Tag Archives: dosa

Doa Menghilangkan Pikiran Kotor, Dibaca agar Tidak Selalu Suudzon


Jakarta

Pikiran kotor adalah awal dari prasangka buruk seseorang terhadap dirinya, orang lain bahkan terhadap Allah SWT. Umat Islam diperintahkan menjauhi prasangka buruk agar tidak ada pikiran kotor yang terbersit dalam benaknya.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an suraH Al Hujurat ayat 12,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ


Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”

Pikiran kotor biasanya berawal dari prasangka buruk yang timbul akibat rasa kecewa. Dalam buku Berpikir Positif Dengan Al Quran & Al Hadis Itu Ada Seninya, Ust. Heri Kurniawan Tadjid menjelaskan rasa kecewa merupakan hal yang berbahaya apabila salah dalam menyikapinya.

Seseorang yang mengalami kekecewaan apabila tidak dapat mengalihkannya ke hal-hal positif, maka ia akan berusaha untuk memuaskan rasa kecewanya pada hal-hal negatif sebagai pelarian. Misalnya perbuatan bunuh diri, dendam, aksi kriminal, pembunuhan dan lainnya sebagai bentuk pelampiasan rasa kecewa yang tidak positif.

Doa Menghilangkan Pikiran Kotor

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghilangkan pikiran kotor, salah satunya dengan berdoa.

Dikutip dari buku Standar Kecapakan Ubudiyah dan Akhlakul Karimah oleh Muhammad Anas, Ziyad bin ‘Ilaqih meriwayatkan dari pamannya bahwa Rasulullah membaca doa menghilangkan pikiran kotor berikut ini:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ ، وَالأَعْمَالِ ، وَالأَهْوَاءِ

Bacaan latin: Allahumma inni a’udzu bika min munkarootil akhlaaqi wal a’maali wal ahwaa.

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari akhlak, amal, dan hawa nafsu yang mungkar.” (HR Tirmidzi)

Doa agar Pikiran Tenang

Kemudian bisa dilanjutkan dengan membaca doa agar pikiran tenang, berikut bacaan doanya:

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ لِيْ نُوْرًا فِيْ قَلْبِيْ، وَنُوْرًا فِيْ قَبْرِيْ، وَنُوْرًا فِيْ سَمْعِيْ، وَنُوْرًا فِيْ بَصَرِيْ، وَنُوْرًا فِيْ شَعْرِيْ، وَنُوْرًا فِيْ بَشَرِيْ، وَنُوْرًا فِيْ لَحْمِيْ، وَنُوْرًا فِيْ دَمِيْ، وَنُوْرًا فِيْ عِظَامِيْ. وَنُوْرًا مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَنُوْرًا مِنْ خَلْفِيْ، وَنُوْرًا عَنْ يَمِيْنِيْ، وَنُوْرًا عَنْ شِمَالِيْ، وَنُوْرًا مِنْ فَوْقِيْ، وَنُوْرًا مِنْ تَحْتِيْ. اَللّٰهُمَّ زِدْنِيْ نُوْرًا، وَاَعْطِنِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ لِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْنِيْ نُوْرًا

Bacaan latin: Allāhummaj’al lī nūran fī qalbī, wa nūran fī qabrī, wa nūran fī sam’ī, wa nūran fī basharī, wa nūran fī sya’rī, wa nūran fī basyarī, wa nūran fī lahmī, wa nūran fī damī, wa nūran fī ‘izhāmī, wa nūran min bayni yadayya, wa nūran fī khalfī, wa nūran ‘an yamīnī, wa nūran ‘an syimālī, wa nūran min fawqī, wa nūran min tahtī. Allāhumma zidnī nūrā. Wa a’thinī nūrā. Waj’al lī nūrā. Waj’alnī nūrā.

Artinya: “Ya Allah jadikanlah cahaya pada hatiku, kuburku, pendengaranku, penglihatanku, rambutku, kulitku, dagingku, darahku, tulang-tulangku, di hadapanku, belakangku, sisi kananku, sisi kiriku, sisi atasku, dan pada sisi bawahku. Ya Allah tambahkanlah cahaya bagiku. Berikanlah cahaya kepadaku. Jadikanlah cahaya bagiku. Jadikanlah diriku bercahaya.”

