Tag Archives: dalil

10 Dalil tentang Takdir, Sudah Tercatat di Lauhul Mahfudz



Jakarta

Takdir adalah ketetapan Allah SWT yang telah ditentukan kepada setiap makhluk ciptaan-Nya, termasuk manusia. Meyakini adanya takdir termasuk dalam rukun iman terakhir, yakni iman kepada qada dan qadar.

Mengutip dari buku 13 Cara Nyata Mengubah Takdir oleh Jamal Ma’mur Asmani, dkk., takdir dalam bahasa Arab berasal dari kata ‘qadara, yuqaddiru, taqdir’ yang artinya menaksir, menentukan, menetapkan, membandingkan, dan menjadikan kuasa.

Berdasarkan istilah tauhid, takdir ialah sesuatu yang telah ditentukan Allah SWT sejak zaman azali atau zaman belum diciptakannya seluruh ciptaan-Nya.


Ajaran Islam mengenal dua macam takdir, yaitu takdir muallaq atau takdir yang masih dapat diubah melalui ikhtiar serta takdir mubram yang tidak dapat diubah.

Takdir yang telah ditetapkan Allah SWT tersimpan dalam Ummul Kitab atau Lauhul Mahfudz, sebagaimana diterangkan dalam firman-Nya melalui Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 39:

يَمْحُوا۟ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ وَيُثْبِتُ ۖ وَعِندَهُۥٓ أُمُّ ٱلْكِتَٰبِ

Artinya: “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauhul Mahfuzh).” (QS Ar-Ra’d: 39).

Ketetapan takdir Allah SWT banyak terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur’an lainnya beserta hadits Rasulullah SAW. Berikut ini sejumlah dalil tentang takdir yang dirangkum dari buku Panduan Ilmu dan Hikmah karya Ibnu Rajab dan Takdir Allah Tak Pernah Salah karya Agus Susanto.

Dalil tentang Takdir dalam Al-Qur’an

1. Surat Al-An’am Ayat 59

وَعِندَهُۥ مَفَاتِحُ ٱلْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِى ظُلُمَٰتِ ٱلْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ

Artinya: “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfudz).” (QS Al-An’am: 59).

2. Surat Yunus Ayat 61

وَمَا تَكُونُ فِى شَأْنٍ وَمَا تَتْلُوا۟ مِنْهُ مِن قُرْءَانٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ ۚ وَمَا يَعْزُبُ عَن رَّبِّكَ مِن مِّثْقَالِ ذَرَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِى ٱلسَّمَآءِ وَلَآ أَصْغَرَ مِن ذَٰلِكَ وَلَآ أَكْبَرَ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ

Artinya: “Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh).” (QS Yunus: 61).

3. Surat Al-Hadid Ayat 22

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ

Artinya: “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS Al-Hadid: 22).

4. Surat Al-Hajj Ayat 70

أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِى ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ ۗ إِنَّ ذَٰلِكَ فِى كِتَٰبٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ

Artinya: “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauhul Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS Al-Hajj: 70).

5. Surat At-Talaq Ayat 3

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا

Artinya: “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS At-Talaq: 3).

6. Surat Al-Furqan Ayat 2

ٱلَّذِى لَهُۥ مُلْكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ شَرِيكٌ فِى ٱلْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَىْءٍ فَقَدَّرَهُۥ تَقْدِيرًا

Artinya: “Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya, dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS Al-Furqan: 2).

7. Surat Al-A’la Ayat 1-3

سَبِّحِ ٱسْمَ رَبِّكَ ٱلْأَعْلَى. ٱلَّذِى خَلَقَ فَسَوَّىٰ. وَٱلَّذِى قَدَّرَ فَهَدَىٰ

Artinya: “Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi, yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.” (QS Al-A’la: 1-3).

Dalil tentang Takdir dalam Hadits Rasulullah SAW

1. Hadits Pertama

Ibnu Rajab menukil dari Shahih Muslim bahwasannya disebutkan hadits dari Abdullah bin Amr RA dari Rasulullah SAW yang bersabda:

“Sesungguhnya Allah telah menciptakan takdir-takdir seluruh makhluk lima puluh tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.” (HR Muslim No. 2653).

