Tag Archives: detikkultum

Gapai Ketenangan Jiwa dengan Salat dan Wudhu



Jakarta

Surah-surah dalam Al-Qur’an membawa pesan yang bermanfaat bagi kehidupan umat Islam. Tak terkecuali berisi firman Allah SWT yang dapat menenangkan jiwa.

Melalui detikKultum detikcom yang tayang Rabu (27/3/2024), Prof Nasaruddin Umar menyampaikan hal serupa. Dalam salah satu ayat Al-Qur’an, Allah SWT berfirman bahwa salah satu cara untuk menenangkan jiwa ialah dengan salat.

Sebagaimana firman-Nya dalam surah Ar Rad ayat 28,


ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.”

“Kalau kita ingin merasakan ketenangan jiwa, maka tidak ada cara lain yang paling pantas untuk kita lakukan sebagai umat yang paling beriman khususnya umat islam (yaitu) kita melakukan salat,” ujar Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Ketika seorang muslim menjalani kehidupan dengan teori-teori Al-Qur’an maka ia menutup pintu iblis. Prof Nasaruddin Umar mengatakan, rasa gundah dan gelisah merupakan salah satu provokasi iblis.

Begitu pula dengan wudhu. Sebelum salat, umat Islam dianjurkan untuk membasuh bagian-bagian tubuh tertentu yang mana sama artinya dengan bersuci.

Dalam ilmu kesehatan, wudhu terbukti mampu menenangkan jiwa karena memberikan kesegaran yang berhubungan dengan sistem saraf manusia.

Terkait wudhu ini disebutkan dalam sejumlah ayat Al-Qur’an, salah satunya surah Al Maidah ayat 6.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قُمْتُمْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ فَٱغْسِلُوا۟ وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى ٱلْمَرَافِقِ وَٱمْسَحُوا۟ بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى ٱلْكَعْبَيْنِ ۚ وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَٱطَّهَّرُوا۟ ۚ وَإِن كُنتُم مَّرْضَىٰٓ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَآءَ أَحَدٌ مِّنكُم مِّنَ ٱلْغَآئِطِ أَوْ لَٰمَسْتُمُ ٱلنِّسَآءَ فَلَمْ تَجِدُوا۟ مَآءً فَتَيَمَّمُوا۟ صَعِيدًا طَيِّبًا فَٱمْسَحُوا۟ بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ ۚ مَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُۥ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya:” Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar bisa saksikan DI SINI. Jangan lewatkan detikKultum Nasaruddin Umar ini yang tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Habib Ja’far: Pentingnya Tabayyun Lawan Hoax



Jakarta

Tabayyun artinya mencari tahu dan memverifikasi setiap berita atau informasi. Seorang muslim wajib memiliki sikap tabayyun.

Tabayyun harus selalu dilakukan agar terhindar dari kebohongan yang berpotensi merusak segala hal. Sebab, hoax atau kebohongan berasal dari iblis yang membawa pada kesesatan.

Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom menjelaskan bagaimana seorang muslim harus selalu mengedepankan tabayyun. Tabayyun digunakan untuk menghindari adanya kebohongan dan tipu daya.


“Senjata berburu yang digunakan makhluk terburuk terdahulu hingga sekarang ini adalah hoax, kebohongan ataupun fitnah. Ia (kebohongan) pertama kali digunakan oleh makhluk terburuk yaitu iblis untuk menipu daya Nabi Adam dan Siti Hawa ketika berada di surga. Iblis menyebut buah khuldi sebagai sesuatu yang indah, buah pengetahuan, sehingga Nabi Adam dan Siti Hawa mengonsumsinya. Akhirnya sehingga membuat Nabi Adam dan Hawa jatuh dari surga,” jelas Habib Ja’far.

Tak hanya Nabi Adam AS dan Hawa saja yang menjadi korban, dalam kehidupan masa kini juga banyak kebohongan yang tersebar. Bahkan akhir dari kehidupan di dunia juga tak luput dari kebohongan.

“Akhir dari kehidupan di dunia ini juga akan ditutup dengan hoax atau kebohongan atau fitnah yang juga menjadi senjata utama makhluk terburuk di muka bumi ini yaitu dajjal,” lanjut Habib Ja’far.

