Tag Archives: bertamu

Anjuran Memuliakan Tamu, Ini Hadits dan Keutamaannya



Jakarta

Tahukah detikers, memuliakan tamu termasuk bagian dari keimanan dan menunjukkan perangai yang baik. Hal ini pernah disabdakan oleh Nabi SAW melalui hadits.

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menuturkan:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ


Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia mempererat hubungan kekeluargaannya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia mengucapkan yang baik ataupun berdiam diri saja.” (Muttafaq ‘Alaih, HR Bukhari [10/373, 442] & Muslim [47])

Menukil Syarah Riyadhus Shalihin karya Imam An-Nawawi, hadits tersebut menjelaskan bahwa tanda keimanan yang sempurna, salah satunya adalah memuliakan tamu.

Musthafa Dieb Al-Bugha dalam kitab Al-Wafi di Syahril Arba’in an-Nawawiyah turut kemukakan memuliakan tamu merupakan kewajiban seorang muslim yang baik. Lantaran hal ini menunjukkan kesempurnaan iman dan ketakwaan yang total kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

Cara Memuliakan Tamu dalam Islam

Imam Al-Ghazali melalui kitabnya Ihya Ulumiddin menerangkan kesempurnaan memuliakan tamu seperti apa yang dianjurkan di sini. Yakni dengan cara; menyambutnya dengan wajah berseri dan bibir tersenyum, bersegera dalam memberi suguhan dan menjamunya, berbuat dan bertutur baik, juga mengucapkan selamat tinggal dengan hangat saat tamu hendak pulang.

Al-Auza’i pernah ditanya, “Bagaimana cara memuliakan tamu?” Ia menjawab, “Dengan bibir yang tersenyum dan berbicara yang baik.”

Raghib As-Sirjani dalam buku Ihya 345 Sunnah Nabawiyah menyebutkan pula cara memuliakan tamu, “Memuliakan tamu mencakup menerima tamu dengan baik, menghadirkan rona wajah yang berseri-seri, menyuguhkan makanan dan minuman, duduk di tempat yang baik dan mempersilahkan tamu bermalam jika hal itu dibutuhkan hingga tiga hari.”

Bermalam selama tiga hari di kediaman orang lain merupakan salah satu hak tamu, tetapi kembali lagi, apakah merepotkan dan menyusahkan tuan rumahnya atau tidak.Demikian bila hendak bermalam lebih dari tiga hari, maka kembali pula ke kedermawanan pemilik rumah.

Keutamaan Memuliakan Tamu

Masih dari kitab Ihya Ulumiddin, Imam Al-Ghazali melampirkan tutur Nabi SAW yang mengungkap keistimewaan dalam memuliakan tamu.

Rasul SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang berakhlak baik dalam memuliakan tamu, akan mendapat derajat kemuliaan orang yang banyak berpuasa dan mendirikan salat sunnah.” (Hadits Shahih)

Dalam hadits lain riwayat Abu Hurairah diceritakan: “Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW lalu berkata, ‘Sesungguhnya aku ini orang susah.’ Beliau menyuruh ke rumah seorang istrinya, lalu istrinya itu berkata, ‘Demi Dzat Yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak mempunyai apa-apa selain air.’

Kemudian beliau menyuruh lagi ke tempat istrinya yang lain, lalu ia pun berkata seperti itu. Hingga mereka semua berkata seperti itu, ‘Tidak ada, demi Dzat Yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak punya apa-apa selain air.’

Lalu beliau bersabda, ‘Siapakah yang mau menjamu orang ini malam ini?’ Seorang
laki-laki dari golongan Anshar berkata, ‘Aku, ya Rasulullah.’

Orang itu berangkat dengan tamunya ke rumahnya, lalu berkata kepada istrinya, ‘Muliakanlah tamu Rasulallah SAW ini.”

Dalam riwayat lain disebutkan, “Orang itu berkata kepada istrinya, ‘Apakah engkau mempunyai suatu jamuan?’ Istrinya menjawab, ‘Tidak ada, kecuali makanan untuk anak-anakku.’