Doa Memohon Kesucian Hati dan Pikiran

اللَّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِي مِنَ النِّفَاقِ، وَعَمَلِي مِنَ الرِّيَاءِ، وَلِسَانِي مِنَ الْكَذِبِ، وَعَيْنِي مِنَ الْخِيَانَةِ، فَإِنَّكَ تَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ

Bacaan latin: Allahumma tahhir qalbi minan-nifaqi, wa ‘amali minar-riyaa’i, wa lisani minal-kadzibi, wa ‘aini minal-khiyanati, fa innaka ta’lamu khaa’inatal-a’yun wa ma tukhfi as-sudur.

Artinya: “Ya Allah, bersihkanlah hatiku dari kemunafikan, amalku dari riya (pamer), lisanku dari kebohongan, dan mataku dari pengkhianatan karena sesungguhnya Engkau mengetahui pengkhianatan mata dan apa yang disembunyikan oleh hati.”

Sifat Rida Menjauhkan dari Pikiran Kotor

Pikiran kotor biasanya terjadi ketika seseorang merasa tidak ikhlas dengan ketetapan yang ada. Pikiran kotor biasanya juga terbersit sebagai ungkapan marah ketika seseorang ditimpa cobaan.

Cara untuk menghilangkan pikiran kotor yakni dengan bersikap rida dan menerima segala sesuatu yang telah ditakdirkan Allah SWT. Dengan sifat rida, seorang akan senantiasa merasa gembira sehingga dapat menjauhkan dari penyakit hati termasuk pikiran-pikiran kotor.

Mengutip buku Ensiklopedia Islam: Alquran Berbicara Hujan Hingga Pengertian Ridha karya Hafidz Muftisany, dijelaskan kata rida berasal dari bahasa Arab, radhiya yang artinya senang hati atau rela.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) rida diartikan sebagai rela, suka dan senang hati. Menurut bahasa, rida adalah ketetapan hati untuk menerima segala keputusan yang sudah ditetapkan.

Menurut syariat, rida artinya menerima dengan senang hati atas segala sesuatu yang diberikan Allah SWT, baik berupa hukum maupun ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya.

Dalam hadits qudsi disebutkan, “Barang siapa yang tidak rida dengan qada (ketetapan) dan qadar (takdir)-Ku hendaklah ia mencari Tuhan selain dari pada Aku.” (HR Tabrani)

Dengan bersikap rida, seorang akan menerima dengan ikhlas segala sesuatu yang terjadi pada diri dan kehidupannya. Dengan demikian maka ia akan jauh dari pikiran kotor dan sikap suudzon terhadap apa pun termasuk kepada Allah SWT.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Saat Sahabat Nabi yang Buta Ditolong Iblis Pergi ke Masjid



Jakarta

Sahabat nabi adalah orang-orang terdekat dan memiliki keimanan luar biasa terhadap ajaran Rasulullah SAW. Dengan keimanan yang kuat tersebut, terdapat banyak cobaan sebagaimana kisah sahabat nabi berikut hingga ditolong oleh iblis.

Sahabat nabi yang dimaksud bernama Abdullah bin Ummi Maktum RA. Ia seorang yang buta sejak kecil. Dikutip dari buku Kisah Menakjubkan dalam Al-Qur’an tulisan Ridwan Abqary, dijelaskan bahwa walaupun begitu, kebutaannya tidak menghalangi keyakinannya terhadap keesaan Allah SWT.

Sejak penyebaran ajaran Islam oleh Rasulullah SAW, Abdullah telah yakin akan kebenaran dan sepenuh hati mengimani ajaran tersebut. Oleh karena itu, Abdullah termasuk dalam kelompok pertama yang memeluk Islam.


