Tag Archives: detikkultum

detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Pentingnya Menghargai Tamu



Jakarta

Menghargai tamu merupakan satu dari sekian banyak adab yang diatur dalam Islam. Saking pentingnya, menghargai tamu termasuk ciri dari orang yang beriman kepada Allah SWT.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tamunya,” (HR Bukhari dan Muslim).


Menurut penuturan Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Senin (17/4/2023), menghargai tamu menjadi bentuk respect kita terhadap Allah SWT. Tamu yang datang bukanlah hanya sekadar tamu, tapi juga tamu Allah.

“Jika memelihara tamu, menjemput tamu, memberikan fasilitas, respect terhadap tamu, berarti kita respect terhadap Allah SWT,” ujarnya.

Semakin rajin dan aktif kita menerima tamu, semakin aktif juga Allah akan berbuat baik kepada kita. Menghargai tamu tidak hanya dianjurkan kepada sesama kaum muslim, melainkan juga non muslim sekali pun.

Saking mulianya tamu, Allah SWT membawa rezeki melalui tamu yang datang. Jatah makan dan minum yang diberikan kepada tamu akan dilipatgandakan oleh Allah dan diberi pahala yang berlimpah.

“Nah inilah saya ingin menyadarkan diri saya dan kita semuanya bapak ibu, mari kita jadikan tamu itu tamunya Allah. Bukan tamu kita. Mari kita menghormati, menghargai, berikan apa yang ada pada diri kita sendiri tanpa harus memaksakan diri,” ujar Prof Nasaruddin.

Lebih lanjut ia menjelaskan, semakin rajin seseorang menerima tamu maka Allah SWT akan memberikannya rezeki dan berkah. Karenanya, ia mengimbau kaum muslimin untuk menghargai dan menerima tamu sebaik mungkin.

Tetapi, apabila kita masih merasa tamu sebagai beban, merepotkan, hingga menyita waktu maka kita tergolong orang yang belum bersahabat dengan Allah. Sebab, Allah SWT menganjurkan umatnya untuk menjamu memelihara tamu yang berkunjung.

Rasulullah SAW sendiri mencontohkan kepada para sahabat dan umatnya dalam memperlakukan tamu sebaik-baiknya karena menghormati dan memuliakan orang lain adalah adab dalam Islam wajib diamalkan oleh semua umat muslim. Terlebih, apabila tamu tersebut datang dari tempat yang sangat jauh.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Adab Menghargai Tamu dapat disaksikan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Sebesar Apapun Dosa, Jangan Berputus Asa



Jakarta

Sebagai manusia, tentulah kita tak luput dari segala kesalahan dan dosa. Meski begitu, kita tidak boleh berputus asa atas dosa-dosa yang telah kita perbuat, pun dari rahmat Allah.

Dalam surat Az Zumar ayat 53, Allah SWT berfirman,

قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ


Arab latin: Qul yā ‘ibādiyallażīna asrafụ ‘alā anfusihim lā taqnaṭụ mir raḥmatillāh, innallāha yagfiruż-żunụba jamī’ā, innahụ huwal-gafụrur-raḥīm

Artinya: “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,”

Berkenaan dengan itu Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Selasa (18/4/2023), menyampaikan kisah yang tertuang dalam sebuah hadits mengenai seorang pencuri kain kafan. Ia mengisahkan bahwa sang pemuda itu jatuh cinta terhadap kembang desa.

Sayangnya, tiap kali si pemuda yang tak lain pencuri kain kafan itu kerap ditolak cintanya oleh gadis pujaan hatinya. Karena itu pula, pemuda tersebut frustasi.

Tiba-tiba tersiar kabar bahwa kembang desa itu meninggal. Mendengar hal itu, si pemuda makin frustasi dan sedih.

Namun, dia tak kehabisan akal. Setelah dikuburkan, jenazah si gadis desa itu diambil dari tanah kuburan dan diletakkan di pinggir makam.

“Bukan saja sampai di situ, tapi dia gauli (jenazah kembang desa) sampai sepuasnya. Setelah puas, kain kafannya pun juga diambil lalu ia pergi,” ujar Prof Nasaruddin menceritakan.

