Tag Archives: detikkultum

Perbanyak Ibadah di Sepuluh Malam Terakhir Ramadan



Jakarta

Kini, umat Islam telah memasuki sepuluh malam terakhir Ramadan. Pada momen tersebut, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk memperbanyak ibadah.

Dari Aisyah RA, ia berkata:

“Rasulullah sangat bersungguh-sungguh beribadah pada 10 hari terakhir (bulan Ramadan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) tersebut.” (HR Muslim)


Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom menyampaikan bahwa sepuluh terakhir Ramadan menjadi inti dari bulan suci. Terlebih, pada sepuluh terakhir Ramadan Allah SWT menurunkan malam Lailatul Qadar bagi umat Nabi SAW.

“Turunnya Lailatul Qadar itu justru kita diminta menanti-nanti pada sepuluh (malam) terakhir Ramadan khususnya itu malam-malam ganjil misalnya 21, 23, 25, 27, 29,” ujarnya dalam detikKultum yang tayang, Senin (1/4/2024).

Malam Lailatul Qadar memiliki keutamaan yang luar biasa yaitu dikatakan lebih baik dari seribu bulan. Keistimewaan itu hanya diberikan kepada umat Rasulullah SAW.

“Kita (umat Rasulullah SAW) pendek-pendek umurnya tapi Lailatul Qadar lebih panjang daripada orang yang hidup 1000 tahun kan (umat nabi terdahulu). Nah inilah kesyukuran kita menghadapi kenyataan hidup menjadi umat Nabi Muhammad,” lanjut Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.

Meski demikian, jangan sampai ibadah-ibadah yang kita laksanakan justru ditujukan untuk malam Lailatul Qadar. Sebab, Ramadan dan Lailatul Qadar termasuk makhluk Allah SWT.

Sebagai muslim yang taat, hendaknya amalan-amalan tersebut ditujukan kepada Allah SWT. Pastikan ibadah yang kita laksanakan ikhlas semata karena sang Khalik.

“Lakukan semaksimal mungkin ibadah dalam bulan suci Ramadan lillahi ta’ala, Tuhan-lah yang punya hak untuk berikan yang terbaik buat kita,” pungkasnya.

detikKultum Nasaruddin Umar dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Habib Ja’far: Meneladani Akhlak Rasulullah SAW



Jakarta

Setiap manusia diutus sebagai khalifah, dan setiap khalifah wajib menjaga akhlaknya. Akhlak yang baik dan mulia dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW merupakan Nabi sekaligus Rasul yang diutus Allah SWT untuk membawa ajaran Islam. Sebagai pribadi yang mulia, Rasulullah SAW memiliki akhlak yang baik dan agung.

Akhlak mulia Rasulullah SAW telah dijelaskan dalam banyak dalil. Hal ini menjadi topik yang dibahas Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Senin (1/4/2024).


Habib Ja’far menjelaskan alasan diutusnya Rasulullah SAW adalah salah satunya yakni untuk mengajak umat manusia menuju akhlak yang mulia.

“Misi pertama dan utama diutusnya Nabi Muhammad adalah untuk mempertontonkan dan mengajak umat manusia kepada akhlak yang mulia,” kata Habib Ja’far.

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an melalui surah Al-Qalam ayat 4,

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

Artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

Sebelum diutus menjadi Nabi dan Rasul, Rasulullah SAW telah dikenal sebagai sosok yang memiliki akhlak mulia.

“Akhlak yang baik di masa lalu, Nabi SAW pertahankan. Akhlak yang kurang baik, Nabi SAW perbaiki dan akhlak yang buruk, Nabi SAW ubah menjadi akhlak yang baik,” lanjut Habib Ja’far.

Saking mulianya akhlak Rasulullah, Allah SWT sampai memujinya sebagai pembawa akhlak yang agung. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Ahzab ayat 21,

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

“Akhlak yang agung bukan hanya untuk diketahui tapi juga dipelajari dan diteladani semaksimal mungkin,” tegas Habib Ja’far.

Lebih lanjut, Habib Ja’far menjabarkan cara menjaga akhlak. Salah satunya adalah dengan sholat, sebagaimana termaktub dalam surah Al-‘Ankabut ayat 45,

ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Selin sholat, ada banyak amalan lain yang bisa menjaga dan memperbaiki akhlak. Apa saja amalan itu?