2. Hadits Kedua

Dalam Shahih Muslim juga disebutkan hadits dari Jabir RA bahwa seseorang bertanya kepada Nabi SAW:

“Wahai Rasulullah, perbuatan hari ini sesuai dengan apa? Apakah sesuai dengan sesuatu yang pena-pena telah kering dengannya dan takdir-takdir berlangsung dengannya ataukah sesuai dengan sesuatu yang akan datang?”

Nabi SAW menjawab “Tidak, namun sesuai dengan apa yang pena-pena telah kering dengannya dan takdir-takdir telah berlangsung.”

Orang tersebut berkata, “Kalau begitu, untuk apa perbuatan itu?” Nabi SAW lalu bersabda, “Berbuatlah kalian, karena segala hal dipermudah kepada apa yang diciptakan untuknya.” (HR Muslim No. 2648).

3. Hadits Ketiga

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Ubadah bin Ash-Shamit RA, Nabi SAW pernah bersabda:

“Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan Allah adalah pena kemudian Allah berfirman (kepada pena), ‘Tulislah.’ Lalu sejak saat itu, terjadilah sesuatu sejak ditakdirkan hingga Hari Kiamat.” (HR Imam Ahmad, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi).

Itulah 10 dalil tentang takdir yang menunjukkan bahwa ketetapan Allah SWT telah tercatat di Lauhul Mahfudz sejak sebelum makhluk-Nya diciptakan, wallahu a’lam.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Hadits dan Ayat Al-Qur’an tentang Larangan Minum Khamr


Jakarta

Khamr adalah semua jenis minuman yang bersifat memabukkan. Sejumlah ayat Al-Qur’an dan hadits menjelaskan tentang larangan meminum khamr.

Dikutip dari buku Pengantar Studi Quran, Fiqih, Manhaj oleh H. Brilly El-Rasheed, secara bahasa, khamr berarti menutupi. Sedangkan secara istilah, khamr diartikan sebagai sebagai jenis minuman yang memabukkan dan menutupi kesehatan akal. Khamr bisa berasal dari buah-buahan seperti anggur, kurma, madu, gandum, dan biji sya’ir.

Allah SWT mengharamkan khamr bukan tentu karena hal tersebut buruk untuk manusia. Khamr adalah induk dari segala macam dosa yang memiliki mudharat yang besar karena dapat membahayakan jiwa, raga, dan akal, serta harta peminumnya.


Ayat Al-Qur’an dan Hadits Larangan Meminum Khamr

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an berkaitan dengan pelarangan meminum khamr. Berikut beberapa ayat tersebut:

1. Surah Al Baqarah Ayat 219

يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِۗ قُلْ فِيْهِمَآ اِثْمٌ كَبِيْرٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِۖ وَاِثْمُهُمَآ اَكْبَرُ مِنْ نَّفْعِهِمَاۗ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ ەۗ قُلِ الْعَفْوَۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُوْنَۙ

Artinya: Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang khamr dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. (Akan tetapi,) dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya.” Mereka (juga) bertanya kepadamu (tentang) apa yang mereka infakkan. Katakanlah, “(Yang diinfakkan adalah) kelebihan (dari apa yang diperlukan).” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu berpikir.

2. Surah Al Maidah Ayat 90

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji (dan) termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.

Ada sejumlah hadits mengenai larangan untuk meminum khamr. Salah satunya, dikutip dari buku Dosa Dosa Besar oleh Imam Adz-Dzhabi, Rasulullah SAW bersabda,

اخْتَنِبُوا الخَمْرَ فَإِنَّهَا أُمُّ الْخَبَائِثِ

Artinya: “Jauhilah arak, sebab ia merupakan induk segala hal yang kotor (keji).”

Dalam riwayat lain, Ibnu ‘Umar berkata yang mengutip dari sabda Rasulullah SAW.