Semenjak kejadian itu, entah kenapa si pemuda merasa bersalah atas dosa yang ia perbuat. Sampai tiba-tiba, ia menangis sambil meraung-raung di dekat masjid Nabi SAW dan para sahabat.

Merasa terganggu, nabi dan para sahabat datang ke sumber suara sambil bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada pemuda tersebut. Ia lantas menjawab bahwa dirinya telah melakukan dosa yang sangat besar.

Pemuda itu menuturkan, saking besarnya dosa tersebut sampai-sampai melebihi Allah yang Maha Besar. Hal itu lantas membuat marah para sahabat, diusirnya lelaki itu.

Namun, Rasulullah SAW mendapat informasi dari Allah SWT untuk menyusul dan mencari pemuda itu. Sebab, dirinya tengah melakukan pertobatan yang luar biasa.

Setelah mendaki puncak gunung, bertemulah Nabi SAW dengan si pemuda yang sebelumnya diusir itu. Di sana, Rasulullah kembali bertanya agar lelaki itu mau memberi tahu dosa yang dikerjakannya.

Kisah selengkapnya dapat disaksikan dalam detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Tidak Boleh Berputus Asa, klik DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Mahabbah, Bentuk Cinta Sejati kepada Allah SWT



Jakarta

Mahabbah merupakan bentuk cinta yang sangat sejati kepada Tuhan semesta alam, Allah SWT. Kata mahabbah berasal dari bahasa Arab.

Dalam kajian tasawuf, mahabbah dimaknai mencintai Allah dan mengandung arti patuh kepada-Nya serta membenci sikap apapun yang melawan Allah SWT. Menurut penuturan Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Rabu (19/4/2023), mahabbah merupakan cinta yang paling memuncak kepada Allah.

“Nah apa itu mahabbah? Cinta yang paling sejati kepada Allah SWT. Mahabbah ini adalah cinta yang paling sejati, cinta yang paling memuncak kepada Allah,” katanya.


Apabila seseorang telah sampai di tahap mahabbah, maka ia akan lebih mencintai Allah daripada makhluk-makhluk lainnya. Prof Nasaruddin mencontohkan salah seorang sosok sufi wanita yang telah mencapai tingkat mahabbah, yaitu Rabi’ah al-Adawiyah.

Cinta Rabi’ah kepada Allah SWT diungkapkan dalam sebuah syair yang berbunyi,

“Ya Allah kalau kami menyembah engkau karena ingin masuk surga, jangan masukkan aku ke dalam surga. Ya Allah kalau aku menyembah engkau karena takut masuk neraka, masukkan aku ke neraka. Aku menyembah engkau karena aku mencintaimu ya Allah,”

Lebih lanjut, Prof Nasaruddin menerangkan apabila seseorang beribadah karena cinta maka ia disebut ahlullah. Namun, jika seseorang beribadah hanya karena takut masuk neraka, mengharapkan surga dan pahala, maka tingkat ibadahnya disebut dengan ahlul ibadah.

“Kalau sudah ahlullah, mahabbah, dia melakukan sesuatu karena dia sadar bahwa Tuhan itu siapa. Nah pemirsa, mari kita menjadi ahlullah,” imbaunya.

Prof Nasaruddin mengajak para kaum muslimin untuk belajar mencintai Allah semaksimal mungkin. Jangan hanya mencintai Tuhan hanya karena ditempa musibah atau menginginkan sesuatu.

“Cintailah Allah dalam keadaan apapun, maka insyaAllah kita akan berada pada posisi yang benar-benar diridhai Allah SWT,” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Cinta Sejati kepada Allah SWT dapat disaksikan di SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Yuk Ngabuburit Bareng detikKultum Habib Ja’far, Hanya di detikcom!



Jakarta

Kajian-kajian Islam menarik siap menemani detikers sambil menunggu buka puasa tiap hari selama Ramadan. Nantikan detikKultum dari Habib Husein Ja’far hanya di detikcom.

