Tag Archives: dakwah rasulullah

Rasulullah Berdakwah Sembunyi-sembunyi Selama 3 Tahun, Begini Kondisi Umat Islam



Jakarta

Periode dakwah secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama 3 tahun. Dakwah tersebut dilakukan di kota Mekkah.

Menurut buku Mengapa Islam Memerintahkan Berperang susunan Muhammad Reza Rahardian, periode dakwah di Mekkah khusus untuk dakwah tauhid. Berbeda dengan di Madinah yang ruang lingkupnya meluas ke ilmu-ilmu lain seperti fiqih muamalah dan fiqih As-Siyar yang membahas tentang ilmu peperangan.

Kala itu, tauhid menjadi hal yang asing bagi penduduk Mekkah. Karenanya, Nabi Muhammad tidak langsung berdakwah secara terang-terangan.


Apabila penyampaian dakwah tauhid dilakukan tanpa metode yang tepat, tentu akan menyebabkan penduduk Mekkah terkejut dan berujung menolak ajaran yang disampaikan. Karenanya, Rasulullah berdakwah dengan sembunyi-sembunyi.

Nabi Muhammad tidak langsung menyebarkan kepada masyarakat Mekkah, melainkan memulainya dengan berdakwah kepada orang-orang terdekat, seperti anggota keluarga dan sahabat karibnya. Keluarga Rasulullah merupakan orang-orang baik dan selalu menghormati beliau, karena itu mereka lantas menerima agama Islam.

Mengutip dari buku Pendidikan Agama Islam: Sejarah Kebudayaan Islam yang ditulis oleh Drs Imam Subchi MA, pada periode dakwah sembunyi-sembunyi, Nabi Muhammad hanya menyampaikan ajaran dasar dari Islam. Ajaran itu mencakup tiga hal, yaitu keesaan Tuhan, penghapusan patung-patung berhala, dan kewajiban untuk beribadah ritual serta sosial demi mencari ridha Allah semata.

Kondisi Umat Islam pada Periode Dakwah Sembunyi-sembunyi

Merujuk pada sumber yang sama, pada periode tersebut umat Islam melaksanakan salat bersama para pengikut dan sahabatnya dengan cara sembunyi-sembunyi. Ini dimaksudkan agar tidak ketahuan oleh penduduk Mekkah.

Walau begitu, lama-kelamaan kabar tentang dakwah Islam sampai ke telinga kabilah Quraisy di Mekkah. Kala itu, mereka tidak terlalu peduli dengan dakwah Islam karena menganggap Nabi Muhammad sebagai orang yang peka terhadap urusan agama, tidak lebih dari itu.

Berlangsung selama 3 tahun, pada rentang waktu tersebut umat Islam yang jumlahnya masih sedikit saling menguatkan satu sama lain. Hingga akhirnya turunlah ayat Al-Qur’an yang memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah secara terang-terangan kepada penduduk Mekkah.

Orang-orang yang Pertama Kali Menerima Ajaran Nabi Muhammad

Orang-orang yang pertama kali menerima ajaran dan seruan Rasulullah SAW disebut dengan as-sabiqunal awwalun. Arti dari kata tersebut ialah orang-orang yang pertama masuk Islam.

Sosok assabiqunal awwalun itu ialah, Khadijah istri Nabi mUhammad, Zaid bin Haritsah anak angkat Rasulullah, Ali bin Abi Thalib sepupu nabi, dan Abu Bakar yang merupakan sahabat karib beliau. Setelahnya, mereka turut melanjutkan jejak Rasulullah dalam menyebarkan agama Islam.

Abu Bakar berhasil mengajak 5 orang lainnya untuk memeluk agama Islam, mereka adalah Sa’ad bin Abi Waqqash, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Abdurrahman bin Auf, dan Utsman bin Affan. Selain nama-nama yang disebutkan, masih banyak orang-orang yang masuk Islam di awal-awal dakwah, mereka semua berasal dari kabilah Quraisy dan disebut sebagai sahabat, artinya orang-orang yang bertemu Rasulullah, beriman kepada beliau dan meninggal atas keimanan.

Menurut artikel berjudul Karakteristik dan Strategi Dakwah Rasulullah Muhammad SAW pada Periode Mekkah yang terbit di jurnal At Tabsyir, selama 10 tahun pertama berdakwah belum ada kemajuan yang berarti khususnya dalam jumlah umat Islam. Penekanan dakwah di Mekkah difokuskan pada keesaan Allah, karena kondisi Mekkah saat itu belum bertauhid.