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Meneladani Akhlak Rasulullah SAW bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Zakat Fitrah Itu Wajib, Jangan Terlewat



Jakarta

Jelang penghujung Ramadan, umat Islam mulai menunaikan zakat fitrah. Amalan ini tergolong wajib bagi setiap muslim.

Dalam sebuah hadits riwayat Abu Dawud, dikatakan zakat fitrah menjadi pembersih orang-orang yang berpuasa. Berikut bunyi haditsnya,

“Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah untuk membersihkan orang yang berpuasa dan untuk memberi makan orang miskin. Siapa yang membagikan zakat fitrah sebelum salat Id maka zakatnya itu diterima dan siapa yang membagikan zakat fitrah setelah salat Id maka itu termasuk sedekah biasa.” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah)


Waktu yang diutamakan untuk membayar zakat fitrah yakni, setelah salat Subuh pada 1 Syawal sebelum salat Idul Fitri. Sementara itu, waktu diwajibkannya sejak terbenamnya matahari malam Idul Fitri.

“Zakat fitrah itu wajib. Siapa yang wajib zakat fitrah? Semua orang yang berkecukupan memberi makan fakir miskin,” jelas Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Selasa (2/4/2024).

Imam Besar Masjid Istiqlal itu mengatakan, apabila seorang muslim lalai dalam menunaikan zakat fitrah padahal ia mampu maka tergolong melakukan pelanggaran berat. Hal ini menunjukkan seberapa pentingnya zakat fitrah bagi setiap muslim.

Adapun, ketentuan membayar zakat fitrah bisa dilakukan selama khatib belum turun dari mimbar ketika ceramah Idul Fitri. Untuk itu, dianjurkan bagi para khatib untuk memanjangkan ceramah agar memberi kesempatan muslim yang belum membayar zakat fitrah.

Selain dengan uang, zakat fitrah bisa berupa makanan pokok. Terkait hal ini menyesuaikan dengan makanan pokok di setiap daerah.

“Kalau makanan kita nasi, ya zakat kita beras. Tapi, kalau makanan pokok kita itu jagung, kita keluarkan jagung,” kata Nasaruddin Umar menjelaskan.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Makna, Aturan, dan Ketentuan tentang Zakat Fitrah bisa ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

Keutamaan Iktikaf di 10 Hari Terakhir Ramadan



Jakarta

Ada amalan khusus yang dianjurkan dikerjakan pada sepuluh hari terakhir Ramadan, yakni iktikaf. Iktikaf dikerjakan Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya, dan sekaligus menjadi contoh agar dikerjakan oleh umat Islam.

Dalam sebuah hadits riwayat Aisyah RA,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ اْلعَشَرَ اْلأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ. [رواه مسلم]


Artinya: “Bahwa Nabi SAW melakukan iktikaf pada hari kesepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, (beliau melakukannya) sejak datang di Madinah sampai beliau wafat, kemudian istri-istri beliau melakukan iktikaf setelah beliau wafat.” (HR Muslim)

Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom yang tayang Selasa (2/4/2024) menjelaskan bahwa iktikaf merupakan salah satu sunnah di 10 hari terakhir Ramadan.

“Apa itu iktikaf? Secara bahasa, maknanya berdiam diri, dan secara makna hukum artinya berdiam diri di dalam masjid,” kata Habib Ja’far.

Lebih lanjut, Habib Ja’far menjelaskan tujuan dari iktikaf adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Terdapat beberapa makna dan hikmah dari iktikaf. Habib Ja’far merinci beberapa maknanya.

1. Iktikaf mengajarkan untuk menghargai sepi

“Bahwa tidak ada istilah kesepian ataupun sedang sepi bagi orang beriman. Iktikaf mengajarkan bahwa kalau sudah ada Allah SWT, tidak akan ada istilah kesepian,” jelas Habib Ja’far.

2. Iktikaf mengajarkan bahwa diam adalah sikap

“Seringkali diam dianggap enggak bersikap, enggak punya pendirian, padahal diam itu sikap. Kita sering ketika dihina, difitnah, dighibah, seolah-olah yang kita lakukan adalah membalas. Padahal sesekali kita butuh diam. Terkadang diam adalah cara mengatasi masalah yang diperlukan,” lanjut Habib Ja’far.

