Tag Archives: detikkultum

Amal Kebaikan Menghapus Dosa di Masa Lampau



Jakarta

Allah SWT amat menyukai hamba-Nya yang bertobat. Tobat nasuha berarti upaya meninggalkan perbuatan dosa dan diiringi keinginan kuat untuk tidak mengulanginya lagi.

Dalam surat At Tahrim ayat 8, Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ يَوْمَ لَا يُخْزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَٰنِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَٱغْفِرْ لَنَآ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ


Arab latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ tụbū ilallāhi taubatan naṣụḥā, ‘asā rabbukum ay yukaffira ‘angkum sayyi`ātikum wa yudkhilakum jannātin tajrī min taḥtihal-an-hāru yauma lā yukhzillāhun-nabiyya wallażīna āmanụ ma’ah, nụruhum yas’ā baina aidīhim wa bi`aimānihim yaqụlụna rabbanā atmim lanā nụranā wagfir lanā, innaka ‘alā kulli syai`ing qadīr

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobatan nasuha (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Allah SWT adalah Maha Pemaaf dan Maha Pengampun, segala dosa yang dikerjakan akan diampuni jika manusia benar-benar bertobat. Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Sabtu (1/4/2023) mengatakan bahwa amal kebaikan yang kita perbuat bisa menjadi penghapus dosa di masa lalu.

“Ada sebuah kisah yang sangat menarik dari sebuah hadits,” ujarnya.

Prof Nasaruddin mengisahkan tentang seorang penjahat yang sudah jadi buronan internasional. Saking jahatnya, orang tersebut bahkan dijatuhkan hukuman in absentia, siapa saja yang bertemu dengannya diizinkan untuk membunuh sang penjahat.

Secara tiba-tiba, penjahat itu muncul di majelis Rasulullah. Para sahabat dan orang yang menghadiri majelis refleks mengeluarkan pedang dari sarungnya, mereka berbondong-bondong ingin menghunuskan benda tajam tersebut kepada pemuda itu.

Sebagai seorang rasul utusan Allah, Nabi Muhammad SAW meminta orang-orang untuk tenang dan membiarkan si penjahat untuk berbicara. Betapa terkejutnya, ia mengungkap maksud kedatangannya ke majelis Rasulullah untuk menyerahkan diri.

Penjahat tersebut menyadari ajalnya sudah dekat, sebab dimana pun ia berada semua orang berlomba-lomba untuk membunuhnya. Jadi, sebelum ia meninggal pemuda itu ingin menghibahkan amal kebajikan yang pernah dilakukannya di masa lampau.

“‘Saya kesini untuk menghibahkan amal kebajikan saya tanpa pamrih. Percuma menempel kebajikan itu padaku, karena aku adalah orang jahat, kebaikan itu akan saya hibahkan kepada yang kau tunjuk,’ Bingung sahabat-sahabat, orang seperti itu harus diapakan?” ujar Prof Nasaruddin mengisahkan.

Bersamaan dengan itu, turunlah surat Hud ayat 114, berikut bunyinya:

وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَىِ ٱلنَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ ٱلَّيْلِ ۚ إِنَّ ٱلْحَسَنَٰتِ يُذْهِبْنَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّٰكِرِينَ

Arab latin: Wa aqimiṣ-ṣalāta ṭarafayin-nahāri wa zulafam minal-laīl, innal-ḥasanāti yuż-hibnas-sayyi`āt, żālika żikrā liż-żākirīn

Artinya: “Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat,”

Dengan turunnya ayat tersebut, muncullah pengampunan. Semua orang yang menghadiri majelis Rasulullah SAW sangat terkesan.

Dengan demikian, melalui kisah tersebut Prof Nasaruddin mengimbau agar kita mengakui kesalahan dan berlaku jujur dengan menyerahkan diri secara total. Niscaya Allah SWT juga akan memberi pengampunan, bukan hanya penghargaan dari hakim saja.

“Mari kita meniru pemuda yang sangat gentleman ini, jangan kita sibuk menyembunyikan diri,” katanya.