Bahkan Rasulullah SAW pernah menyebut dalam sabdanya bahwa senjata utama Dajjal adalah hoax. Habib Ja’far menjelaskan bahwa Dajjal membuat hoax yaitu menggambarkan surga seperti neraka dan membuat neraka seperti surga.

“Membuat mabuk dunia dan mabuk minuman keras seolah sesuatu yang indah. Dan membuat mabuk cinta kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad itu seolah sesuatu yang berat sekali. Padahal mabuk cinta kepada Allah adalah ciri para kekasih Allah SWT,” terangnya.

Agar terhindar dari kebohongan yang menyesatkan. Habib Ja’far mengingatkan setiap muslim harus melakukan pengecekan.

Dalam Al-Qur’an, hal ini tercatat di dalam surah Al Hujurat ayat 6 sebagai berikut,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Tabayyun artinya memverifikasi, mengklarifikasi berita yang datang kepada kita. Tabayyun adalah kewajiban seorang muslim.

Sikap tabayyun telah diterapkan sejak 1400 tahun lalu di saat para periwayat hadits melakukan verifikasi terhadap hadits Rasulullah SAW yang berasal dari para sahabat dan orang-orang terdekatnya.

“Dalam Islam ada trilogi yaitu kebenaran, kebaikan, keindahan. Berita harus benar dan dikemas dalam kebaikan dan disampaikan dengan keindahan,” ujar Habib Ja’far.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Pentingnya Tabayyun Lawan Hoax bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/rah)



Sumber : www.detik.com

Silaturahmi Tak Hanya ke Sesama Manusia



Jakarta

Dalam Islam, silaturahmi dianjurkan agar umat Islam dengan sesamanya dapat terjaga. Silaturahmi tidak hanya diperuntukkan bagi sesama muslim, melainkan juga umat manusia, hewan, hingga tumbuhan.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Isra ayat 70,

۞ وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنَٰهُمْ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَرَزَقْنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلْنَٰهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا


Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”

“Silaturahim itu bukan hanya antar sesama manusia, silaturahim dengan binatang, pepohonan bahkan silaturahim dengan benda mati,” kata Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Kamis (28/3/2024).

Bahkan, silaturahmi tidak hanya kepada sesamanya yang hidup. Menurut Prof Nasaruddin Umar, kematian bukanlah penghalang untuk bersilaturahmi.

Karenanya, umat Islam yang masih hidup dianjurkan membaca doa bagi keluarga atau sesamanya yang telah wafat. Ini menjadi cara bersilaturahmi kepada mereka yang sudah meninggal dunia.

Prof Nasaruddin Umar menerangkan, konsep silaturahmi kepada sesama makhluk hidup seperti binatang dan pohon ini bahkan diterapkan oleh Rasulullah SAW. Contohnya seperti ketika beliau sedang bersembunyi di Gua Tsur karena dikejar oleh para algojo.

“Yang menyelamatkan nabi itu adalah burung merpati yang tiba-tiba bertelur. Kemudian laba-laba dia bersarang seolah-olah tidak ada orang yang masuk di situ (Gua Tsur),” ujar Prof Nasaruddin Umar.

Peristiwa-peristiwa itu menjadi bukti pentingnya menjalin silaturahmi kepada sesama makhluk hidup. Tidak hanya sesama muslim juga umat manusia.

“Ini satu contoh bahwa silaturahmi itu bukan hanya untuk sesama manusia tetapi juga sesama makhluk,” terang Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Silaturahmi Tak Hanya ke Sesama Manusia bisa saksikan DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB. Jangan terlewat!

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Inilah Orang Bangkrut yang Ibadahnya Sia-sia



Jakarta

Beberapa orang mengerjakan ibadah namun tidak mendapatkan keutamaan dan pahala. Orang-orang seperti ini adalah mereka yang ibadahnya sia-sia.

Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Kamis (28/3/2024), menjelaskan terkait orang-orang yang merugi karena ibadahnya sia-sia.

“Ibadah itu punya dua aspek. Yang pertama aspek kediterimaannya dan yang kedua yakni aspek kewajibannya,” kata Habib Ja’far.


Lebih lanjut, Habib Ja’far menjelaskan ibadah yang diterima sudah pasti ibadah yang sah, jadi ibadah yang sah sudah pasti diterima. Namun terkadang, orang-orang abai dengan hal ini.