كُلُّ مُسْكِرٍ حَمْرٌ وَكُلُّ حَمْرٍ حَرَامٌ وَمَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ فِي الدُّنْيَا وَمَاتَ وَلَمْ يَتُبْ مِنْهَا وَهُوَ مُدْمِنُهَا لَمْ يَشْرَبْهَا فِي الآخِرَةِ

Artinya: Semua yang memabukkan itu disebut khamr (arak). Dan semua khamr itu haram. Barangsiapa meminum khamr di dunia lalu mati dan belum bertaubat darinya juga dia masih terus meminumnya, niscaya ia tidak akan meminumnya di akhirat. (HR Muslim)

Hal serupa dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Rasulullah SAW bersabda,

ثَلاثَةٌ قَدْ حَرَّمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمُ الجَنَّةَ مُدْمِنُ الخَمْرِ وَالْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ وَالدَّيَوْثُ وَهُوَ الَّذِي يُقِرُّ السُّوْءَ فِي أَهْلِهِ

Artinya: Tiga golongan orang yang diharamkan Allah untuk masuk surga; yaitu orang yang terus-menerus minum khamr, orang yang durhaka kepada ibu- bapaknya, dan orang yang membiarkan istrinya berbuat serong. (HR Ahmad)

Khamr adalah induk dari segala macam dosa yang memiliki mudharat yang besar karena dapat membahayakan jiwa, raga, dan akal, serta harta peminumnya. Untuk itu, khamr diharamkan karena dapat menghilangkan dan merusak akal manusia sehingga peminumnya menjadi seperti orang gila sekaligus merusak kesehatan manusia.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Ciri-ciri Dajjal yang Disebut dalam Hadits Nabi


Jakarta

Dajjal disebut menjadi salah satu tanda kiamat yang akan muncul di akhir zaman dan akan menyesatkan banyak manusia. Ciri-ciri Dajjal telah dijelaskan dalam sejumlah hadits nabi.

Lilik Agus Saputro dalam bukunya yang berjudul Fitnah Dajjal & Ya’juj dan Ma’juj, Mengungkap Misteri Kemunculan Dajjal dan Ya’juj Ma’juj mendefinisikan Dajjal adalah sosok yang hadir di akhir zaman dan muncul saat banyak kekacauan yang terjadi di muka bumi ini.

Dajjal akan mengaku bahwa dia adalah Tuhan yang memiliki kekuatan ajaib. Namun, ia bukanlah Tuhan, melainkan musuh Allah SWT dan umat Islam.


Bagaimana cara mengenalinya? Apa saja ciri-ciri Dajjal yang dijelaskan melalui dalil Islam? Simak penjelasan berikut.

Beberapa ciri-ciri Dajjal telah disebutkan dalam hadits. Berikut di antaranya.

1. Matanya Buta Sebelah, Berdahi Lebar, Tubuhnya Agak Bongkok

Imam Syamsuddin Al-Qurthubi dalam kitab At-Tadzkirah menyebutkan hadits Abu Bakar bin Abu Syaibah dari Al-Filtan bin Ashim dari Nabi SAW yang menjelaskan ciri-ciri Dajjal. Dikatakan, Dajjal memiliki mata yang buta sebelah, berdahi lebar, dan tubuhnya agak bongkok. Rasulullah SAW bersabda,

“Adapun Masih Adh-Dhalalah (Al-Masih pembawa kesesatan: Dajjal) adalah seorang lelaki yang berdahi lebar, picak mata kirinya, lebar lubang hidungnya, (tubuhnya) agak bongkok.” (HR Muslim dan dinilai shahih)

2. Berambut Keriting

Mengutip buku Keluarnya Dajjal karya Firzatullah Dwiko R, ciri-ciri Dajjal terdapat dalam hadits berikut,

Rasulullah SAW bersabda, “Dajjal adalah pemuda yang berambut keriting, matanya buta (sebelah kanan), aku cenderung menyerupakannya dengan Abdul Uzza bin Qathan. Barang siapa di antara kalian menjumpainya maka bacakanlah kepadanya permulaan surah Al Kahfi. Sesungguhnya Dajjal akan muncul di tempat sepi antara Syam dan Iraq. Lalu dia merusak ke kanan dan ke kiri. Wahai hamba-hamba Allah, teguhkanlah pendirian kalian!” (HR Muslim)

