Tag Archives: buya hamka

Larangan Malam 1 Suro Menurut Islam, Apakah Boleh Keluar Rumah?


Jakarta

Malam 1 Suro atau 1 Muharram sering dianggap sakral. Menurut mitos yang berkembang, ada larangan yang tidak boleh dilakukan pada malam tersebut. Bagaimana menurut Islam?

Salah satu larangan yang populer adalah tidak boleh keluar pada malam 1 Suro. Masyarakat Jawa meyakini keluar pada malam 1 Suro bisa mendatangkan kesialan atau hal negatif. Sebagian percaya lebih baik berada di rumah untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.

Dalam Islam, Suro merujuk pada Muharram, bulan pertama dalam kalender Hijriah. Muharram termasuk bulan haram (yang disucikan) sebagaimana sabda Rasulullah SAW,


“Sesungguhnya zaman telah berputar sebagaimana keadaannya pada hari Allah menciptakan langit dan bumi, dalam setahun ada dua belas bulan, darinya ada empat bulan haram, tiga di antaranya adalah Dzulkaidah, Dzulhijjah dan Muharram, sedangkan Rajab adalah bulan Mudhar yang di antaranya terdapat Jumadil Akhir dan Sya’ban.” (HR Bukhari Muslim)

Dalam sejumlah kitab tafsir disebutkan, hadits di atas berkenaan dengan firman Allah SWT dalam surah At Taubah ayat 36 tentang empat bulan haram.

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ ٣٦

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.”

Merujuk pada Tafsir Al-Qur’an Kementerian Agama RI, empat bulan haram itu harus dihormati. Salah satu larangan pada bulan ini adalah melakukan peperangan. Ketetapan ini berlaku sejak umat Nabi Ibrahim AS hingga Nabi Muhammad SAW.

Imam Al-Hanbali menjelaskan dalam Latha’if Al-Ma’arif Fi Ma Li Mawasim Al-‘Am Min Al-Wazha’If yang diterjemahkan Mastur Irham dan Abidun Zuhri, sebagian ulama berpendapat larangan perang bulan haram–termasuk Muharram–supaya manusia leluasa menjalankan ibadah umrah dan haji.

Muharram bertepatan dengan waktu kepulangan jemaah haji menuju tempat tinggal masing-masing. Dengan demikian, kata Imam Al-Hanbali, jemaah haji terjamin keselamatan dan keamanannya.

Namun, berperang pada bulan haram diperbolehkan jika mendapat serangan musuh. Imam Ahmad dalam Musnad meriwayatkan hadits dari Ishaq bin Isa dari Laits bin Sa’ad dari Abu Az-Zubair dari Jabir RA, “Rasulullah SAW tidak pernah berperang pada bulan haram, kecuali beliau diserang atau mereka diserang. Jika bulan haram tiba, maka beliau berdiam di rumah hingga bulan haram berlalu.”

Selain perang, berikut larangan pada bulan Muharram dan tiga bulan haram lainnya merujuk pada Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al Azhar Buya Hamka:

  1. Dilarang berbuat aniaya pada diri sendiri
  2. Dilarang berbuat maksiat
  3. Dilarang balas dendam
  4. Dilarang menjarah

Larangan-larangan tersebut berlaku sepanjang bulan haram, tak sebatas pada malam tanggal 1 atau dalam hal ini malam 1 Muharram. Sebab, tak ada riwayat yang secara spesifik menyebut larangan malam 1 Muharram.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Jangan Pernah Bilang ‘Aku Sudah Sabar’, Ini Pesan Rasulullah


Jakarta

Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk senantiasa bersabar. Dia juga menunjukkan balasan di akhirat bagi yang melaksanakan ibadah hati tersebut.

Allah SWT berfirman dalam surah An Nahl ayat 96,

مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ بَاقٍۗ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِيْنَ صَبَرُوْٓا اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ٩٦


Artinya: “Apa yang ada di sisimu akan lenyap dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Kami pasti akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan.”

Menurut Tafsir Al-Qur’an Kementerian Agama RI, ayat tersebut memberitahukan bahwa orang yang beriman dan sabar menghadapi tugas agama dan tabah dari segala penderitaan akan mendapat ganjaran lebih dari apa yang mereka kerjakan. Allah SWT menonjolkan sifat sabar atau tabah karena sifat tersebut adalah asas dari segala amal perbuatan.

Buya HAMKA dalam Tafsir Al Azhar mengatakan di sinilah letak ujian manusia, antara janji Tuhan yang begitu jelas dan janji manusia atau iblis yang mendebarkan dada. Orang lemah kerap kali jatuh.

Allah SWT juga berfirman dalam surah Asy Syura ayat 43,

وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ اِنَّ ذٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ ࣖ ٤٣

Artinya: “Akan tetapi, sungguh siapa yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan.”

