Tag Archives: detikkultum

Berhusnuzon Jadi Resep Panjang Umur Mahathir Mohamad Jelang Usia 1 Abad


Jakarta

Mahathir Mohamad akan merayakan ulang tahun ke-100 pada Kamis, 10 Juli 2025. Pada usianya yang hampir menginjak 1 abad itu, Eks Perdana Menteri Malaysia itu mengatakan bahwa salah satu rahasia umur panjangnya adalah berpikir positif atau husnuzon.

Hal tersebut diungkap melalui pertemuan Presiden RI ke-7, Joko Widodo (Jokowi) dan Iriana Jokowi dengan Mahathir Mohamad beberapa waktu lalu.

“Oh ya, itu tadi yang ditanyakan Bu Jokowi. Tun Mahathir kan, sudah berusia 100 tahun. Saya tanyakan resepnya apa Tun?” kata Jokowi menirukan suara istrinya, Iriana.


Menanggapi pertanyaan tersebut, Mahathir menyebutkan sejumlah tips bisa berumur panjang hingga hampir 1 abad yang salah satunya adalah selalu berpikir positif.

“Makan sedikit secukupnya, apakah ada pantangan makanan, tidak ada. Yang kedua, berpikir positif, produktif dan berpikir positif, saya setuju semuanya,” ungkapnya.

Mengutip dari buku Aqidah Akhlak susunan Taofik Yusmansyah, husnuzon berasal dari bahasa Arab yaitu husnun dan zhannun. Husnun artinya baik, sementara zhannun adalah prasangka. Dengan begitu, husnuzon dimaknai sebagai baik sangka atau berpikir positif.

Berpikir Positif Bentuk Iman kepada Allah SWT

Selain itu, Ustaz Hanan Attaki melalui ceramahnya dalam detikKultum detikcom juga menyebut bahwa berpikir positif merupakan bentuk iman kepada Allah. Ia juga menukil sebuah hadits qudsi yang berbunyi,

“Aku sesuai prasangka hamba-Ku pada-Ku dan Aku bersamanya apabila ia memohon kepada-Ku.” (HR Muslim)

“Kita diajarkan oleh para ulama untuk selalu berpikir positif. Orang beriman ketika dia berpikir positif itu artinya dia hanya mengandalkan Allah SWT. Berpikir positif artinya dia tidak berputus asa dari berharap kepada Allah SWT,” katanya.

Lebih lanjut ia menerangkan bahwa hendaknya muslim tidak berputus asa pada rahmat Allah SWT atau pun menyerah untuk terus berharap yang terbaik. Ustaz Hanan Attaki mengutip perkataan Imam Sufyan Ats Tsauri bahwa ketika kita mengalami kesulitan dan semua orang menjauh dari kita, maka artinya Allah SWT ingin menolong langsung.

“Allah langsung yang turun untuk menolong kita, Allah langsung yang menunjukkan keajaiban kepada kita. Allah gak ingin kebaikan dan keajaiban itu diberikan kepada siapa-siapa, seolah-olah ada jasa orang lain dalam kebaikan itu. Allah ingin tunjukkan sendiri keajaiban itu kepada kita,” sambungnya.

Ustaz Hanan Attaki mencontohkan pertolongan Allah SWT saat Perang Badar yang mendatangkan seribu malaikat untuk menolong para prajurit muslim. Begitu juga dengan peristiwa laut yang terbelah saat zaman Nabi Musa AS dikejar Firaun.

“Mungkin kita bisa mendapat banyak ujian dari makhluk, tetapi yang pasti Allah nggak akan pernah melakukan kita seperti itu. Allah nggak pernah mengecewakan kita, Allah nggak pernah meninggalkan kita, Allah nggak pernah menolak kedatangan kita, Allah nggak pernah menutup pintu rahmatnya dari kita,” tandasnya.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Sahur Ditemani Kajian Habib Husein Ja’far Hanya di detikKultum



Jakarta

Sedikit lagi kita akan segera memasuki bulan suci Ramadan 1444 H. Sepanjang Ramadan, Allah SWT melimpahkan banyak pahala dan kebaikan, khususnya bagi umat Islam yang mengerjakan amalan-amalan baik itu sunnah maupun wajib.

