Tag Archives: bulan muharram

12 Amalan Sunnah di Bulan Muharram yang Bisa Dilakukan Siapa Saja


Jakarta

Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan mulia yang diagungkan dalam Islam. Pada bulan ini, umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan mengisi waktu dengan amalan kebaikan. Allah SWT berfirman dalam surat At Taubah ayat 36:

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

Arab latin: Inna ‘iddatasy-syuhūri ‘indallāhiṡnā ‘asyara syahran fī kitābillāhi yauma khalaqas-samāwāti wal-arḍa minhā arba’atun ḥurum(un), żālikad-dīnul-qayyim(u), falā taẓlimū fīhinna anfusakum wa qātilul-musyrikīna kāffatan kamā yuqātilūnakum kāffah(tan), wa’lamū annallāha ma’al-muttaqīn(a).


Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauhulmahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.

Dalam ayat tersebut, bulan Muharram termasuk salah satu bulan yang dimuliakan, di mana amal kebaikan sangat dianjurkan dan perbuatan maksiat sangat dilarang.

Amalan yang Dianjurkan pada Bulan Muharram

Mengacu pada buku Kalender Ibadah Sepanjang Tahun karya Ustadz Abdullah Faqih Ahmad Abdul Wahid, terdapat beberapa amalan sunnah yang bisa dikerjakan oleh siapa saja pada bulan Muharram. Berikut penjelasannya.

1. Berpuasa di Penghujung Bulan Dzulhijjah dan Awal Muharram

Amalan pertama yang dianjurkan adalah melaksanakan puasa pada hari terakhir bulan Dzulhijjah dan hari pertama bulan Muharram. Ibadah puasa ini menjadi kesempatan berharga untuk memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah lalu.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang berpuasa pada hari terakhir bulan Dzulhijjah dan hari pertama bulan Muharram, maka Allah akan mengampuni segala dosa-dosanya, meskipun ia telah berdosa selama lima puluh tahun.” (HR. Ibnu Abbas)

2. Membaca Doa Akhir Tahun

Doa akhir tahun biasanya dibaca setelah melaksanakan shalat Ashar atau sebelum masuk waktu Maghrib. Momen ini menjadi waktu yang tepat bagi umat Muslim untuk memohon ampunan atas segala dosa dan kekhilafan yang telah dilakukan sepanjang tahun.

Berikut bacaan doa akhir tahun yang diambil dari buku Majmu’ Ad-Da’awaat: Kumpulan Doa-Doa Pilihan karya Ust. Risky Aviv Nugroho, M.Pd.

اَللّٰهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هٰذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِيْ وَدَعَوْتَنِيْ إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِيْ عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِيْ وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِيْ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ

Arab latin: Allâhumma mâ ‘amiltu min ‘amalin fî hâdzihis sanati mâ nahaitanî ‘anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fîhâ ‘alayya bi fadhlika ba’da qudratika ‘alâ ‘uqûbatî, wa da’autanî ilat taubati min ba’di jarâ’atî ‘alâ ma’shiyatik. Fa innî astaghfiruka, faghfirlî wa mâ ‘amiltu fîhâ mimmâ tardhâ, wa wa’attanî ‘alaihits tsawâba, fa’as’aluka an tataqabbala minnî wa lâ taqtha’ rajâ’î minka yâ karîm.

Artinya: Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu-sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhai di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu. Janganlah kau membuatku putus asa. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.

3. Membaca Doa Awal Tahun

Setelah membaca doa akhir tahun, dianjurkan pula untuk membaca doa awal bulan Muharram. Doa ini dibaca setelah shalat Maghrib sebanyak tiga kali pada malam 1 Muharram.

Beberapa ulama menyampaikan bahwa siapa yang membaca doa ini sebanyak tiga kali setelah shalat Rawatib ba’diyah Maghrib, maka Allah SWT akan mengutus dua malaikat untuk melindunginya dari tipu daya dan godaan setan selama satu tahun ke depan.

Pelaksanaan doa ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti membaca doa secara langsung setelah shalat, mendahuluinya dengan shalat sunnah dua rakaat, melaksanakan sujud syukur terlebih dahulu, atau mengamalkannya selama sepuluh hari berturut-turut.
Berikut bacaan doa awal tahun yang dianjurkan:

اَللّٰهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ، وَهٰذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِهِ، وَالعَوْنَ عَلَى هٰذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالاِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ

Arab latin: Allâhumma antal abadiyyul qadîmul awwal. Wa ‘alâ fadhlikal ‘azhîmi wa karîmi jûdikal mu’awwal. Hâdzâ ‘âmun jadîdun qad aqbal. As’alukal ‘ishmata fîhi minas syaithâni wa auliyâ’ih, wal ‘auna ‘alâ hâdzihin nafsil ammârati bis sû’I, wal isytighâla bimâ yuqarribunî ilaika zulfâ, yâ dzal jalâli wal ikrâm.

Artinya: Tuhanku, Kau yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan Iblis dan para walinya di tahun ini. Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.

