Tag Archives: beriman

Hadits tentang Sabar dan Syukur, Bukti Keimanan kepada Allah SWT



Jakarta

Sabar dan syukur adalah dua sifat terpuji yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Keduanya merupakan bukti keimanan kepada Allah SWT, yang menciptakan segala sesuatu dengan hikmah dan rahmat-Nya.

Sabar dan syukur juga merupakan kunci untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan di dunia dan akhirat.

Terdapat beberapa hadits yang menyinggung tentang sabar dan syukur yang termasuk dalam bukti keimanan umat muslim kepada Allah SWT.


Pengertian Sabar dan Syukur

Dikutip dari buku Rahasia Superdahsyat dalam Sabar & Shalat karya Amirulloh Syarbini dan Novi Hidayati Afsari, sabar merupakan gambaran kekuatan seseorang dalam menghadapi segala cobaan dan persoalan dengan semangat melakukan usaha, gigih, dan tidak putus asa, sambil berpegang teguh pada tuntunan Allah SWT.

Imam al-Ghazali dalam bukunya yang berjudul Syukur, Mengapa Kita Wajib Bersyukur?, mengartikan bahwa syukur adalah bentuk penghormatan untuk menghindari kemurkaan orang yang telah berbuat baik kepadanya.

Hadits tentang Sabar

Dikutip dari buku Dahsyatnya Sabar, Syukur, Ikhlas Muhammad SAW karya Amirulloh Syarbini dan Jumari Haryadi, dijelaskan beberapa hadits yang menyinggung tentang sabar yaitu,

“Dari Anas bin Malik bahwa Ummu Rubayyi’ binti Bara’ yaitu ibunya Haritsah bin Suraqah, datang kepada Nabi SAW, lalu dia berkata, “Wahai Nabi Allah, hendaklah engkau memberitakan kepadaku tentang (nasib) Haritsah; dimana ia terbunuh pada perang Badar terkena anak panah yang asing (tidak diketahui siapa pemanahnya dan dari mana datangnya). Jika ia di surga, maka aku bersabar, dan jika tidak demikian, maka aku hendak bersungguh-sungguh menangisinya.” Beliau bersabda: “Wahai ibunya Haritsah, sesungguhnya itu derajat-derajat di surga, dan sesungguhnya anakmu mendapat surga Firdaus yang luhur.” (HR Bukhari)

“Rasulullah SAW bersabda: “Kalaulah kesabaran itu berwujud seorang lelaki, niscaya ia akan menjadi orang mulia dan Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (HR Thabrani)

“Sabar terhadap sesuatu yang engkau benci merupakan kebajikan yang besar.” (HR Tirmidzi)

“Dari Ibnu Abbas, dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Siapa yang membenci penguasanya terhadap sesuatu (urusan agama) maka bersabarlah; karena sesungguhnya orang yang keluar dari (kepatuhan kepada) penguasa barang sejengkal, maka dia pasti meninggal sebagaimana meninggal ala Jahiliyah (dalam kesesatan, perpecahan, dan kekosongan imam yang dipatuhi.” (HR. Muslim)

Rasulullah SAW bersabda, “Sabar itu sebagian dari iman” (HR Abu Nu’aim)

Hadits tentang Syukur

Dikutip dari buku Ihya Ulumuddin 8, Sabar dan Syukur karya Imam Al-Ghazali, beberapa hadits tentang syukur yaitu,

Rasulullah SAW bersabda, “Orang makan yang bersyukur adalah seperti kedudukan orang yang berpuasa yang sabar.” (HR Imam Bukhari, At-Tirmidzi, dll)

Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Ayyub AS, “Sesungguhnya Aku rela dengan syukur sebagai balasan dari para kekasih-Ku dalam cerita yang panjang. Dan Allah SWT mewahyukan kepadanya tentang sifat orang-orang yang sabar, bahwa negeri mereka adalah negeri as-salam (sejahtera). Apabila mereka memasukinya, niscaya Allah SWT ilhamkan kepada mereka akan kesyukuran, dan sikap syukur itu adalah sebaik-baiknya perkataan. Dan ketika bersyukur, Aku akan tambahkan nikmat kepada mereka.”

Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah seseorang dari kamu mengambil lisan yang berdzikir atau kalbu yang bersyukur.”

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Ciri dan Sifat Muslim Beriman, Dijelaskan Melalui Hadits



Jakarta

Islam telah memberikan pedoman jelas mengenai ciri dan sifat seorang muslim beriman melalui hadits Nabi Muhammad SAW. Memiliki rasa takut kepada Allah SWT merupakan salah satu ciri dan sifat seorang muslimin.

Termaktub dalam surah Al Anfal ayat 2 Allah SWT berfirman,

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ ٢


Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah mereka yang jika disebut nama Allah, gemetar hatinya dan jika dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakal,”

Selain itu, terdapat beberapa hadits Rasulullah SAW yang menjelaskan tentang ciri & sifat seorang muslimin.

Hadits Tentang Ciri dan Sifat Seorang Muslim

Dilansir dari laman NU Online dan buku Iltizam: Membangun Komitmen Seorang Muslim karya Ali Muhammad Khalil ash-Shafti, berikut beberapa hadits tentang ciri & sifat seorang muslimin.

1. Mampu menjaga lisan

Rasulullah SAW bersabda,

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت

Artinya: “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR Muttafaq Alaih)

2. Mencintai saudaranya

Rasulullah SAW bersabda,

المؤمن يحب لأخيه ما يحب لنفسه

Artinya: “Orang yang beriman mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri,” (HR Bukhari dan Muslim).

3. Memuliakan tamu

Rasulullah SAW bersabda,

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه

Artinya: “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya,” (HR Muttafaq alaihi)

4. Bersifat jujur

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya sifat jujur membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa kepada surga, maka seseorang yang selalu jujur niscaya akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah. Sesungguhnya dusta itu membawa kepada dosa dan dosa membawa kepada neraka, seseorang yang selalu berdusta niscaya akan dicatat sebagai pendusta pada sisi Allah.” (HR Muttafaq alaihi)

5. Tidak curang dan khianat

Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ حَمَّلَ عَلَيْنَا السَّلاحَ فَلَيْسَ مِنَّا وَمَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا

Artinya: “Barangsiapa yang datang kepada kami dengan membawa senjata, maka dia tidak termasuk golongan kami dan barangsiapa yang berbuat curang kepada kami maka dia tidak termasuk golongan kami.” (HR Muslim)

6. Menghindari iri dengki

Rasulullah SAW bersabda,

لَايَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَالَمْ يَتَحَاسَدُوا

Artinya: “Umat manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan, selama mereka tidak saling iri hati.” (HR Thabrani)

7. Tidak mencampuri urusan yang tidak bermanfaat

Rasulullah SAW bersabda,

مِنْ حُسْنِ اِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

Artinya: “Sebaik-baik keislaman seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR Tirmidzi dan lainnya)

8. Tidak mencela dan berkata keji

Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah termasuk golongan orang mukmin, siapa yang suka menebar fitnah, melaknat, berbuat dan berkata keji.” (HR Bukhari)

Dalam sebuah hadits Anas RA berkata, “Rasulullah tidak pernah sama sekali berkata dan berbuat keji, melaknat ataupun mencaci-maki, tetapi beliau mencela orang yang tidak ada bekas sujud di dahinya sama sekali.”

9. Merasa senang ketika berbuat baik dan merasa sedih ketika berbuat jahat

Rasulullah SAW bersabda,

من سرته حسنته وساءته سيئته فهو مؤمن

Artinya: “Siapa saja yang perbuatan baiknya membuat dirinya senang dan perbuatan jahatnya membuat dirinya sedih dan sakit, maka ia adalah orang beriman,” (HR Ahmad, At-Thabarani, dan Al-Hakim).

