Tag Archives: dakwah

Kisah Menangisnya Batang Pohon yang Rindu dengan Rasulullah SAW



Jakarta

Ada sebuah kisah yang menceritakan tentang awal mula Rasulullah SAW berada di Madinah. Kala itu, penduduk muslim Madinah secara gotong royong membangun masjid sekaligus rumah Rasulullah.

Rasulullah SAW memilih untuk menginap sementara waktu di rumah Abu Ayyub al-Ansari. Ketika masjid dan rumah untuk Rasulullah telah berdiri, Rasulullah pindah dan senantiasa mengimami jamaah salat fardhu dengan para sahabatnya.

Diceritakan dalam buku Kisah-kisah Inspiratif Sahabat Nabi yang ditulis Muhammad Nasrulloh, ketika Rasulullah salat, seringkali beliau berpegangan pada batang pohon untuk menopang tubuhnya.


Kota Madinah memang banyak sekali tumbuh pepohonan kurma sehingga banyak batang pohon yang menancap di mana-mana.

Tatkala khutbah, Rasulullah SAW juga selalu berpegangan pada batang pohon tersebut. Tak jarang Nabi bersandar pada batang pohon itu saat sedang bersama sahabatnya mengisi dakwah di masjid.

Ustaz Dr. Miftahur Rahman El-Banjary dalam buku Cinta Seribu Dirham Merajut Kerinduan kepada Rasulullah Al-Musthafa menuliskan, ketika jumlah jemaah semakin bertambah banyak, orang-orang berdesakan memenuhi masjid. Mereka yang duduk di barisan belakang atau paling jauh dari Rasulullah SAW tidak bisa melihat wajah beliau.

Para sahabat saat itu juga kasihan melihat Rasulullah SAW yang kelelahan jika berdiri terlalu lama saat berdakwah.

Suatu saat datang salah seorang sahabat menawarkan kepada beliau untuk dibuatkan mimbar. Hal ini pun disetujui oleh Rasulullah. Ketika mimbar selesai dibuat dan berdiri kokoh di masjid kemudian Rasulullah pun memulai aktifitas ibadahnya.

Ketika Rasulullah berjalan melewati batang pohon yang senantiasa selalu bersama beliau menuju mimbar, batang pohon itu menangis.

Tangisannya terdengar oleh seluruh sahabat Nabi seperti tangisan ibu unta yang kehilangan anaknya. Ternyata batang pohon tersebut rindu dengan Rasul, ia tak mau berpisah dengan Rasul.

Rasulullah pun mendatangi batang pohon itu dan mengelusnya sebagai mana anak kecil. Atas izin Allah SWT, perlahan-perlahan suara tangisan tersedu sedu itu perlahan mereda. Belum terjawab rasa penasaran dalam diri para sahabat yang hadir, Rasulullah SAW pun mengajak berbicara kepada pohon kurma itu.

Rasulullah berkata, “Maukah kamu aku pindahkan ke kebun kamu semula, berbuah dan memberikan makanan kepada kaum mukminin atau aku pindahkan kamu ke surga, setiap akar kamu menjadi minuman dari minuman-minuman di surga, lalu para penghuni surga menikmati buah kurmamu.”

Pohon kurma tanpa keraguan memilih pilihan yang kedua. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Af’al insya Allah! Demi Allah, yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, jika tidak aku tenangkan dia, niscaya dia akan terus merintih hingga hari kiamat karena kerinduannya kepadaku.”

Rasulullah kemudian kembali ke mimbar melanjutkan khutbahnya. Hasan bin Ali RA seringkali ketika mengisahkan kisah ini seraya menangis. Teringat di benaknya pohon pun menangis karena merindukan Rasulullah.

(rah/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Al-Arqam bin Abi Al-Arqam yang Rumahnya Jadi Madrasah Pertama Umat Islam



Jakarta

Ketika Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya di Makkah hanya segelintir orang yang bisa menerima pesannya. Merekalah yang disebut sahabat pertama Rasulullah SAW yang masuk Islam. Salah satunya adalah Al-Arqam bin Abi Al-Arqam.

Mengutip buku Seri Ensiklopedia Anak Muslim 125 Sahabat Nabi Muhammad SAW karya Mahmudah Mastur diceritakan siapa sebenarnya Al-Arqam bin Abi al-Arqam.