4. Menghidupkan Malam Pertama Bulan Muharram dengan Qiyamul Lail

Pada malam pertama bulan Muharram, dianjurkan untuk mengisi waktu dengan berbagai ibadah, di antaranya:

  • Memperbanyak membaca Al-Qur’an.
  • Memperbanyak dzikir kepada Allah SWT.
  • Mengerjakan shalat sunnah seperti shalat Hajat, Tahajjud, Taubat, dan shalat sunnah lainnya.
  • Melaksanakan shalat sunnah seratus rakaat, dengan membaca Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas pada setiap rakaat.
  • Mengerjakan shalat sunnah dua rakaat; pada rakaat pertama membaca Al-Fatihah dan surat Al-An’am, serta pada rakaat kedua membaca Al-Fatihah dan surat Yasin.
  • Melaksanakan shalat sunnah dua rakaat, dengan membaca Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas sebanyak 11 kali di setiap rakaat.

5. Amalan setelah Shalat Subuh

Selain amalan-amalan di atas, sebagian ulama juga menganjurkan amalan khusus setelah shalat Subuh di bulan Muharram. Siapa saja yang membaca basmalah sebanyak 360 kali dan ayat kursi sebanyak 360 kali setelah shalat Subuh, insya Allah akan diberikan kelapangan rezeki, dilindungi dari berbagai musibah, serta diberi keselamatan dalam kehidupan sehari-hari.

6. Berpuasa di Hari Pertama Bulan Muharram

Selain berpuasa di akhir Dzulhijjah, puasa di hari pertama bulan Muharram juga memiliki keutamaan yang sangat besar.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan keutamaan puasa di bulan Muharram, termasuk hari pertamanya. Amalan ini menjadi kesempatan untuk mengisi awal tahun dengan amalan puasa yang dicintai Allah SWT.

7. Puasa Tasu’ah

Puasa Tasu’ah adalah ibadah puasa yang dilakukan pada tanggal 9 Muharram. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, beliau menceritakan bahwa para sahabat berkata,

“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani.” Lalu Rasulullah SAW bersabda:

“Tahun depan, insya Allah, kita akan berpuasa pada hari kesembilan.” (HR. Muslim)

Namun, Ibnu Abbas RA menjelaskan bahwa tahun berikutnya belum sempat tiba, Rasulullah SAW telah wafat.

Berikut adalah niat puasa Tasu’ah:

نَوَيْتُ صَوْمَ تَسُعَاءَ سُنَّةً لِلَِّهِ تَعَالَى

Arab latin: Nawaitu shauma tasu’aa sunnatan lillâhi ta’âlâ.

Artinya: Saya berniat puasa sunnah Tasu’a karena Allah Ta’ala.

8. Puasa Asyura

Puasa Asyura dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram. Keutamaan puasa ini disebutkan dalam beberapa hadits, salah satunya hadits dari Ibnu Abbas RA yang meriwayatkan sabda Rasulullah SAW:

“Barangsiapa berpuasa pada hari Asyura (10 Muharram), maka Allah SWT akan memberinya pahala seperti 10.000 malaikat. Barang siapa berpuasa pada hari Asyura, maka ia mendapatkan pahala seperti 10.000 orang yang berhaji dan berumrah, serta pahala seperti 10.000 orang yang mati syahid.

Barangsiapa mengusap kepala anak yatim pada hari itu, maka Allah SWT akan mengangkat derajatnya satu tingkat untuk setiap helai rambut yang disentuhnya. Barang siapa memberi makan orang mukmin yang berbuka puasa pada hari Asyura, maka seolah-olah ia telah memberi makan seluruh umat Rasulullah SAW yang sedang berbuka dan mengenyangkan mereka.” (HR. Ibnu Abbas)

Berikut adalah niat puasa Asyura:

نَوَيْتُ صَوْمَ عَاشُورَاءَ سُنَّةً لِلَِّهِ تَعَالَى

Arab latin: Nawaitu shauma ‘aasyuraa sunnatan lillâhi ta’âlâ

Artinya: Saya berniat puasa sunnah Asyura karena Allah Ta’ala.

9. Amalan Kebaikan pada Hari Asyura

Sebagian ulama menyampaikan bahwa terdapat banyak amalan yang dianjurkan pada hari Asyura. Amalan-amalan ini diyakini memiliki keutamaan dan pahala besar bagi yang mengerjakannya, di antaranya:

  • Mengusap kepala anak yatim.
  • Memuliakan dan membantu fakir miskin.
  • Memberikan ilmu atau manfaat kepada orang lain, seperti membantu menunjukkan jalan kepada yang tersesat.
  • Bersedekah.
  • Melapangkan rezeki dan memberikan hadiah kepada anak serta istri.
  • Melaksanakan mandi sunnah.
  • Menggunakan celak (bercelak).
  • Menjamu orang yang berbuka puasa.
  • Memperbanyak shalat sunnah empat rakaat.
  • Memperbanyak bacaan: Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir.
  • Membaca surat Al-Ikhlas sebanyak 1000 kali.
  • Mengerjakan shalat Tasbih.
  • Menjalin silaturahmi dengan siapa saja, baik keluarga, kerabat dekat, tetangga, maupun para ulama.