10. Tidak membuka rahasia orang lain

Rasulullah SAW bersabda,

إنما يتجالس المتجالسان بأمانة الله عز وجل فلا يحل لأحدهما أن يفشي على أخيه ما يكرهه

Artinya: “Dua orang dapat duduk berkumpul dengan menanggung amanat dari Allah, salah seorang di antara keduanya tidak halal untuk menyebarkan rahasia saudaranya yang ia tidak sukai (untuk diketahui publik).”

Itulah deretan hadits Rasulullah SAW tentang ciri dan sifat seorang muslim yang beriman. Semoga kita termasuk di dalamnya ya, detikers!

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

10 Hadits tentang Sabar dalam Menghadapi Cobaan Hidup


Jakarta

Setiap manusia akan diuji dengan berbagai cobaan hidup oleh Allah SWT. Dalam menyikapinya, muslim harus menanamkan sifat sabar dan yakin akan rencana sang Khalik.

Allah SWT mencintai hamba-Nya yang bersabar seperti tercantum dalam surah Ali ‘Imran ayat 146,

وَاللّٰهُ يُحِبُّ الصّٰبِرِيْنَ


Artinya: “Allah mencintai orang-orang yang sabar.”

Selain ayat suci Al-Qur’an, dalam beberapa hadits dikatakan tentang perintah sabar dalam menghadapi ujian hidup. Seperti apa? Berikut beberapa haditsnya yang dikutip dari buku Ilmu dari Guruku tulisan Ihsan Nur dan Jamiul Ulum wal Hikam fi Syarhi Haditsi Sayyidil Arab wal Ajm oleh Ibnu Rajab yang diterjemahkan Fadhli Bahri.

Hadits tentang Sabar

1. Larangan Mengharap Mati ketika Ditimpa Cobaan Hidup

Ketika ditimpa ujian hidup, muslim hendaknya bersabar dan tidak mengharap mati. Rasulullah SAW bersabda,

“Janganlah salah seorang di antara kalian mengarapkan mati sebab kesengsaraan yang menimpanya.” (HR An Nasa’i)

2. Anjuran Bersabar Hadapi Musibah dan Cobaan Hidup

Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadits,

“Tidak ada seorang hamba yang meneguk satu tegukan (menerima musibah) yang lebih utama di sisi Allah dari pada satu tegukan yang berat yang ditahan untuk mencari ridha Allah ta’ala.” (HR Ahmad dan At Thabrani)

3. Perintah untuk Sabar ketika Diuji Allah SWT

Seperti yang telah dibahas sebelumnya. Muslim diperintahkan untuk bersabar ketika menghadapi ujian dari Allah SWT.

“Siapa saja yang tidak rela menerima ketetapan-Ku (takdir-Ku) dan tidak sabar menghadapi ujian-ujian-Ku kepada dirinya, silakan dia mencari Tuhan selain Aku.” (HR Ath Thabrani dan Ibnu ‘Asakir)

4. Muslim yang Sabar saat Diuji Termasuk Golongan Beriman

Orang yang bersabar ketika diberi cobaan hidup oleh Allah SWT termasuk golongan orang yang beriman, sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat:

“Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HR Muslim)

5. Sabar Menghadapi Ujian Akan Diberi Surga

Allah SWT menganugerahkan surga bagi orang-orang yang sabar menghadapi ujian-Nya. Berikut bunyi haditsnya:

“Allah berfirman, jika seorang hamba ditinggal mati orang yang paling dicintainya; lalu ia bersabar dan mengharapkan pahala dari Allah, maka tidak ada pahala baginya kecuali surga.” (HR Bukhari)

6. Dosa-dosa Orang Sabar Digugurkan

Dosa-dosa orang yang sabar dalam menghadapi ujian dari Allah SWT akan digugurkan oleh-Nya. Rasulullah SAW dalam haditsnya bersabda,

“Seorang muslim yang tertimpa suatu gangguan berupa penyakit atau yang lainnya pasti Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)

7. Derajat Orang Sabar Meningkat hingga Ratusan

Muslim yang senantiasa bersabar menyikapi musibah dan cobaan hidup dari Allah SWT akan dinaikkan derajatnya hingga ratusan kali. Rasulullah SAW bersabda,