Tak tanggung-tanggung, Allah SWT bahkan mengganjar amal kebaikan yang dikerjakan oleh muslim hingga tujuh ratus kali lipat. Ini sesuai dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, berikut bunyi sabda Rasulullah SAW:

“Seluruh amalan kebaikan manusia akan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman, “Kecuali puasa. Sebab pahala puasa adalah untuk-Ku. Dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Ia (orang yang berpuasa) telah meninggalkan syahwat dan makannya karena-Ku,” (HR Muslim).


Sebagai bulan yang penuh kemuliaan, sudah semestinya kaum muslim mengisi Ramadan dengan hal-hal yang bermanfaat, seperti menyaksikan kajian dan ceramah. Kali ini, detikKultum menghadirkan Habib Husein Ja’far untuk menemani waktu sahur detikers selama bulan Ramadan 1444 H.

Nantinya, detikers akan mendapat banyak ilmu bermanfaat untuk menjalani ibadah puasa yang lebih berkah. Rasanya rugi bila tidak menyaksikan tausiyah yang disampaikan Habib Husein Ja’far, terlebih kajian tersebut ditayangkan pada waktu sahur, cocok sebagai pembuka hari.

Tayang setiap hari pukul 04.00 WIB di detikHikmah, jangan lupa saksikan detikKultum bersama Habib Husein Ja’far selama bulan Ramadan ya.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Raih Pahala Ramadan, Yuk Ngaji Bareng Prof Nasaruddin Umar di detikKultum



Jakarta

Tidak terasa, Ramadan 2023 hanya tinggal menghitung hari. Sebentar lagi umat muslim kembali memasuki bulan yang penuh keberkahan.

Ramadan merupakan bulan yang agung, sehingga banyak kaum muslim yang berlomba-lomba untuk meraih kebaikan dan mengerjakan berbagai amalan. Terlebih, di bulan tersebut pahala yang didapatkan seorang muslim akan berlipat ganda.

Selama bulan Ramadan 1444 H, detikHikmah, detikRamadan dan detikcom menghadirkan Prof Nasaruddin Umar untuk menemani detikers sembari menunggu waktu berbuka. Melalui program detikKultum, Prof Nasaruddin Umar akan menyampaikan berbagai kajian seputar Ramadan.


Selama sebulan penuh, detikKultum akan mengajak detikers memperdalam ilmu agama melalui berbagai tema kajian yang diulas oleh Prof Nasaruddin Umar. Dengan demikian, Ramadan 1444 H detikers akan lebih bermakna.

Jangan lupa saksikan program detikKultum bersama Prof Nasaruddin Umar yang tayang setiap hari selama bulan Ramadan 1444 H di detikHikmah pada pukul 17.30 WIB.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Jemput Ramadan dengan Persiapan yang Matang



Jakarta

Ramadan merupakan bulan suci yang paling dinantikan oleh seluruh umat Islam. Berbeda dengan bulan-bulan lainnya, pahala yang didapatkan seorang muslim pada bulan Ramadan akan dilipatgandakan oleh Allah SWT.

Ketika bulan Ramadan tiba, kita harus menjemputnya dengan baik. Saking mulianya Ramadan, para nabi bahkan merasa iri terhadap Nabi Muhammad SAW.

Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa ada sebuah hadits yang menyebutkan jika nabi-nabi sebelum Muhammad diberi kesempatan hidup kembali, maka mereka ingin menjadi umat Rasulullah karena terdapat bulan penuh ampunan, yaitu Ramadan.


Sebagai umat Rasulullah SAW, rasanya sayang apabila kita tidak bersungguh-sungguh untuk memanfaatkan bulan Ramadan. Terlebih pada bulan tersebut ada malam lailatul qadar, sebuah malam yang lebih istimewa dari seribu bulan.

“Angka yang paling tinggi pada saat turunnya Al-Qur’an adalah seribu. Seandainya ada angka triliun, mungkin ayat itu berbunyi malam lailatul qadar lebih mulia daripada satu triliun tahun,” tutur Prof Nasaruddin dalam detikKultum detikcom, Kamis (23/3/2023).

