Tag Archives: burhanudin

Niat Sholat Tahiyatul Masjid, Lengkap dengan Tata Caranya


Jakarta

Sholat tahiyatul masjid adalah sholat sunnah yang dapat dikerjakan ketika seseorang masuk ke masjid. Kata tahiyat berarti penghormatan, sedangkan masjid adalah tempat sholat.

Sholat ini disebut tahiyatul masjid karena dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan kepada masjid sebagai rumah Allah, dan lebih utama lagi sebagai bentuk pengagungan kepada Allah SWT.


Dikutip dari buku Rukun Islam karya Giri Wiarto & Supran Hadi, sholat tahiyatul masjid bisa dikerjakan kapanpun oleh setiap muslim yang berada di masjid. Sholat ini bisa dikerjakan sebelum melaksanakan sholat berjamaah di masjid.

Hukum Sholat Tahiyatul Masjid

Cepi Burhanudin dalam bukunya yang berjudul Fasholatan Lengkap: Tuntunan Sholat Lengkap, menjelaskan mayoritas ulama sepakat bahwa sholat tahiyatul masjid hukumnya sunnah muakkadah (sangat dianjurkan), berdasarkan hadits-hadits shahih.

Namun, sholat ini tidak diwajibkan sehingga jika seseorang langsung duduk tanpa mengerjakannya, ia tidak berdosa, meskipun meninggalkan keutamaan.

Dalil utama perintah sholat tahiyatul masjid adalah hadits shahih dari Abu Qatadah RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Apabila salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka janganlah ia duduk sebelum sholat dua rakaat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Niat Sholat Tahiyatul Masjid

Berikut bacaan lengkap niat sholat tahiyatul masjid dalam tulisan Arab, latin dan artinya:

أصَلَّى سُنَّةَ التَّحِيَّةَ الْمَسْجِد رَكْعَتَيْنِ اللهِ تَعَالَى

Arab latin: Ushalli sunnatat tahiyyatal masjidi rak’ataini lillahi ta’aalaa

Artinya: “Aku niat salat sunah tahiyyatal masjid dua rakaat karena Allah ta’ala.”

Tata Cara Sholat Tahiyatul Masjid

Dirangkum dari buku Muro’atul Ibadah Fi At-Thoharah Wa Sholat karya Ibnu Asrori Najib, sholat tahiyatul masjid berjumlah dua rakaat dan dilaksanakan secara munfarid atau sendiri. Tata caranya tak jauh berbeda dengan sholat sunnah lainnya. Hanya saja, sholat ini harus dilakukan di masjid.

1. Niat

اُصَلِّى سُنَّةً تَحِيَّةَ الْمَسْجِدِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Bacaan latin: Usholli sunnatan tahiyyatal masjidi rok’ataini lillaahi ta’aalaa

Artinya: “Aku berniat sholat sunnat tahiyyatul masjid karena Allah ta’ala.”

2. Takbiratul Ihram

3. Membaca surat Al Fatihah

4. Membaca surat dalam Al Qur’an (disunnahkan membaca surat Al Kafirun)

5. Rukuk

6. I’tidal

7. Sujud pertama

8. Duduk di antara dua sujud

9. Sujud kedua

10. Bangkit dan melaksanakan rakaat kedua sesuai yang dilakukan pada rakaat pertama. (Disunnahkan membaca surat Al Ikhlas setelah Al fatihah)

11. Tasyahud akhir

12. Salam

Imam Nawawi RA berkata, “Sebagian ulama mengungkapkan dengan Tahiyyah Rabbil Masjid (menghormati Rabb Tuhan yang disembah alam masjid), karena maksud dari sholat tersebut sebagai kegiatan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, bukan kepada masjidnya, karena orang yang memasuki rumah raja, ia akan menghormati kepada raja bukan kepada rumahnya.”

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Penenang Hati dan Pikiran yang Gelisah


Jakarta

Dalam ajaran Islam, memiliki hati yang terbuka dan lapang sangatlah penting. Hati yang lapang membantu seseorang menjadi lebih tenang dan bijaksana dalam menghadapi berbagai situasi.

Setiap hari, umat Islam dianjurkan untuk berdoa memohon kelembutan hati kepada Allah SWT. Dengan doa ini, seseorang dapat memperoleh ketenangan dan kemudahan dalam menjalani kehidupan.

