bersama Rasulullah SAW setelah menyatakan keislamannya.

Nama asli Abu Hurairah RA adalah Abd Asy-Syams yang memiliki arti hamba Matahari. Setelah Rasulullah SAW mengetahui ini saat Perang Khaibar, beliau mengganti nama tersebut menjadi Abdurrahman.

Suatu saat, Rasulullah SAW melihat seekor kucing kecil di kamar Abu Hurairah RA. Lantas beliau memanggil Abu Hurairah RA dengan sebutan, “Ya Aba Hurairah!”

Inilah awal mula bagaimana nama Abdurrahman menjadi Abu Hurairah yang berarti bapak kucing kecil. Walaupun sebenarnya ia lebih suka dipanggil dengan Abu Hirr (Bapak Kucing), namun karena kecintaannya kepada Rasulullah SAW, ia rela untuk dipanggil dengan Abu Hurairah.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com