Seperti ujian yang dialami oleh para pengikut ajaran Rasulullah SAW, Abdullah juga tidak luput dari siksaan dan ejekan yang dilakukan oleh Kaum Quraisy. Namun, Abdullah tetap teguh dan tidak berpaling dari Allah SWT.

Dia meyakini bahwa siksaan yang dilakukan oleh Kaum Quraisy adalah ujian dari Allah SWT.

Sebagai seorang muslim yang taat, Abdullah selalu menghadiri setiap ceramah yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Dia juga rajin menghafalkan ayat-ayat suci yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada dirinya. Semua hal tersebut semakin memperkuat keyakinannya terhadap agama yang telah dipilihnya.

Saat Abdullah Ditolong Iblis Pergi ke Masjid

Dikutip dari buku Interview with The Syaitan oleh Helia Puji, iblis juga dikisahkan pernah melakukan perbuatan baik. Akan tetapi, perlu diingat bahwa mereka tetaplah iblis.

Perbuatan baik yang mereka lakukan hanya dilakukan untuk kepentingan pribadi. Salah satunya mereka pernah menolong sahabat Rasulullah SAW yang buta, yaitu Abdullah bin Ummi Maktum.

Dikisahkan oleh Anggota Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) Syaiful Barry, Abdullah melangkahkan kakinya ke masjid dengan tertatih-tatih. Bahkan, tidak jarang, Abdullah sampai terjatuh di perjalanannya menuju masjid.

Hingga pada suatu hari, Abdullah berjalan ke masjid hingga terjatuh dan kemudian ia bangun lagi. Setelahnya, saat Abdullah hampir kembali terjatuh. tiba-tiba tubuhnya ditangkap oleh seseorang.

Ternyata, sosok yang menangkapnya adalah iblis. Meski demikian, mulanya, sang iblis tidak berkenan untuk mengungkapkan identitasnya.

Namun, pada akhirnya, iblis tersebut juga mengungkapkan alasannya menolong Abdullah. Alasannya karena iblis takut bahwa jika Abdullah terjatuh lagi, semua dosa-dosanya akan diampuni.

“Sesungguhnya aku ini iblis, yang sengaja membantumu untuk bisa ke masjid,” kata iblis tersebut, dikutip dari laman Kemenag Kanwil Kalbar.

Abdullah menjawab, “Apa gerangan begitu luar biasanya baiknya dirimu kepada diriku,”

Setelahnya, iblis pun berkata, “Wahai Ummi Maktum, sesungguhnya aku tidak rela, ketika engkau jatuh itu, Allah SWT mengampuni dosamu yang telah lalu.”

Wallahu’alam.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Cerita Qabil dan Habil, Anak Nabi Adam AS yang Membunuh Saudara Kembarnya



Jakarta

Qabil dan Habil merupakan anak kembar laki-laki dari Nabi Adam AS. Siti Hawa melahirkan dua pasang anak kembar laki-laki dan perempuan, yaitu Qabil, Habil, Iqlima dan Labuda.

Menukil dari Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid dkk, Qabil adalah saudara kembar dari Iqlima. Sementara itu, Habil merupakan saudara kembar dari Labuda.

Ketika mereka sudah baligh, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Adam AS agar menikahkan anak-anaknya yang tidak sekandung. Jadi, Habil dinikahkan dengan Iqlima sementara Qabil dengan Labuda.


Namun, Qabil merasa dengki terhadap Habil. Sebab, paras Labuda tidak secantik Iqlima yang mana merupakan saudara kembar Qabil.

Setan dengan segala tipu daya dan bisikannya menghasut Qabil untuk membunuh Habil. Karena tidak mau mengalah dan hatinya dipenuhi rasa iri, akhirnya Adam AS meminta kedua putranya untuk berkurban agar mendapat pilihan terbaik. Langkah ini dilakukan Nabi Adam AS agar tidak melanggar anjuran dari Allah SWT.

Qabil mempersembahkan kurban berupa hasil pertanian yang buruk, sementara Habil memberikan kurban berupa seekor kambing gemuk dengan kualitas baik. Atas kuasa Allah SWT, muncul api menyambar kurban Habil yang menandakan kurbannya diterima sang Khalik. Sebaliknya, kurban Qabil ditolak karena api membiarkan miliknya begitu saja.