3. Jarak antara Betisnya Berjauhan

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Dajjal adalah seorang laki-laki pendek, jarak antara kedua betisnya berjauhan, keriting, buta sebelah, mata yang terhapus tidak terlalu menonjol, tidak pula terlalu ke dalam, maka jika dia melakukan kerancuan (mengaku sebagai Rabb) kepadamu, maka ketahuilah sesungguhnya Rabb kalian tidak buta sebelah.” (HR Muslim)

4. Ada Tulisan “Kafir” di Dahinya

Mengutip buku Fikih Akhir Zaman karya Rachmat Morado Sugiarto, beberapa hadits yang menyebutkan ciri-ciri Dajjal. Rasulullah SAW bersabda,

“Dajjal mata sebelah kirinya cacat, rambutnya banyak, ia membawa surga/kebun dan api. Apinya adalah surga dan surganya adalah api.”

Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda,

“Sungguh aku tahu apa yang dibawa Dajjal. Bersamanya ada dua sungai yang mengalir. Sungai satu sungai terlihat dengan mata kepala. Airnya berwarna putih. Sungai yang satunya lagi terlihat juga dengan mata kepala, ada api bergejolak. Apabila seorang menemui sungai itu maka datangilah sungai yang dilihatnya api dan pejamkanlah matanya, kemudian tundukkan kepalanya, lalu minumlah dari sungai itu karena sesungguhnya itu air yang dingin. Dan sesungguhnya Dajjal matanya buta, di atasnya ada kulit putih tebal yang menutupinya, tertulis di antara kedua matanya “kafir”. Tulisan itu dibaca oleh setiap mukmin yang menulis dan tidak menulis.”

Tipuan Dajjal yang Digambarkan dalam Hadits

Tidak hanya ciri fisik yang aneh, Dajjal juga memiliki perilaku zalim dan sesat. Ia akan berusaha menipu manusia dengan berbagai cara. Mahir Ahmad Ash-Shufiy dalam kitab Asyrath As-Sa’ah Al-‘Alamat Al-Kubra menyebutkan beberapa kemampuan luar biasa Dajjal yang tak lain hanyalah tipuan belaka, di antaranya:

  • Mengaku sebagai tuhan
  • Membawa surga dan neraka palsu
  • Membawa air dan api
  • Membawa dua sungai yang mengalir
  • Mampu berjalan secepat awan yang ditiup angin
  • Membawa bukit roti dan daging
  • Berteriak tiga kali dan terdengar oleh orang-orang barat dan timur
  • Menceburkan diri ke tengah laut selama tiga hari setiap hari dan air laut tidak sampai ke pinggulnya
  • Menahan matahari dan melepaskannya
  • Memerintahkan benda dan hewan untuk menaati perintahnya serta memerintahkan langit untuk menurunkan hujan
  • Meminta bantuan setan
  • Membunuh seorang pria muslim, lalu menghidupkannya lagi
  • Memerintahkan sungai agar mengalir

Kabar Kemunculan Dajjal yang Terkandung dalam Al-Qur’an

Dajjal disebut akan muncul saat melemahnya agama dan mundurnya ilmu pengetahuan. Dikutip dari buku Fitnah Dajjal & Ya’juj dan Ma’juj, Mengungkap Misteri Kemunculan Dajjal dan Ya’juj Ma’juj karya Lilik Agus Saputro, dalam Al-Qur’an, sosok Dajjal tidak disebutkan secara langsung. Namun terdapat dalam kandungan surah Al An’am ayat 158 yang artinya,

“Yang mereka nanti-nantikan hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka, kedatangan Tuhanmu, atau sebagian tanda-tanda dari Tuhanmu. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidak bermanfaat lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu atau (belum) berusaha berbuat kebajikan dalam masa imannya itu. Katakanlah, “Tunggulah! Sesungguhnya Kami pun menunggu.”

Allah SWT berfirman dalam surah Al Isra’ ayat 60 yang artinya,

“(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepadamu, “Sesungguhnya Tuhanmu (dengan ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi seluruh manusia.” Kami tidak menjadikan ru’yā yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon yang terkutuk dalam Al-Qur’an. Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.”