Doa penenang hati juga membantu menenangkan perasaan yang gelisah. Amalan ini menjadi cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon bantuan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.


Doa Penenang Hati

Bacaan doa penenang hati terdapat dalam Al-Qur’an. Ustaz Enjang Burhanudin Yusuf, M.Pd dalam bukunya yang berjudul Panduan Lengkap Shalat, Doa, Zikir & Shalawat juga menuliskan doa ini. Berikut bacaan doa penenang hati lengkap, Arab, latin, dan artinya:

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي

Arab latin: Rabbisyraḥ lī ṣadrī wa yassir lī amrī waḥlul ‘uqdatam mil lisānī yafqahụ qaulī

Artinya, “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku dan mudahkanlah untukku urusanku dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka mengerti perkataanku.” (QS Taha: 25-28)

Doa di atas adalah doa yang dipanjatkan Nabi Musa ‘alaihissallam kepada Allah SWT saat menghadapi Firaun. Dikisahkan dalam Al-Qur’an, Allah telah mengutus Nabi Musa AS untuk menghadapi Firaun yang telah melampaui batas dan mengklaim dirinya sebagai tuhan.

Menghadapi musuh yang begitu kuat, Nabi Musa AS merasa kesulitan dan bahkan sering kali terancam akan dibunuh. Oleh karena itu, Nabi Musa ‘alaihissallam senantiasa memanjatkan doa pembuka hati setiap hari, memohon kemudahan dan perlindungan dari Allah dalam menghadapi Firaun, karena hanya kepada Allah-lah tempat meminta.

Keutamaan Berdoa

Setiap muslim dapat memohon segala sesuatu kepada Allah melalui doa, termasuk permintaan agar Allah SWT memberikan ketenangan hati dan pikiran. Ada sebuah hadits yang menjelaskan keutamaan berdoa, Rasulullah SAW bersabda,

“Barang siapa dibukakan pintu doa untuknya, berarti telah dibukakan pula untuknya segala pintu rahmat. Dan tidak dimohonkan kepada Allah, yang lebih disukai-Nya selain daripada dimohonkan ‘afiyah. Doa itu memberi manfaat terhadap yang telah diturunkan dan yang belum diturunkan. Dan tak ada yang dapat menangkis ketetapan Tuhan, kecuali doa. Sebab itu berdoa kamu sekalian.” (HR At-Tirmidzî)

Menurut penjelasan seperti dikutip dari situs Kementerian Agama RI, hadits tersebut menunjukkan bahwa doa adalah kunci utama untuk memperoleh rahmat dari Allah SWT. Ketika seseorang diberi kesempatan untuk berdoa, itu berarti Allah SWT telah membuka pintu-pintu kebaikan baginya dan menunjukkan kasih sayang-Nya.

Selain itu, doa juga memiliki kekuatan besar untuk mengubah takdir dan menghadirkan kebaikan, baik terhadap apa yang sudah maupun yang belum terjadi. Karena itulah, setiap hamba dianjurkan untuk senantiasa berdoa, memohon keselamatan, kesehatan, dan perlindungan yang dicintai Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam surah Gafir ayat 60,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ ࣖࣖࣖ ٦٠

Artinya: Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

4 Doa saat Angin Kencang yang Bisa Dibaca Muslim


Jakarta

Doa angin kencang bisa diamalkan ketika cuaca buruk. Seperti diketahui, angin kencang dapat membahayakan jika dibiarkan terus menerus.

Doa angin kencang diamalkan oleh Rasulullah SAW untuk memohon perlindungan dari Allah SWT. Terkait angin juga disebutkan dalam Al-Qur’an, tepatnya pada surah Al Baqarah ayat 164:

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱلْفُلْكِ ٱلَّتِى تَجْرِى فِى ٱلْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ وَمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن مَّآءٍ فَأَحْيَا بِهِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيفِ ٱلرِّيَٰحِ وَٱلسَّحَابِ ٱلْمُسَخَّرِ بَيْنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ


Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”

Doa Angin Kencang: Arab, Latin dan Artinya

Berikut beberapa doa angin kencang yang bisa dibaca muslim seperti dikutip dari buku Panduan Lengkap Shalat, Doa, Zikir & Shalawat susunan Ustaz Enjang Burhanudin Yusuf.