“Kadang kita hanya mikirin syarat sah dan rukunnya, tidak mikirin ibadah kita diterima apa tidak oleh Allah SWT. Kita ngerjain ibadah untuk ngebatalin kewajiban kita, tidak peduli diterima atau tidak. Artinya kita hanya menjalani ibadah sebagai hukum Islam, tidak sebagai spiritual atau tasawuf,” lanjut Habib Ja’far.

Orang-orang seperti ini yang kemungkinan menjadi hamba yang ibadahnya sia-sia. Karena tidak jarang ditemui orang yang puasanya full tapi isinya cuma tidur, tetap ghibah, melihat sesuatu yang diharamkan, dan fitnah.

“Sehingga mereka hanya menjalani puasa sebagai kewajiban. Tapi tidak mendapat pahala dan kemuliaan dari puasa itu,” ujarnya.

Habib Ja’far juga menjelaskan hal ini melalui hadits Rasulullah SAW. Orang-orang yang ibadahnya sia-sia disebut muflis.

“Kata Nabi SAW, nanti di akhirat akan ada orang-orang yang muflis, itu artinya bangkrut,” kata Habib Ja’far.

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Tahukah kamu, siapakah yang dinamakan muflis (orang yang bangkrut)?” Sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya dirham (uang) dan tidak pula punya harta benda.”

Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku datang dihari kiamat membawa salat, puasa dan zakat. Dia datang pernah mencaci orang ini, menuduh (mencemarkan nama baik) orang ini, memakan (dengan tidak menurut jalan yang halal) akan harta orang ini, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang ini. Maka kepada orang tempat dia bersalah itu diberikan pula amal baiknya. Dan kepada orang ini diberikan pula amal baiknya. Apabila amal baiknya telah habis sebelum hutangnya lunas, maka, diambil kesalahan orang itu tadi lalu dilemparkan kepadanya, sesudah itu dia dilemparkan ke neraka.” (HR Muslim)

Melalui hadits ini, Habib Ja’far mengingatkan untuk senantiasa beribadah dengan ikhlas dan hanya berorientasi pada keikhlasan.

“Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang muflis. Beribadahlah sebagai orang-orang yang ikhlas agar tidak menjadi ibadah yang sia-sia,” pesan Habib Ja’far.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Inilah Orang Bangkrut yang Ibadahnya Sia-sia bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/rah)



Sumber : www.detik.com

Silaturahmi Jangan Sebatas pada Umat Islam



Jakarta

Ramadan akan memasuki sepuluh hari terakhir. Dalam waktu kurang dari dua minggu, kaum muslimin akan merayakan Idul Fitri atau Lebaran.

Momen itu digunakan untuk saling silaturahmi dan bermaaf-maafan. Tak jarang sebagian masyarakat Islam mengadakan halal bi halal sebagai salah satu cara bersilaturahmi.

Halal bihalal merupakan kata majemuk bahasa Arab dari kata halala yang diapit dengan satu kata penghubung ba (dibaca: bi). Prof Nasaruddin Umar memaknainya sebagai melepas.


Tradisi halal bi halal di Indonesia sudah ada sejak tahun 1945. Dahulu, halal bi halal dimaknai sebagai memaafkan secara nasional dan secara religius.

“Halal bi halal itu kan kita mendatangi rumah orang tua kita, guru-guru kita, salam-salaman,” kata Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum yang tayang Jumat (29/3/2024).

Menurutnya, momentum silaturahmi saat Lebaran itu tidak hanya diperuntukkan bagi sesama muslim. Melainkan juga umat beragama lain.

“Jadi silaturahim itu jangan hanya dibatasi untuk umat beragama Islam saja. Nonmuslim itu juga kita ajak, kayak makan ketupat Lebaran,” jelas Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Selain itu, silaturahmi tidak hanya kepada sesama manusia yang masih hidup, melainkan juga mereka yang telah meninggal dunia. Cara menjalin silaturahmi dengan orang yang sudah wafat bisa dengan menziarahi makamnya dan mengirimkan doa.