Pesan Rasulullah agar Bersabar

Jangan pernah bilang “aku sudah sabar”. Sebab, hal ini bisa berarti menolak untuk menghadapi ujian dengan kesabaran.

Rasulullah SAW dalam salah satu hadits pernah menyebut bahwa sabar ada tiga macam. Yaitu sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah SWT, sabar dalam menjauhi kemaksiatan kepada Allah SWT, dan sabar dalam menerima ujian dari Allah SWT.

Beliau SAW bersabda,

الصَّبْرُ ثَلَاثَةٌ صَبْرٌ عَلَى الْمُصِيبَةِ، وَصَبْرٌ عَلَى الطَّاعَةِ، وَصَبْرٌ عَنِ الْمَعْصِيَةِ، فَمَنْ صَبْرَ عَلَى الْمُصِيبَةِ حَتَّى يَرُدَّهَا بِحُسْنِ عَزَائِهَا، كَتَبَ اللهُ لَهُ ثَلَاثُ مِائَةٍ دَرَجَةِ، مَا بَيْنَ الدَّرَجَةِ إِلَى الْأُخْرَى كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، وَمَنْ صَبَرَ عَلَى الطَّاعَةِ كُتِبْتَ لَهُ سِتْ مِائَةِ دَرَجَةٍ، مَا بَيْنَ الدَّرَجَةِ إِلَى الدَّرَجَةِ كَمَا بَيْنَ تُحُوْمِ الْأَرْضِ إِلَى مُنْتَهَى الْعَرْشِ، وَمَنْ صَبْرَ عَنِ الْمَعْصِيَةَ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ تِسْعَ مِائَةِ دَرَجَةٍ، مَا بَيْنَ الدَّرَجَةِ إِلَى الدَّرَجَةِ كَمَا بَيْنَ تُخُوْمِ الأَرْضِ إِلَى مُنْتَهَى الْعَرْشِ مَرَّتَيْنِ. (رواه ابن أبي الدنيا)

Artinya: “Sabar itu ada tiga macam: Sabar menghadapi musibah, sabar untuk taat dan sabar menghindari kedurhakaan. Barang siapa sabar menghadapi musibah hingga dia dapat menolak musibah itu dengan menganggap baik kedukaannya, maka Allah menetapkan baginya tiga ratus derajat, yang jarak antara satu derajat dengan yang lainnya seperti jarak antara langit dan bumi. Barang siapa sabar untuk taat, ditetapkan baginya enam ratus derajat, yang jarak antara satu derajat dengan yang lainnya seperti antara batas bumi hingga ke ujung ‘Arsy. Barang siapa sabar dalam menghindari kedurhakaan, Allah menetapkan sembilan ratus derajat kepadanya, yang jarak antara satu derajat dengan yang lainnya seperti jarak antara batas bumi hingga ke ujung ‘Arsy dua kali lipat.” (HR Ibnu Abud-Dunya dan Abusy Syaikh dikutip dari Minhajul Qashidin Ibnu Qudamah)

Ulama kontemporer Syekh Yusuf Al-Qaradhawi dalam Akhlaq Al-Islam terjemahan Fuad SN, juga memaparkan sebuah hadits tentang keutamaan sabar. Rasulullah SAW bersabda,

“Betapa menakjubkannya orang mukmin itu! Sesungguhnya segala urusannya baik baginya, dan itu tidak terjadi pada siapa pun selain hanya bagi orang mukmin. Jika ia mendapatkan kemudahan, ia bersyukur, maka itu lebih baik baginya. Dan apabila ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu baik baginya.” (HR Muslim dan Ahmad)

Pada masa-masa dakwahnya, Rasulullah SAW berpesan kepada para sahabat agar senantiasa menahan diri dan bersabar, lapang dada, waspada, dan tidak membalas penganiayaan kaum musyrikin. Beliau SAW mengatakan, “Sesungguhnya sabar itu dihitung ketika hantaman pertama.” (HR Bukhari)

Pesan Ali bin Abi Thalib

Salah seorang sahabat nabi, Ali bin Abi Thalib RA, juga banyak berpesan tentang kesabaran. Dia berpesan kepada Asy’at bin Qais, “Kamu jika sanggup bersabar maka ketetapan Allah akan terjadi dan kamu mendapatkan pahala, namun jikalau tidak sanggup bersabar maka ketetapan Allah akan terjadi dan kamu mendapatkan dosa.”

Sayyidina Ali RA menyebut sabar memiliki kedudukan tinggi dalam iman. Dia berpesan, “Ketahuilah bahwa kedudukan kesabaran terhadap keimanan bagaikan kedudukan kepala terhadap badan. Apabila kepala dipotong maka binasalah badan.”