1. Doa Angin Kencang Versi Pertama

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا

Allahumma innii as’aluka khairahaa wa a’uudzubika min syarriha

Artinya: “Ya Allah, sungguh aku mohon kepada-Mu kebaikan angin ini, serta aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya.” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah)

2. Doa Angin Kencang Versi Kedua

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلْتَ بِهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلْتَ بِهِ

Allahumma innii as’aluka khairahaa wa khaira maa fiiha wa khaira maa ursilat bihi wa a’uudzubika min syarrihaa wa syarri maa fiiha wa syarri maa ursilat bihi.

Artinya: “Ya Allah, sungguh aku mohon kepada-Mu kebaikan angin ini, kebaikan apa yang ada padanya, dan kebaikan pada tujuan angin ini dihembuskan. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, keburukan apa yang ada padanya, dan keburukan tujuan angin ini dihembuskan.” (HR Muslim dan Tirmidzi)

3. Doa Angin Kencang Versi Ketiga

Saat melihat angin, Rasulullah SAW menganjurkan untuk berdoa memohon kebaikan dan berlindung kepada Allah dari keburukannya. Dalam sebuah hadits dikatakan,

عن أبي هريرة قال: سمعت النبي صلي الله عليه وسلم يقول: الريح من روح الله تعالي تأتي بالرحمة وتأتي بالعذاب, فإذا رأيتموها فلا تسبوها واسألوا الله خيرها واستعيذوا بالله من شرها

Artinya: “Dari Sayyidina Abu Hurairah RA beliau berkata: “Aku mendengar Nabi SAW bersabda: ‘Angin adalah bagian dari pemberian Allah, bisa membawa rahmat dan juga bisa membawa azab. Jika kalian melihatnya, jangan mencelanya, mohonlah kepada Allah kebaikannya dan berlindunglah kepada Allah dari keburukannya.”

Dari Sayyidah Aisyah RA sesungguhnya Nabi SAW ketika melihat awan hitam di langit, beliau langsung meninggalkan pekerjaan, meskipun beliau sedang melakukan salat, kemudian berucap: “Allahumma innî a’ûdzu bika min syarrihâ” (ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keburukan awan ini).” Dan ketika turun hujan, beliau berucap: “Allahumma shayyiban nâfi’an (ya Allah turunkanlah hujan yang membawa manfaat dan kesenangan).”

4. Doa Angin Kencang Versi Keempat

اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

Allahumma haawalaina wa laa ‘alaina. Allahumma ‘alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari.

Artinya: “Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turunkan lah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah, dan tempat tumbuhnya pepohonan.” (HR Bukhari)

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Masa Kecil dan Remaja hingga Wafat


Jakarta

Umar bin Khattab adalah salah satu sahabat Rasulullah yang namanya sangat masyhur. Sejak kecil, Umar mempunyai tubuh tinggi besar dan watak yang keras.

Umar lahir dari suku Quraisy, sehingga pada awalnya ia sangat membenci dan menentang agama baru yang diajarkan Rasulullah SAW. Pada suatu ketika, Umar juga sempat berniat untuk membunuh Rasulullah SAW karena geram.

Namun, masuknya Umar di agama Islam memberikan dampak yang begitu besar bagi perkembangan umat Islam selanjutnya. Komitmen Umar yang begitu teguh dan tulus untuk mengkokohkan tiang-tiang agama Islam ini pernah ia sampaikan ke Rasulullah SAW.


Masa Kecil dan Remaja Umar bin Khattab

Menurut buku Fashlu al-Khathab fii Siirat ibnu al-Khathab ‘Umar bin al-Khathab karya Ali Muhammad Ash-Shalabi yang diterjemahkan Khoirul Amru Harahap dan Akhmad Faozan, Umar bin Khattab lahir pada tahun 13 setelah tahun Gajah. Ia adalah putra Al-Khathab bin Nufail. Kakek Umar, Nufail bin Abd Al-‘Uzza adalah seorang hakim kaum Quraisy.

Kaum keluarga Umar sangat disegani karena selalu bertindak sebagai juru damai jika terjadi sengketa. Pengaruh mereka terhadap suku-suku lain sangat besar, maka tidak mengherankan jika dalam perundingan mereka tampil sebagai pembuat keputusan yang adil.