Ia menjelaskan, pada bulan Ramadan hampir semua peristiwa-peristiwa penting terjadi di bulan tersebut, seperti pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi yang ditandai dengan nuzulul Qur’an. Bahkan, dari segi sejarah pun banyak momen-momen yang terjadi di bulan Ramadan.

“Kita bisa lihat dalam sejarah, Perang Badar terjadi dahsyat sekali dan dimenangkan Rasulullah pada bulan suci Ramadan,” tambah Prof Nasaruddin.

Tak hanya itu, peristiwa kemerdekaan Indonesia juga berlangsung ketika bulan suci, tepatnya pada tanggal 9 Ramadan. Kemenangan kerajaan-kerajaan lokal di Indonesia juga banyak ditaklukan di bulan Ramadan.

“Contohnya kerajaan Bone di Indonesia bagian timur, kerajaan besar, itu ditaklukan terakhir pada bulan suci Ramadan,” paparnya.

Menurut Prof Nasaruddin, bulan Ramadan menentukan warna sejarah Islam. Karenanya, ia mengajak seluruh umat Islam untuk lebih melakukan persiapan yang matang dalam menyambut bulan suci.

Apalagi, di tahun ini kita bisa beribadah dengan maksimal karena pandemi COVID-19 telah usai. Untuk itu, Prof Nasaruddin mengimbau kaum muslimin untuk lebih memakmurkan masjid di bulan suci Ramadan 2023.

“Mari kita menjadikan bulan suci Ramadan ini bulan penyelamat, saya sungguh sangat yakin bapak ibu sekalian sudah siap menjalani Ramadan tahun ini. Tidak ada Covid-19 yang menghalangi seperti tahun-tahun sebelumnya,” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum bersama Prof Nasaruddin Umar: Menjemput Ramadan DI SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Alasan di Balik Keistimewaan Ibadah Malam Ramadan



Jakarta

Ramadan adalah bulan suci yang penuh keberkahan dan kemuliaan, terutama di malam hari. Bahkan pada bulan Ramadan terdapat malam yang lebih mulia dari seribu bulan, yaitu lailatul qadar.

Prof Nasaruddin Umar menjelaskan, peristiwa-peristiwa penting dalam Islam pun banyak yang terjadi di malam Ramadan, seperti turunnya Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW. Kejadian penting itu terjadi di malam ke-17 bulan Ramadan.

“Pertanyaannya kenapa bukan di siang hari? Nah, itulah rahasia Allah SWT,” ujarnya dalam detikKultum detikcom pada Jumat (24/3/2023).


Waktu malam, lanjut Prof Nasaruddin Umar, dalam Islam sangatlah esensial. Terlebih, manusia dianjurkan untuk bersujud di malam hari bukan siang hari.

Allah SWT menetapkan malam hari untuk mendaki langit, sedangkan siang hari sebagai tempat menjadi khalifah yang baik. Ini disebabkan malam hari merupakan waktu yang paling baik untuk beribadah kepada Allah.

Bahkan, salat pun banyak yang disyariatkan pada malam hari, seperti waktu Maghrib, Isya, hingga Tarawih. Ini disebabkan jika salat lebih banyak dilakukan di siang hari, maka kaum muslim lebih sulit fokus.

“Coba kalau salatnya lebih banyak di siang hari, pasti jadi tidak khusyuk,” tambah Prof Nasaruddin Umar.

Allah SWT berfirman dalam surat Al Muzzammil ayat 6,

إِنَّ نَاشِئَةَ ٱلَّيْلِ هِىَ أَشَدُّ وَطْـًٔا وَأَقْوَمُ قِيلًا

Arab latin: Inna nāsyi`atal-laili hiya asyaddu waṭ`aw wa aqwamu qīlā

Artinya: “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan,”

Prof Nasaruddin Umar mencontohkan ketika waktu Dzuhur tak jarang kaum muslim sulit fokus untuk salat karena pekerjaannya, seperti melihat tumpukan map di meja. Oleh karenanya, malam hari menjadi waktu yang paling bagus untuk beribadah.