Memulai Dakwah Terang-terangan di Mekkah

Setelah turun surat Ash-Shu’ara ayat 214, Nabi Muhammad mulai berdakwah secara terang-terangan. Adapun, bunyi dan arti dari ayat tersebut yaitu:

وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ ٱلْأَقْرَبِينَ

Arab latin: Wa anżir ‘asyīratakal-aqrabīn

Artinya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,”

Setelahnya, Nabi Muhammad SAW mulai menampakkan dirinya ke publik. Beliau percaya diri untuk melakukannya karena mendapat perlindungan dari pamannya Abu Thalib, Nabi Muhammad lalu mendaki Bukit Shafa dan berseru kepada kabilah Quraisy.

Paman Nabi Muhammad lainnya yaitu Abu Lahab menanggapi dakwah beliau dengan ketus. Saat itulah turun firman Allah mengenai Abu Lahab dalam surat Al Lahab ayat 1-5.

تَبَّتْ يَدَآ اَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّۗ

Arab latin: Tabbat yadā abī lahabiw wa tabb.

Artinya: 1. “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia!”

مَآ اَغْنٰى عَنْهُ مَالُهٗ وَمَا كَسَبَۗ

Arab latin: Mā agnā ‘an-hu māluhụ wa mā kasab.

Artinya: 2. “Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan,”

سَيَصْلٰى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍۙ

Arab latin: Sayaslā nāran żāta lahab.

Artinya: 3. “Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka),”

وَّامْرَاَتُهٗ ۗحَمَّالَةَ الْحَطَبِۚ

Arab latin: Wamra’atuh, hammālatal-hatab.

Artinya: 4. “Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah),”

فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِّنْ مَّسَدٍ

Arab latin: Fī jīdihā hablum mim masad.

Artinya: “Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal,”

Seruan Nabi Muhammad dan celaan Abu Lahab mengisyaratkan dimulainya pertempuran antara dua ideologi, yaitu tauhid melawan kesyirikan.

Periode Dakwah di Madinah

Setelah berdakwah di Mekkah, Nabi Muhammad juga berdakwah di Madinah. Dijelaskan dalam buku Pendidikan Agama Islam yang disusun oleh Bachrul Ilmy, setidaknya ada empat bentuk nyata dari periode dakwah di Madinah.

Keempatnya adalah pembinaan akidah, ibadah, dan muamalah kaum muslim, pembinaan ukhuwah atau persaudaraan untuk menyatukan kaum muslim, pembinaan kader-kader perjuangan untuk mempertahankan wilayah dakwah, dan memetakan pertahanan dan sosial untuk menjaga stabilitas Madinah.

Adapun, cara berdakwah Nabi Muhammad pada periode Madinah yaitu:

  • Membangun masjid sebagai pusat kegiatan dakwah
  • Melakukan perjanjian dengan kaum Yahudi di Madinah
  • Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar
  • Membangun ekonomi rakyat dengan mendirikan pasar

Demikian pembahasan mengenai periode dakwah secara sembunyi-sembunyi yang dilakukan di Mekkah. Semoga bermanfaat.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Apa Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah SAW di Makkah?


Jakarta

Rasulullah SAW berdakwah di tengah-tengah masyarakat Makkah yang penuh dengan kemaksiatan dan kesesatan. Tak jarang pula beliau mendapat ancaman pembunuhan. Lalu apa substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW?

Pada dasarnya, substansi atau isi dan strategi dakwah Rasulullah SAW ketika diutus Allah SWT bertujuan untuk menolong umat manusia agar kembali ke jalan yang benar. Untuk itu, diperlukan strategi dakwah yang tepat agar substansi dakwah tersebut tersampaikan.

Substansi Dakwah Rasulullah SAW di Makkah

Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam Kelas X oleh Bachrul Ilmy, Rasulullah SAW diutus Allah SWT untuk meluruskan dan mengajak masyarakat Makkah yang saat itu dipenuhi dengan kemaksiatan dan kejahatan yang keji ke jalan yang benar.


Masyarakat Makkah kala itu gemar untuk melakukan pesta pora sambil menyembah berhala yang berada di dekat Ka’bah. Mereka memuja Hubal si dewa laki-laki yang paling ditakuti, serta Lata, Uzza, dan Manatta sebagai dewa perempuan yang disenangi.

Kekejaman masyarakat Makkah kala itu adalah mereka gemar mengubur hidup-hidup anak perempuan mereka. Maka peperangan antar suku, perampokan, atau perampasan harta benda bukanlah hal yang tidak asing bagi mereka.

Allah SWT mengutus Rasulullah SAW untuk berdakwah dan membawa kebenaran serta cahaya dari gelapnya Makkah kala itu dengan agama Islam dengan substansi dakwah Rasulullah SAW sebagai berikut:

1. Memurnikan Akidah

Dakwah Nabi SAW kepada masyarakat Arab kala itu bertujuan untuk memurnikan akidah, yaitu ajaran Nabi Ibrahim AS yang telah diselewengkan oleh mereka. Beliau menumpaskan penyembahan berhala serta mengajak kembali kepada ketauhidan.