10. Membaca Doa Asyura

Doa Asyura biasanya dibaca setelah melaksanakan shalat Maghrib. Beberapa ulama menjelaskan bahwa doa ini dapat dibaca secara langsung. Namun, ada juga anjuran untuk mendahuluinya dengan melaksanakan shalat sunnah terlebih dahulu sebanyak empat rakaat, dengan dua salam.

Pada setiap rakaat, dianjurkan membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas sebanyak 50 kali. Setelah menyelesaikan shalat sunnah tersebut, barulah dilanjutkan dengan membaca Doa Asyura.

Doa Asyura ini dapat dibaca sebanyak 7 kali, namun akan lebih utama jika dibaca sebanyak 70 kali. Berikut adalah bacaan Doa Asyura:

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلِ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرِ. سُبْحَانَ اللهِ مِلْءَ الْمِيزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَأَ مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوِتْرِ. وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَا نَسْأَلُكَ السَّلَامَةَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِي الْعَظِيمِ وَهُوَحَسْبُنَا وَنِعْمَ الْوَكِيلِ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرِ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Arab Latin: Hasbunallaah wani’mal wakil, ni’mal maulaa wani’man nashiir. Subhaanallaahi mil-al miizaani wa muntahal ‘ilmi wa mablaghar ridhaa wazinatal ‘arsyi. Laa malja-a minallaahi illaa ilaihi subhaanallaahi ‘adadasy syaf’i wal witir. Wa ‘adada kalimatillaahit taammaati kullaha, nas-alukas salaamata birahmatika yaa arhamar raahimiin. Walaa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim. Wahuwa hasbunaa wani’mal wakil, ni’mal maulaa wani’man nashiir. Washallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihii washahbihii wasallam.

Artinya: Cukuplah Allah yang menjadi penolong dan kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung. Maha Suci Allah sepenuh mizan (timbangan), setinggi ilmu, sebanyak keridhaan, dan setimbang ‘Arsy. Tiada tempat untuk menyelamatkan diri, dan tiada tempat untuk bersandar, melainkan kepada Allah. Maha Suci Allah sebanyak bilangan yang genap dan ganjil, dan sebanyak kalimat yang sempurna kesemuanya. Saya memohon keselamatan kepada-Mu dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dan, tiada daya dan kekuatan, melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung. Cukuplah Allah yang memeliharaku, tempatku berpegang, dan sebaik-baiknya Pemberi pertolongan. Semoga Allah memberikan rahmat atas nabi kita, penghulu kami, Muhammad. Kemudian, juga kepada keluarga dan para sahabat nabi kesemuanya.

11. Puasa Tanggal 11 Muharram

Selain puasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram, sebagian ulama juga menganjurkan berpuasa pada tanggal 11 Muharram. Pendapat ini disampaikan oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah dan beberapa ulama lainnya untuk membedakan puasa umat Islam dengan puasa kaum Yahudi.

Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Berpuasalah pada hari Asyura dan selisihilah kaum Yahudi, yaitu dengan berpuasa satu hari sebelumnya dan satu hari sesudahnya.” (HR. Ahmad)

12. Puasa Ayyamul Bidh pada Tanggal 13, 14, dan 15 Muharram

Puasa yang dianjurkan pada pertengahan bulan Muharram dikenal sebagai puasa Ayyamul Bidh, yaitu puasa yang dilaksanakan pada tanggal 13, 14, dan 15 Muharram. Puasa ini merupakan amalan sunnah yang memiliki banyak keutamaan dan menjadi bagian dari ibadah yang disarankan untuk rutin dilakukan setiap bulan dalam kalender Hijriah.

(inf/erd)



Sumber : www.detik.com

Jadwal Puasa Tasua dan Asyura 2025, Begini Niatnya


Jakarta

Bulan Muharram merupakan salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam. Di antara hari-hari penting di bulan ini adalah tanggal 9 dan 10 Muharram, yang dikenal dengan sebutan hari Tasua dan Asyura.

Pada dua hari ini, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah sebagai bentuk ibadah dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW.

Mengenal Puasa Tasua dan Asyura

Puasa Tasua (9 Muharram)

Dikutip dari buku Fiqih Kontroversi Jilid 2: Beribadah antara Sunnah dan Bid’ah karya H.M. Anshary, Tasua berasal dari kata tis’ah yang berarti sembilan. Puasa Tasu’a adalah puasa sunah yang dilakukan pada tanggal 9 Muharram.


Rasulullah SAW bersabda,

“Jika aku masih hidup hingga tahun depan, niscaya aku akan berpuasa juga pada hari kesembilan (Tasua).” (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan keinginan Nabi SAW untuk menyelisihi puasa kaum Yahudi yang hanya berpuasa di tanggal 10 saja (Asyura).

Puasa ‘Asyura (10 Muharram)

Dikutip dari buku Koreksi Doa dan Zikir antara yang Sunnah dan Bid’ah karya Bakr bin Abdullah Abu Zaid, Asyura berasal dari kata ‘asyarah yang berarti sepuluh. Sesuai dengan namanya, puasa ini dilakukan pada tanggal 10 Muharram.