“Nabi SAW bersabda, “Sabar ketika musibah (diganjar) dengan sembilan ratus derajat.” (HR An Nawawi)

8. Sabar Menghadapi Ujian akan Dicintai Allah SWT

Allah SWT mencintai hamba-Nya yang bersabar dengan ujian yang ia timpakan. Ini sesuai dalam hadits Nabi Muhammad SAW,

“Sesungguhnya besarnya pahala itu sesuai dengan besarnya ujian, dan bahwa Allah, apabila menyayangi atau mencintai suatu kaum, maka Allah akan mengujinya, dan bagi siapa saja ridha, maka baginya keridhaan dari Allah, dan barangsiapa yang membenci, maka baginya kebenciaan dari Allah SWT.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

9. Sabar sebagai Anugerah Allah SWT

“Barang siapa yang berusaha menjaga diri, maka Allah menjaganya, barangsiapa yang berusaha merasa cukup, maka Allah mencukupinya. Barang siapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan menjadikannya bisa bersabar dan tidak ada seorang pun yang dianugerahi sesuatu yang melebihi kesabaran.” (HR Bukhari No 1469)

10. Orang Sabar Disukai oleh Allah SWT

“Jika sabar itu seorang laki-laki, niscaya ia adalah orang yang pemurah dan Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (HR At Thabrani)

Doa agar Diberi Kesabaran dan Kemudahan

Mengutip buku Sukses Dunia Akhirat dengan Doa-doa Harian tulisan Mahmud Asy-Syafrowi, ada beberapa doa yang bisa diamalkan muslim agar diberi kesabaran dan kemudahan oleh Allah SWT. Berikut salah satunya,

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّماَوَاتِ، وَرَبُّ اْلأَرْضِ، وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ

Arab latin: Laa ilaaha illallahul ‘adziim al haliim laa ilaaha illallah rabbul ‘arsyil ‘azhiim, laa ilaaha illallah rabbus samaawati wa rabbul ardli wa rabbul asrsyl kariim

Artinya: “Tidak ada tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, Yang Mahaagung lagi Maha Penyantun. Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, Rabb (Pemilik) ‘Arsy yang agung. Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, Rabb langit dan juga Rabb bumi, serta Rabb pemilik ‘Arsy yang mulia.” (HR Bukhari dan Muslim)

Muslim juga bisa mengamalkan doa-doa kesabaran yang termaktub dalam Al-Qur’an, seperti disebutkan dalam buku Kumpulan Doa Mustajab Pembuka Pintu Rezeki karya Sulaeman bin Muhammad Bahri. Salah satunya seperti dalam surah Al Baqarah ayat 250,

رَبَّنَآ اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَّثَبِّتْ اَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ

Arab-latin: Rabbanā afrig ‘alainā ṣabraw wa ṡabbit aqdāmanā wanṣurnā ‘alal-qaumil-kāfirīn

Artinya: “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami, dan menangkanlah kami atas kaum yang kafir.”

Bisa juga membaca doa mohon kesabaran seperti bacaan surah Al A’raf ayat 126 ini,

رَبَّنَآ اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَّتَوَفَّنَا مُسْلِمِيْنَ ࣖ

Arab-latin: Rabanā afrig ‘alainā ṣabraw wa tawaffanā muslimīn

Artinya: “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan matikanlah kami dalam keadaan muslim (berserah diri kepada-Mu).”

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Dunia Adalah Penjara bagi Orang Beriman, Apa Maksudnya?


Jakarta

Terdapat sebuah hadits yang menyebutkan bahwa dunia adalah penjara bagi orang yang beriman. Lalu, apa maksud dari kalimat tersebut?