Sudah sepatutnya bulan suci Ramadan diisi dengan amalan-amalan saleh. Bahkan dijelaskan dalam hadits, Allah SWT mengganjar amal kebaikan yang dikerjakan oleh muslim hingga tujuh ratus kali lipat. Rasulullah SAW bersabda,

“Seluruh amalan kebaikan manusia akan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa. Sebab pahala puasa adalah untuk-Ku. Dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Ia (orang yang berpuasa) telah meninggalkan syahwat dan makannya karena-Ku’.” (HR Muslim)


Ditambah lagi, ajaran Islam juga senantiasa menekankan kepada umatnya untuk berlomba-lomba mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Ilmu juga disebut sebagai pengantar kebaikan dunia dan akhirat.

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ

Artinya: “Barang siapa menginginkan kebaikan di dunia ini, hendaklah ia mencapainya dengan ilmu. Barang siapa menginginkan kebaikan di akhirat, maka ia harus mencapainya dengan ilmu. Dan barang siapa menginginkan keduanya, hendaklah mencari ilmu.” (HR Thabrani)

Ilmu bisa didapat dari mana saja. Termasuk kajian ilmu yang akan disajikan detikcom melalui detikKultum sepanjang bulan Ramadan.

Kegiatan ngabuburit tahun ini bisa lebih bermakna karena detikKultum bersama Habib Husein Ja’far akan tayang tiap menjelang waktu berbuka, pukul 18.00 WIB, selama bulan Ramadan. Kajian ilmu ini cocok untuk menemani waktu detikers selagi menunggu waktu buka puasa.

Sosok habib ini tercatat sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW generasi ke-38. Konten dakwahnya yang santai dan penuh keakraban khas obrolan anak muda membuatnya menjadi salah satu pendakwah yang mudah diterima kalangan muda.

Jadi, jangan sampai terlewat, ya! Saksikan detikKultum bareng Habib Ja’far setiap jelang buka puasa Ramadan hanya di detikcom.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Sahur Bersama Nasaruddin Umar Selama Ramadan, Hanya di detikKultum



Jakarta

Bulan Ramadan 2024 kali ini ditemani lagi oleh kajian-kajian Islam kaya manfaat melalui detikKultum. Setiap hari selama bulan Ramadan, detikers bisa menyaksian kajian gratis dari Nasaruddin Umar.

Sudah sepatutnya bulan suci Ramadan diisi dengan amalan-amalan saleh. Bahkan dijelaskan dalam hadits, Allah SWT mengganjar amal kebaikan yang dikerjakan oleh muslim hingga tujuh ratus kali lipat. Rasulullah SAW bersabda,

“Seluruh amalan kebaikan manusia akan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa. Sebab pahala puasa adalah untuk-Ku. Dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Ia (orang yang berpuasa) telah meninggalkan syahwat dan makannya karena-Ku’.” (HR Muslim)


Ditambah lagi, ajaran Islam juga senantiasa menekankan kepada umatnya untuk berlomba-lomba mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Ilmu juga disebut sebagai pengantar kebaikan dunia dan akhirat.

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ

Artinya: “Barang siapa menginginkan kebaikan di dunia ini, hendaklah ia mencapainya dengan ilmu. Barang siapa menginginkan kebaikan di akhirat, maka ia harus mencapainya dengan ilmu. Dan barang siapa menginginkan keduanya, hendaklah mencari ilmu.” (HR Thabrani)

Ilmu bisa didapat dari mana saja. Termasuk kajian ilmu yang akan disajikan detikcom melalui detikKultum sepanjang bulan Ramadan.

detikKultum dibuka oleh kajian dari Nasaruddin Umar yang akan ditayangkan setiap hari pukul 04.20 WIB. detikers bisa memanfaatkan waktu sahur untuk mendengar tausiyah yang kaya ilmu bermanfaat sebagai pengawal hari sebelum menjalankan ibadah puasa.