Rasulullah SAW bersabda tentang keutamaan puasa Asyura,

“Puasa pada hari Asyura dapat menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)

Jadwal Puasa Tasu’a dan ‘Asyura 2025

Mengacu pada Kalender Hijriah 2025 Indonesia yang diterbitkan Kementerian Agama (Kemenag RI), jadwal puasa Tasua dan Asyura 2025 adalah sebagai berikut:

Puasa Tasua 9 Muharram 1447 H: Sabtu, 5 Juli 2025
Puasa Asyura 10 Muharram 1447 H: Minggu, 6 Juli 2025

Niat Puasa Tasua dan Asyura

Dikutip dari buku Meraih Surga dengan Puasa yang ditulis H Herdiansyah Achmad, berikut bacaan niat puasa Tasua dan Asyura dalam tulisan Arab, latin dan artinya:

1. Niat Puasa Tasua

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ تَاسُعَةَ سُنَّةَ لِلَّهِ تَعَالَى

Latin: Nawaitu shauma yauma tasu’ata sunnata-lillâhi ta’ala.

Artinya: “Saya berniat puasa Tasu’a sunnah karena Allah Ta’ala.”

2. Niat Puasa Asyura

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَأَ سُنَّةَ لِلَّهِ تَعَالَى

Latin: Nawaitu shauma yauma ‘asyûra-a sunnata-lillâhi ta’âla.

Artinya: “Saya berniat puasa Asyura sunnah karena Allah Ta’ala.”

Doa Berbuka Puasa Tasua dan Asyura

Dalam buku Kuliah Adab karya ‘Aabidah Ummu ‘Aziizah dkk, Imam Nawawi menganjurkan memperbanyak doa selama buka puasa, termasuk saat waktu berbuka.

Terdapat keutamaan bagi muslim yang membaca doa saat buka puasa, Rasulullah SAW bersabda,

“Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil dan doanya orang yang terzalimi.” (HR Tirmidzi)

Doa Buka Puasa Versi Pertama

Mengutip buku Doa-Doa Mustajaban karya Abu Qablina, berikut doa buka puasa yang diajarkan Rasulullah SAW,

ذَهَبَ الظّـَمَأُ وَابْتَلّـَتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Arab latin: Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah.

Artinya: “Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki.”

Doa Buka Puasa Versi Kedua

Bisa juga membaca doa buka puasa dengan lafaz berikut,

اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

Arab latin: Allahumma laka shumtu wabika amantu wa ‘ala rizqika afthartu birahmatika yaa arhamar rahimin

Artinya: “Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan kepada-Mu aku beriman, dengan rizqi-Mu aku berbuka, dengan rahmat-Mu, wahai Dzat yang Maha Penyayang”.

Doa Buka Puasa Versi Ketiga

Merujuk buku Kumpulan Doa Mustajab Pembuka Pintu Rezeki karya KH Sulaeman Bin Muhammad Bahri, doa ini juga bisa dibaca saat berbuka puasa,

أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُوْنَ وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الْأَبْرَارُ وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلَائِكَةُ

Arab latin: Afthara ‘indakumush shaaimuuna wa akala tha’aamakumul abraaru washallat ‘alaikumul malaaikatu.

Artinya: “Berbukalah orang-orang yang berpuasa di tempat saudara ini dan makanlah makanan yang disuguhkan oleh orang-orang yang berbakti, dan para malaikat mendoakan saudara agar mendapat rahmat.”

(dvs/inf)



Sumber : www.detik.com

Kultum tentang Bulan Muharram Singkat


Jakarta

Kultum tentang Muharram bisa menjadi referensi khatib selama bulan ini. Sebab, Muharram adalah bulan Allah, banyak amalan yang bisa dikerjakan untuk mengisi waktu penuh keutamaan ini.

Salah satu amalan yang bisa dikerjakan umat Islam adalah puasa. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ.


Artinya: “Sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadan adalah puasa bulan Allah Muharram dan sebaik-baik salat setelah salat wajib adalah salat malam.” (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Berikut contoh kultum bulan Muharram singkat yang bisa menjadi referensi khatib.

Kultum tentang Muharram: Bulan yang Dimuliakan Allah

Segala puji hanya bagi Allah yang maha berkehendak yang dengan kehendak-Nyalah sehingga pada kesempatan ini kita dapat berkumpul di tempat ini, tempat di mana kita melaksanakan aktivitas-aktivitas mulia yang merupakan rutinitas kita semua.

Shalawat dan salam tetap tercurah kepada baginda yang tercinta Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sosok utusan Allah pembawa risalah kebenaran akhir zaman yang ajaran-ajarannya sungguh dapat membawa kita kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhrat.

Allah subhanahu wata’ala berfirman pada ayat yang ke 36 dari surah At-Taubah yang artinya :

“Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah adalah 12 bulan sebagaimana yang tertulis di dalam ketetapan Allah. Dari 12 bulan tersebut, ada 4 bulan yang mulia. Itulah agama yang lurus maka janganlah kamu berbuat aniaya di dalam bulan-bulan tersebut”.

Ini menunjukkan kepada kita bahwasanya Allah memiliki 4 bulan yang mulia dan Allah sendiri yang memuliakannya.

Empat bulan itu adalah :

Bulan Dzulqa’dah

Bulan Dzulhijjah

Bulan Muharram

Bulan Rajab.