Apabila ada rezeki berlebih, Prof Nasaruddin Umar menganjurkan untuk sedekah kepada anak yatim dan meminta mereka mendoakan keluarga yang telah wafat, seperti orang tua. Doa-doa tersebut menjadi salah satu cara untuk silaturahmi.

Tujuan dari diperintahkan menjalankan silaturahmi adalah berkaitan dengan keharusan bagi setiap manusia untuk menjaga hubungan persaudaraan. Manusia diharapkan bisa saling menjaga, menyayangi, menghormati, dan saling menyelamatkan.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Silaturahmi Jangan Sebatas pada Umat Islam saksikan DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Amalan Sederhana yang Dicintai Allah SWT



Jakarta

Sangat banyak amalan yang bisa dikerjakan umat Islam. Setiap amalan yang diniatkan dengan baik maka akan memperoleh kebaikan pula.

Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Jumat (29/3/2024), menjelaskan tentang amalan yang sederhana tetapi sangat dicintai Allah SWT. Amalan ini bahkan bisa menjadi tabungan akhirat yang berbalas surga.

Setiap ibadah yang diperintahkan Allah SWT diajarkan oleh Rasulullah SAW. Amalan sekecil apapun memiliki keutamaan.


“Ada banyak sekali amalan yang diajarkan Allah SWT melalui lisan suci Nabi Muhammad SAW. Kali ini saya ingin bicara amalan-amalan yang mungkin dianggap sederhana dan remeh di mata manusia tapi ia begitu dicintai dan agung di sisi Allah SWT,” ujar Habib Ja’far.

Habib Ja’far mencontohkan amalan sederhana yang mulia lewat sebuah kisah di zaman Rasulullah SAW.

“Suatu hari ada seorang dari orang-orang Ansar, ketika ia sampai di masjid yang saat itu ada Nabi SAW. Nabi SAW mengatakan, ‘Ahli surga akan datang’. Ternyata ahli surga yang dimaksud Nabi SAW adalah orang Ansar itu,” kata Habib Ja’far.

Ternyata para sahabat Rasulullah SAW merasa penasaran dan bertanya-tanya tentang amalan yang dikerjakan orang ini sehingga ia disebut sebagai ahli surga. Salah satu sahabat yang penasaran adalah Usamah bin Zaid RA.

Usamah RA lantas meminta izin kepada orang Ansar ini untuk mengikuti kesehariannya. Hal ini dilakukan karena Usamah RA ingin melihat amalan mulia apa yang dikerjakan.

“Setelah hidup selama beberapa hari, Usamah RA tidak melihat sesuatu yang berbeda atau lebih utama dibandingkan sahabat-sahabat Nabi SAW lain. Bahkan salatnya, puasanya, zakatnya tidak lebih istimewa dari sahabat-sahabat utama lainnya,” lanjut Habib Ja’far.

Usamah RA bertanya, “Apa yang membuat engkau terlihat mulia, sehingga ketika engkau datang ke masjid, Nabi SAW bilang engkau ahli surga.”

Sahabat Ansar ini berpikir tentang amalannya. Mungkinkah ada amalan yang belum disadarinya dan menjadi penyebab kenapa dirinya begitu dicintai Nabi Muhammad SAW.

“Amalannya ternyata ia memaafkan siapa saja yang berbuat salah kepada dia, tidur tanpa dendam, tanpa benci. Dia memohon ampun kepada Allah SWT atas semua dosanya di hari itu. Hal yang terlihat sederhana di mata manusia tapi begiu dicintai Allah SWT,” sambung Habib Ja’far.

Ternyata banyak sekali amalan-amalan sederhana yang memiliki keutamaan besar dan menakjubkan.

“Kita belajar untuk tidak meremehkan sekecil apapun amalan yang kita lakukan karena akan bernilai agung di mata Allah SWT. Jangan lihat amalan itu pada bentuknya tapi apa niatnya,” kata Habib Ja’far.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Amalan Sederhana yang Dicintai Allah SWT bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Istimewanya Waktu Malam saat Lailatul Qadar



Jakarta

Lailatul Qadar disebut sebagai malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Saking istimewanya malam itu, Allah SWT mengabadikannya dalam surah Al Qadr di Al-Qur’an.

Banyak umat Islam bertanya-tanya alasan di balik mulianya malam Lailatul Qadar. Sebagian berpikir, kenapa hanya pada waktu malam?