3. Iktikaf membiasakan diri beribadah

“Iktikaf mengajarkan bahwa kita diciptakan untuk berada di masjid. Dalam semua tindak tanduk kita bernilai pahala dan semua tempat kita beraktivitas seperti masjid karena dijadikan tempat beribadah,” ujar Habib Ja’far.

Selain itu, iktikaf juga bermakna mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW yakni berdiam di sepuluh hari terakhir Ramadan.

“Iktikaf juga pada dasarnya adalah muhasabah diri, iktikaf jadi momentum untuk introspeksi diri,” sambung Habib Ja’far.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Keutamaan Iktikaf di 10 Hari Terakhir Ramadan bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 17.45 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Jadikan Ramadan Momen Menyucikan Diri



Jakarta

Ramadan menjadi momen yang tepat memohon ampunan kepada Allah SWT. Terlebih, pada bulan yang mulia ini segala kebaikan dilipatgandakan.

Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Rabu (2/4/2024) mengatakan bahwa Ramadan menjadi waktu mustajab untuk berdoa, salah satunya jelang buka puasa.

“Sangat bagus untuk melakukan introspeksi, serahkan diri kepada Allah SWT. Inilah hamba-Mu yang bergelimang dosa selama ini,” ujarnya.


Allah SWT Maha Pengampun. Ampunan-Nya begitu luas dan tak bertepi, Dia mengampuni siapapun yang memohon ampun kepada-Nya.

Dalam surah Az Zumar ayat 53, Allah SWT berfirman:

۞ قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Menurut Nasaruddin Umar, Ramadan juga menjadi momen untuk menyucikan diri. Karenanya umat Islam dianjurkan memohon ampunan dan berserah diri kepada Allah SWT.

“Maka itu bulan Ramadan kali ini kami akan bertekad berikrar untuk menyucikan diri kami ya Allah. Bantulah kami untuk menjalani kehidupan ini dengan normal dengan taat kepadamu,” kata Imam Besar Masjid Istiqlal itu seraya berdoa.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Mengejar Kesucian di Bulan Ramadan dengan Kesadaran Lingkungan dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Pilih Waktu dan Tempat Mustajab agar Doa Terkabul



Jakarta

Sebagai umat Islam, sudah sepantasnya kita berdoa kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam surah Gafir ayat 60,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ

Artinya: “Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”


Meski demikian, umat Islam dianjurkan untuk memilih waktu dan tempat yang mustajab agar doa cepat terkabul. Hal ini turut disampaikan oleh Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Kamis (4/4/2024).

“Cari tempat yang mustajabah, cari waktu juga yang mustajabah,” katanya.

Imam Besar Masjid Istiqlal itu menuturkan, sebaiknya muslim mulai membiasakan diri untuk berdoa di tempat dan waktu yang mustajab. Sebab, banyak keutamaan yang terkandung salah satunya doa jadi cepat terkabul.

Ia mencontohkan, berdoa di dalam masjid yang sudah berdiri ratusan tahun tentu berbeda khasiatnya dengan masjid yang baru dibangun.

“Ratusan tahun masjid itu dipakai sujud, malaikatnya banyak. Tembus langitnya tuh gampang kita terobos (doanya) naik ke atas (langit),” lanjut Nasaruddin Umar.

Waktu yang mustajab itu salah satunya saat Ramadan. Pada bulan yang mulia ini, Allah SWT bermurah hati mengabulkan doa-doa hamba-Nya.

“Jadi jangan memandang enteng waktu dan tempat untuk berdoa,” ujarnya.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Waktu, Tempat dan Cara yang Mustajab untuk Berdoa dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Habib Ja’far: Jati Diri Seorang Muslim



Jakarta

Terdapat beberapa hal yang penting dan wajib dimiliki seorang muslim. Dengan demikian ia bisa disebut sebagai muslim yang memiliki jati diri.

Jati diri seorang muslim terdiri dari tiga hal. Sebagaimana dijelaskan Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom yang ditayangkan Kamis (4/4/2024).

Islam bukan hanya sebuah gelar atau identitas tetapi merupakan nilai yang membentuk jati diri seorang muslim.


