Tag Archives: dibakar

Doa Nabi Ibrahim ketika Dibakar yang buat Api Jadi Dingin



Jakarta

Doa Nabi Ibrahim AS ketika dibakar diucapkan saat ia menghadapi cobaan yang luar biasa. Cobaan itu adalah adanya upaya pembunuhan yang dilakukan oleh prajurit Raja Namrud.

Raja Namrud digambarkan sebagai orang yang diktator dan ororiter dan menganggap dirinya sebagai tuhan, sebagaimana dikatakan dalam Al-Aabaa wal Abnaa fil Qur’anil Karim karya Adil Musthafa Abdul Halim. Menurut Mujahid, Namrud bin Kan’aan adalah satu dari empat raja yang memiliki kekuasaan besar dan ia adalah raja yang kafir.

Allah SWT mengutus Nabi Ibrahim AS kepada Raja Namrud dan para kaum penyembah berhala. Dalam perjalanan dakwahnya, Nabi Ibrahim AS menghadapi berbagai cobaan, salah satunya dibakar oleh prajurit Raja Namrud.


Dalam kondisi itu, Nabi Ibrahim AS diceritakan memanjatkan doa kepada Allah SWT. Adapun doa Nabi Ibrahim AS ketika dibakar ini adalah sebagai berikut.

Doa Nabi Ibrahim ketika Dibakar

اللَّهُمَّ إِنَّكَ فِي السَّمَاءِ وَاحِدٌ وَأَنَا فِي الْأَرْضِ وَاحِدٌ أعبدك

Arab Latin: Alloohumma innaka fis samaa’i waahidun wa ana fil ardhi waahidun ‘abuduka

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau di langit sana sendiri dan aku di bumi pun sendiri, akulah hamba-Mu.” (Dinukil dari Kitab Majma’ul Jawaa’id Bab Zikrul Anbiyaa)

Doa tersebut termuat dalam riwayat Al Hafidz Abu Ya’la, dari Abu Hurairah RA, sebagaimana dinukil Syamsuddin Noor dalam buku Dahsyatnya Doa Para Nabi.

Ibnu Abbas mengatakan, “Akhir dari doa Nabi Ibrahim AS ketika dilempar ke dalam kobaran api adalah kalimat:

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

Arab Latin: Hasbunallooh wa nimal wakiil

Artinya: “Cukuplah Allah bagiku dan Dialah sebaik-baik yang menjaga,” (QS Ali Imran: 173)

Perihal kenapa Nabi Ibrahim AS dibakar oleh kaumnya adalah berawal dari penolakan dan penentangan atas dakwah Nabi Ibrahim AS oleh umatnya bahkan dari ayahandanya sendiri. Kejadian ini memuncak setelah Nabi Ibrahim AS menghancurkan berhala yang disembah oleh kaumnya kemudian diadili di depan para hakim.

Simak kisahnya di halaman selanjutnya>>

Kisah Nabi Ibrahim ketika Dibakar Prajurit Raja Namrud

Diceritakan dalam buku Dahsyatnya Doa Para Nabi karya Syamsuddin Noor, keputusan Nabi Ibrahim AS menghancurkan berhala karena ingin membuktikan kepada kaumnya dengan mata kepala mereka sendiri bahwa berhala-berhala yang mereka tuhankan itu betul-betul tidak ada gunanya bagi mereka. Bahkan berhala itu tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri.

Pada saat itu, para hakim menanyakan kepada Nabi Ibrahim AS apakah dia yang menghancurkan tuhan-tuhan mereka. Dengan tenang, Nabi Ibrahim AS menjawab bahwa patung besar yang berkalungkan kapak di leher yang melakukannya. Dia menyarankan agar mereka bertanya pada patung-patung tersebut siapa yang menghancurkannya.

Para hakim terdiam dan orang-orang di pengadilan saling berbisik. Mereka merasa dilecehkan dan diejek oleh jawaban Nabi Ibrahim AS. Sang hakim mencoba membela patung-patung itu dengan mengatakan bahwa patung-patung itu tidak bisa berbicara, melihat, mendengar, membawa manfaat, atau menolong diri mereka.