Setelah itu, Sayyidina Ali RA mengeraskan suaranya dan berkata, “Ketahuilah bahwa tidak ada keimanan bagi yang tidak memiliki kesabaran. Kesabaran adalah kendaraan yang tidak akan menyesatkan.”

Pesan-pesan Sayyidina Ali RA tersebut tertuang dalam Biografi Ali bin Abi Thalib karya Ali Muhammad Ash-Shalabi edisi Indonesia terjemahan Muslich Taman dkk.

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Setan Takut kepada 4 Golongan Ini, Apakah Kamu Termasuk?


Jakarta

Sejak awal penciptaan manusia, iblis sudah menyatakan permusuhannya. Ia bertekad akan menyesatkan keturunan Adam hingga mereka tertipu dan melihat kesesatan sebagai kenikmatan. Allah SWT mengabadikan sumpah Iblis ini dalam Al-Qur’an surah Al-Hijr ayat 39.

Allah SWT berfirman,

قَالَ رَبِّ بِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَلَاُغْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ


Artinya: Ia (Iblis) berkata, “Tuhanku, karena Engkau telah menyesatkanku, sungguh aku akan menjadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi dan sungguh aku akan menyesatkan mereka semua,

Dalam surah Al-A’raf ayat 17, iblis menjelaskan rencananya lebih jauh:

ثُمَّ لَاٰتِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَاۤىِٕلِهِمْۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ

Artinya: Kemudian, pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”

Menurut Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka, ayat ini menggambarkan bahwa setelah manusia diberi keinginan dan kebebasan memilih, setan bertekad menghalangi mereka dari segala arah dalam menempuh jalan lurus (Ash-Shirathal Mustaqim). Ia datang dari depan, belakang, kanan, dan kiri untuk menggoda manusia agar berpaling dari petunjuk Allah.

Penjelasan Buya Hamka menekankan bahwa kebanyakan manusia tidak bersyukur karena mereka sudah tertipu oleh tipu daya setan. Gangguan ini bukan semata dari arah fisik, melainkan juga dari arah pemikiran, perasaan, hingga tindakan, yang membuat manusia sulit menerima kebenaran atau kembali ke jalan lurus.

Golongan Orang yang Ditakuti Setan

Namun ada pula golongan manusia yang tidak hanya terhindar dari godaan, tapi bahkan ditakuti oleh setan. Hal ini dijelaskan dalam buku Mengapa Malaikat dan Setan di Rumah Kita? susunan Abu Hudzaifah Ibrahim dan Muhammad ash-Shayim. Siapa saja mereka?

1. Orang yang Memohon Perlindungan kepada Allah SWT

Ketika seseorang menghadapi kesulitan, ia berlindung hanya kepada Allah, bukan kepada makhluk lain. Hal ini dijelaskan dalam surah Al-Isra ayat 56:

قُلِ ادْعُوا الَّذِيْنَ زَعَمْتُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ فَلَا يَمْلِكُوْنَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنْكُمْ وَلَا تَحْوِيْلً

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Serulah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Dia. Mereka tidak akan mampu menghilangkan bahaya darimu dan tidak (pula) mampu mengalihkannya.”

Setan takut kepada orang yang tahu kepada siapa harus meminta pertolongan, karena orang ini tidak mudah tergoda oleh janji dan bisikan palsu.

2. Orang yang Senantiasa Bertaubat dan Beristighfar

Setan akan berusaha menjebak manusia dalam dosa, tetapi ia gentar kepada mereka yang segera sadar dan kembali kepada Allah. Mereka tidak tenggelam dalam kesalahan, melainkan segera bertaubat.

Firman Allah SWT dalam surah Al-A’raf ayat 201:

اِنَّ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا اِذَا مَسَّهُمْ طٰۤىِٕفٌ مِّنَ الشَّيْطٰنِ تَذَكَّرُوْا فَاِذَا هُمْ مُّبْصِرُوْنَۚ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, jika mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat (kepada Allah). Maka, seketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya).

Taubat membuat manusia kembali pada fitrahnya dan membatalkan pengaruh setan yang sempat menyentuhnya.

3. Orang yang Hidup dalam Lingkungan Orang Saleh

Setan lebih mudah menggoda orang yang menyendiri dan jauh dari komunitas yang baik. Sebaliknya, mereka yang hidup dalam jemaah Muslim, akan saling mengingatkan dan menjaga.

Rasulullah SAW bersabda,

“Barang siapa yang menginginkan kesenangan surga di antara kalian, hendaklah dia senantiasa bergabung dengan jemaah muslimin, karena setan itu berada di dekat orang yang sendiri dan akan tersingkir dari dua orang atau lebih.” (HR Tirmidzi)

Lingkungan yang baik adalah benteng dari godaan yang sering datang saat seseorang dalam kesendirian atau saat iman sedang lemah.