Dalam kaitannya, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Sabtu (30/3/2024) menerangkan alasan di balik itu.


“Malam itu memang jarak antara hamba dengan Tuhannya lebih dekat. Kemudian malam itu lebih terbuka langit, malam itu yang aktif batin kita,” katanya.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Muzzammil ayat 6,

إِنَّ نَاشِئَةَ ٱلَّيْلِ هِىَ أَشَدُّ وَطْـًٔا وَأَقْوَمُ قِيلًا

Artinya: “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.”

Lebih lanjut Prof Nasaruddin menuturkan, pembagian waktu siang dan malam memiliki fungsinya masing-masing. Pada siang hari rasionalitas manusia lebih aktif, sedangkan ketika malam hari manusia lebih melibatkan emosi keagamaan.

“Itulah yang dimaksud bahwa malam itu sangat penting karena energi spiritualnya lebih kencang naik ke langit,” terang Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.

Prof Nasaruddin menjelaskan, aktifnya emosi keagamaan seseorang di malam hari juga menjadi sebab banyak salat dan ibadah yang disyariatkan ketika matahari terbenam. Mulai dari salat Magrib, Isya, witir, Tarawih, tahajud, dan qiyamul lail.

“Maknai malam Lailatul Qadar dengan memperbanyak ibadah seperti salat dan itikaf di masjid pada sepuluh malam terakhir,” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar bisa disaksikan DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Jodoh Sudah Ditentukan tapi Harus Dijemput



Jakarta

Jodoh termasuk bagian dari rezeki. Allah SWT telah menentukan jodoh bagi makhluk ciptaan-Nya, namun jodoh perlu dicari dan dijemput.

Jodoh merupakan salah satu takdir Allah SWT yang telah tercatat dalam Lauhul Mahfuz. Meskipun demikian, diperlukan usaha untuk menjemputnya.

Perkara jodoh yang harus dijemput dijelaskan oleh Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Sabtu (30/3/2024).


“Rezeki apapun bentuknya, itu sudah tertakar karenanya dia tidak akan tertukar. Termasuk jodoh di dalamnya, jodoh artinya pasangan,” kata Habib Ja’far.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa setiap orang sudah memiliki jodohnya masing-masing. Jodoh yang kemudian menjadi pasangan dalam ikatan pernikahan itu merupakan cerminan dari diri sendiri.

“Setiap orang sudah memiliki pasangan yang pasangan itu dari dirinya sendiri sebagai satu kesatuan jiwa. Perlu kita sadari bahwa jodohmu itu seperti kamu yang kadang punya salah, punya khilaf, punya kebiasaan buruk, punya kekurangan, maka ia juga memiliki,” lanjut Habib Ja’far.

Oleh karenanya, dalam kehidupan rumah tangga harus mengedepankan sikap dan sifat toleransi. Karena setiap pasangan harus saling melengkapi dan harus saling menutupi kekurangan.

“Toleransi dalam hubungan perjodohan itu menjadi kunci,” tegas Habib Ja’far.

Jodoh adalah hal yang pasti karena telah tertulis dalam lauhul mahfuz. Namun Habib Ja’far juga menyinggung tentang sebagian orang yang melajang hingga akhir hayatnya.

Kenapa masih ada orang yang tidak bertemu jodohnya, bahkan hingga wafat. Atau dia menikah tapi cerai atau tidak menikah hingga wafat. Apakah berarti dia tidak memiliki jodoh?

“Ketentuan tentang jodoh telah ditentukan oleh Allah SWT. Apakah jodoh itu kita jemput atau tidak, itu kembali kepada kita. Persis seperti Allah SWT berikan tangan kepada kita, apakah tangan ini akan digunakan, itu kembali lagi ke kita,” jelas Habib Ja’far.

Menjemput jodoh menjadi bagian dari usaha setiap orang. Habib Ja’far mengingatkan jodoh harus dijemput, bukan hanya dinanti.

“Mentang-mentang Allah SWT sudah menentukan jodoh kita, kemudian kita menanti doang. Enggak gitu. Jodoh sebagaimana rezeki yang harus dijemput,” tegas Habib Ja’far

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Jodoh Sudah Ditentukan tapi Harus Dijemput bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Ramadan Jadi Momen Meningkatkan Kecintaan terhadap Allah SWT



Jakarta

Selain disebut sebagai bulan suci, Ramadan juga dikatakan bulan cinta. Pada momen istimewa ini, umat Islam diajak untuk lebih mencintai sesamanya serta Tuhannya, Allah SWT.