Selanjutnya, Prof Nasaruddin juga memaparkan sejumlah hal tentang tobat nasuha dari kacamata Imam Al-Ghazali. Simak pembahasan lengkap detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Amal Kebaikan Menghapus Dosa Masa Lalu

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Jangan Pilih-pilih dalam Menghargai Orang



Jakarta

Islam mengajarkan manusia untuk saling menghargai dan memuliakan satu sama lain. Jika kita ingin dihargai, tentu kita juga harus melakukan hal yang sama terhadap orang lain.

Menurut Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Minggu (2/4/2023), menghargai orang lain bisa dengan cara tidak memandang enteng orang lain. Terlebih, hanya melihat dari penampilan yang sederhana.

“Jangan memandang enteng orang-orang yang tidak muncul tanda kewibawaannya. Boleh jadi Allah SWT menyembunyikan wajah kekasih-Nya pada wajah yang kumuh,” ujarnya.


Bisa-bisa seseorang yang dianggap lusuh, pengemis, tidak berwibawa dan berpenampilan sederhana ternyata merupakan seorang malaikat. Sebab, malaikat bisa mengubah wujudnya untuk menguji manusia.

“Jangan hanya menerima orang-orang yang rapi, sopan, santun. Siapa tau itu iblis di dalamnya,” lanjut Prof Nasaruddin.

Berkenaan dengan itu, ia mencontohkan sebuah kisah mengenai lelaki tua yang berkunjung ke istana raja, cerita ini disampaikan dalam kitab Irsyadul Ibad. Saat itu, lelaki tersebut berpenampilan lusuh, bau dan menggunakan tongkat.

Ketika ia lewat di depan istana, lantas penjaga segera menghalaunya. Mereka menganggap orang tua itu merusak pemandangan karena penampilannya yang kurang layak.

Secara tiba-tiba, lelaki lusuh itu dipukul beramai-ramai oleh para penjaga. Anehnya, ia sama sekali tidak roboh dan kebal.

Penjaga yang heran lantas bertanya kepada lelaki tua itu, siapa dia sebenarnya. Orang tersebut lantas menjawab bahwa dirinya adalah seorang malaikat maut dan hendak mencabut nyawa seseorang di dalam istana.

Mendengar pengakuan sang malaikat maut, para penjaga terbirit-birit lari ketakutan. Akhirnya, lelaki tua itu segera masuk ke pintu gerbang istana yang kedua.

Sayangnya, di gerbang tersebut ia juga diadang oleh penjaga istana yang bertugas. Mereka heran, bagaimana bisa seseorang dengan penampilan kumuh dan lusuh masuk ke dalam istana, diusirlah lelaki tua itu.

Meski diusir, malaikat maut itu enggan untuk pergi. Akhirnya, penjaga istana yang lain lagi-lagi memukuli lelaki tua itu, namun mereka tidak bisa melumpuhkannya.

Merasa heran, penjaga istana bertanya siapa sebenarnya lelaki tua tersebut. Dia kembali mengaku bahwa dirinya adalah seorang malaikat maut, pergilah para penjaga ketakutan dan membiarkan si lelaki tua masuk ke dalam istana.

Lagi-lagi, di dalam istana ada seorang bodyguard. Ia menghadang malaikat maut dengan sigap namun tetap saja tidak bisa dikalahkan.

Sampai akhirnya tibalah si lelaki tua ke dalam kamar raja. Raja yang kaget melihat seseorang berpenampilan kumuh berhasil masuk ke kamarnya, segera mendorong lelaki itu dan dipukulinya menggunakan besi.

Tetap saja, malaikat maut tersebut masih berdiri dengan sigap dan tidak luka sedikitpun akibat pukulan raja. Setelah sang raja mengetahui bahwa malaikat maut itu ingin mengambil nyawanya, ia lantas ketakutan dan memohon agar tidak dicabut.