4. Orang yang Dekat dengan Al-Qur’an dan Sunnah

Orang yang membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an serta mengikuti tuntunan Nabi Muhammad SAW, berada di bawah cahaya petunjuk. Setan akan kesulitan menembus hati yang dipenuhi ayat-ayat Allah dan sunnah Rasul-Nya.

Zikir dan Amalan Pelindung dari Godaan Setan

Selain masuk empat golongan di atas, Rasulullah SAW juga mengajarkan zikir dan amalan tertentu untuk menjauhkan diri dari godaan setan.

Dalam buku Zikir & Amalan Nabi Sehari-hari terbitan Ghadeer Foundation, disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Setan terbagi menjadi dua. Pertama, setan dari golongan jin yang akan menjauh ketika dibacakan padanya ayat Al-Qur’an. Kedua, setan dari golongan manusia, yang akan menjauh ketika dibacakan sholawat: Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa āli Muhammad.”

Imam Ja’far Ash-Shadiq juga meriwayatkan cara mencegah bisikan setan:

“Untuk mencegah bisikan setan pada dirimu, usapkan tangan ke dada sambil membaca: Bismillāh wabillāh wa bi Muhammad rasūlillāh, wa lā haula wa lā quwwata illā billāhil ‘Aliyyil ‘Azīm, Allāhumma amsih ‘annī mā ahdzar.

(Dengan nama Allah, dengan Allah, dan dengan Muhammad utusan Allah. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Ya Allah, hilangkanlah dariku apa yang aku khawatirkan).”

Setelah itu, tangan ditarik ke bawah sampai perut dan doa tersebut diulang sebanyak tiga kali. Insyaallah seseorang akan terhindar dari bisikan dan gangguan setan.

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com

Penumpang Muslim Protes ke Singapore Airlines usai Disuguhi Olahan Babi


Jakarta

Penumpang muslim Singapore Airlines (SIA) protes usai dirinya disuguhi hidangan olahan babi dalam penerbangan dari Singapura ke New York. Imbas dari hal itu, pihak SIA meminta maaf atas kesalahannya.

Menurut laporan Mothership yang dilansir dari Malay Mail pada Jumat (8/8/2025), kesalahan tersebut terjadi karena kru kabin tidak mengetahui bahwa prosciutto adalah produk olahan babi. Insiden ini dialami oleh Jey, penumpang kelas bisnis dalam penerbangan SQ24 yang merupakan warga lokal Singapura.


Jey mengatakan dirinya memesan makanan muslim untuk layanan minuman, tetapi memilih opsi Book the Cook (Pesan Juru Masak) untuk makan siangnya. Pada salah satu sesi makan, ia disuguhi hidangan berlabel “Grilled Mediteranean Salad with Prosciutto.”

Mulanya, Jey sempat bertanya kepada kru kabin apakah prosciutto merupakan daging babi. Kru menjawab bukan dan meyakinkan hidangan tersebut aman dikonsumsi.

Lalu, setelah mencicipi makanan yang menurut Jey asing, ia lantas melakukan pencarian informasi dan menemukan bahwa prosciutto adalah irisan tipis daging babi yang diawetkan.

“Saya benar-benar terkejut,” kata Jey sambil menyebut dirinya telah menjadi muslim selama lebih dari tiga dekade.

Kemudian, saat Jey mengonfirmasi kepada kru kabin mereka berdalih staf yang melayani salah dengar dan merupakan anggota junior. Staff tersebut tidak mengetahui bahwa prosciutto adalah olahan daging babi.

Imbas dari hal itu, Jey kemudian mengajukan keluhan kepada pihak maskapai. Ia sempat ditawari kompensasi berupa voucher KrisShop seharga SG$10.000 atau sekitar Rp 127 juta.

Jey lalu meminta agar maskapai lebih serius menangani sensitivitas makanan terkait kepercayaan. Melalui sebuah email, perwakilan layanan pelanggan SIA mengakui bahwa kru kabin awalnya tak yakin apakah prosciutto mengandung babi dan menyajikannya tanpa melakukan verifikasi lebih lanjut.

Usai menyadari kesalahan tersebut, kru itu langsung meminta maaf dan menawarkan hidangan alternatif namun ditolak oleh Jey. Juru bicara Singapore Airlines mengonfirmasi terkait adanya kesalahan, maskapai lalu menyampaikan permintaan maaf.

“Ketika awak kabin kami menyadari bahwa pelanggan tersebut tidak mengonsumsi daging babi, mereka segera meminta maaf, menyingkirkan hidangan tersebut, dan menawarkan alternatif,” ungkap juru bicara SIA melalui keterangan tertulis yang dilansir dari Malay Mail.