Bulan-bulan ini sangatlah dimuliakan oleh Allah sehingga kita pun wajib untuk memuliakannya dengan cara memperbanyak amal kebaikan dan menjauhi segala macam bentuk kezaliman karena hanya orang-orang berakal dan berimanlah yang akan memuliakan apapun yang dimuliakan oleh Allah.

Salah seorang sahabat Nabi yang bernama Ibnu Abbas pernah berkata bahwa “Allah sangatlah memuliakan 4 bulan tersebut sehingga barang siapa yang melakukan maksiat di dalamnya maka Allah akan melipatgandakan dosanya dan barang siapa yang mengerjakan amal kebaikan maka Allah akan melipat gandakan pahalanya”.

Salah seorang ulama Tabi’in yang bernama Qatadah juga pernah berkata : “Muliakanlah apa yang dimuliakan oleh Allah karena sesungguhnya memuliakan apa yang dimuliakan oleh Allah hanya akan dilakukan oleh orang yang berilmu dan berakal”.

Saat ini kita berada pada salah satu dari 4 bulan tersebut yaitu Bulan Muharram. Olehnya itu, sepatutnyalah kita bersyukur kepada Allah karena Allah masih memberikan kesempatan hidup kepada kita semua sampai saat ini sehingga diharapkan kita mampu memanfaatkan momen Muharram ini dalam rangka meraih rahmat dan ampunan dari Allah subhanahu wata’ala.

Betapa mulianya bulan Muharram ini sampai-sampai Nabi menyebutnya sebagai Bulan Allah.

Karena bulan Muharram ini adalah bulan mulia maka jangan sampai ada diantara kita yang menganggap bahwa bulan Muharram adalah bulan kesialan. Karena tidak mungkin sesuatu yang mulia di sisi Allah akan memberikan kesialan bagi hamba-Nya. Justru bulan Muharram adalah bulan keselamatan terbukti melalui kisah-kisah para Nabi dan Rasul yang mendapatkan keselamatan dari sisi Allah pada bulan Muharram semisal Nabi Musa yang mendapat perintah dari Allah untuk membelah lautan dengan tongkatnya agar selamat dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya, dan ini terjadi di bulan Muharram.

Olehnya itu marilah kita memperbanyak amal kebaikan di bulan ini dan banyak memohon keselamatan kepada Allah sehingga di kehidupan yang sementara ini kita dapat merasakan ketenangan dan kebahagiaan yang in syaa Allah pun demikian bahagia di akhirat kelak.

Demikianlah penyampaian saya pada kesempatan ini. Walaupun singkat, semoga bermanfaat bagi kita semua terkhusus bagi diri saya pribadi.

Shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi besar Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Naskah kultum tentang bulan Muharram tersebut disadur dari situs Pengadilan Agama Majene.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa Malam 10 Muharram dan Amalan yang Bisa Dikerjakan


Jakarta

Doa malam 10 Muharram menjadi salah satu amalan yang bisa dikerjakan hari istimewa tersebut. Bahkan, dalam sebuah hadits Nabi SAW menyebut malam 10 Muharram sebagai salah satu waktu mustajab untuk memohon kepada Allah SWT.

“Lima waktu yang doa tidak ditolak, yaitu pada malam Jumat, malam 10 Muharram, malam Nisfu Sya’ban, malam Idul Fitri, dan malam Idul Adha,” (HR Bukhari dan Muslim)

Pada 10 Muharram, ada juga amalan puasa sunnah yaitu puasa Asyura. Tahun ini, puasa Asyura jatuh pada tanggal 28 Juli 2023.


Dalil yang membahas tentang puasa Asyura terdapat pada hadits riwayat Muslim. Hadits tersebut menceritakan ketika Nabi SAW tiba di Madinah dan melihat orang-orang Yahudi berpuasa di hari Asyura.

Rasulullah SAW bertanya, “Hari apa ini?”

Mereka menjawab, “Hari yang baik, hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, sehingga Musa pun berpuasa pada hari ini sebagai bentuk syukur kepada Allah,”

Akhirnya, Nabi Muhammad bersabda, “Kami (kaum muslimin) lebih layak menghormati Musa daripada kalian.” Kemudian, Rasulullah SAW berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa,” (HR Muslim)

Sebab itu, Rasulullah SAW sempat menyuruh umat Islam untuk berpuasa Asyura dan hampir mewajibkannya. Namun lambat laun, keharusan puasa ini bergeser setelah syariat puasa Ramadan turun. Karenanya, hukum menjalankan puasa Asyura berubah menjadi sunnah.

Doa Malam 10 Muharram

Menukil dari buku Doa-doa dalam Acara Resmi, Keagamaan dan Kemasyarakatan tulisan Drs M Ali Chasan Umar, berikut doa yang bisa dipanjatkan pada malam 10 Muharram.

Pertama-tama membaca doa ini sebanyak 70 kali,

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ اْلوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ

Arab latin: Hasbunallah wa ni’mal wakiil ni’mal maulaa wa ni’man nashiir

Artinya: “Allah-lah yang mencukupi kami, Dia-lah sebaik-baik untuk berserah diri, sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong,”

Lalu, lanjutkan dengan membaca doa berikut sebanyak 7 kali,

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ سُبْحَانَ اللهِ مِلْأَ الْمِيزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ لَامَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوَتْرِ وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَا . نَسْتَلُكَ السَّلَامَةَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَهُوَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ أَجْمَعِيْنَ.