Nabi Ibrahim AS memberikan pidato lantang bahwa patung-patung itu tak berdaya dan menyimpang. Dia menunjukkan betapa kelirunya perbuatan mereka menyembah patung-patung tersebut. Meskipun pidatonya membuat mereka diam, tetapi karena sifat kekafiran sudah mengakar dalam diri mereka, mereka tetap mempertahankan kesalahan mereka.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk membakar hidup-hidup Nabi Ibrahim AS sebagai hukuman atas penghinaan terhadap tuhan-tuhan mereka. Dengan penuh kekejamannya, mereka meminta rakyat menyaksikan eksekusi tersebut dan menantang mereka untuk membela tuhan-tuhan mereka.

Nabi Ibrahim AS ditangkap dan dibawa ke lapangan untuk dibakar hidup-hidup. Orang-orang dari berbagai penjuru kota datang membawa kayu bakar sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan mereka. Mereka berharap mendapatkan berkah dan kesembuhan dengan memberikan sumbangan kayu bakar tersebut.

Tumpukan kayu bakar dibangun hingga tinggi seperti gunung berapi. Nabi Ibrahim AS yang terbelenggu bersiap-siap untuk dilemparkan ke dalam tumpukan kayu yang menyala-nyala. Namun, pada saat genting itu, malaikat hendak menolongnya, namun ditolaknya. Nabi Ibrahim AS yakin bahwa Allah SWT akan menolongnya tanpa perantara siapapun.

Setelah itu, Nabi Ibrahim berdoa dengan doa yang dijelaskan di atas. Kemudian Allah SWT berfirman kepada api sebagai berikut,

قُلْنَا يٰنَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ ۙ

Artinya: “Kami (Allah) berfirman, ‘Wahai api, jadilah dingin dan keselamatan bagi Ibrahim!'” (QS Al-Anbiya’: 69)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ibrahim saat Dilempar ke Api, Tak Hangus Meski Dibakar


Jakarta

Kisah Nabi Ibrahim AS saat dilempar ke api menunjukkan mukjizat dan kebesaran Allah SWT yang dapat diteladani umat muslim. Nabi Ibrahim AS menempati urutan keenam dalam daftar 25 nabi dan rasul yang diutus Allah SWT ke muka bumi.

Sebagai seorang rasul, tugas Nabi Ibrahim AS sangatlah berat. Ia dilahirkan di tengah masyarakat jahiliyah penyembah berhala dan tinggal pada masa Kerajaan Babilonia yang dikuasai oleh Raja Namrud.

Dikisahkan dalam buku Dakwah bil Qalam oleh Mohamad Mufid, tantangan dakwah pertama Nabi Ibrahim AS berasal dari ayahandanya sendiri, Azar, yang berprofesi sebagai pembuat berhala.


Namun, Allah SWT menganugerahkan mukjizat kepada Nabi Ibrahim AS berupa pemikiran yang cerdas dan kritis. Ia menyadari bahwa berhala yang dianggap Tuhan sama halnya seperti batu yang tidak mampu bicara, tidak bisa menolong, dan tidak bisa dimintai pertolongan.

Nabi Ibrahim AS berusaha menyadarkan kaum penyembah berhala, termasuk ayahnya sendiri. Namun, ayahnya menolak dakwah yang ia sampaikan, sedangkan kaumnya pun sangat keras kepala.

Taktik Nabi Ibrahim dalam Menyadarkan Kaumnya

Diceritakan dalam Qashash Al-Anbiyaa karya Ibnu Katsir, kaum penyembah berhala kala itu memiliki tradisi hari raya yang diperingati setiap tahun dan mereka berbondong-bondong menuju pusat kota untuk merayakannya.

Saat itu, ayah Nabi Ibrahim AS mengajaknya, tetapi ia menolaknya seraya berkata, “Sesungguhnya aku sakit”. (QS As-Saffat: 89)

Nabi Ibrahim mengemukakan alasan tersebut agar ia dapat melenyapkan kebatilan kaumnya yang menyembah berkala. Ketika mereka pergi ke tempat pesta hari raya, Nabi Ibrahim AS pergi secara diam-diam menuju berhala-berhala mereka dan menghancurkannya menggunakan kapak dan martil besar miliknya.

Ketika kaum penyembah berhala kembali dari tempat perayaan, mereka sangat terkejut melihat keadaan patung yang biasa disembahnya telah hancur. Mereka bertanya kepada Nabi Ibrahim AS, “Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?”