Kisah selengkapnya dapat disaksikan dalam detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Mari Hargai Semua Orang DI SINI.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Tawakal Sebagai Ciri Orang yang Dicintai Allah SWT



Jakarta

Tawakal artinya berusaha sedemikian rupa sebelum menyerahkan segala sesuatu kepada Allah SWT. Sikap tawakal menjadi ciri dari seseorang yang beriman, karenanya setiap muslim perlu bertawakal agar tidak putus asa dan senantiasa percaya kepada Allah bahwa semua telah diatur melalui rencana-Nya.

Disebutkan dalam surat Ali Imran ayat 159, Allah SWT mencintai orang yang bertawakal. Berikut bunyi ayatnya:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ


Arab latin: Fa bimā raḥmatim minallāhi linta lahum, walau kunta faẓẓan galīẓal-qalbi lanfaḍḍụ min ḥaulika fa’fu ‘an-hum wastagfir lahum wa syāwir-hum fil-amr, fa iżā ‘azamta fa tawakkal ‘alallāh, innallāha yuḥibbul-mutawakkilīn

Artinya: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal,”

Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Senin (3/4/2023) menuturkan bahwa sikap tawakal dibagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu tawakal, taslim, dan tafwidh.

Seperti disebutkan sebelumnya, makna tawakal ialah berserah diri secara total kepada Allah SWT setelah berusaha semaksimal mungkin. Nah, setelah itu ada tingkatan tawakal yang kedua yaitu taslim.

Taslim berarti usaha yang dilakukan seseorang kecil, namun banyak pertolongan yang diberikan. Dalam hal ini, Prof Nasaruddin mencontohkan seorang bayi yang menangis.

“Bayi yang menangis kemudian rebutan tuh ibu, bapak, dan baby sitter. Jadi hanya berteriak sedikit, tapi orang berebut untuk membantunya,” katanya.

Tingkatan terakhir adalah tafwidh, artinya tidak ada usaha sama sekali selain pasrah kepada Allah SWT. Contoh nyata dari tingkatan tawakal tafwidh adalah janin yang berada di dalam kandungan sang ibu.

Janin tidak perlu berteriak, tidak melakukan macam-macam, namun Allah menyediakan segala sesuatu seperti nutrisi ketika lapar. Tafwidh menjadi tingkatan tawakal yang paling sejati.

Prof Nasaruddin mengimbau, bulan suci Ramadan menjadi momentum bagi para muslim untuk belajar tawakal. Menurutnya, tawakal mampu mengangkat martabat seseorang baik di dunia maupun akhirat.

“Sedapat mungkin kita meningkatkan kualitas tawakal kita,” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Ciri Orang yang Dicintai Allah SWT bisa disaksikan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Seorang Pendosa Besar yang Jadi Ahli Surga



Jakarta

Manusia merupakan ladangnya salah dan dosa, baik itu besar maupun kecil. Namun, Allah SWT selaku Tuhan yang Maha Pengampun selalu memaafkan hamba-Nya yang rajin bertaubat.

Allah SWT berfirman dalam surat Az Zumar ayat 53,

قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ


Arab latin: Qul yā ‘ibādiyallażīna asrafụ ‘alā anfusihim lā taqnaṭụ mir raḥmatillāh, innallāha yagfiruż-żunụba jamī’ā, innahụ huwal-gafụrur-raḥīm

Artinya: “Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,”

Pada bulan suci Ramadan ini, Allah SWT mengobral pengampunan kepada siapapun yang memohon kepada-Nya. Terlebih, semakin banyak puasa yang dilewati, maka semakin sedikit pula dosa kita karena terkikis oleh amalan yang kita kerjakan sepanjang Ramadan.

“Sebesar apapun dosa maka jangan membuat kita putus asa, tapi sekecil apapun dosa jangan dianggap enteng,” ujar Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Selasa (4/4/2023).

Dosa-dosa kecil dapat terhapuskan oleh wudhu, seperti ketika melihat aurat lawan jenis di tempat umum. Meski demikian, jangan juga kita memandang rendah seseorang yang pernah berbuat dosa besar, karena apabila Allah SWT telah mengampuni maka kita sebagai seorang hamba tidak ada hak untuk menghinanya.

Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin mengisahkan tentang seorang pemuda yang merupakan pendosa besar. Saking jahatnya pemuda ini, ia bahkan diusir dari perkampungan hingga harus tinggal di hutan belantara.