Hadits yang dimaksud adalah sabda Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat shahih sebagaimana dikutip dari Sunan at-Tirmidzi Jilid 3 terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani, Muhammad Mukhlisin, dan Andri Wijaya yang berbunyi:

عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنِ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: (( الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ)). وَفِي الْبَابِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو . هَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ


Artinya: Dari Qutaibah, dari Abdul Aziz bin Muhammad, dari al-Ala bin Abdirrahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” (HR Tirmidzi)

Mengutip buku Ensiklopedia Mizanul Hikmah Kumpulan Hadits Nabi SAW Pilihan karya Muhammad M Reysyahri, terdapat riwayat lain dengan redaksi serupa. Berikut bunyinya,

رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ: الدُّنْيَا لَا تَصِفُو لِمُؤْمِنٍ، كَيفَ وَهِي سجنه و بلاؤه

Artinya: Rasulullah SAW bersabda, “Dunia itu tidak akan menyenangkan bagi seorang mukmin. Bagaimana mungkin akan menyenangkan baginya, sementara ia adalah penjara dan musibah (bagi)nya?”

Dalam riwayat lain, disebutkan pula bahwa dunia ini merupakan surganya orang-orang kafir. Rasulullah SAW bersabda:

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ

Artinya: “Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” (HR Muslim)

Dilansir buku Keindahan Surga dan Kengerian Siksa Neraka karya Abu Utsman Kharisman, Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan makna hadits tersebut. Menurutnya, hadits itu menunjukkan setiap orang beriman ‘terpenjara’ dalam artian terlarang dari berbagai syahwat yang haram dan dibenci Allah SWT selama di dunia.

Orang yang beriman juga dituntut untuk berbuat ketaatan yang memberatkan bagi hawa nafsu. Bila orang beriman ini meninggal, ia baru akan beristirahat. Tidak ada tuntutan lagi untuknya. Sebaliknya, Allah SWT menyiapkan kenikmatan yang terus menerus dan tempat peristirahatan yang sempurna tanpa celah.

Di sisi lain, bagi orang kafir, mereka hanya mendapatkan nikmat dunia. Imam Nawawi menyebut padahal kenikmatan dunia sangat sedikit dan keruh dengan berbagai kesusahan.

“Jika orang kafir itu meninggal, ia berpindah menuju azab yang terus menerus dan penderitaan yang abadi.” demikian penjelasannya.

Lebih lanjut, Abu Fajar Al Qalami dalam buku Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar menambahkan dunia bak penjara bagi orang beriman dibandingkan dengan kenikmatan surga yang disediakan kelak ketika seseorang memasuki ‘kehidupan hakiki’.

Demikian pula sebaliknya, alam kematian di dunia ini merupakan surga bagi orang kafir dibandingkan dengan siksaan neraka yang kelak dihadapi dalam ‘kehidupan baru’. Kondisi orang-orang kafir di akhirat telah digambarkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Muhammad ayat 12 yang berbunyi:

وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَّهُمْ

Artinya: “Adapun orang-orang yang kufur bersenang-senang dan makan-makan (di dunia) seperti halnya hewan-hewan. Nerakalah tempat tinggal bagi mereka.”

Orang Beriman Harus Tetap Menikmati Kehidupan

Kendati demikian, Haidar Bagir dalam buku Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan berpendapat bahwa ada persepsi yang keliru di antara masyarakat muslim terhadap hadits, “Dunia merupakan penjara bagi orang mukmin.”

Persepsi yang dimaksud apabila muslim ingin bahagia di akhirat, maka harus hidup sengsara di dunia ini. Keyakinan ini tentu saja keliru. Tidak heran bila ada sekelompok orang yang beranggapan bahwa orang yang imannya kuat haruslah berpenampilan muram atau melankolis.

Lebih lanjut, Haidar Bagir mencontohkan pula bagaimana seharusnya orang mukmin harus menjalani hidupnya di dunia ini dengan sukacita. Seperti kisah hidup Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi SAW, yang dikenal memiliki penampilan yang rapi dan bersih, menawan dan elegan.