Cara Menghindari Fitnah Dajjal

Dajjal disebut sebagai pembawa fitnah terbesar. Setiap muslim bisa memohon perlindungan kepada Allah SWT agar terhindar dari fitnah Dajjal. Dalam kitab Rihlah Ila Ad-Dar Al-Akhirah karya Mahmud Al-Mishri Abu Ammar dikatakan, memohon perlindungan dari fitnah Dajjal dapat dilakukan ketika salat setelah tasyahud dan sebelum salam. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

“Jika seorang dari kalian bertasyahud, maka mohonlah perlindungan kepada Allah dari empat hal, dengan berdoa,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Bacaan latin: Allahumma inni audzubika min ‘adzabi jahannama wa min adzabil qabri wa min fitnatil mahya wal mamati, wa min syarri fitnatil masihid dajjal.

Artinya: “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, serta dari kejahatan fitnah Al Masih Dajjal.” (HR Muslim)

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Ini Jenis Hadits yang Tak Boleh Dijadikan Landasan Hukum


Jakarta

Kaum muslim bisa menggunakan hadits sebagai sumber hukum Islam. Namun, ada hadits yang tidak boleh dijadikan landasan hukum.

Hadits adalah sesuatu yang datang atau bersumber dari Nabi SAW atau disandarkan pada beliau SAW, sebagaimana diterangkan dalam buku Ulumul Hadits karya Abdul Majid Khon. Hadits terdiri dari tiga komponen, yakni hadits perkataan (qauli), hadits perbuatan (fi’li), dan hadits persetujuan (taqriri).

Ada juga ulama yang memasukkan sifat (washfi) baik fisik (khalqiyah) maupun perangai (khuluqiyah), sejarah (tarikhi), dan cita-cita (hammi) Rasulullah SAW sebagai komponen dalam mendefinisikan hadits.


Para pakar hadits juga menyebut hadits sebagai sunnah, khabar, dan atsar. Namun, ada beberapa aspek yang membedakan keempatnya.

Hadits bersandar dari Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, dan persetujuan yang sifatnya lebih khusus, sekalipun dilakukan sekali, sedangkan sunnah bersandar pada Nabi SAW dan para sahabat dari aspek perbuatan yang sifatnya menjadi tradisi.

Adapun, khabar bersandar pada Nabi SAW dan selainnya baik berupa perkataan maupun perbuatan yang sifatnya lebih umum, dan atsar berasal dari perkataan dan perbuatan sahabat dan tabi’in yang bersifat umum.

Masih mengacu pada sumber yang sama, jika dilihat dari sandarannya, hadits terbagi menjadi dua jenis, yakni hadits nabawi yang bersandar pada nabi sendiri, dan hadits qudsi yang bersandar pada Tuhan yang disampaikan kepada Rasulullah SAW.

Hadits merupakan sumber hukum yang kedua dari empat sumber hukum Islam yang disepakati para ulama. Setiap hadits memiliki kualitas yang kemudian menentukan mana jenis hadits yang bisa dijadikan landasan hukum dan mana yang tidak boleh.

Penentuan kualitas hadits bisa dilihat dari strukturnya. Dalam buku Ilmu Memahami Hadits Nabi karya M Ma’shum Zein disebutkan ada empat struktur hadits, yakni isnad, sanad, musnid, dan musnad.

Secara umum kualitas hadits terdiri dari tiga jenis, yakni hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dhaif, seperti dijelaskan dalam buku Memahami Ilmu Hadits karya Asep Herdi. Hadits yang bisa dijadikan landasan hukum adalah hadits shahih. Hadits jenis ini diriwayatkan oleh rawi yang adil, sempurna ingatan (hafalannya), memiliki sanad bersambung, tidak cacat, dan tidak janggal.

Hadits-hadits shahih dapat ditemukan dalam kitab-kitab hadits. Beberapa di antaranya Shahih Bukhari dan Muslim, Al-Muwaththa, Mustadrak Al-Hakim, Shahih ibn Hibban, dan Shahih ibn Khuzaemah.

