Tag Archives: bidadari surga

Kisah Kelahiran Fatimah Az Zahra yang Didampingi Malaikat dan Bidadari Surga


Jakarta

Fatimah Az Zahra RA anak dari Nabi Muhammad SAW dan Khadijah RA. Ketika masih di dalam kandungan, Fatimah sudah berperan sangat besar untuk menenangkan hati ibunya, Khadijah RA dari segala kesedihan yang menerpa. Seperti apa kisahnya?

Disebutkan dalam buku Murthadha Muthahhari Fathimah Azzahra Wanita Teladan Sepanjang Masa karya Ibrahim Amini, Imam Ja’far Ash-Shadiq pernah berkata,

“Sesungguhnya ketika Khadijah menikah dengan Rasulullah SAW, ia diejek oleh wanita-wanita Makkah. Mereka tidak mau masuk ke tempatnya, tidak mengucapkan salam kepadanya, dan tidak membiarkan seorang wanita pun masuk ke tempatnya, sehingga Khadijah menjadi risau karenanya. Ia berduka dan bersedih hati jika Rasulullah keluar rumah. Maka ketika ia mengandung Fatimah, bayi dalam kandungannya itu menjadi temannya.”


Begitulah peran Fatimah RA yang sudah membawa kebahagiaan bahkan ketika masih di dalam kandungan. Khadijah RA ibunya pun juga sering mengajaknya berbincang. Bahkan sampai Rasulullah SAW bertanya kepada istrinya itu.

“Wahai Khadijah, siapa yang berbicara denganmu itu?

“Janin yang berada dalam perutku. Ia berbicara kepadaku dan menyenangkanku.” Jawab Khadijah RA.

“Malaikat Jibril memberi kabar gembira bahwa bayi itu perempuan. Ia orang yang suci dan diberkahi. Allah akan menjadikan keturunanku darinya dan Ia akan menjadikan dari keturunannya para imam umat, yang Ia jadikan mereka itu sebagai khalifah-Nya di bumi-Nya setelah terputus wahyu-Nya.”

Mendengar kabar dari Rasulullah SAW ini, Khadijah RA pun diselimuti dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Hatinya penuh dengan kesenangan dan suka cita. Sehingga ia menjadi lebih mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.

Kisah Kelahiran Fatimah Az Zahra

Waktu demi waktu berlalu. Perut Khadijah RA yang mengandung janin itu juga Nampak begitu besar. Membuatnya yakin sebentar lagi adalah saat di mana bayi itu akan lahir.

Khadijah RA meminta salah satu pelayannya untuk datang ke tempat wanita-wanita Quraisy dan Bani Hasyim agar mereka datang dan membantu persalinannya, sebagaimana yang biasa mereka lakukan pada wanita-wanita lain.

Tapi bukannya datang untuk menolong, mereka malah memberi pesan lewat pelayan tadi dengan perkataan yang menyedihkan hati. Mereka berkata,

“Kamu telah membantah kami dan tidak mau mendengar omongan kami. Kamu telah menikah dengan Muhammad, anak yatim Abu Thalib, seorang yang miskin dan tak punya harta. Maka kami tak akan datang dan kami tak akan mengurus urusanmu, apa saja.”

Tentu saja Khadijah RA menjadi sedih dengan perkataan dan perlakuan mereka itu.

Namun, di saat dirinya dilanda kesedihan dan duka, turunlah wanita-wanita dari surga dan para malaikat dari langit ke rumahnya. Khadijah RA merasa takut. Lalu salah seorang dari mereka berkata,

“Jangan sedih, wahai Khadijah. Kami diutus Tuhanmu kepadamu, dan kami adalah saudara-saudaramu.”

Atas pertolongan Allah SWT dan utusan-Nya yang menemani persalinan Khadijah RA, akhirnya bayi perempuan itu pun lahir dengan selamat. Saat keluar, ia diselimuti oleh cahaya yang amat terang. Tak ada satu tempat pun di bumi, di sebelah timur maupun barat, melainkan bersinar dengan cahaya itu.

Bayi perempuan itu pun diberi nama Fatimah Az Zahra oleh kedua orang tuanya. Sungguh, Allah SWT Maha Kuasa, Maha Besar.

Disebutkan dalam sejarah Islam, mayoritas ulama sepakat Fatimah RA dilahirkan pada hari Jumat, 20 Jumadil Akhir, tahun kelima setelah kenabian.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Julaibib RA, Sahabat Nabi yang Buruk Rupa tapi Dirindukan Bidadari Surga



Jakarta

Sahabat nabi yang buruk rupa tapi dirindukan bidadari surga bernama Julaibib RA. Apa yang sudah ia lakukan hingga mendapat nikmat seperti ini?

Dikisahkan dalam buku Cahaya Abadi Muhammad SAW 2 karya M. Fethullah Gulen, dahulu terdapat seorang sahabat Rasulullah SAW yang gemar menghampiri para gadis dan menggoda mereka.