Singkatnya, karena penampilan beliau yang menarik, beliau menjadi sumber fitnah bagi orang-orang yang membencinya. Pernah suatu ketika seorang kafir yang membenci Hasan bin ‘Ali mencegatnya dan berkata, “Kakekmu (Nabi Muhammad) telah mengatakan, bahwa dunia ini adalah penjara bagi orang beriman. Namun Anda tinggal di dalamnya dengan penuh sukacita.”

Kemudian, Hasan bin ‘Ali menjawab, “Hidupku, meski enak dan menyenangkan di dunia ini, bila dibandingkan dengan sukacita dan kebahagiaan yang akan kudapatkan di akhirat kelak, adalah ibarat neraka. Bayangkan betapa kesenangan yang akan kudapatkan bila aku masuk ke dalam surga Allah SWT? Sedangkan hidupmu, di dunia ini saja sudah sulit, sedang di akhirat nanti akan lebih sulit lagi!”

Kisah Terkait Hadits Dunia Adalah Penjara

Ada sebuah kisah serupa yang masih berkaitan dengan hadits mengenai dunia merupakan penjara bagi orang beriman, merangkum buku Tafsir Ayat-Ayat Ya Ayyuhal-Ladzina Amanu oleh Syaikh Muhammad Abdul Athi Buhairi terjemahan Abdurrahman Kasdi dan Umma Farida serta buku Al-Anfal: Syarah Ijmal 300 Hadits Viral Mudah Dihafal karya H. Brilly El-Rasheed, berikut kisah menakjubkan Ibnu Hajar Al-Asqalani dengan seorang Yahudi.

Dikisahkan pada suatu hari, Ibnu Hajar Al-Asqalani pernah melewati sebuah pasar yang penuh keramaian, ia datang dengan pakaian yang begitu menawan (pakaian mewah). Kemudian orang Yahudi menyergapnya. Orang Yahudi tersebut merupakan penjual minyak panas, tak heran pakaiannya penuh dengan kotoran minyak.

Tampilan Yahudi tersebut usang dan penuh keprihatinan. Sambil memberhentikan laju kuda Ibnu Hajar, Yahudi tersebut berkata pada Ibnu Hajar, “Wahai Syaikhul Islam (Ibnu Hajar), engkau menyatakan bahwa Nabi kalian (Nabi umat Islam) bersabda, “Ad-dunya sijnul mukmin, wa jannatul kafır (dunia itu penjara bagi orang beriman dan Surga bagi orang orang kafir).” Bagaimana keadaanmu saat ini bisa disebut penjara, lalu keadaanku di dunia seperti ini disebut surga?”

Ibnu Hajar lalu menjawab, “Engkau dengan kesialan dan kenestapaanmu dianggap berada di surga, karena siksa yang jauh lebih pedih yang menantimu di akhirat, jika engkau mati dalam kondisi kafir.

Sedangkan aku dengan segala perlengkapan yang kumiliki yang merupakan kenikmatan duniawi dianggap sebagai penjara dibandingkan dengan kenikmatan yang menantiku di surga, jika Allah SWT memasukkanku ke dalam surga.”

Yahudi itu kembali bertanya, “Apakah benar demikian?”

Ibnu Hajar menjawab, “Ya.”

Lalu, Yahudi itu berkata, “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah.”

Wallahu a’lam.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Ashabul Qaryah, Kaum yang Dibinasakan karena Enggan Beriman



Jakarta

Kisah Ashabul Qaryah merupakan satu dari sekian banyak kisah yang diabadikan dalam Al-Qur’an. Kisah tentang kaum yang enggan beriman ini termaktub dalam surah Yasin.

Dikutip dari buku 13 Kaum yang Binasa tulisan Sahrulazmi Sidek, dijelaskan bahwa Ashabul Qaryah mengacu pada penduduk sebuah kampung. Secara harfiah, kata “qaryah” berarti kampung. Namun, dalam konteks Al-Qur’an, istilah “kampung” sering kali merujuk pada sebuah kota atau perkotaan, dan dapat pula diterjemahkan sebagai sebuah negara.

Siapa Ashabul Qaryah?