“Kapasitas manusia paling nikmat itu menjadi hamba di malam hari. Bisa basah sajadah karena air mata tobat, mengenang dosa-dosa di malam hari dan melakukan muhasabah,” paparnya.

Muhasabah pun paling baik dilakukan di malam hari, sebab ketika malam emosi kita yang aktif. Lain halnya di siang hari yang lebih banyak mengandalkan akal.

Selain itu, Prof Nasaruddin Umar juga mengimbau umat Islam untuk memanfaatkan momentum malam-malam di bulan Ramadan dengan meratapi dosa-dosa lampau.

Simak selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Keutamaan Malam Suci Ramadan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

3 Tingkatan Iman Seorang Muslim, Kamu yang Mana?



Jakarta

Iman merupakan kepercayaan bagi pemeluk agama Islam. Pengertian iman juga dijelaskan dalam sebuah hadits dari Umar bin Khatthab RA, ia berkata Rasulullah SAW didatangi oleh malaikat Jibril. Beliau bertanya kepada Rasulullah,

“Beritahukanlah kepadaku apa itu iman,” Rasulullah menjawab, “Iman itu artinya engkau beriman kepada Allah, para malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk,” (HR Muslim).

Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar mengungkapkan bahwa iman memiliki tiga tingkatan, yaitu Ahlul Tho’a, Ahlul Ibadah, dan Ahlullah. Lebih lanjut, ia menerangkan makna masing-masing dari tingkatan tersebut.


“Ahlul Tho’a adalah menjalankan ibadah dan ketaatan kepada Allah namun sebatas formalitas,” ujarnya dalam detikKultum detikcom, Sabtu (25/3/2023).

Muslim yang memiliki tingkatan iman Ahlul Tho’a menjalankan ibadah secara terpaksa. Semua dilakukan hanya semata-mata takut terjerumus ke dalam neraka tanpa memaknai tiap-tiap ibadah yang dikerjakan.

Lain halnya dengan Ahlul Ibadah yang beribadah kepada Allah karena cinta. Segala sesuatu ia kerjakan karena mencintai ibadah.

“Tapi kalau meningkat lagi, ada yang disebut Ahlul Ibadah. Menjalankan ibadah dan ketaatan kepada Allah karena cinta. Kenapa kamu berpuasa? Karena aku mencintai puasa,” lanjut Prof Nasaruddin Umar.

Naik satu tingkat lagi, yakni Ahlullah. Tingkatan iman yang paling tinggi tersebut melakukan ibadah kepada Allah karena semata-mata untuk mengharapkan keridhaan-Nya.

Lantas, apa saja ciri-ciri dan contoh nyata dari pemilik masing-masing tingkatan iman? Selengkapnya saksikan detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Tiga Tingkatan Iman DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Jauhi Ghuluw, Sikap Berlebihan dalam Beragama



Jakarta

Berlebih-lebihan dalam beragama disebut dengan ghuluw dan dilarang oleh Islam. Allah SWT bahkan tidak menyukai tindakan tersebut.

Larangan sikap ghuluw ini tercantum dalam salah satu hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh An Nasa’i dan Ibnu Majah.

“Jauhkan diri kalian dari berlebih-lebihan (ghuluw) dalam agama. Sesungguhnya berlebih-lebihan dalam agama telah membinasakan orang-orang sebelum kalian,” (HR An Nasa’i & Ibnu Majah).


Dalam Al-Qur’an pun ghuluw tersemat pada surat An Nisa ayat 71, Allah SWT berfirman:

يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لَا تَغْلُوْا فِيْ دِيْنِكُمْ وَلَا تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ اِلَّا الْحَقَّۗ

Artinya: “Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar,”

Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin mengatakan bahwa beribadah yang melampaui batas akan menyiksa diri seseorang.

“Orang beribadah tapi melampaui batas, menyiksa diri,” katanya dalam detikKultum detikcom pada Minggu (25/3/2023).