Sebagaimana remaja pada umumnya, pemuda ini sering mendatangi kaum wanita untuk sekedar lewat atau bahkan membercandainya.


Bahkan sahabat Rasulullah SAW lainnya, yakni Abu Barzah Al-Aslami RA berkata kepada istrinya untuk jangan sampai Julaibib RA datang menemuinya, kecuali ia ingin suatu hal buruk terjadi.

Hingga suatu saat Nabi Muhammad SAW pun mengetahui permasalahan ini. Akhirnya beliau memanggil Julaibib RA ke hadapannya. Beliau menjelaskan tentang perbuatannya itu sebenarnya dilarang dalam agama hingga akhirnya Julaibib RA bertekad untuk menjauhi segala bentuk perzinaan.

Pendiriannya ini terus Julaibib RA pegang sampai masa di mana ia harus menikah. Saat itu, ia bingung untuk mencari pendamping hidup, sebab ia menyadari wajahnya yang buruk rupa dan hartanya yang tidak banyak.

Kisah Julaibib Dirindukan Bidadari Surga

Muhammaf Nasrulloh dalam buku Kisah-Kisah Inspiratif Sahabat Nabi mengisahkan bahwa saat Julaibib RA tidak segera menikah, Rasulullah SAW menghampirinya dan bertanya kepadanya, “Wahai Julaibib, kenapa kamu tidak menikah?”

Tentu saja Julaibib RA ingin menikah. Namun, ia menyadari bahwa ia adalah pemuda yang buruk rupa, tidak bernasab baik, dan sedikit hartanya. Sehingga ia tidak tahu bagaimana cara untuk mendapat istri.

Julaibib RA kemudian menjawab, “Siapa perempuan yang mau menikah denganku wahai Rasul?”

Rasulullah SAW berkata, “Aku yang akan mencarikannya untukmu.”

“Kalau begitu engkau akan tahu bahwa aku tidak akan laku,” ujar Julaibib RA.

Mendengar hal ini, Rasulullah SAW membesarkan hatinya dengan berkata, “Namun engkau sangat berharga di mata Allah SWT.”

Dengan kedermawanan Rasulullah SAW, akhirnya Julaibib RA dipertemukan dengan seorang gadis Anshar yang salihah dan baik akhlaknya.

Awalnya keluarga gadis tersebut sangat senang mendengar permintaan dari Rasulullah SAW ini. Tanpa ragu-ragu mereka pasti akan menerima tawaran pernikahan beliau itu.

Namun, ketika Rasulullah SAW mengatakan bahwa yang akan menikah dengan putri mereka adalah Julaibib RA, ibu gadis itu menolaknya. Dirinya tidak rela jika putrinya harus menikah dengan Julaibib RA.

Sebelum penolakan itu sampai ke telinga Rasulullah SAW, wanita salihah dan berakhlak baik itu menerima dengan ikhlas segala kekurangan Julaibib RA karena perintah Nabi Muhammad SAW pasti adalah kebaikan.

Akhirnya, kedua orang tua sang gadis setuju dan menikahkan putrinya dengan Julaibib RA. Dalam buku Mendidik Anak Perempuan karya Abdul Mun’im Ibrahim dikatakan, orang tua gadis itu berkata, “Kami serahkan urusan gadis kami ini kepadamu, wahai Rasulullah.” Artinya, mereka mempercayai Rasulullah SAW atas kebaikan putri yang mereka cintai.

Tak lama setelah pernikahan Sang Buruk Rupa dengan gadis salihah itu, Rasulullah SAW memerintahkan sahabat dan mujahidin untuk pergi berperang melawan musuh Islam. Julaibib RA pun ikut serta dalam jihad ini.

Peperangan akhirnya dimenangkan oleh kaum muslimin. Begitu perang usai, Rasulullah SAW merasa kehilangan seseorang dari kalangan sahabatnya. Beliau lalu bertanya, “Apakah di antara kalian ada yang terbunuh?”

Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan.”

Rasulullah SAW bertanya lagi, “Apakah di antara kalian ada yang terbunuh?”

Mereka menjawab lagi, “Tidak ada lagi wahai Rasulullah.”

Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Akan tetapi sepertinya aku kehilangan Julaibib.”

Rasulullah SAW memerintahkan sahabat untuk mencari Julaibib RA. Mereka pun menemukannya tergeletak di antara tujuh orang musuh yang berhasil Julaibib RA bunuh sebelum mereka membunuhnya.

Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Julaibib telah berhasil membunuh tujuh orang musuh, sebelum akhirnya mereka berhasil membunuhnya, ia adalah bagian dariku dan diriku adalah bagian darinya.” Beliau mengulang ucapan ini sebanyak tiga kali.

Julaibib RA pun berakhir meninggal sebagai syuhada. Sehingga mayatnya tidak dimandikan namun langsung dikuburkan. Sebab, sudah ada bidadari surga yang menunggu di sana untuk memandikannya.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com