Dengan kejadian ini, pihak maskapai telah melakukan pelatihan pada awak kabin dan memperbaiki prosedur layanan serta menyarankan seluruh penumpang dengan pantangan agama atau diet tertentu agar memesan makanan khusus untuk setiap sesi makanan dalam penerbangan jauh.

Hukum Mengonsumsi Daging Babi bagi Muslim

Umat Islam diharamkan untuk mengonsumsi babi dan produk turunannya. Larangan tersebut diterangkan dalam surah Al Baqarah ayat 173,

اِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيْرِ وَمَآ اُهِلَّ بِهٖ لِغَيْرِ اللّٰهِ ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَّلَا عَادٍ فَلَآ اِثْمَ عَلَيْهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: “Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Akan tetapi, siapa yang terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ibnu Katsir melalui kitab Tafsir Al-Qur’an al-Azim Jilid 1 yang diterjemahkan M Abdul Ghoffar menjelaskan bahwa babi diharamkan tak hanya sebatas pada daging dan lemaknya, namun termasuk kulit, rambut, tulang, lemak, dan anggota tubuh lainnya. Begitu juga memakan daging babi, baik yang mati dengan cara disembelih maupun mati dalam keadaan tak wajar.

Menurut Tafsir Al Azhar Jilid 1 yang disusun Buya Hamka, keharaman babi disebabkan binatang tersebut termasuk jenis hewan yang paling kotor dan najis.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Hukum Tajwid Surat Yasin Ayat 82 Beserta Kandungannya


Jakarta

Satu perintah dari Allah sudah cukup untuk mewujudkan apa pun yang dikehendaki-Nya. Itulah isi Surat Yasin ayat 82, ayat yang sering dibaca karena mengandung pesan tentang kekuasaan Allah dalam menciptakan segala sesuatu. Selain itu, ayat ini juga dikenai beberapa hukum tajwid yang penting untuk diketahui agar bacaan lebih sesuai dengan kaidah yang benar.

Bacaan Surat Yasin Ayat 82

اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔاۖ اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

Arab latin: Innamā amruhū iżā arāda syai’an ay yaqūla lahū kun fa yakūn(u).
Artinya: Sesungguhnya ketetapan-Nya, jika Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka, jadilah (sesuatu) itu.


Hukum Tajwid Surat Yasin Ayat 82

Berikut hukum tajwid surat Yasin ayat 82 dirangkum detikHikmah.

1. Idgam Bigunnah, Idgam Mimi, Gunnah, Madd Lazim, Madd Farq

Terjadi saat nun sukun (نْ) atau tanwin (ــًــ, ـٍــ, ـٌــ) bertemu dengan huruf-huruf idgam tertentu.

Bacaan idgam bigunnah, idgam mimi, gunnah, madd lazim, dan madd farq dalam Surat Yasin ayat 82 ditandai dengan warna pink.

Cara baca: Tahan suara selama 2 harakat untuk idgam bigunnah, idgam mimi, dan gunnah
Panjangkan suara sampai 6 harakat untuk madd lazim dan madd farq

2. Ikhfa, Ikhfa Syafawi, Madd Jaiz Munfasil, Madd Silah Tawilah

Ikhfa terjadi ketika nun sukun (نْ) atau tanwin (ــًــ, ـٍــ, ـٌــ) bertemu dengan huruf-huruf ikhfa.
Bacaan ikhfa, ikhfa syafawi, madd jaiz munfasil, dan madd silah tawilah dalam Surah Yasin ayat 82 ditandai dengan warna hijau.

Cara baca: Untuk ikhfa dan ikhfa syafawi, suara ditahan selama 2 harakat.
Untuk madd jaiz munfasil dan madd silah tawilah, suara dipanjangkan 4 hingga 5 harakat.

Kandungan Surat Yasin Ayat 82

Dalam Tafsir Al-Azhar, susunan Buya Hamka, dijelaskan bahwa ayat ini menunjukkan betapa mudahnya bagi Allah untuk menciptakan sesuatu. Jika Allah menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata, “Jadilah”, maka hal itu langsung terjadi. Tidak ada yang bisa menghalangi kehendak-Nya.

Contohnya bisa dilihat dari kejadian sehari-hari. Telur bisa menjadi ayam, dan sebuah biji mangga bisa tumbuh menjadi pohon yang menghasilkan ribuan buah. Bagi manusia, itu adalah proses panjang dan sulit. Tapi bagi Allah, itu sangat mudah, karena semua terjadi atas izin dan kehendak-Nya.

Ayat ini juga mengingatkan bahwa akal manusia memiliki batas. Apa yang dianggap tidak mungkin oleh manusia, bisa saja terjadi jika Allah menghendakinya. Maka dari itu, ayat ini mengajarkan kita untuk yakin bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah.