Merangkum buku Umar bin Khattab karya K. Usman, Umar memiliki tubuh yang besar, kelar dan kuat, tubuhnya bongsor meskipun masih kecil. Umar terkenal paling berani di antara anak-anak kecil lainnya.

Meskipun bermain di antara anak bangsawan kaya raya suku Quraisy, Umar tidak iri hati. Sebab, ia memiliki hal yang dapat dibanggakan yaitu, otak yang cerdas, berani, tegas, pandai bercerita dan memiliki tubuh yang bongsor.

Saat remaja, Umar sering disebut ‘si garang’ oleh teman-teman sebayanya. Bila bepergian, ia membawa pedang yang digantungkan di bahu kirinya yang bidang.

Sewaktu Umar remaja, sudah memasuki tahun ke-6 kenabian Rasulullah SAW. Ia adalah salah seorang yang menentang agama baru yang dibawa dan diajarkan Rasulullah SAW.

Umar sangat geram pada Rasulullah SAW, sebab agama baru yang diajarkan Rasulullah SAW telah memecah belah kesatuan suku Quraisy. Umar sempat membentak dan memaki Lubainah, budak yang ada di rumahnya saat mengetahui Lubainah telah memeluk Islam.

Kisah Keislaman Umar bin Khattab

Meski sosok Umar memiliki watak yang keras, tubuh yang tinggi dan besar sehingga nampak kasar, namun pada nurani terdalamnya sosok Umar adalah manusia yang penuh dengan kasih sayang. Hal ini dapat terlihat dalam kisah proses Umar merasakan cahaya keislaman.

Merangkum buku Jejak Langkah Umar bin Khattab oleh Abdul Rohim, suatu hari, Umar hendak pergi untuk membunuh Rasulullah SAW. Tapi di tengah perjalanan, ia bertemu dengan Nu’aim bin Abdullah yang menasehati Umar untuk mengurungkan niatnya.

Nu’aim dan Umar saling berpendapat dengan keras dan nada yang semakin meninggi. Ketika Nu’aim melihat bahwa emosi Umar belum berakhir, ia memberitahukan kalau Fatimah, adiknya Umar dan suaminya Fatimah telah memeluk Islam. Saat Umar mendengar bahwa adik perempuannya dan suaminya telah memeluk Islam, dia menjadi sangat marah dan langsung mendatangi mereka.

Singkat cerita, saat tiba di rumah Fatimah dan suaminya, Umar mendengar lantunan ayat suci Al-Qur’an dan melihat mereka memegang kitab Al-Qur’an. Bacaan tersebut membuat hatinya luluh dan memutuskan bertemu dengan Rasulullah SAW untuk menyatakan ingin memeluk Islam.

Jasa-Jasa Umar bin Khattab sebagai Khalifah

Salah satu dari banyak jasa yang dilakukan Umar bin Khattab sebagai khalifah yakni penetapan kalender Hijriah. Sebelum meninggal, Abu Bakar Ash-Shiddiq menulis wasiat bahwa ia menyerahkan wewenang kekhalifahan kepada Umar bin Khattab.

Mengutip buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X karya Abu Achmadi dan Sungarso, Umar bin Khattab RA dipilih karena memiliki akhlak dan akidah yang sangat baik. Selain itu, ia selalu menjadi penasihat bagi Khalifah Abu Bakar RA selama memimpin umat Islam.

Akhirnya, setelah Abu Bakar wafat, Umar langsung dibaiat untuk dikukuhkan menjadi khalifah umat Islam. Selama menjabat sebagai khalifah, Umar dikenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana.

Dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah Kelas VII karya Fida’ Abdilah dan Yusak Burhanudin, dijelaskan bahwa Umar menyumbang banyak sekali jasa kepada umat Islam dan pemerintahannya. Berikut jasa-jasa Umar bin Khattab:

  • Perluasan wilayah Islam.
  • Perbaikan sistem pemerintahan.
  • Penetapan kalender Hijriyah.
  • Menjaga Al-Qur’an.
  • Salat tarawih 20 rakaat pertama.

Wafatnya Umar bin Khattab

Menukil dari buku Kisah Hidup Umar bin Khattab oleh Mustafa Murrad, wafatnya Umar bin Khattab disebabkan karena dendam pribadi seorang budak yang fanatik yaitu Abu Lukluk Fairuz. Umar bin Khattab meninggal dunia setelah diserang oleh Abu Lukluk saat sedang memimpin salat Subuh pada Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H. Ada yang berpendapat tanggal 4 atau 3 Dzulhijjah tahun 23 H.