Nabi Ibrahim AS menjawab, “Sebenarnya patung itulah yang melakukannya. Coba tanyakan saja kepada berhala itu jika mereka dapat berbicara.” (QS Al-Anbiya: 62-63)

Mereka merasa kebingungan dengan jawaban Nabi Ibrahim AS, lalu mengatakan, “Sesungguhnya, kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.” (QS Al-Anbiya: 65)

Saat itulah Nabi Ibrahim AS memberi peringatan kepada mereka, “Lalu mengapa kalian semua menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kalian? Ah, (celakalah) kalian dan (celaka pula) apa yang kalian sembah selain Allah. Apakah kalian tidak memahami’?” (QS Al-Anbiya: 66-67)

Raja Namrud yang berkuasa pun murka lantas memerintahkan kepada kaumnya untuk membawa Nabi Ibrahim AS agar dihukum dengan cara dibakar.

Mukjizat Nabi Ibrahim saat Dilempar ke Api

Mengutip dari buku Akidah Akhlak karya Harjan Syuhada & Fida’ Abdilah, kaum musyrik kala itu bekerja sama mengumpulkan kayu bakar dari berbagai tempat dan membakarnya dari dalam lubang besar.

Setelah api tampak membumbung tinggi, Nabi Ibrahim AS akhirnya dilemparkan ke dalamnya dan ditempatkan di tengah-tengah tumpukan kayu. Raja Namrud beserta kaumnya yang menyaksikan tertawa terbahak-bahak.

Namun, atas izin Allah SWT, api yang berkobar itu telah diperintahkan agar tidak dapat membakar Nabi Ibrahim AS. Peristiwa ini termaktub dalam firman-Nya,

قُلْنَا يَٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ

Artinya: Kami (Allah) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim!” (QS Al-Anbiya: 69)

Raja Namrud beserta para pembesarnya yang menyaksikan peristiwa itu kemudian tercengang. Akhirnya, saat itu juga Raja Namrud memerintahkan agar pembakaran dihentikan dan Nabi Ibrahim AS dibebaskan.

Setelah dibebaskan, Nabi Ibrahim AS berkata, “Dalam pengalamanku, tidak ada hari-hari yang penuh nikmat melebihi apa yang aku rasakan selama di dalam api itu”

Doa Nabi Ibrahim saat Dilempar ke Api

Menurut hadits yang diriwayatkan oleh al-Hafid Abu Ya’la, dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW menceritakan bahwa ketika Nabi Ibrahim AS akan dilemparkan ketengah api yang berkobar itu, ia berdoa sebagai berikut,

اللهُمَّ أَنْتَ الْوَاحِدُ فِي السَّمَاءِ وَأَنَا الْوَاحِدُ فِي الْأَرْضِ لَيْسَ اَحَدٌ يَعْبُدُكَ غَيْرِي حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلِ

Latin: Allahumma antal wahidu fissama’i wa anal wahidu fil ardi laisa ahadun ya ‘buduka gairī hasbiyallahu wa ni’mal wakil.

Artinya: Ya Allah! Engkau Esa di langit dan aku sendirian di bumi. Tiada seorang pun yang taat kepada-Mu selain aku. Bagiku cukuplah Allah sebaik-baik tempat berserah diri.

Dalam riwayat lain yang dinukil dari Kitab Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, disebutkan bahwa,

وفِي رِوَايَةٍ لَهُ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ آخِرُ قَوْلِ إِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السلام حين ألقي في النَّارِ: حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلِ

Artinya: Ibnu Abbas RA berkata, “Kalimat terakhir yang diucapkan Nabi Ibrahim ketika dilemparkan ke dalam api adalah, ‘Hasbunallahu wa ni’mal wakil.’ (cukuplah Allah menjadi penolong bagiku, Allah adalah sebaik-baik pelindung).”

Doa yang dilafalkan Nabi Ibrahim AS tersebut juga terdapat dalam potongan surat Ali Imran ayat 173, Allah SWT berfirman,

ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدْ جَمَعُوا۟ لَكُمْ فَٱخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَٰنًا وَقَالُوا۟ حَسْبُنَا ٱللَّهُ وَنِعْمَ ٱلْوَكِيلُ

Latin: Allażīna qāla lahumun-nāsu innan-nāsa qad jama’ụ lakum fakhsyauhum fa zādahum īmānaw wa qālụ ḥasbunallāhu wa ni’mal-wakīl

Artinya: (Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”.

Itulah kisah Nabi Ibrahim AS saat dilempar ke api yang tidak hangus meski dibakar. Wallahu ‘alam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com