Suatu saat, ia merenungi nasibnya. Pendosa besar itu merasa menyesal akibat perbuatannya, dia tidak dapat berkumpul dengan keluarga dan harus menyendiri di hutan.

Bersamaan dengan itu, ia melihat seekor anjing yang berputar-putar di sekitar telaga. Anjing tersebut tampak kehausan namun lidahnya tidak dapat menjangkau air telaga tersebut.

Muncul rasa iba, si pendosa besar itu lantas melepas kedua sepatunya dan menggunakannya sebagai tempat air agar anjing tersebut dapat minum. Pemuda itu lalu menyaksikan si anjing minum dengan begitu lahapnya.

Lalu apa yang terjadi? Pemuda yang merupakan pendosa besar itu menjadi penghuni surga. Walau telah melakukan dosa besar hingga dikucilkan oleh manusia lain, Allah SWT mengampuni dosanya karena telah menolong seekor anjing yang kehausan.

Di sisi lain, Prof Nasaruddin juga mengisahkan tentang seorang wanita yang merupakan ahli ibadah namun ia mengurung kucing sampai mati hanya karena hewan tersebut mencuri makanannya. Akibat perbuatannya itu, wanita tersebut justru terjerumus ke dalam neraka.

“Subhanallah, kisah ini sangat penting buat kita semuanya. Jangan sampai kita terpeleset oleh dosa kecil tapi dampaknya sangat besar,” pungkasnya.

Simak detikKultum Nasaruddin Umar: Kisah Pendosa Besar yang Masuk Surga selengkapnya DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Tingkat Ketebalan Alam Ghaib Seseorang



Jakarta

Mempelajari alam ghaib bukan hal yang mudah. Terlebih, alam ghaib tidak dapat dijangkau oleh panca indera, sehingga dibutuhkan hati dan pikiran yang tenang untuk memahami hal tersebut.

Berkenaan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Selasa (11/4/2023) membahas tentang alam ghaib. Dia menilai, definisi alam ghaib bagi setiap individu berbeda.

“Definisinya sangat relatif bagi setiap orang. Ada yang alam ghaibnya sangat tebal, ada yang alam ghaibnya sangat transparan,” urainya.


Tingkat ketebalan alam ghaib itu menunjukkan bahwa diri kita masih perlu pembersihan. Orang yang batinnya suci seperti wali atau nabi umumnya alam ghaibnya sudah sangat transparan.

Sebaliknya, mereka yang alam ghaibnya masih tebal harus memperbaiki kualitas spiritualnya. Bulan suci Ramadan menjadi momentum untuk membersihkan diri agar mendapat pandangan batin yang tajam.

“Orang yang diberikan ketajaman batin itu bisa menembus alam ghaib, conntohnya sebelum ada musibah, ada mimpi yang datang di tengah malam. Ada orang yang seperti itu,” kata Prof Nasaruddin menjelaskan.

Dia menegaskan, masing-masing orang alam ghaibnya tidak sama. Dalam sebuah hadits, ada istilah yang menyebut seseorang mampu meminjam mata Tuhan untuk melihat dan telinga Tuhan untuk mendengar.

Contoh nyata dari istilah tersebut ialah Nabi Muhammad SAW. Menurut penuturan Prof Nasaruddin, Rasulullah mampu melihat masa depan dan masa silam, hal ini tentu menunjukkan tingkat ketebalan alam ghaib beliau yang sudah transparan.

“Tapi nanti kalau kita sudah berada di alam barzah, kita sudah bukan lagi berada di alam ghaib karena kita menjadi bagian dari ghaib itu sendiri,” urainya.

Pun, ketika kita berada di alam barzah kita masih akan mengalami alam ghaib berikutnya, yaitu surga dan neraka. Dengan demikian, Prof Nasaruddin mengimbau kaum muslimin untuk mengevaluasi perjalanan hidup, apakah semakin hari semakin transparan alam ghaib kita atau sebaliknya.