Abu Lukluk adalah seorang Persia yang memeluk Islam setelah wilayah Persia ditaklukkan oleh Umar bin Khattab dalam upaya perluasan wilayah Islam. Pembunuhan tersebut dipicu oleh rasa sakit hati Abu Lukluk atas kekalahan Persia, negara adidaya pada saat itu.

Sementara, Afdhal dkk dalam bukunya yang berjudul Sejarah Peradaban Islam mengatakan, sebelum Abu Lukluk melancarkan aksinya, terdapat penyebaran konspirasi yang dirancang oleh musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi dan Persia. Menurut berbagai sumber, Umar bin Khattab ditusuk dengan belati beracun.

Dalam Tarikh Abu Zur’ah terdapat riwayat dari Jarir Al-Bajali dari Mu’awiyahdan dia berkata, “Rasulullah SAW wafat pada usia 63 tahun, Abu Bakar wafat pada usia 63 tahun, dan Umar dibunuh pada usia 63 tahun.”

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Sahabat Nabi yang Menyesal saat Sakaratul Maut



Jakarta

Terdapat kisah inspiratif mengenai sahabat Nabi Muhammad SAW yang bernama Sya’ban RA. Meski namanya tidak menonjol seperti sahabat-sahabat lain, Sya’ban merupakan sosok yang memiliki kebiasaan unik.

Menukil buku Fikih Madrasah Ibtidaiyah Kelas III oleh Yusak Burhanudin dan Muhammad Najib, Sya’ban selalu datang ke masjid sebelum waktu salat tiba. Ia mengambil posisi paling pojok di masjid saat salat berjamaah karena tidak ingin menghalangi orang yang ingin beribadah di masjid. Rasulullah SAW dan para sahabat lainnya mengetahui kebiasaan Sya’ban RA.

Suatu hari, Sya’ban tidak kunjung datang saat para sahabat dan Rasulullah SAW melaksanakan salat berjamaah. Nabi Muhammad SAW merasa heran dan sempat menunggu Sya’ban, tetapi batang hidungnya tak kunjung terlihat.


Setelah menunaikan salat Subuh berjamaah dengan para sahabat, Rasulullah SAW meminta seorang sahabat untuk mengantarnya ke rumah Sya’ban. Sesampainya di sana, sang istri memberitahukan bahwa Sya’ban telah wafat.

Istri Sya’ban memberitahukan soal teriakan suaminya saat sakaratul maut. Saat itu, Sya’ban berteriak, “Aduh, kenapa tidak lebih jauh. Aduh, kenapa tidak yang baru. Aduh, kenapa tidak semua,”

Mengutip buku Iman dan Taqwa susunan Dirman, ternyata Sya’ban ditampakkan masa lalunya oleh Allah SWT. Nabi Muhammad SAW lalu mengisahkan bahwa ketika sakaratul maut Allah SWT memperlihatkan pahala setiap langkah menuju masjid, saking besarnya pahala melangkah menuju masjid untuk salat lima waktu, maka Sya’ban menyesal sambil berharap, “Ya Allah, andaikan saja jarak rumahku dan masjid masih jauh, tentu pahala setiap langkah semakin banyak,”

Sya’ban menyesal tidak memiliki rumah yang lebih jauh dari masjid. Sebab, setiap langkah muslim ke masjid dihitung sebagai pahala.

Sementara itu teriakan, “Aduh, kenapa tidak yang baru,” dikarenakan ia menyesal tidak memberikan baju baru kepada orang yang pernah ditemuinya. Saat itu, cuacanya sangat dingin hingga Sya’ban harus mengenakan dua mantel.

Sya’ban memakai pakaian lusuh pada lapisan luar dan pakaian baru di dalam. Ia memberikan pakaian lusuh itu kepada orang tersebut.

Adapun, terkait penyesalan ketiga yang ia ucapkan, “Aduh, kenapa tidak semua,” dikarenakan Sya’ban menyesal hanya memberi sebagian roti yang ia miliki pada pengemis yang kelaparan. Ia menyesal, seandainya roti tersebut ia berikan seluruhnya maka kebaikan yang diperbuatnya menjadi lebih sempurna.

Wallahu a’lam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com