Al-Arqam bin Abi Al-Arqam memiliki nama asli Abdu Manaf bin Asad bin Abdullah bin Amr bin Makhzum. Dia dikenal juga dengan nama Abu Abdillah. Ia juga termasuk Assabiqunal Awwalun atau para sahabat yang pertama masuk Islam.


Al-Arqam masuk Islam pada usia 16 tahun. Peran Al-Arqam di awal dakwah Islam terbilang penting, karena rumahnya yang terletak di Bukit Shafa dijadikan tempat dakwah secara sembunyi-sembunyi oleh Rasulullah SAW.

Nabi Muhammad SAW memilih rumah Al-Arqam sebagai tempat dakwah karena lokasinya yang terpencil sehingga aman dari gangguan kafir Quraisy. Maka rumahnya disebut sebagai madrasah pertama umat Islam.

Alasan lainnya karena Al-Arqam berasal dari suku Makhzum, suku yang dikenal sebagai musuh keluarga besar Nabi Muhammad SAW. Jadi, kafir Quraisy tidak akan berpikir bahwa rumah Al-Arqam menjadi tempat dakwah.

Selain itu, mengutip buku Negara Islam Modern: Menuju Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur karya Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi dipilihnya rumah Al-Arqam bin Abi Al-Arqam sebagai madrasah pertama umat Islam adalah:

1. Karena Al-Arqam belum dikenal keislamannya, tidak seorang pun akan memikirkan kemungkinan Nabi Muhammad berkumpul di rumahnya.

2. Al-Arqam bin Abi Al-Arqam sebenarnya berasal dari suku Bani Makhzum, yang terkenal karena persaingan dan konflik perang dengan Bani Hasyim. Jika keislamannya Al-Arqam sudah diketahui, kemungkinan besar tidak akan dipikirkan bahwa pertemuan akan berlangsung di rumahnya, karena hal itu akan dianggap terjadi di tengah-tengah musuh.

3. Al-Arqam bin Al-Arqam adalah seorang yang masih muda ketika ia memeluk Islam, berusia hanya enam belas tahun. Ketika Quraisy merencanakan untuk menyelidiki perkembangan Islam, mereka tidak akan mengasumsikan bahwa mereka harus mencari di rumah-rumah para sahabat muda Nabi Muhammad. Sebaliknya, mereka akan lebih cenderung mencari di rumah-rumah para sahabat yang lebih terkemuka atau di tempat tinggal Nabi sendiri.

4. Mereka menganggap bahwa pertemuan biasanya diadakan di rumah salah satu anggota Bani Hasyim, di rumah Abu Bakar, atau tempat lain yang dikenal. Oleh karena itu, pilihan rumah yang dipilih sangat bijak dari segi keamanan. Tidak pernah terdengar bahwa orang-orang Quraisy menyerang tempat pertemuan ini atau mengetahui lokasinya.

5. Perhatikanlah bagaimana Nabi Muhammad secara cermat membangun sistem keamanan untuk menyebarkan dakwah Islam, dengan menempatkan para pengikutnya di tengah-tengah suku-suku, yang bertujuan untuk mengukuhkan ajaran Islam. Ketika Amr bin Ambasah memeluk Islam, Nabi Muhammad meminta dia untuk menyembunyikan keislamannya dan tetap bergabung dengan keluarganya.

Semasa hidupnya Al-Arqam senantiasa ikut berperang bersama Rasulullah SAW, seperti perang Badar, perang Uhud, dan perang besar lainnya. Al-Arqam pun wafat di tahun 55 Hijriah atau ketika usianya mencapai 80 tahun.

Melansir buku Quality Student of Muslim Achievement Kualitas Anak Didik dalam Islam yang ditulis Shabri Shaleh Anwar, Al-Arqam merupakan orang kesebelas yang memeluk Islam. Termasuk juga orang yang hijrah dari Makkah ke Habasyah.

Terdapat 40 orang dan salah satunya Umar bin Khattab yang terakhir belajar mengenai Agama Islam di rumah Al Arqam bin Abi Al-Arqam.

Itulah kisah Al-Arqam bin Abi Al-Arqam pemuda berusia 16 tahun menjadi orang kesebelas yang masuk Islam dan menjadi golongan Assabiqunal Awwalun.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com