Arab latin: Bismillaahir-rahmaanir-rahiim, subhaanallaahi mil’al-miizaani wa muntahal- ‘ilmi wa mablaghar-ridhaa wa zinatal-‘arsyi. laa malja’a wa laa manja minallaahi illaa ilaiih. subhaanallaahi ‘adadasy-syaf’i wal-watri wa ‘adada kalimaatillaahit-taammaati kullihaa. nas’alukas- salaamata birahmatika yaa arhamar raahimiin. wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil-‘aliyyil- azhiim. wa huwa hasbunaa wa nimal-wakiil nimal- maulaa wa ni’man-nashiir. wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihii wa shahbihii wa sallama ajma’iin

Artinya: “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Maha Suci Allah sepenuh timbangann dan puncak sampainya ilmu dan keridhaan serta seberat timbangan ‘Arasy. Tidak ada tempat mengungsi dan keselamatan dari Allah melainkan hanya kepada-Nya. Maha Suci Allah sebanyak bilangan yang genap dan ganjil, dan seluruh bilangan kalimat-kalimat Allah yang sempurna. Kami memohon kepada Engkau dengan mendapat rahmat-Mu wahai sebaik-baik Penyayang dari para penyayang. Tidak ada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah yang Maha Luhur lagi Maha Agung. Dialah Allah yang mencukupi kami, sebaik-baik untuk berserah diri, sebaik-baik Pelindung dan Penolong. Rahmat dan keselamatan semoga tetap atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya semuanya,”

Amalan pada 10 Muharram

Selain puasa Asyura dan doa malam 10 Muharram, ada juga amalan lain yang bisa dikerjakan oleh kaum muslimin. Apa saja? Berikut bahasannya yang dinukil dari buku 12 Bulan Mulia: Amalan Sepanjang Tahun susunan Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny.

1. Sedekah

Sedekah pada hari Asyura atau 10 Muharram dianggap sebagai sedekah selama setahun. Ini sesuai dengan hadits dari sahabat Abdullah bin Amr bin Ash RA,

“Barangsiapa berpuasa Asyura maka seakan-akan berpuasa setahun. Dan barang siapa bersedekah di dalamnya (di hari Asyura) maka dia seperti bersedekah selama setahun,”

2. Taubat

Kaum muslimin juga dianjurkan untuk bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT pada 10 Muharram. Abu Ishaq berkata,

“Sesungguhnya jika suatu kaum berbuat dosa lalu mereka bertaubat pada hari itu, maka taubat mereka diterima Allah SWT,”

Demikian doa malam 10 Muharram dan amalan yang dapat dikerjakan pada hari tersebut. Semoga bermanfaat.

(aeb/nwk)



Sumber : www.detik.com

Doa dan Dzikir Hari Asyura, Bisa Dibaca pada 10 Muharram



Jakarta

Membaca doa dan dzikir di hari Asyura bisa menjadi amalan yang diganjar pahala besar. Di bulan Muharram yang mulia ini, setiap muslim bisa mengamalkan bacaan dzikir setelah sholat fardhu ataupun saat bermunajat kepada Allah SWT.

Dzikir sebenarnya bisa dilakukan kapanpun, tidak hanya di bulan Muharram saja. Anjuran dzikir tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 41-42:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا


Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanużkurullāha żikrang kaṡīrā
Wa sabbiḥụhu bukrataw wa aṣīlā

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.

Anjuran untuk berdzikir juga termaktub dalam penggalan surat Ali Imran ayat 41:

وَاذْكُر رَّبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ

Arab latin: ważkur rabbaka kaṡīraw wa sabbiḥ bil-‘asyiyyi wal-ibkār

Artinya: Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.

Dzikir Hari Asyura

Doa dan dzikir yang diamalkan menjelang atau saat hari Asyura hendaknya hanya diniatkan untuk mendapat ridho Allah SWT. Hindari berharap pada hal lain selain Allah SWT di hari Asyura.

Mengutip buku Koreksi Doa dan Zikir antara yang Sunnah dan Bid’ah oleh Bakr bin Abdullah Abu Zaidada dijelaskan ada beberapa orang yang mengamalkan beberapa kebiasaan di hari Asyura yang sebenarnya tidak disyariatkan dalam ajaran Islam. Misalnya begadang di malam Asyura, membaca doa khusus yang konon katanya jika membaca doa tersebut maka tidak akan meninggal di tahun tersebut, atau juga membuat asap yang dianggap sebagai mantra untuk melindungi diri dari sihir dan roh jahat. Kebiasaan ini sebaiknya tidak dikerjakan oleh muslim yang bertakwa.

Doa dan Dzikir Hari Asyura

Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang senantiasa beristighfar (meminta ampun kepada Allah), Allah menjadikan setiap kesusahan baginya jalan keluar, setiap kegalauan kelapangan, dan dia diberikan rezeki yang tidak dia sangka-sangka (HR Abu Dawud).

Para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir dan istighfar pada hari Asyura.