Menurut para ahli tafsir, Ashabul Qaryah mengacu pada penduduk Anthakiyah. Ini merupakan pandangan yang dikenal dan disampaikan oleh banyak ulama salaf dan khalaf, yang mengidentifikasi negeri yang dimaksud sebagai Anthakiyah.


Sementara itu, Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menyebut bahwa penduduk suatu negeri dalam kisah Ashabul Qaryah ini bukanlah negeri Anthakiyah. Syaikh Muhammad Al-Utsaimin juga menyebut bahwa daerah Anthakiyah tidak pernah dihancurkan dan penduduknya tidak kena azab. Wallahu a’lam.

Kisah Ashabul Qaryah ini diceritakan dalam surah Yasin ayat 13-19. Allah SWT berfirman,

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا اَصْحٰبَ الْقَرْيَةِۘ اِذْ جَاۤءَهَا الْمُرْسَلُوْنَۚ ١٣

Artinya: Buatlah suatu perumpamaan bagi mereka (kaum kafir Makkah), yaitu penduduk suatu negeri, ketika para utusan datang kepada mereka, (QS Yasin: 13)

اِذْ اَرْسَلْنَآ اِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْٓا اِنَّآ اِلَيْكُمْ مُّرْسَلُوْنَ ١٤

Artinya: (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya. Kemudian Kami menguatkan dengan (utusan) yang ketiga. Maka, ketiga (utusan itu) berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.” (QS Yasin: 14)

قَالُوْا مَآ اَنْتُمْ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَاۙ وَمَآ اَنْزَلَ الرَّحْمٰنُ مِنْ شَيْءٍۙ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا تَكْذِبُوْنَ ١٥

Artinya: Mereka (penduduk negeri) menjawab, “Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami. (Allah) Yang Maha Pengasih tidak (pernah) menurunkan sesuatu apa pun. Kamu hanyalah berdusta.” (QS Yasin: 15)

قَالُوْا رَبُّنَا يَعْلَمُ اِنَّآ اِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُوْنَ ١٦

Artinya: Mereka (para rasul) berkata, “Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami benar-benar para utusan(-Nya) kepadamu. (QS Yasin: 16)

وَمَا عَلَيْنَآ اِلَّا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ ١٧

Artinya: Adapun kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) yang jelas.” (QS Yasin: 17)

قَالُوْٓا اِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْۚ لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهُوْا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِيْمٌ ١٨

Artinya: Mereka (penduduk negeri) menjawab, “Sesungguhnya kami bernasib malang karenamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami merajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami.” (QS Yasin: 18)

قَالُوْا طَاۤىِٕرُكُمْ مَّعَكُمْۗ اَىِٕنْ ذُكِّرْتُمْۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُوْنَ ١٩

Artinya: Mereka (para rasul) berkata, “Kemalangan kamu itu (akibat perbuatan) kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan, (lalu kamu menjadi malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.” (QS Yasin: 19)

Lebih lanjut, dijelaskan dalam buku yang sama tulisan Sahrulazmi Sidek, bahwa Allah SWT mengutus tiga rasul kepada Ashabul Qaryah, namun mereka enggan beriman.

Beberapa tindakan kejam yang mereka lakukan antara lain:

1. Mereka mengingkari rasul-rasul yang diutus dengan alasan bahwa rasul-rasul juga manusia seperti mereka.

2. Mereka sangat tidak senang dengan kehadiran ketiga rasul tersebut. Bahkan mereka melampaui batas dengan mengancam untuk menyakiti dan melukai para rasul. Mereka melampaui batas karena enggan menerima kebenaran dan sebenarnya tidak menginginkan kebenaran itu, sebagaimana ditafsirkan oleh Ibnu Katsir.

3. Mereka membunuh seorang lelaki yang beriman dan mengajak mereka kembali kepada Allah SWT.

Diceritakan dalam buku Situs-situs dalam Al Quran karya Syahruddin El-Fikri, akibat dari perbuatan kaum yang mendustakan utusan tersebut, akhirnya Allah SWT menyiksa dan memusnahkannya.

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com