“Islam itu bukan hanya identitas tapi utamanya Islam adalah satu nilai yang membentuk jati diri kita. Identitas hanya ekspresi dari apa yang ada di diri kita,” kata Habib Ja’far .

Lebih lanjut, dijelaskan bahwa seorang muslim setidaknya memiliki tiga nilai yang membuatnya layak disebut sebagai mukmin sejati. Nilai tersebut yakni iman, Islam dan takwa.

“Yang pertama iman, artinya seorang muslim memiliki keimanan yang kokoh sehingga dia melakukan apapun dengan penuh kesadaran bahwa Allah SWT melihat semua yang kita lakukan,” jelas Habib Ja’far.

Dengan keimanan, seorang muslim yakin dan percaya bahwa Allah SWT menghitung setiap perbuatan dan Allah SWT berada dalam setiap gerak gerik yang kita lakukan.

“Seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang bukan hanya haram tetapi yang syubhat akan dihindari. Inilah yang menjadi prinsip para kekasih Allah SWT yang disebut kehati-hatian,” jelas Habib Ja’far.

Nilai yang membentuk jati diri seorang muslim selanjutnya adalah Islam.

Dalam hadits Rasulullah SAW disebutkan,

“Seorang muslim adalah orang yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari).

Dan nilai jati diri seorang muslim yang ketiga adalah takwa.

“Orang yang takwa adalah orang yang tidak marah ketika dipancing amarahnya, orang yang memaafkan orang yang marah, dan berbagi senyum, jasa atau harta kepada orang yang bikin dia marah,” beber Habib Ja’far.

Dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 134 dijelaskan,

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ ١٣٤

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.”

Demikianlah orang-orang yang memiliki jati diri seorang mukmin.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Jati Diri Seorang Muslim bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 17.45 WIB. Jangan terlewat!

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Ketentuan Melakukan Iktikaf pada Akhir Ramadan



Jakarta

Pada malam-malam akhir Ramadan, kaum muslimin dianjurkan untuk melakukan iktikaf di masjid. Ibadah ini rutin dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Aisyah RA,

“Bahwasanya Nabi SAW beriktikaf pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan sampai beliau dipanggil Allah Azza wa Jalla. Kemudian istri-istri beliau (meneruskan) beriktikaf setelah beliau wafat.” (HR Muslim)

Ibadah iktikaf ini wajib dikerjakan di masjid, bukan di rumah atau musala. Tujuan dari iktikaf ini agar umat Islam fokus beribadah kepada Allah SWT.


“Selama kita melakukan iktikaf itu yang kita lakukan adalah mengingat Allah SWT sesekali diselingi dengan membaca Qur’an, baca zikir, salat, zikir (lagi), baca Qur’an (lagi),” terang Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Jumat (5/4/2024).

Ketika melakukan iktikaf, kaum muslimin harus dalam keadaan bersih dan suci. Karenanya, dianjurkan pula untuk mempertahankan wudhu saat beriktikaf.

Menurut Nasaruddin Umar, iktikaf tidak harus bermalam dan menginap di masjid. Beriktikaf seusai salat tarawih meski hanya dua sampai tiga jam diperbolehkan.

“Dua jam juga sudah iktikaf kok. Maka itu kalau kita pergi tarawih, begitu kita masuk ke masjid langsung niat iktikaf, walaupun hanya dua jam, tiga jam (lalu) balik ke rumah sudah selesai iktikafnya,” lanjut Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Beriktikaf juga harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan fokus kepada Allah SWT semata. Muslim sebaiknya memelihara pandangan dan mulutnya saat melakukan amalan tersebut agar khusyuk.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Cinta Rasulullah SAW pada Umatnya



Jakarta

Umat Islam adalah umat Rasulullah SAW. Banyak sekali keutamaan yang diberikan kepada umat Rasulullah SAW, bahkan disebutkan sebagai umat terbaik.

Cinta dan kasih sayang Rasulullah SAW tercurah kepada seluruh umatnya. Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom menyebut umat Rasulullah adalah umat yang beruntung.

“Tidak ada yang lebih mulia, lebih beruntung, lebih segalanya melebihi umat Nabi Muhammad,” kata Habib Ja’far dalam detikKultum yang tayang Jumat (5/4/2024).