Dilansir dari laman NU Online, salah satu ulama yang menganjurkan untuk membaca doa dan dzikir adalah Imam Al-Ajhuri yang menganjurkan untuk membaca doa berikut sebanyak 70 kali. Atas izin Allah SWT, niscaya akan dijauhkan dari keburukan di tahun tersebut.

Bacaan Arab:

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الوَكِيْلِ نِعْمَ المَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ

Bacaan Latin: Hasbunallahu wa ni’mal-wakil, ni’mal-maula wa ni’man-nasir.

Artinya: Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung dan penolong

Berikut bacaan dzikir yang dianjurkan untuk dibaca pada hari Asyura:

1. Laa ilaha illallah 100 x

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ….. ×١٠٠

2. Allahumma shalli ala Sayyidinaa Muhammad wa’ala alihi washahbihi wa sallam 100 x

اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ….. ×١٠٠

3. Astaghfirullah al-adziim 100 x

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ….. ×١٠٠

4. Rabbanaa dzalamnaa anfusanaa wain lam taghfirlanaa lanakunanna minal khaasiriin 100 x

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ….. ×١٠٠

5. Hasbunaallahu wani’mal wakiil 450 x

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الوَكِيْلُ….. ×٤٥٠

6. Hasbunallahu wani’mal wakiil ni’mal mawlaa wanni’mannasiir 70×

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الوَكِيْلِ نِعْمَ المَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ….. ×٧٠

7. Robbighfirlii waarhamnii watub ‘alaih 1000×

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَتُبْ عَلَيَّ….. ×١٠٠٠

Agar mendapatkan keutamaan dan hidayah Allah SWT, amalkan doa dan dzikir ini di hari Asyura.

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Wafatnya Cucu Nabi Muhammad SAW di Bulan Muharram


Jakarta

Kisah wafatnya cucu Rasulullah SAW pada bulan Muharram dianggap sebagai salah satu kejadian paling kelam pasca wafatnya Rasulullah SAW dalam sejarah Islam. Hal ini diterangkan melalui beragam riwayat.

Salah satu riwayat yang menerangkan akan kengenasan peristiwa ini adalah dari Imam as-Suyuthi yang mengutip dari hadits riwayat Tirmidzi tentang kisah Salma yang bertemu dengan Ummu Salamah RA, yang saat itu masih hidup (Ummu Salamah wafat pada tahun 64 H, sedangkan Husain terbunuh pada tahun 61 H). Dalam riwayat tersebut, Salma bertanya, “Mengapa Anda menangis?”

Ummu Salamah RA menjawab, “Semalam, aku bermimpi melihat Rasulullah SAW, kepala dan jenggot beliau terlihat berdebu. Aku bertanya, ‘Mengapa engkau, wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, ‘Aku baru saja menyaksikan pembunuhan Husain.'”


Meskipun para ulama memiliki pandangan yang berbeda tentang waktu terbunuhnya Sayyidina Husain RA. Namun mayoritas ulama, seperti Adz-Dzahabi, Ibnu Katsir, dan Ibnu Hajar al-Asqalani, cenderung yakin bahwa Husain wafat pada hari Asyura bulan Muharram tahun 61 H.

Sementara usianya juga menjadi perdebatan, ada yang menyebutkan 58 tahun, 55 tahun, dan 60 tahun. Ibnu Hajar al-Asqalani berpendapat bahwa usia Sayyidina Husain RA yakni 56 tahun.

Kisah Wafatnya Cucu Nabi Muhammad di Bulan Muharram

Kisah berawal dari Husain RA yang diuji dengan penderitaan yang sangat berat. Satu per satu orang yang dicintainya meninggalkan dunia ini.

Kakeknya, Rasulullah SAW, wafat karena sakit. Ibunya, Fatimah Az-Zahra RA, juga meninggal karena sakit. Sementara ayahnya, Ali bin Abi Thalib RA, tewas dibunuh saat sedang menjalankan salat subuh. Kakaknya, Hasan bin Ali RA, wafat sebagai syuhada.

Namun, Husain RA menghadapi semua ujian tersebut dengan penuh kesabaran.

Dikisahkan bahwa ketika Yazid bin Mu’awiyyah RA dinobatkan sebagai khalifah, Husain RA menolak tunduk kepadanya. Demikian pula dengan kaum muslimin lainnya. Sebab Yazid RA merupakan seorang yang korup. Dia gemar minum khamar dan menikmati kesenangan duniawi seperti bermain dengan kera dan anjing-anjingnya.

Namun, Yazid RA berhasil menduduki posisi kepemimpinannya karena mewarisi jabatan ayahnya, Mu’awiyyah bin Abu Sufyan RA. Hal ini jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Rasulullah SAW.

Ketika berada di Makkah, Husain RA menerima banyak surat dukungan dari penduduk Kufah. Surat-surat itu penuh dengan harapan untuk kehadirannya di Kufah dan menjadi khalifah.

Husain saat itu berada di Madinah, ia menolak sumpah setia kepada Yazid RA karena kelakuan buruknya.

Akhirnya, Husain RA mengutus saudara sepupunya, Muslim bin Aqil RA, sebagai duta atau wakilnya untuk pergi ke Kufah. Husain RA meminta agar saudara sepupunya tinggal bersama orang-orang yang paling setia di Kufah.