(inf/erd)



Sumber : www.detik.com

Tantangan untuk Melintasi Langit dan Bumi


Jakarta

Surah Ar-Rahman merupakan surah ke-55 dalam urutan mushaf Al-Qur’an. Surah yang diturunkan di Makkah ini terdiri dari 78 ayat dan terdapat dalam juz ke-27 Al-Qur’an.

Surah ini memiliki keunikan tersendiri yaitu ayat فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (fabiayyi ala irobbikuma tukadziban) yang diulang sebanyak 31 kali. Ayat tersebut berarti “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”.

Menurut Tafsir Fii Zilalil Qur’an yang disusun oleh Sayyid Quthb, surah Ar-Rahman banyak membahas tentang penciptaan makhluk-makhluk-Nya dan alam semesta, yang merupakan bagian dari kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT.


Dalam artikel ini akan dibahas secara khusus mengenai Surah Ar-Rahman ayat 33. Secara umum, kandungan ayat tersebut menceritakan tentang alam semesta yang menakjubkan. Berikut penjelasan selengkapnya.

Bacaan Surah Ar-Rahman Ayat 33: Arab, Latin, dan Artinya

يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ اِنِ اسْتَطَعْتُمْ اَنْ تَنْفُذُوْا مِنْ اَقْطَارِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ فَانْفُذُوْاۗ لَا تَنْفُذُوْنَ اِلَّا بِسُلْطٰنٍۚ

Yā ma’syaral-jinni wal-insi inistaṭa’tum an tanfużū min aqṭāris-samāwāti wal-arḍi fanfużū, lā tanfużūna illā bisulṭān(in).

Wahai segenap jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya, kecuali dengan kekuatan (dari Allah).

Kandungan Surah Ar-Rahman Ayat 33

Menurut Tafsir Tahlili Kementerian Agama RI, ayat 33 surah Ar-Rahman menyeru jin dan manusia untuk mencoba, jika mampu, menembus dan melintasi penjuru langit dan bumi guna menghindari azab serta hukuman Allah. Namun, hal itu mustahil mereka lakukan karena tidak memiliki kekuatan apa pun untuk menghadapi kekuasaan-Nya.

Sebagian ahli tafsir menafsirkan kata “sulṭān” dalam ayat ini sebagai ilmu pengetahuan, yang memberi isyarat bahwa melalui ilmu, manusia dapat menjelajahi ruang angkasa.

Adapun menurut Tafsir Fii Zilalil Qur’an, Sayyid Quthb menjelaskan bahwa pada ayat tersebut, Allah SWT menantang jin dan manusia untuk melintasi/menembusi penjuru langit dan bumi.

Hal ini berkaitan dengan ayat-ayat sebelumnya yaitu ayat 29 sampai 31 yang menjelaskan tentang alam semesta yang fana dan suatu saat akan binasa. Pemusnahan alam semesta merupakan suatu hal yang amat mengerikan dan bentuk ancaman yang menakutkan.

Kemudian pada ayat ke 33, jin dan manusia ditantang apakah mereka mampu menembusi langit dan bumi untuk menghindari kebinasaan itu. Namun tentu saja hal itu tidak mungkin tanpa izin Allah SWT. Hanya Allah SWT yang memiliki kekuatan (sulthan) yang mampu membinasakan dan Allah SWT sendiri yang akan memberikan balasan terhadap siapa saja yang mendustakan-Nya.

Lebih lanjut, menurut Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar Jilid 9, kandungan surah Ar-Rahman ayat 33 tersebut dapat ditafsirkan bahwa Allah SWT memberikan kebebasan kepada manusia untuk melintasi segala penjuru bumi, baik untuk mengetahui rahasia terpendam atau pun untuk menuntut ilmu. Namun, di ayat tersebut disebutkan kata “sulthan” (kekuatan) yang maknanya bahwa manusia bisa melakukan itu semua hanya bila diberi kekuatan dari Allah SWT.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Hadits tentang Bulan Muharram dan Larangannya


Jakarta

Di antara bulan-bulan yang terdapat dalam kalender Hijriah terdapat empat bulan haram, yakni Zul Qa’dah, Zulhijah, Muharram, dan Rajab. Masing-masing bulan tersebut mempunyai keistimewaan yang disebut dalam hadits. Berikut ini hadits tentang bulan Muharram.

Mengutip buku Buku Harian Orang Islam karya Ustadz Abdullah Faqih Ahmad Abdul Wahid, Muharram atau nama lainnya al-Mu’tamar merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriah, dan Muharram mempunyai arti larangan atau yang diharamkan.

Keharaman (kesucian) bulan Muharram ini disebutkan dalam Al-Qur’an surah At Taubah ayat 36. Allah SWT berfirman,


اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ ٣٦

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.”

Penjelasan empat bulan haram dalam firman Allah SWT di atas dijelaskan lebih lanjut melalui hadits.