Dalam surat Qaf ayat 22, Allah SWT berfirman:

لَّقَدْ كُنتَ فِى غَفْلَةٍ مِّنْ هَٰذَا فَكَشَفْنَا عَنكَ غِطَآءَكَ فَبَصَرُكَ ٱلْيَوْمَ حَدِيدٌ

Arab latin: Laqad kunta fī gaflatim min hāżā fa kasyafnā ‘angka giṭā`aka fa baṣarukal-yauma ḥadīd

Artinya: “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam,”

“Mari para pemirsa kita bermohon kepada Allah SWT semoga pandangan batin kita semakin dipertajam, terutama di bulan suci Ramadan ini,” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Alam Ghaib dapat disaksikan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Pahami Konsep Silaturahmi, Tidak Hanya ke Sesama Manusia



Jakarta

Silaturahmi artinya menyambung tali cinta dengan keluarga dan kerabat. Selain itu, silaturahmi juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Rabu (12/4/2023), menuturkan bahwa bulan suci Ramadan menjadi momentum yang paling pas untuk menjalin tali silaturahmi. Dia mencontohkan, kegiatan buka bersama keluarga, salat berjamaah hingga tadarus bersama termasuk ke dalam silaturahmi yang terjalin antar kerabat.

Adapun, dalil silaturahmi tercantum dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ayyub Al-anshari yang berbunyi:


تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ، ذَرْهَ

Artinya: “Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna jangan syirik, dirikanlah salat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahmi dengan orangtua dan saudara,” (HR Bukhari).

“Konsep silaturahmi ini bukan hanya terbatas kepada sesama umat Islam juga. Apapun agamanya, berapa pun umurnya mari kita silaturahmi,” tuturnya.

Bahkan, menjalin tali silaturahmi tidak hanya dilakukan kepada yang masih hidup saja. Mendoakan orang yang sudah wafat juga tergolong ke dalam silaturahmi.

“Hubungan interaktif antara orang hidup dan orang mati itu tidak diingkari dalam Al-Qur’an dan hadits,” kata Prof Nasaruddin menjelaskan.

Menurutnya, konsep silaturahmi sangat luas. Tidak hanya kepada sesama manusia bahkan makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lain seperti binatang dan tumbuhan juga bisa kita jalin silaturahminya.

Menyiram bunga di pagi dan sore hari hingga tersenyum kepada binatang peliharaan termasuk ke dalam silaturahmi. Prof Nasaruddin juga menyebutkan, silaturahmi tidak hanya dalam bentuk komunikasi verbal antara manusia, melainkan sesuatu dengan niat yang tulus.

“Jadi inilah yang perlu kita sampaikan kepada jemaah sekalian bahwa silaturahmi itu betul-betul harus ditujukan kepada siapa saja makhluk Allah. Jadi, binatang, tumbuh-tumbuhan dan seterusnya itu perlu kita lakukan (silaturahmi),” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Mari Bersilaturahmi bisa disaksikan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Dahsyatnya Keutamaan Sholawat



Jakarta

Sholawat merupakan wujud cinta seorang muslim kepada Rasulullah SAW. Melalui sholawat, umat Islam memberi pujian sekaligus doa kepada nabi yang bernilai pahala.

Dalam detikKultum detikcom pada Kamis (13/4/2023), Prof Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa orang yang rajin bersholawat akan diberi syafaat oleh Nabi Muhammad SAW kelak.

“Jadi jangan memandang enteng sholawat nabi. Sholawat itu adalah bentuk komunikasi batin dengan Rasulullah SAW,” katanya menjelaskan.


Pada sebuah hadits, disebutkan juga bahwa keutamaan bersholawat, yaitu:

“Barang siapa yang bersholawat kepadaku sekali, maka Allah akan bersholawat untuknya 10 kali,” (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i).

“Manusia yang paling berhak bersamaku pada hari kiamat ialah yang paling banyak membaca sholawat kepadaku,” (HR Tirmidzi).

Lebih lanjut Prof Nasaruddin menjelaskan, ketika kiamat dan Matahari hanya beberapa jengkal di atas kepala maka tidak ada yang bisa membantu manusia selain nabi. Bagaimana cara mendapatkan bantuannya? Yakni dengan rajin bersholawat dan membiasakan diri untuk melantunkan sholawat nabi.