Akhirnya setelah kurang lebih berdakwah selama 23 tahun, Nabi SAW bisa menaklukkan kembali kota Makkah dan menghancurkan berhala dengan gerakan “Fathu Makkah” atau “Penaklukan Kota Makkah.”

2. Menambah Kemuliaan Akhlak

Substansi dakwah Rasulullah SAW yang kedua adalah untuk menanamkan kemuliaan akhlak. Artinya, beliau datang untuk memperbaiki serta menyempurnakan akhlak masyarakat Arab dan manusia seluruhnya saat itu hingga sekarang.

Beliau memperbaiki moral mereka yang rusak yang bahkan tega mengubur hidup-hidup anak perempuan yang lahir di antara mereka lantaran malu kalau mereka tidak bisa berperang.

3. Membebaskan Kaum yang Tertindas

Penguasa Arab saat itu gemar untuk menindas orang-orang lemah dan yang mereka anggap rendah derajatnya. Bahkan mereka diperjualbelikan layaknya benda. Sehingga Rasulullah SAW datang untuk membebaskan tirani dan penindasan terhadap budak dan orang-orang lemah tersebut.

4. Membangun Kebudayaan yang Beradab

Rasulullah SAW juga diutus untuk membangun budaya yang lebih beradab dan lebih baik, yaitu budaya yang dilandasi dengan nilai-nilai keislaman yang mulia.

Strategi Dakwah Rasulullah SAW di Makkah

Setelah Rasulullah SAW mendapatkan wahyu pertamanya, Allah SWT memerintahkan beliau untuk berdakwah untuk memperbaiki moral dan akidah masyarakat Arab, khususnya Makkah.

Awalnya Nabi Muhammad SAW hanya berdakwah kepada orang-orang terdekat sehingga kala itu pengikutnya hanya sedikit. Namun, semakin lama semakin bertambah pengikut beliau yang mana hal itu membuat para kafir dan pembesar Arab geram sampai ingin membunuh beliau. Untuk itu, ada dua strategi dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW:

1. Dakwah Sembunyi-sembunyi

Pada awal periode dakwah Rasulullah SAW, beliau belum memiliki banyak pengikut. Setelah menerima wahyu pertama, beliau belum berdakwah kepada banyak orang melainkan hanya keluarga dan kerabat dekat.

Pada wahyu yang kedua, barulah Allah SWT memerintahkan Nabi SAW untuk menyampaikan pada umatnya dan masyarakat Arab yang penuh kemusyrikan. Wahyu yang kedua adalah Al-Qur’an surah Al-Muddassir ayat 1-7 yang bunyinya,

يٰٓاَيُّهَا الْمُدَّثِّرُۙ -١

1. Wahai orang yang berkemul (berselimut)!

قُمْ فَاَنْذِرْۖ – ٢

2. bangunlah, lalu berilah peringatan!

وَرَبَّكَ فَكَبِّرْۖ – ٣

3. dan agungkanlah Tuhanmu,

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْۖ – ٤

4. dan bersihkanlah pakaianmu,

وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْۖ – ٥

5. dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji,

وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُۖ – ٦

6. dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.

وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْۗ – ٧

7. Dan karena Tuhanmu, bersabarlah.

Setelah perintah ini turun, barulah Rasulullah SAW melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi kepada umatnya. Dakwah ini dilakukan selama tiga tahun lamanya dan disertai dengan banyak cobaan dan cercaan dari banyak orang.

2. Dakwah Terang-terangan

Dakwah secara terang-terangan dilakukan Rasulullah SAW setelah pengikutnya semakin banyak. Allah SWT memerintahkan beliau untuk berdakwah secara terang-terangan melalui sabdanya Al-Qur’an surah Al-Hijr ayat 94 yang bunyinya,

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَاَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِيْنَ

Artinya: Maka, sampaikanlah (Nabi Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.

Setelah mendapat wahyu tersebut, Rasulullah SAW mulai menerangkan ajaran Islam secara terang-terangan. Menurut buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah Kelas VII oleh H. Fida’ Abdilah, dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan memperoleh banyak kecaman dan reaksi buruk dari para pembesar Quraisy.

Bahkan paman Nabi SAW sendiri juga menentang ajaran yang dibawa oleh keponakannya itu. Kisahnya tersebut bahkan diabadikan dalam Al-Qur’an surah Al-Lahab.

Namun, para muslimin saat itu tidak pernah gentar maupun takut dengan segala ancaman dan sikap jahat dari pembesar Quraisy. Keberanian mereka bahkan semakin besar setelah Umar bin Khattab, sang penentang dakwah Nabi SAW, mengakui keislamannya.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Strategi Dakwah Rasulullah di Madinah, Hasilkan Perjanjian dengan Kaum Yahudi



Jakarta

Dalam sejarah Nabi Muhammad SAW berdakwah di dua kota Makkah dan Madinah, masing-masing tempat dijajaki Rasulullah dengan strategi yang berbeda. Lalu bagaimana strategi dakwah Rasulullah di Madinah?