Hadits tentang Bulan Muharram

Merangkum kitab Riyadhus Shalihin karya Imam an-Nawawi, kitab Fiqh as-Sunnah karya Sayyid Sabiq, dan Tafsir Ibnu Katsir, berikut sejumlah hadits tentang bulan Muharram dan amalan-amalan di dalamnya.

1. Hadits Muharram Adalah Bulan Haram

Hadits mengatakan Muharram adalah salah satu bulan haram. Rasulullah SAW bersabda,

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Artinya: “Zaman berputar seperti hari Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu terdiri dari 12 bulan, di antaranya 4 bulan Haram, tiga bulan berurutan, Dzulqaidah, Dzulhijjah, dan Muharram. Adapun Rajab yang juga merupakan bulannya kaum Mudhr, berada di antara Jumadil Akhir dan Sya’ban.” (HR Bukhari Muslim)

2. Hadits Muharram Adalah Sebaik-baiknya Bulan untuk Puasa setelah Ramadan

Puasa bulan Muharram adalah sebaik-baiknya puasa setelah Ramadan. Rasulullah SAW bersabda,

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ.

Artinya: “Sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadan adalah puasa bulan Muharram dan sebaik-baik salat setelah salat wajib adalah salat malam.” (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad)

3. Hadits Muharram Terdapat Hari Asyura

Dalam bulan Muharram terdapat satu hari yang mulia. Hari tersebut jatuh pada tanggal 10 Muharram, dikenal dengan hari Asyura.

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Artinya: “Dari Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh untuk berpuasa pada hari itu.” (HR Bukhari dan Muslim dalam Shahih-nya)

4. Hadits Puasa Asyura pada 10 Muharram Melebur Dosa Setahun Lalu

Puasa Asyura yang jatuh pada 10 Muharram disebut dapat menghapus doa setahun yang lalu. Berikut bunyi haditsnya,

وَعَنْ أَبِي قَتَادَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ سُئِلَ عَنْ صِيَامِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: «يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Artinya: “Dari Abu Qatadah RA, bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Asyura. Beliau menjawab, ‘Puasa tersebut dapat melebur dosa setahun yang lalu’.” (HR Muslim)

5. Hadits Anjuran Puasa pada 9 dan 10 Muharram

Selain memerintahkan puasa pada 10 Muharram (Asyura), Rasulullah SAW menganjurkan puasa pada 9 Muharram (Tasua). Hal ini dilakukan untuk membedakan dengan puasanya orang-orang Yahudi.

عَنِ ابْنَ عَبَّاسٍ قَالَ لَمَا صَامَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَوْمَ عَاشُرَاء وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولُ اللهِ ﷺ إِنَّهُ يَوْمُ تَعْظِمْهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ إِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعُ قَالَ الله وَلَمْ يَأْتِي الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوَفَّيْرَسُولُ اللَّهِ ﷺ رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَأَبُودَ أَوْد

Artinya: Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, “Tatkala Rasulullah SAW melaksanakan puasa Asyura dan menyuruh para sahabat melakukannya. Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah SAW sesungguhnya hari ini adalah hari orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadikannya hari besar.’ Beliau menjawab. ‘Bila usia kita sampai tahun depan insyaallah kita puasa pada tanggal 9 Muharram (Tasua)’.” Ia (Ibnu Abbas) berkata, “Dan sebelum sampai datang tahun berikutnya Rasulullah SAW telah wafat.” (HR Muslim)

Dalam riwayat lain dikatakan,

عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا مَرْفُوعًا: صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا الْيَهُودَ، صُومُوا يَوْمًا قَبْلَهُ أَوْ يَوْمًا بَعْدَهُ (رواه أحمد)

Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA dengan status marfu (Rasulullah bersabda): ‘Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya’.” (HR Ahmad)

Larangan di Bulan Muharram

Ada beberapa larangan bulan Muharram sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an. Berikut tiga di antaranya.

1. Dilarang Berbuat Aniaya

Pada bulan Muharram, Allah SWT melarang untuk berbuat aniaya pada diri sendiri. Larangan ini termaktub dalam surah At Taubah ayat 36,

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ ٣٦

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.”

Dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir, melalui ayat tersebut, umat Islam dilarang berbuat aniaya terhadap diri sendiri. Sebab, sanksi berbuat dosa pada bulan haram lebih berat daripada bulan-bulan lainnya.

2. Dilarang Maksiat

Larangan bulan Muharram dan bulan-bulan haram lainnya adalah berbuat maksiat. Maksiat ini termasuk perbuatan zalim yang tidak disukai Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surah Asy Syura ayat 40,

وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۚفَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ ٤٠

Artinya: “Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim.”