Nasaruddin Umar adalah salah satu tokoh Islam di Indonesia yang berasal dari Sulawesi Selatan (Sulsel). Selain berdakwah, Imam Besar Masjid Istiqlal ini juga sudah banyak berkiprah di bidang akademik sebagai peneliti kepustakaan di beberapa perguruan tinggi luar negeri.

Jadi, jangan sampai terlewat, ya! Saksikan detikKultum bareng Nasaruddin Umar setiap hari selama bulan Ramadan hanya di detikcom dan detikHikmah.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Habib Ja’far: Ramadan Bulan yang Agung



Jakarta

Marhaban ya Ramadan! Seluruh umat Islam bersuka cita memasuki Ramadan. Bulan ini termasuk bulan yang agung.

Habib Husein Ja’far menjelaskan tentang keutamaan Ramadan dibandingkan bulan-bulan lainnya. Ramadan menjadi waktu untuk memperbaiki kualitas diri sehingga keimanan pun ikut semakin baik.

“Ramadan dalam bahasa maknanya adalah membakar. Karena di Ramadan kita sepatutnya melakukan apapun yang perlu kita bakar untuk memperbaiki diri kita termasuk kenangan bersama masa lalu,” ujar Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Selasa (12/3/2024).


Lebih lanjut, dalam menyambut Ramadan pun Habib Ja’far mengingatkan untuk menjauhi hal-hal yang memiliki pengaruh negatif terhadap keimanan.

“Apapun yang membuat depresi dari masa lalu, apapun yang menjadi anxiety tentang masa depan, apapun yang membuat diri susah menjadi pribadi yang lebih baik, itu semua dibakar,” jelas habib.

Ramadan merupakan bulan yang agung, bulan yang suci. Salah satu keagungan Ramadan adalah peristiwa diturunkannya Al-Qur’an oleh Allah SWT.

“Ramadan bulan yang agung karena banyak keagungan diturunkan oleh Allah SWT di bulan Ramadan. Ramadan disebut Syahrul Qur’an, bulan diturunkan Al-Qur’an. Baik secara langsung ke langit di malam Lailatulqadar maupun diturunkan secara bertahap di malam Nuzulul Qur’an, itu semua terjadi di bulan Ramadan,” jelas pendakwah yang memiliki nama lengkap Habib Husein bin Ja’far Al Hadar ini.

Karena merupakan momen istimewa, Habib Ja’far mengingatkan agar Ramadan ini bisa menjadi waktu untuk lebih mendekatkan diri dengan Al-Qur’an.

“Ini bulannya Al-Qur’an saatnya bonding dengan Al-Qur’an,” ujarnya.

Ramadan semakin istimewa lagi karena bulan ini juga disebut bulan Lailatulqadar, ini adalah malam yang lebih mulia dari malam 1.000 bulan.

Ramadan pun disebut sebagai bulan ampunan. Rasulullah SAW bersabda,
“Barang siapa yang puasa Ramadan karena iman dan mengharapkan pahala, diampuni baginya dosa-dosa masa lalu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Apa lagi keutamaan bulan Ramadan? Semua kemuliaan dan keutamaan Ramadan dijelaskan secara lebih rinci oleh Habib Ja’far dalam detikKultum.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Keagungan Ramadan bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan tiap menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Nasaruddin Umar: Keistimewaan Ramadan, Pahala Berlipat!



Jakarta

Ramadan merupakan momen istimewa yang sayang untuk dilewatkan. Pada bulan ini, kaum muslimin dianjurkan untuk memperbanyak sekaligus meningkatkan ibadah, sebab segala sesuatu yang dilakukan saat Ramadan akan dilipatgandakan oleh Allah SWT.

Keistimewaan Ramadan tersebut dijelaskan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar. Ia mengatakan Ramadan adalah penghulu bulan.

“Penghulu atau pimpinan bulannya islam itu adalah bulan suci Ramadan. Kenapa? Karena seperti yang sering kita dengarkan di acara ceramah, semua berlipat ganda pahala-pahala itu,” kata Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum, Rabu (13/3/2024).