Hal ini termaktub dalam surah Ali ‘Imran ayat 110. Allah SWT berfirman,

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Ayat ini menegaskan bahwa umat Rasulullah SAW adalah golongan orang-orang yang beruntung.

“Kita beruntung menjadi umat Nabi Muhammad, seorang termulia yang begitu mencintai umatnya hingga mengundang rasa cemburu Nabi Musa dan Nabi-Nabi lainnya untuk menjadi umatnya Nabi Muhammad karena begitu dicintai,” jelas Habib Ja’far.

Saking cinta dengan umatnya, Rasulullah SAW menghabiskan banyak malam untuk memikirkan dan meminta kepada Allah SWT agar menyelamatkan umatnya.

“Nabi Muhammad memikirkan bagaimana caranya agar umatku bisa bahagia di dunia dan selamat di akhirat, sambil menangis merintih memohon kepada Allah agar umatnya dijauhkan dari azab yang terjadi pada umat sebelumnya,” lanjut Habib Ja’far.

Dalam sebuah hadits sebagaimana yang diriwayatkan Imam Ahmad, “Saat itu aku kembali bersujud pada-Nya. Kemudian Allah berfirman, ‘Angkatlah kepalamu, Muhammad. Memohon pertolongan apa pun, engkau akan diberi.’ Aku pun mengangkat kepala lantas memohon, ‘Umatku, umatku, ya Rabb.’ Dia kembali berfirman, ‘Temuilah umatmu. Siapa saja yang engkau temukan di hatinya keimanan walau seberat biji sawi, maka masukkanlah ke dalam surga.’ Maka siapa pun yang aku temukan dalam hatinya keimanan walau seberat biji gandum, aku masukkan ke dalam surga’.”

“Nabi Muhammad SAW, seorang yang mencintai kawan maupun lawan, seorang yang merelakan segalanya untuk umatnya, pribadi yang sangat mencintai umatnya. Nabi yang penuh kasih sayang kepada umatnya,” tegas Habib Ja’far.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Cinta Rasulullah SAW pada Umatnya bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 17.45 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/rah)



Sumber : www.detik.com

Tips Mudah Khatam Al-Qur’an Selama Ramadan



Jakarta

Membaca Al-Qur’an pada bulan Ramadan memiliki keutamaan tersendiri. Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar menyebut membaca satu huruf Al-Qur’an di bulan suci setara dengan sepuluh kebaikan.

“Alif lam mim 3 huruf, di luar Ramadan kita hanya dapat pahala 3, tapi dalam bulan suci Ramadan kita baca alif lam mim itu dapat pahala 30. 1 huruf diberi pahala 10,” ujar Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Sabtu (6/4/2024).

Apabila seorang mukmin khatam Al-Qur’an di bulan Ramadan, maka pahala yang didapat melimpah ruah. Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar membagikan sejumlah tips agar muslim dapat khatam Al-Qur’an dengan mudah.


Menurut Imam Besar Masjid Istiqlal itu, khatam Al-Qur’an bisa dilakukan minimal satu kali di bulan Ramadan. Caranya bisa dengan menyempatkan diri di sela-sela aktivitas, seperti membaca satu juz sebelum pergi ke kantor atau sesudah salat Subuh.

“Tidak perlu tahu artinya apa, baca saja Qur’an-nya maka itu pun akan dapat pahala. Apalagi kalau mau memahami arti tentu akan lebih bagus lagi,” lanjut Prof Nasaruddin Umar.

Seumpama jika seorang muslim ingin khatam tiga kali selama Ramadan, maka bisa diakali dengan membaca satu juz sesudah salat Subuh, satu juz sesudah tarawih, dan satu juz sesudah makan sahur. Kiat-kiat seperti ini menjadi tips untuk mengkhatamkan Al-Qur’an.

Ia mengimbau agar umat Islam memaksakan diri untuk khatam Al-Qur’an. Terlebih, di bulan suci ini Allah SWT tidak tanggung-tanggung melimpahkan pahalanya.

“Saya ingin mengajak saudara-saudara semuanya, mari kita membiasakan diri untuk membaca Qur’an secara sistematis, secara konsisten,” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Tips Khatam Al-Qur’an selama Bulan Puasa Ramadan dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com