Hadits Tertolak Tidak Bisa Dijadikan Landasan Hukum

Sementara itu, hadits yang tidak boleh dijadikan landasan hukum adalah hadits mardud atau hadits yang tertolak. Hadits mardud ini tidak memenuhi syarat qabul atau tidak diterima sebagai dalil hukum. Hadits jenis ini adalah semua hadits yang dihukumi dhaif (lemah).

Hadits Dhaif yang Bisa Diamalkan

Ulama hadits Muhammad Nashiruddin Al-Albani menerangkan dalam kitab Silsilah-Ahadits adh-Dhaifah wal-Maudhu’ah, menurut asy-Syekh Ali al-Qari’, hadits dhaif bisa dijadikan landasan untuk melakukan amalan keutamaan yang telah ditetapkan Al-Qur’an dan hadits. Hadits jenis ini tidak bisa dijadikan landasan untuk menetapkan bentuk amalan yang utama.

Imam as-Suyuthi mengatakan dalam Tadrib ar-Rawy fi Syarh Taqrib an-Nawawi sebagaimana dinukil Al Mukaffi Abdurrahman dalam buku Koreksi Tuntas Buku 37 Masalah Populer, seseorang boleh mengamalkan hadits dhaif dengan syarat bahwa hadits tersebut tidak berkaitan dengan masalah akidah, yakni tentang sifat Allah SWT, perkara yang boleh dan mustahil bagi-Nya, dan penjelasan firman-Nya.

Hadits dhaif juga boleh diamalkan selain pada hukum halal dan haram. Kata Imam as-Suyuthi, boleh pada kisah-kisah, fadha’il (keutamaan) amal dan nasihat.

Lebih lanjut Imam as-Suyuthi menjelaskan, seseorang boleh mengamalkan hadits ini jika tidak terlalu dhaif, yakni perawinya bukanlah pendusta, tertuduh sebagai pendusta, atau terlalu banyak kekeliruan dalam periwayatannya. Kemudian, bernaung pada hadits shahih dan tidak diyakini sebagai ketetapan, melainkan sebagai bentuk kehati-hatian saja.

(kri/nwk)



Sumber : www.detik.com

Dalil Anjuran Sholat Gerhana Beserta Tata Cara Melakukannya



Jakarta

Beberapa dalil tentang anjuran sholat gerhana telah disampaikan oleh Rasulullah SAW. Umat Islam disunahkan untuk melakukan sholat dua rakaat untuk mengingat kebesaran Allah SWT.

Gerhana adalah sebuah fenomena alam di mana cahaya matahari atau bulan tidak sepenuhnya terpancar sampai ke bumi. Akibatnya, bumi menjadi gelap untuk sementara waktu.

Di saat seperti ini, Rasulullah SAW mengajarkan pada umat Islam untuk mendirikan sholat sunnah dua rakaat sebagai bentuk penghambaan diri kepada Allah SWT yang sudah menciptakan langit seisinya.


Dalil Anjuran Sholat Gerhana

Perintah untuk melakukan sholat sunah ini dirangkum dalam berbagai buku. Berikut adalah dalil anjuran sholat gerhana yang bisa detikHikmah sampaikan.

Dinukil dari buku Bulughul Maram: Panduan Lengkap Masalah Fiqih, Akhlak, dan Keutamaan Amal karya Ibn Hajar Al-Asqalani, Al-Mughirah ibn Syu’bah RA pernah berkata bahwasanya,

الْكَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ مَاتَ إِبْرَاهِيمُ فَقَالَ النَّاسُ : اِنْكَسَفَتِ الشَّمْسُ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيْمَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوْا حَتَّى تَنْكَشِفَ

Artinya: “Pada zaman Rasulullah SAW pernah terjadi gerhana matahari, yaitu pada hari wafatnya Ibrahim. Lalu orang-orang berseru, Terjadi gerhana matahari karena wafatnya Ibrahim. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian dan kehidupan seseorang. Jika kalian melihat keduanya (mengalami gerhana), berdoalah kepada Allah dan shalatlah hingga kembali seperti semula.” (HR Al- Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan, “Sampai terang kembali.”)