Laki-laki itu berkata, ‘Lalaikan anak-anakmu dengan suatu hal. Jika mereka ingin makan malam, tidurkanlah mereka. Jika tamu kita telah masuk rumah, padamkanlah lampunya dan perlihatkan kepadanya bahwa kita sedang makan.’ Lalu mereka duduk, sementara tamu itu makan. Maka, kedua suami istri itu meringkuk semalam (lapar).

Ketika menjelang pagi harinya, orang itu pergi menemui Nabi SAW. Lalu beliau bersabda, ‘Allah benar-benar kagum terhadap perbuatan kalian terhadap tamu kalian tadi malam.” (Muttafaq ‘Alaih, HR Bukhari [7/90, 91, 8/484] & Muslim [2054])

Diterangkan dalam Syarah Raiyadhus Shalihin, hadits di atas menganjurkan untuk mementingkan orang lain atau tamu. Adapun memuliakan tamu merupakan akhlak yang baik dalam Islam, sebagaimana Allah SWT memuji perilaku sahabat Anshar dan istrinya itu dalam riwayat tersebut. Namun demikian, mencukupi diri sendiri dan keluarga lebih didahulukan karena hukumnya wajib.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Hadits Memuliakan Tamu dan Adabnya dalam Islam


Jakarta

Dalam Islam, muslim dianjurkan untuk memuliakan tamu. Ketika seseorang bertamu, maka kita harus menjamunya dengan cara-cara yang baik.

Anjuran memuliakan tamu juga termaktub dalam surah Al-Hasyr ayat 9. Allah SWT berfirman,

وَالَّذِيْنَ تَبَوَّءُو الدَّارَ وَالْاِيْمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَاجَرَ اِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ اُوْتُوْا وَيُؤْثِرُوْنَ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۗوَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَۚ ٩


Artinya: “Orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota (Madinah) dan beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin) mencintai orang yang berhijrah ke (tempat) mereka. Mereka tidak mendapatkan keinginan di dalam hatinya terhadap apa yang diberikan (kepada Muhajirin). Mereka mengutamakan (Muhajirin) daripada dirinya sendiri meskipun mempunyai keperluan yang mendesak. Siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran itulah orang-orang yang beruntung.”

Menukil dari buku Pendidikan Agama Islam oleh Bachrul Ilmy, Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan umatnya untuk memuliakan tamu. Hal ini disebutkan dalam beberapa hadits.

Hadits Anjuran Memuliakan Tamu

Diterangkan dalam Ad-Durrah As-Salafiyyah Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah oleh Imam Muhyidin An-Nawawi terjemahan Salafuddin Abu Sayyid, terdapat beberapa hadits yang membahas tentang memuliakan tamu. Rasulullah SAW bersabda,

“Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya, dan siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR Muslim).

Kemudian dalam hadits lainnya Nabi SAW berkata,

“Jibril masih saja mewasiatkan kepadaku untuk berbuat baik kepada tetangga sehingga aku menyangka bahwa ia akan menjadi ahli waris atas tetangganya yang lain.” (HR Bukhari)

Penghormatan terhadap tamu adalah bagian dari ajaran Islam. Bahkan, memuliakan tamu termasuk akhlak para nabi dan orang-orang saleh.

Sebagian ulama mewajibkan hal ini, namun kebanyakan berpendapat sebagai bagian dari kemuliaan akhlak. Memuliakan tamu merupakan bagian dari ibadah yang tidak boleh dikurangi nilainya, entah yang bertamu orang biasa atau orang kaya.

Muslim hendaknya tidak memiliki rasa malu untuk menghidangkan makanan yang dimiliki kepada tamu. Selain itu, cara memuliakan tamu lainnya dengan memasang wajah ceria untuk menyambut mereka. Begitu pun dengan berbicara yang baik dan menyenangkan.

Adab Menerima Tamu

Menurut Buku Pintar 50 Adab Islam karya Arfiani, berikut beberapa adab menerima tamu yang bisa diperhatikan oleh muslim.

  • Tidak berlebihan dalam menjamu
  • Berbuat baik kepada tamu selama berada di rumah
  • Tidak mengunci pintu kecuali setelah tamu pergi
  • Tempatkan tamu di tempat yang layak
  • Memuliakan dan menyuguhkan hak tamu

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com