Ruhnya Rasulullah tidak pernah mati, dia tahu. Dia (Nabi Muhammad SAW) tergetar hatinya manakala ada yang menyebutkan namanya (bersholawat),” bebernya.

Dalam surat Al Ahzab ayat 56 disebutkan bahwa yang bersholawat tidak hanya manusia, bahkan para malaikat sekalipun. Allah SWT berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

Arab latin: Innallāha wa malā`ikatahụ yuṣallụna ‘alan-nabiyy, yā ayyuhallażīna āmanụ ṣallụ ‘alaihi wa sallimụ taslīma

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya,”

Di Indonesia sendiri, lantunan sholawat berkisar hingga 100 lebih. Saking banyaknya, jumlah sholawat ini melebihi yang ada di Timur Tengah.

“Umat yang paling rajin bersholawat ini kayaknya Indonesia nih. Ada 100 lantunan sholawat di Indonesia,” kata Prof Nasaruddin Umar.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Sholawat bisa disaksikan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Etika dalam Berdoa



Jakarta

Doa merupakan permohonan seorang hamba kepada Allah SWT. Dalam berdoa, ada etika yang perlu diperhatikan, tidak hanya sekadar memohon.

Pada detikKultum detikcom, Jumat (14/4/2023), Prof Nasaruddin Umar menerangkan mengenai etika berdoa sekaligus waktu mustajabnya saat Ramadan.

“Doa di dalam bulan suci Ramadan sangat ampuh bapak ibu, maka itu mari kita banya berdoa terutama pada detik-detik menjelang buka puasa dan imsak,” katanya menjelaskan.


Meski mustajab, dalam berdoa tentu harus ada etika dan akhlaknya. Prof Nasaruddin mengutip dari pendapat Imam Al-Ghazali terkait etika doa yang baik.

“Yang pertama disunnahkan berwudhu, kemudian kita juga menutup aurat, dan menghadap ke kiblat,” ujarnya.

Setelahnya, seorang hamba yang hendak berdoa jangan langsung memohon kepada Allah. Namun, pastikan bahwa batin sudah tenang agar tidak tergesa-gesa dalam berdoa.

Selanjutnya, angkatlah kedua tangan setinggi-tingginya. Rasulullah SAW sendiri setiap berdoa mengangkat tangannya hingga terlihat kedua ketiaknya.

“Lanjutkan dengan alhamdulillah hamdan syakirin, sesudah itu sholawat kepada Nabi SAW. Jangan langsung berdoa, lakukan dulu munajat,” urai Prof Nasaruddin.

Munajat, lanjutnya, merupakan sikap merendahkan diri di hadapan Allah. Usai bermunajat, barulah panjatkan doa.

“Tapi hati-hati, jangan sampai doa kita dipadati oleh doa-doa yang didikte pada hawa nafsu,” kata Prof Nasaruddin mengingatkan.

Maksud dari didikte hawa nafsu seperti doa yang hanya berlaku untuk jangka pendek, seperti meminta kekayaan, kesehatan, dan lain sebagainya. Padahal, alangkah baiknya kita juga menyelipkan doa mengenai Allah dan Rasulnya.

Enggak ada tuh permohonan orang berdoa agar langgeng mencintai Allah, pernahkan kita berdoa seperti ini? Enggak. Doa kita terlalu didikte dengan hawa nafsu, banyak resikonya,” paparnya.

Prof Nasaruddin juga mengimbau agar kita berdoa dengan semestinya. Jangan sampai seorang hamba berdoa kepada Allah tapi melecehkan karena terkesan memerintah Tuhan. Dengan demikian, etika berdoa perlu diperhatikan.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Kekuatan Doa bisa disaksikan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Keistimewaan Salat Tahajud



Jakarta

Sholat tahajud tergolong ke dalam sholat sunnah yang dikerjakan oleh muslim. Biasanya, ibadah ini dilaksanakan seusai salat Isya hingga terbitnya fajar setelah bangun dari tidur.