Dari buku Pendidikan Agama Islam karya Muhammad Fodhil, S.Pd.I., M.Pd dkk dijelaskan ketika kaum Quraisy mengetahui telah banyak sahabat Rasulullah yang meninggalkan Makkah menuju Madinah dengan membawa seluruh harta mereka.

Maka para pembesar Quraisy di setiap kabilah berkumpul untuk membahas langkah strategis untuk menghalau dakwah Rasulullah SAW. Hasil rapat dari setiap pemuda yang gagah perkasa ialah hendak mengepung Nabi Muhammad SAW dan membunuhnya.


Setelah itu, malaikat Jibril turun ke bumi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, untuk memberitahukan kepada Rasulullah rencana dari kaum Quraisy, serta meminta beliau untuk tidak tidur di tempat tidur biasanya.

Hingga di malam harinya mendekati keberangkatan Rasulullah SAW ke Madinah, Ali bin Abi Thalib pun menggantikannya di tempat tidur biasanya. Lalu Rasulullah keluar bersama Abu Bakar, hingga sampai ke Madinah.

Sasaran Dakwah Rasulullah SAW di Madinah

· Orang yang baru masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshar

· Orang yang belum masuk Islam, seperti kaum Yahudi penduduk Madinah

· Masyarakat sekitar dan di luar kota Madinah, bangsa Arab atau di luar Arab

Strategi Dakwah Rasulullah di Madinah

Dari buku Sejarah Kebudayaan Islam: Teori, Prosedur dan Ruang Lingkupnya karya Ahmad Suryadi, S.Pd., M.Pd. dijelaskan beberapa strategi dakwah nabi Muhammad SAW ketika berada di kota Madinah.

Dakwah kepada orang-orang yang sudah memeluk Islam bertujuan supaya mereka memahami dengan benar esensi ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Lalu tujuan dakwah kepada orang belum masuk Islam, agar mereka berkenan menjadi Muslim.

1. Strategi Dakwah Pertama Ialah Membangun Masjid

Ketika Rasulullah memasuki Madinah, sebagian besar masyarakat Madinah terutama kaum Anshar sudah memeluk Islam, hingga mereka menawarkan rumahnya untuk dijadikan tempat beristirahat. Tempat itu akhirnya menjadi masjid.

Masjid yang dibangun Nabi Muhammad SAW sesudah membangun masjid Quba adalah masjid Nabawi atau masjid Madinah, dengan fungsi utama sebagai tempat ibadah, dan tempat bermusyawarah dalam merumuskan berbagai bentuk pemerintahan.

2. Strategi Dakwah Kedua Membentuk Persaudaraan

Kaum Muslim yang hijrah dari Makkah ke Madinah disebut kaum Muhajirin, sedangkan penduduk Madinah yang menerima hijrahnya umat Islam dikenal sebagai kaum Anshar.

Penduduk yang hijrah dari Makkah ke Madinah umumnya sangat miskin, karena mereka meninggalkan harta benda mereka di kota lama mereka, maka Rasulullah SAW membangun pertalian keluarga besar Islam, seperti Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Ja’far Ibnu Abi Thalib, Muaz Ibnu Zabal, dll.

3. Strategi Dakwah Ketiga Hasilkan Perjanjian dengan Masyarakat Yahudi dan Madinah

Rasulullah SAW membuat perjanjian yang dikenal sebagai perjanjian “Madinah” pada tahun 623 M atau tahun 2 H.

Isi perjanjian Madinah adalah sebagai berikut:

· Kaum Muslimin dan kaum Yahudi akan hidup berdampingan secara damai, dan bebas untuk melaksanakan agama dan kepercayaan masing-masing.

· Antara kaum Muslimin dan kaum Yahudi akan memikul biaya hidup masing-masing, apabila keduanya ada yang dimusihi atau diserang, maka kedua belah pihak wajib membela atau membantu

· Kaum Muslimin dan Kaum Yahudi wajib saling tolong-menolong

· Tanah Madinah akan menjadi tanah suci

· Rasulullah SAW menjadi pemimpin untuk seluruh penduduk Madinah

Substansi Dakwah Rasulullah di Madinah

Pendidikan Agama Islam karya Bachrul Ilmy menyebutkan beberapa substansi dari dakwah Rasulullah di Madinah, diantaranya yaitu:

· Pembinaan akidah, ibadah, dan muamalah kaum Muslimin

· Pembinaan Ukhuwah Muhajirin dan Anshar

· Pembinaan kader-kader perjuangan untuk mempertahankan wilayah

· Pemetaan dan pertahanan sosial dalam menjaga stabilitas Madinah

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com