Rasulullah SAW bersabda, “Telah datang kepadamu bulan Ramadan, penghulu segala bulan. Maka selamat datang kepadanya. Telah datang bulan puasa, membawa segala rupa keberkahan.” (HR At Thabrani)

Prof Nasaruddin Umar kemudian mencontohkan, umat Islam yang membaca Al-Qur’an di bulan suci pun setiap hurufnya dikali 10 pahala. Begitu pun dengan salat-salat sunah yang mana pada Ramadan pahalanya setara dengan salat fardhu.

“Pahalanya salat sunah itu sama pahalanya dengan salat fardhu di bulan suci Ramadan. Nah kalau salat fardhu itu pahalanya berlipat ganda lagi kan,” kata Prof Nasaruddin Umar.

Karenanya, ia mengimbau agar kaum muslimin mencoba membiasakan diri untuk melakukan hal-hal baik, terutama di bulan Ramadan. Jangan sampai kesempatan di bulan suci ini terbuang sia-sia. Saking istimewanya Ramadan, tidurnya orang berpuasa bahkan terhitung pahala.

Kemudian, Prof Nasaruddin Umar juga mengatakan Ramadan sebagai bulan yang penuh berkah. Ia mendefinisikan berkah sebagai campur tangan Allah SWT dalam satu urusan.

“Semoga kita semuanya mendapatkan berkah pada bulan suci Ramadan ini,” jelasnya.

Selengkapnya Kultum Ramadan Lazada Nasaruddin Umar: Keistimewaan Bulan Ramadan yang Sayang Dilewatkan saksikan DI SINI. Kajian bersama Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan tiap pukul 04.20 WIB.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Jadikan Ramadan Momen untuk Tingkatkan Kualitas Ibadah



Jakarta

Sebagai seorang muslim, sudah sepantasnya kita beribadah kepada Allah SWT. Perintah beribadah dan menyembah-Nya termaktub dalam surah Al Baqarah ayat 21,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعْبُدُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ وَٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”


Nah, bulan suci ini bisa dijadikan sebagai momentum meningkatkan kualitas ibadah kita. Terlebih, Ramadan menjadi bulan yang baik untuk membersihkan diri.

“Pada kesempatan ini izinkan saya mengingatkan kembali bahwa bulan suci Ramadan ini adalah bulan paling bagus untuk mensucikan, membersihkan diri,” ujar Prof Nasaruddin Umar dalam detik Kultum Lazada, Kamis (14/3/2024).

Lebih lanjut ia mengajak umat Islam untuk meningkatkan kualitas ibadahnya sampai bisa disebut ahlul ibadah. Menurutnya, apabila kita masih merasa terbebani dengan ibadah yang dikerjakan sehari-hari maka kualitas ibadah kita baru sampai ahlul tha’ah.

“Apa bedanya ahlul tha’ah dan ahlul ibadah? Kalau ahlul tha’ah (itu) kita yang masih memaksakan diri untuk melaksanakan ibadah,” terang Prof Nasaruddin menjelaskan.

Ia mengibaratkan muslim yang kualitas ibadahnya telah mencapai ahlul ibadah maka beribadah atas dasar cinta. Ada perbedaan antara ibadah yang dilakukan sebatas kewajiban dan ibadah yang dilakukan karena seseorang mencintai ibadah itu sendiri.

“Kalau kita melakukan sesuatu (beribadah) dengan cinta, tidak terasa beban,” tambah Prof Nasaruddin.

Selengkapnya Kultum Ramadan Lazada Nasaruddin Umar: Keutamaan Meningkatkan Kualitas Ibadah di Bulan Ramadan bisa ditonton DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Perbanyak Niat Baik saat Ramadan



Jakarta

Niat merupakan salah satu perbuatan yang dinilai penting dalam ajaran Islam. Setiap niat baik akan mendapat keutamaan dan balasan kebaikan pula.

Hal ini disampaikan Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Kamis (14/3/2024). Habib Ja’far menyebutkan hadits tentang niat yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda,

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ


Artinya: “Sesungguhnya, segala perbuatan itu tergantung pada niatnya.”