Pada akhirnya, Muslim bin Aqil RA tinggal bersama Al Mukhtar. Rakyat Kufah pun menyambut kedatangannya dengan antusias. Namun, ternyata semua itu hanyalah kepalsuan belaka.

Menurut buku Sejarah Agung Hasan dan Husain karya Ukasyah Habibu Ahmad, Husain RA tetap pada pendiriannya untuk menuju Kufah. Setelah tiba di daerah Bathnur Rummah, ia mengirim surat kepada penduduk Kufah untuk memberitahukan bahwa dirinya sudah sampai di Bathnur Rummah.

Ia mengutus Qais bin Mashar as-Saidawi RA, namun nahas, Qais bin Mashar as-Saidawi RA tertangkap oleh pasukan Ubaidillah bin Ziyad RA dan kemudian dibunuh. Namun, Husain RA tetap melanjutkan perjalanannya hingga tiba di Zarud.

Ketika hendak meninggalkan wilayah tersebut, ia baru menerima berita bahwa Muslim bin Aqil RA dan Hani’ bin Urwah RA telah terbunuh. Selain itu, ia juga mendapatkan informasi tentang pengkhianatan dari orang-orang Kufah.

Setelah menyadari semua itu, Husain RA memutuskan untuk pulang. Namun, orang-orang Bani Aqil berpendapat, “Bagi kami, hidup tidak ada artinya setelah Muslim bin Aqil terbunuh. Kami tidak akan kembali sampai mati.”

Mendengar hal tersebut, Husain RA berkata, “Lalu, apa gunanya aku hidup setelah mereka mati?”

Husain RA memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dan memperbolehkan rombongannya untuk memilih kembali atau tetap bersamanya. Ketika sampai di Zubalah, ia dan rombongannya bertemu dengan Umar bin Sa’ad dan Ibnul Asy’ats yang membawa surat dari Muslim bin Aqil RA yang berisi ketidakpedulian penduduk Kufah terhadap dirinya.

Meskipun sempat dihadang oleh al-Hurru bi Yazid at-Tamimi atas perintah Ubaidillah bin Ziyad RA, Husain RA akhirnya tiba di Karbala pada 2 Muharram 61 H. Kedatangannya disambut dingin oleh penduduk setempat yang konon mencapai 100.000 orang yang siap menyatakan janji setia kepada Husain RA. Ternyata kekhawatiran keluarga dan sahabat Husain RA menjadi kenyataan.

Pada akhirnya, Husain RA bersama rombongan dikepung selama beberapa hari, tepat pada tanggal 10 Muharram 61 H. Sebanyak 5.000 pasukan yang dipimpin oleh Umar bin Sa’ad bin Abi Waqash RA menyerbu rombongan Husain RA.

Tujuan pengepungan ini adalah atas perintah Ubaidillah bin Ziyad RA yang hendak memaksa Husain RA untuk mengakui kekuasaan Khalifah Yazid bin Mu’awiyyah RA.

Menurut sejarawan, rombongan Husain RA hanya berjumlah 72 orang, terdiri dari 32 prajurit berkuda dan 40 pejalan kaki, sementara sisanya adalah anak-anak dan perempuan. Dengan jumlah yang tidak seimbang seperti itu, tentu saja pasukan Husain RA kalah telak. Dalam pertempuran itu, akhirnya hanya menyisakan dirinya dan sebagian keluarganya yang terdiri atas wanita dan anak-anak.

Ibnu Katsir dalam Kitab Al-Bidayah wan Nihayah mencatat bahwa pada 10 Muharram, pasukan Ubaidillah bin Ziyad RA memukul kepala Husain RA dengan pedang hingga berdarah. Husain RA membalut luka di kepalanya dengan merobek kain jubahnya.

Balutan kain tersebut cepat dipenuhi oleh darah. Husain RA menerima luka di lehernya ketika seorang penembak melepaskan panah. Meskipun lehernya terluka, Husain RA tetap hidup dan berjalan menuju sungai karena merasa haus.

Namun, pasukan tidak mengizinkannya minum dan menghalangi Husain RA untuk mendapatkan air. Ibnu Katsir juga menyebutkan bahwa Husain RA terbunuh oleh Sina bin Anas bin Amr Nakhai, yang menusuk lehernya dengan tombak, kemudian menyampaikan kepala Husain kepada Khawali bin Yazid.

Meskipun ada perbedaan pendapat tentang waktu tewasnya Husain RA, mayoritas ulama meyakini bahwa ia wafat pada hari Asyura bulan Muharram tahun 61 H, pada usia sekitar 56 tahun.

Menurut Rizem Aizid dalam bukunya, Mahar Bidadari Surga, Husain RA meninggal sebagai syuhada dalam jihad fisabilillah. Sehingga jenazahnya tidak perlu dimandikan atau diberi kain kafan, cukup dikubur dengan pakaian yang ia kenakan ketika berjuang di medan perang.

Karenanya, Husain RA tidak mendapatkan kain kafan dari Malaikat Jibril, karena kehormatan syahidnya dalam berjuang di jalan Allah SWT.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com