Dalam riwayat lain, Imam Al-Bukhari menyebutkan, dari Abu Bakrah RA, Rasulullah SAW bersabda,

فَصَلُّوا وَادْعُوْا حَتَّى يُكْشَفَ مَا بِكُمْ

Artinya: “Maka shalatlah dan berdoalah sampai kembali seperti semula.”

Tata Cara Sholat Gerhana

Tata cara sholat gerhana juga sudah dijelaskan secara rinci dalam sebuah dalil sahih. Pada saat itu, Rasulullah SAW melakukan sholat gerhana dengan cara seperti pada hadits berikut ini.

Rasulullah SAW mengisyaratkan untuk memulai sholat gerhana berjamaah dengan seruan:

فَبَعَثَ مُنَادِيًا يُنَادِي: الصَّلَاةُ جَامِعَةٌ

Artinya: “Lalu beliau menyuruh seorang penyeru untuk menyerukan, ‘Datanglah untuk shalat jamaah.”

Lalu, selanjutnya, sholat dilaksanakan dengan cara berikut ini.

الْحَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا نَحْوا مِنْ قِرَاءَةِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طويلاً ثُمَّ رَفَعَ فَقَامَ قِيَامًا طويلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّل ثم رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَفَعَ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ قَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُوْنَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوْعًا طَوِيْلاً وَهُوَ دُونَ الرَّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَفَعَ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيْلاً وَهُوَ دُونَ الرَّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ سَحَدَثُمَّ انْصَرَفَ وَقَدْ تَجَلَّتِ الشَّمْسُ فَخَطَبَ النَّاسَ

Artinya: “Terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah SAW, maka beliau shalat. Beliau berdiri sangat lama sekitar lamanya bacaan surah Al-Baqarah, kemudian rukuk dengan lama, lalu bangun dan berdiri lama pula, tetapi lebih pendek dibandingkan dengan berdiri yang pertama. Kemudian beliau rukuk dengan lama, tetapi lebih pendek dibandingkan dengan rukuk yang pertama. Lalu beliau sujud, dan kemudian berdiri lama, tetapi lebih pendek dibandingkan dengan berdiri yang pertama. Lalu beliau rukuk dengan lama, tetapi lebih pendek dibandingkan dengan rukuk yang pertama. Kemudian, beliau bangun dan berdiri lama, tetapi lebih pendek dibandingkan dengan berdiri yang pertama. Lalu beliau rukuk lama, tetapi lebih pendek dibandingkan dengan rukuk yang pertama. Kemudian beliau mengangkat kepala, lalu sujud, sehingga selesailah dan matahari telah terang. Lalu beliau berkhotbah di hadapan orang-orang.” (HR Al-Bukhari dan Muslim, sedangkan redaksinya berdasarkan riwayat Al-Bukhari. Dalam suatu riwayat Muslim disebutkan”

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

7 Dalil Matahari Terbit dari Barat Jadi Tanda Kiamat


Jakarta

Kiamat merupakan hari kehancuran alam semesta dan seisinya. Kiamat akan datang dengan beberapa tanda, salah satunya matahari terbit dari barat.

Terbitnya matahari dari barat sebagai salah satu tanda kiamat ini disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits. Merujuk pada Al-Masih Al-Muntazhar wa Nihayah Al-Alam karya Abdul Wahab Abdussalam Thawilah yang diterjemahkan Subhanur, berikut dalilnya.

Dalil Al-Qur’an Matahari Terbit dari Barat

Surah Al-An’am Ayat 158

Allah SWT berfirman,


هَلْ يَنْظُرُوْنَ اِلَّآ اَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ اَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ اٰيٰتِ رَبِّكَ ۗيَوْمَ يَأْتِيْ بَعْضُ اٰيٰتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا اِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ اٰمَنَتْ مِنْ قَبْلُ اَوْ كَسَبَتْ فِيْٓ اِيْمَانِهَا خَيْرًاۗ قُلِ انْتَظِرُوْٓا اِنَّا مُنْتَظِرُوْنَ ١٥٨

Artinya: “Yang mereka nanti-nantikan hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka, kedatangan Tuhanmu, atau sebagian tanda-tanda dari Tuhanmu. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidak bermanfaat lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu atau (belum) berusaha berbuat kebajikan dalam masa imannya itu. Katakanlah, “Tunggulah! Sesungguhnya Kami pun menunggu.”