Prof Nasaruddin mencontohkan sifat ghuluw yang dilakukan oleh sahabat Rasulullah SAW, seperti tidak pernah makan siang karena berpuasa setiap hari, tidak pernah tidur malam karena selalu melaksanakan salat, serta tidak menggauli sang istri.

Hal tersebut tentu dilarang. Memang sudah semestinya kita memberikan yang terbaik kepada Allah SWT, namun dalam batas-batas yang wajar. Jangan sampai terjadi pemaksaan dalam beribadah hingga melampaui batas.

“Jadi mari kita beragama secara wajar,” lanjut Prof Nasaruddin Umar.

Di akhir, ia mengimbau para umat muslim untuk tidak beribadah secara berlebihan. Sebab, hal itu dapat merusak badan hingga menzalimi diri sendiri.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Jangan Melampaui Batas dalam Beragama DI SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Pentingnya Tobat Nasuha, Cara Terbebas dari Dosa



Jakarta

Manusia merupakan ladangnya dosa, tak jarang kita terjerumus ke dalam perbuatan maksiat. Karenanya, untuk mendapat ampunan Allah SWT, seorang muslim diminta bertobat.

Tobat bukan hanya sekedar mengucap istighfar, tetapi juga disertai dengan usaha meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tercela. Dalam kaitannya, ada yang disebut dengan tobat nasuha.

Tobat nasuha merupakan tobat yang dilakukan dengan ikhlas serta jujur. Hal tersebut dijelaskan dalam surat At Tahrim ayat 8, Allah SWT berfirman:


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ يَوْمَ لَا يُخْزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَٰنِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَٱغْفِرْ لَنَآ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhah (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu,”

Bersamaan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar menuturkan bahwa sebagai hamba Allah, janganlah kita takut dan khawatir ketika berbuat dosa. Apabila kita bertobat nasuha, tentu Allah SWT akan mengampuni segala kesalahan yang kita perbuat, sebab Allah Maha Pengampun.

“Jadi sebesar apapun dosa yang pernah kita lakukan, lalu kita datang (untuk) tobat nasuha, insyaAllah kita akan menjumpai Tuhan yang Maha Pengampun, Pemaaf, Pengasih dan Penyayang,” ujarnya dalam detikKultum detikcom, Senin (27/3/2023).

Dalam hal ini, Prof Nasaruddin Umar mencontohkan kisah nyata seorang algojo yang telah melakukan dosa besar yakni membunuh hingga 99 orang. Kala itu, ia bertanya kepada seorang kyai apakah dosanya bisa diampuni atau tidak oleh Allah SWT.

Sang kyai yang terkejut lantas berkata bahwa membunuh satu orang saja bisa masuk ke dalam neraka, bagaimana sampai 99.

“Dengan ringan tangan, si algojo ini menghunus pedangnya dan menebas leher sang kyai. Jadilah total 100 orang yang telah ia bunuh,” cerita Prof Nasaruddin.

Setelah itu, sang algojo bertanya kepada warga sekitar mengenai keberadaan ulama terkenal lainnya. Salah satu warga mengatakan bahwa banyak ulama terkenal lainnya yang berada di kampung seberang.

Naasnya, ketika algojo tersebut sampai di perbatasan desa ia terjatuh dan meninggal. Datanglah malaikat penjaga neraka dan surga, keduanya berdebat siapa di antaranya yang akan membawa si algojo.

Simak kelanjutan kisah lengkapnya dalam detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Pentingnya Tobat DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Pentingnya Baca Basmalah Sebelum Memulai Kegiatan



Jakarta

Ketika seorang muslim hendak melakukan sesuatu, Allah SWT menganjurkan kita untuk membaca basmalah. Bahkan, hal ini diterangkan dalam sebuah hadits,

“Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan bismillahirrahmanirrahim amalan tersebut terputus berkahnya,” (HR Al Khatib)

Begitu pun saat kita akan menyantap makanan, kita diminta untuk mengucapkan bismillah. Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Kamis (30/3/2023) menjelaskan terkait dua jenis makanan yang dikonsumsi manusia, yaitu makanan lahiriyah dan makanan rohani.