3. Dilarang Balas Dendam

Pada bulan Muharram umat Islam juga dilarang balas dendam. Dijelaskan dalam Tafsir Al Azhar karya Buya Hamka, larangan ini bertujuan agar umat Islam bisa fokus beribadah haji dan umrah pada bulan-bulan haram.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Simpanan Pahala bagi Orang yang Berdoa tapi Tak Kunjung Dikabulkan


Jakarta

Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa dan Dia akan mengabulkan setiap permintaan. Janji Allah SWT ini disebutkan dalam Al-Qur’an.

Allah SWT berfirman dalam surah Gafir ayat 60,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ ࣖࣖࣖ ٦٠


Artinya: Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”

Menurut Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka, melalui surah Gafir (Al Mu’min) ayat 60 Allah SWT menyeru agar berdoa dan memohon kepada-Nya. Dalam berdoa, ada sejumlah adab yang perlu dijaga.

Pertama, kata Buya Hamka, hendaklah ikhlas hati kepada-Nya. Kedua, percaya bahwa permohonan niscaya akan dikabulkan. Ketiga, menanamkan kepercayaan penuh bawa tawajjuh berdoa adalah taufik atau bimbingan dari Allah SWT yang keuntungannya adalah mendekatkan diri kepada-Nya. Adapun apabila terkabul itu adalah karunia kedua.

Namun, tak semua doa langsung dikabulkan, ada kalanya itu menjadi simpanan pahala di akhirat. Imam Bukhari dalam kitab Shahih Adabul Mufrad yang ditakhrij Syekh Al-Albani dan diterjemahkan Abu Ahsan memaparkan sejumlah riwayat yang menerangkan hal ini.

Diriwayatkan Abu Said Al-Khudri, dari Nabi SAW,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو لَيْسَ بِإِثْمٍ وَلَا بِقَطِيْعَةِ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ إِحْدَى ثَلَاثٍ إِمَّا أَنْ يَعْجَلَ لَهُ دَعْوَتَهُ وَإِمَّا أَنْ يُدَخِّرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَدْفَعَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلِهَا قَالَ إِذَا يُكَفِّرُ قَالَ اللَّهُ أَكْثَرُ

Artinya: “Tiada seorang muslim yang berdoa, selagi tidak untuk berbuat dosa atau memutuskan silaturrahim, kecuali Allah akan memberinya salah satu dari tiga hal: Adakalanya doanya dikabulkan segera. Adakalanya doa itu sebagai simpanannya untuk besok di akhirat. Adakalanya Allah akan menolak kejelekan sebesar permintaannya.” Abu Said berkata, “Jika demikian, maka kita perbanyak doa!” Nabi menjawab, “Allah lebih banyak.”

Hadits tersebut shahih. Terdapat dalam kitab Takhrijut-Targhibi juga diriwayatkan at-Tirmidzi dalam kitab Ad-Da’awaah dari Ubadah bin Shamit.

Doa yang tak segera dikabulkan dan adakalanya menjadi simpanan di akhirat juga diterangkan melalui hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi Muhammad SAW yang bersabda,

مَا مِنْ مُؤْمِنٍ صَبَّ وَجْهَهُ إِلَى اللهِ يَسْأَلَهُ مَسْأَلَةً إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهَا إِمَّا عَجَّلَهَا لَهُ فِي الدُّنْيَا وَإِمَّا ذَخَرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مَا لَمْ يَعْجَلْ قَالُوا يَا رَسُولُ اللَّهِ وَمَا عَجَلْتُهُ قَالَ يَقُوْلُ دَعَوْتُ وَدَعَوْتُ وَلَا أَرَاهُ يُسْتَجَابُ لِي

Artinya: “Tiada seorang mukmin yang mengangkat mukanya kepada Allah seraya memohon, kecuali Allah pasti akan mengabulkannya. Adakalanya dikabulkan dengan disegerakan-Nya di dunia, dan adakalanya dijadikan simpanan baginya besok di akhirat selama ia tidak tergesa-gesa.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa itu?” Nabi menjawab, “Dia berkata, ‘Saya telah berdoa, dan berdoa tapi tidak pula dikabulkan-Nya’.”

Hadits tersebut shahih dari sumber yang sama. Selain Bukhari, Abu Daud dan Muslim juga meriwayatkannya.

Waktu Mustajab Berdoa

Berdoa bisa dilakukan kapan saja. Namun, ada sejumlah waktu yang disebut mustajab atau besar kemungkinan doa yang dipanjatkan akan dikabulkan. Salah satu waktu mustajab ini adalah di sepertiga malam terakhir.

Hal tersebut mengacu pada sabda Rasulullah SAW, “Pada setiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta’ala turun (ke langit dunia), ketika tinggal sepertiga malam yang akhir Dia berfirman, ‘Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaannya. Dan barang siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia’.” (HR Bukhari dan Muslim)

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com