Jumhur mufassir menafsirkan maksud firman Allah SWT tersebut adalah matahari terbit dari barat.

Dalil Hadits Matahari Terbit dari Barat

Hadits Riwayat Ahmad dan Tirmidzi

Dari Abu Sa’id Al-Khudri RA, Rasulullah SAW bersabda tentang ayat: “Pada hari datangnya beberapa ayat dari Tuhanmu.” Maksudnya adalah matahari terbit dari barat. (HR Ahmad dan Tirmidzi)

Hadits 6 Perawi kecuali Tirmidzi

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum matahari terbit dari barat. Jika matahari telah terbit dan manusia menyaksikannya, lalu spontan mereka beriman secara bersama-sama maka saat itu tidak bermanfaat iman seseorang untuk dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu atau belum mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.” (HR enam perawi kecuali Tirmidzi)

Hadits Riwayat Muslim, Ahmad, Hakim, Abdu bin Humaid, dan Ibnu Mardawih

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Bersegeralah kaian beramal saleh sebelum terjadi enam perkara: matahari terbit dari arah barat, (turun) kabut tebal, Dajjal, hewan melata, kematian, dan kiamat.” (HR Muslim dan lainnya)

Hadits Riwayat An-Nasa’i, Ibnu Majah, Dari Quthni, dan Tirmidzi

Dari Shafwan bin Asal RA, Rasulullah SAW bersabda, “Allah memiliki sebuah pintu tobat di ufuk barat (luasnya sepanjang perjalanan 70 tahun), pintu itu tidak ditutup sebelum matahari terbit dari arah pintu itu (barat), sesuai dengan firman Allah SWT: ‘Pada hari datangnya beberapa ayat dari Tuhanmu’.” (HR An-Nasa’i dan lainnya)

Hadits Riwayat Muslim

Dari Abu Dzar RA, pada suatu hari Rasulullah SAW bersabda, “Apakah kalian tahu kemana matahari pergi?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Lalu beliau bersabda, “Matahari beredar hingga ke tempat peredarannya di bawah ‘Arasy, lalu ia menunduk bersujud, dan matahari tetap bersujud sehingga dikatakan kepadanya, “Angkatlah, kembalilah dari arah kamu tiba.” Lalu matahari kembali terbit di timur, kemudian beredar, tak seorang pun manusia yang mengingkari hal ini sehingga matahari tiba di tempat peredarannya di bawah ‘Arasy, lalu dikatakan kepadanya, “Angkatlah, engkau telah diperkenankan terbit dari barat sehingga matahari terbit di barat, apakah kalian tahu kapan itu terjadi? (yaitu) ketika tidak bermanfaat lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.” (HR Muslim)

Hadits Riwayat Ahmad, Muslim, dan Ahli Sunan

Dari Hudzaifah bin Asid Al-Ghifari RA, Rasulullah SAW bersabda, “Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum melihat sepuluh tanda, lalu ia menyebutkan (antara lain) awan tebal, keluarnya Dajjal, keluarnya hewan melata, matahari terbit dari barat, keluarnya Yakjuj dan Makjuj, turunnya Isa bin Maryam, tiga kali gempa, yaitu di ufuk timur, ufuk barat, dan di kawasan Arab, dan api keluar dari lembah ‘Adn yang menggiring manusia, (api itu) tidur di malam hari bersama mereka di mana pun mereka tidur, dan istirahat di siang hari di mana pun mereka beristirahat.” (HR Ahmad dan lainnya)

Kepastian datangnya kiamat dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al Hajj ayat 7. Meski demikian, tak ada yang tahu kapan hari tersebut akan tiba kecuali Allah SWT. Allah SWT berfirman,

وَّاَنَّ السَّاعَةَ اٰتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيْهَاۙ وَاَنَّ اللّٰهَ يَبْعَثُ مَنْ فِى الْقُبُوْرِ ٧

Artinya: “Sesungguhnya kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya dan sesungguhnya Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur.”

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com