Menurut penuturan Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom pada Sabtu (15/4/2023), salat tahajud sangatlah penting. Ia mengimbau, kaum muslimin untuk lebih memanfaatkan waktu saat terbangun di tengah malam.

“Seandainya ada kemampuan untuk bangun salat tahajud pemirsa, terutama bapak ibu yang tidak punya pekerjaan apapun, manfaatkanlah waktu-waktu yang bagus itu untuk bangun di tengah malam,” ujarnya.


Perintah mengenai salat tahajud disematkan dalam surat Al Isra ayat 79, Allah SWT berfirman:

وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا

Arab latin: Wa minal-laili fa taḥajjad bihī nāfilatal laka ‘asā ay yab’aṡaka rabbuka maqāmam maḥmụdā

Artinya: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji,”

Kekuatan tahajud sangatlah dahsyat. Salah satunya, lanjut Prof Nasaruddin, yaitu bisa menggantikan posisi salat fardhu yang lalai kita kerjakan.

“Mari kita perbanyak salat tahajud. Salat tahajud itu gunanya banyak antara lain juga untuk menggantikan posisi salat fardhu yang di masa muda kita pernah lalai, absen, batal. Nah, sekarang dengan salat tahajud ini, salat-salat fardhu (yang lalai) bisa ditutupi,” ujarnya memaparkan.

Lebih lanjut, Prof Nasaruddin mengatakan salat di tengah malam juga menjadi upaya kita untuk bertaubat dengan meratapi dosa-dosa masa lampau. Aktivitas tersebut dapat menghapus dosa yang telah lalu.

“Ingat, meratapi dosa masa lampau di malam hari itu akan membakar dosa-dosa masa lampau kita. Air mata taubat itu nanti yang akan memadamkan api neraka kita,” tuturnya menjelaskan.

Prof Nasaruddin juga mengimbau kaum muslim untuk tidak lebih memanfaatkan malam hari dengan bermuhasabah. Dengan demikian, hidup akan terasa lebih bermakna.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Kekuatan Tahajud dapat disaksikan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Kemuliaan Salat Berjamaah



Jakarta

Salat lebih utama jika dilakukan secara berjamaah ketimbang sendirian. Meski terlihat sebagai amalan yang mudah, faktanya banyak yang lebih memilih salat sendiri dengan berbagai alasan, seperti ingin cepat menyelesaikan salat karena ada kesibukan.

Rasulullah SAW bersabda,

“Salat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada sholat sendiri,” (HR Bukhari).


Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom pada Minggu (16/4/2023) menjelaskan bahwa salat berjamaah perbandingannya 1 : 27 jika di luar Ramadan.

“Tapi kalau dalam Ramadan itu dikali 10,” katanya menjelaskan.

Allah SWT pun kagum kepada hambanya yang mengerjakan salat berjamaah, ini sesuai dengan Imam Ahmad yang meriwayatkan dari Abdullah bin Amru RA, beliau berkata:

“Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Sungguh Allah Ta’ala kagum pada salat yang dikerjakan secara berjamaah,'” (HR Thabrani).

Selain itu, mereka yang menunggu salat berjamaah akan dianggap berada dalam salat. Para malaikat bahkan memohon ampunan baginya dan mendoakan rahmat untuknya. Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda:

“Salah seorang di antara kalian jika duduk menunggu waktu sholat, selama tidak berhadats, maka malaikat akan berdoa baginya: ‘Wahai Allah, ampunilah ia, wahai Allah rahmatilah ia,'” (HR Muslim).

Pada bulan suci Ramadan, segala sesuatu dilakukan secara berjamaah atau bersama. Tidak hanya salat, bahkan buka puasa dan sahur sekali pun.

Karenanya, Ramadan disebut sebagai bulan penuh berkah. Sebab, ada kebahagiaan tersendiri dengan mengerjakan segala sesuatu secara bersama.

“Bulan suci Ramadan ini masyaAllah, bulan kebersamaan, bulan keberkahan,” lanjut Prof Nasaruddin Umar.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Sholat Berjamaah dapat disaksikan DI SINI.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com