“Makanan lahiriyah itu seperti nasi, kopi, teh dan makanan rohani itu seperti ilmu pengetahuan. Makanan lahiriyah mengenyangkan perut, makanan rohani mengenyangkan batin,” ujarnya memaparkan.

Prof Nasaruddin menerangkan, apabila kita makan tanpa diawali dengan bismillah maka setan akan masuk melalui sela-sela makanan. Ini berlaku untuk makanan lahiriyah maupun rohani.

Tidak hanya makan, ketika hendak berkendara muslim dianjurkan membaca basmalah, memakai baju baca basmalah, menyembelih hewan, hingga ketika hendak melakukan hubungan suami istri.

“Mohon maaf bapak ibu, apabila yang sudah berumah tangga. Apabila ingin melakukan hubungan suami istri, itu juga harus diawali dengan basmalah,” tutur Prof Nasaruddin.

Selain itu, seluruh surat dalam Al-Qur’an juga diawali dengan bismillah, kecuali surat At Taubah. Karenanya, kita diimbau untuk mengawali segala sesuatu dengan basmalah.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Awali Semua dengan Basmalah bisa disaksisan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Jangan Mudah Terkecoh oleh Penampilan Orang



Jakarta

Sebagai seorang manusia, sudah sepantasnya kita tidak menilai seseorang hanya dari penampilannya saja. Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Jumat (31/3/2023) mencontohkan sebuah kisah menarik yang didasarkan dari hadits shahih mengenai Abu Hurairah dan seorang pencuri.

Suatu hari, Abu Hurairah selaku penjaga Baitul Mal dipanggil oleh Rasulullah SAW. Beliau mengingatkan Abu Hurairah untuk lebih berhati-hati nanti malam karena sepertinya akan ada pencuri.

Benar saja, seusai tengah malam Abu Hurairah memergoki seorang pemuda yang ingin mencuri harta kekayaan di Baitul Mal. Tertangkap basah, sang pemuda mengaku dirinya bukan pencuri, melainkan terpaksa melakukan hal tersebut karena anaknya menderita sakit keras dan sang istri kelaparan.


Merasa kasihan, dilepaskanlah pencuri tersebut asalkan ia berjanji akan mencari nafkah yang halal. Ketika ditanya oleh Rasulullah keesokan harinya, Abu Hurairah menjelaskan keadaan sang pencuri.

Rasulullah kembali memperingatkan Abu Hurairah untuk berhati-hati di malam berikutnya. Benar saja, pencuri tersebut datang kembali.

Kali ini, pencuri tersebut beralasan anaknya telah pingsan. Kemudian ia mengatakan jika Abu Hurairah bersikeras menangkapnya maka anak dan istrinya akan mati karena ia tidak bisa mencari nafkah.

Kembali merasa iba, lagi-lagi Abu Hurairah melepaskan pencuri tersebut asalkan ia berjanji tidak mencuri lagi. Keesokan malamnya, pencuri itu kembali datang dan tertangkap basah oleh Abu Hurairah.

Si pencuri mengaku bersalah, namun ia ingin memberi hadiah sebagai tanda terimakasih kepada Abu Hurairah yang telah melepaskannya dua hari berturut-turut.

“‘Saya akan mengajarkan kamu wirid, kalau kamu belajar dan baca wirid ini, kamu tidak akan diganggu iblis, setan akan lari terbirit-birit, ‘ Abu Hurairah mau,” ujar Prof Nasaruddin menceritakan.

Setelahnya, Abu Hurairah kembali melepaskan si pencuri dengan syarat ia harus bersumpah tidak akan datang lagi untuk mencuri. Pergilah si pencuri tersebut.

Esoknya, Rasulullah bertanya kepada Abu Hurairah akan keberadaan pencuri tersebut. Betapa terkejutnya beliau ketika tahu bahwa pencuri yang ia lepaskan ternyata adalah iblis.

“Rasulullah bilang, ‘tahu tidak siapa yang kamu tangkap tiga malam berturut-turut? Itu adalah iblis,'” lanjut Prof Nasaruddin mengisahkan.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Jangan Terkecoh oleh Penampilan Orang dapat disaksikan DI SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com