Saat berpuasa, tanpa disadari umat Islam menumbuhkan rasa kecintaan terhadap fakir miskin. Sebab, secara tidak langsung kita merasakan bagaimana menjadi mereka dengan berpuasa.

Selain itu, Ramadan juga menjadi momen meningkatkan rasa cinta terhadap Allah SWT. Ketika berpuasa, umat Islam membersihkan diri dengan melakukan taubat dan memperbanyak ibadah.


“Dengan demikian kita menambahkan rasa cinta antar sesama. Di samping itu juga cinta secara vertikal kita dengan Allah SWT,” kata Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Minggu (29/3/2024).

Membayar zakat fitrah juga termasuk ke dalam bentuk rasa cinta terhadap Allah SWT. Begitu pun dengan menyayangi sesama makhluk hidup seperti binatang dan tumbuhan.

“Sayangi binatang, sayangi tumbuh-tumbuhan, sayangi alam semesta. Karena kalau kita mencintai sang pencipta, cintai juga makhluknya,” tambah Prof Nasaruddin.

Ia juga mengimbau agar umat Islam senantiasa selalu melihat ke bawah, bukan sebaliknya. Selalu mendongak ke atas dan melihat mereka yang diberi lebih tak akan ada habisnya.

“Semoga bulan suci Ramadan ini menciptakan rasa cinta, rasa iba terhadap sesama sehingga dengan demikian kalau kita mencintai makhluk Allah SWT, otomatis sang penciptanya juga mencintai kita,” pungkasnya.

detikKultum Nasaruddin Umar dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Tips Mendidik Anak sesuai Ajaran Islam



Jakarta

Setiap orang tua tentu ingin memiliki buah hati yang soleh dan soleha. Untuk mendapatkan anak yang demikian, tentu ada usaha yang harus dilakukan.

Anak adalah anugerah bagi keluarga. Mendidik anak dengan cara yang baik merupakan tugas orang tua. Termasuk mendidik anak secara Islami.

Habib Ja’far menjelaskan tips mendidik anak sesuai ajaran Islam. Semua ditayangkan dalam detikKultum detikcom, Minggu (31/3/2024).


Keluarga adalah salah satu perhiasan terindah dalam hidup, bahkan harta yang paling berharga adalah keluarga. Hal ini menjadi sesuatu yang tercatat dalam Al-Qur’an.

“Di dalam Al-Qur’an, tidak sedikit cerita tentang keluarga, bahkan ada surat yang bercerita tentang keluarga. Contohnya keluarga Imran, dalam surat Ali Imran. Kemudian surat Al-Kahfi yang menceritakan keluarga Ashabul Kahfi. Kemudian surat Luqman, bercerita tentang keluarga Luqman Al Hakim,” jelas Habib Ja’far.

Adanya surat-surat dalam Al-Qur’an yang secara khusus membahas tentang keluarga menjadikan keluarga sebagai sesuatu yang penting dalam Islam.

Dalam Islam, menjaga diri sendiri dan keluarga adalah hal yang paling penting dilakukan.

“Menjaga umat, menjaga rakyat, dan sebagainya itu boleh dilakukan setelah menjaga keluargamu,” jelas Habib Ja’far.

Sebagai bagian dari keluarga, menjaga anak juga menjadi hal yang sangat penting. Anak merupakan sesuatu yang terindah.

“Dalam Al-Qur’an dikatakan, anak beserta harta itu adalah perhiasan bagi dunianya seorang ibu, seorang ayah,” kata Habib Ja’far.

Dalam Surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT berfirman,

وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًاā

Artinya: Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

“Mendidik anak menjadi sangat penting, saking pentingnya kata Nabi SAW, kalau Fatimah putriku, mencuri, maka aku sendiri yang akan memotong tangannya,” jelas Habib Ja’far menyebutkan sebuah hadits.

Mendidik anak dengan baik menjadi tanggung jawab orang tua.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Tips Mendidik Anak sesuai Ajaran Islam bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com