“Setiap perbuatan memiliki pondasi niat, niat itu sangat menentukan. Niat itu dinaungi di bawah cintanya Allah yang Maha Cinta,” kata Habib Ja’far.

Niat bukanlah sebuah perkataan semata, niat harus dimulai dari dalam hati dan sesegera mungkin diusahakan untuk diwujudkan. Setiap niat baik akan mendapatkan keutamaan, ketika niat tersebut dilaksanakan maka keutamaan yang didapat bisa berkali lipat.

“Kalau punya niat baik tapi tidak dilaksanakan karena satu dan lain hal maka Allah memberikan satu kebaikan sempurna seolah kamu telah melakukan kebaikan dan ketika Lo punya niat baik dan melakukannya maka Allah mencatat 10 sampai 700 kali lipat. Sementara kalau punya niat buruk dan melakukannya maka Allah akan mencatat sebagai satu keburukan. Niat buruk tidak dilipatgandakan,” jelas Habib Ja’far.

Habib Ja’far mengingatkan tentang satu hal terkait niat. Meskipun langsung dicatat sebagai kebaikan, tidak boleh niat diucapkan secara sembarangan.

“Jangan salah, bahwa niat bukan sekedar komitmen dalam hati. Dia harus betul-betul diwujudkan. Ketika sudah niat, harus melakukan berbagai upaya yang mampu Lo lakuin untuk mengimplementasikan niat tersebut. Jangan sampai niat doang lalu berhenti.” jelasnya.

Di Ramadan ini terdapat malam Lailatul Qadar, dimana malam tersebut dituliskannya takdir manusia. Lantas apa hubungannya antara niat dan malam Lailatul Qadar di bulan Ramadan?

Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom akan menjelaskan hal tersebut.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Pentingnya Sebuah Niat bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan tiap menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Puasa Bukan Penghalang untuk Produktif



Jakarta

Selama bulan Ramadan, umat Islam diwajibkan untuk berpuasa sebulan penuh. Kewajiban ini bahkan termasuk ke dalam rukun Islam.

Setiap muslim yang telah mencapai usia baligh, berakal sehat dan tidak dalam keadaan sakit diwajibkan untuk berpuasa. Meski demikian, puasa bukanlah halangan untuk menjadi produktif.

Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar dalam kultumnya turut menyampaikan hal serupa mengenai hal ini.


“Bulan Ramadan itu bulan produktif lho, bapak ibu. Hampir semua peristiwa bersejarah dalam Islam itu terjadi pada bulan suci Ramadan,” katanya dalam detik Kultum yang tayang Jumat (14/3/2024).

Lebih lanjut, ia mencontohkan momen bersejarah itu seperti turunnya wahyu, peristiwa Fathu Makkah, Nuzulul Quran hingga Perang Badar yang terjadi di bulan Ramadan. Begitu pula dengan penaklukan Mesir dan kota-kota besar.

“Mestinya kita lapar, loyo tapi kok selalu memenangkan peperangan? Semua peperangan yang berlangsung pada bulan suci Ramadan itu pasukan Islam menang mutlak,” lanjut Prof Nasaruddin.

Ia turut mencontohkan peristiwa kemerdekaan Indonesia juga bertepatan dengan bulan suci Ramadan, tepatnya hari Jumat tanggal 9 Ramadan 17 Agustus 1945.

“Jadi bulan suci Ramadan itu bulan kekuatan umat Islam. Jangan sampai kita melakukan kelemahan-kelemahan saat puasa, gak bisa. Justru bulan suci Ramadan ini adalah bulan prestasi,” terang Prof Nasaruddin.

Karenanya, ia mengajak umat Islam untuk tetap produktif dan jangan menjadikan Ramadan sebagai halangan untuk beraktivitas.

“Bulan Ramadan ini adalah bulan berkah bulan produktif, apapun yg kita tancapkan dimulai pada bulan suci Ramadan itu berkah,” ujar Prof Nasaruddin.

Selengkapnya Kultum Ramadan Lazada Nasaruddin Umar: Tetap Produktif Meski Puasa bisa disaksikan DI SINI.

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com