Melihat hal itu, Qabil menjadi marah dan berkata ingin membunuh Habil jika benar-benar menikahi Iqlima. Jawaban Habil atas gertakan Habil diceritakan dalam surah Al Maidah ayat 28,

لَئِنۢ بَسَطتَ إِلَىَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِى مَآ أَنَا۠ بِبَاسِطٍ يَدِىَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ ۖ إِنِّىٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلْعَٰلَمِينَ

Artinya: “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.”

Qabil yang gelap mata akhirnya memutuskan untuk membunuh Habil. Ulama berpendapat bahwa Qabil memanggul jenazah Habil selama satu tahun setelah membunuh saudaranya.

Ulama lain ada yang mengatakan selama 100 tahun sampai akhirnya Allah SWT mengutus dua ekor burung gagak yang bertarung hingga salah satunya mati. Burung gagak yang masih hidup menggali tanah dan memasukkan bangkai burung gagak yang telah mati ke dalamnya, ketika itu Qabil menyaksikan pergulatan kedua burung gagak tersebut dan meniru apa yang dilakukan mereka.

Ada lagi yang berpendapat bahwa Qabil membunuh Habil dengan batu yang dilempar hingga mengenai kepalanya ketika ia terlelap. Pendapat lain menyebutkan Qabil mencekek leher Habil sekuat-kuatnya dan menggigitnya seperti layaknya binatang buas hingga Habil meninggal dunia.

Sewaktu Qabil menyaksikan Habil yang terkapar tidak berdaya, ia bingung dan menyesali perbuatannya. Qabil teringat bahwa Habil merupakan saudara yang baik.

Allah SWT tidak langsung mengazab Qabil di dunia, namun ia menanggung dosa besar. Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya,

“Tidaklah seorang jiwa dibunuh secara zalim, kecuali anak Adam yang pertama (Qabil) ikut menanggung darahnya, karena ia adalah orang yang pertama mencontohkan pembunuhan.” (HR Bukhari)

Wallahu a’lam

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Mengenal Azazil, Raja Iblis dalam Islam yang Mulia di Surga pada Masanya


Jakarta

Dalam Islam, sosok Iblis dikenal sebagai makhluk yang paling durhaka dan terkutuk. Penolakan untuk bersujud kepada Nabi Adam AS menjadi sebab terkutuk dan terbuangnya ia dari surga.

Namun, sebelum menjadi Iblis yang dikenal sekarang, ia memiliki nama yang berbeda dan memiliki kedudukan yang mulia pada masanya. Hingga kini, ia disebut sebagai rajanya iblis.

Lantas, siapa raja iblis dalam Islam yang dimaksud ini? Berikut penjelasan selengkapnya.


Azazil, Sosok Raja Iblis dalam Islam

Mengutip buku Eksistensi Dunia Roh yang ditulis oleh Sudiyono, Iblis pada awalnya dikenal dengan nama Azazil (atau Izazil). Nama Azazil berasal dari bahasa Arab Kuno yang terdiri dari dua bagian, “Aziz,” yang berarti terhormat, kuat, dan berharga, serta “Eil,” yang merujuk pada penamaan Allah SWT di zaman Arab Kuno. Secara keseluruhan, Azazil berarti makhluk yang dihormati dan kuat di hadapan Allah SWT.

Azazil juga terbentuk dari kata “al-azaz,” yang berarti hamba, dan “al-il,” yang merujuk pada Allah SWT. Kata “al-Azaz” tersebut berasal dari kata “al-‘Izzah,” yang berarti kebanggaan atau kesombongan. Hal ini menunjukkan bahwa Azazil adalah makhluk yang membawa kesombongan yang diberikan oleh Allah SWT.

Azazil, yang diciptakan dari api, merupakan nama asli Iblis, yang juga dikenal sebagai pemimpin atau raja iblis dalam Islam. Namun, ada juga pendapat lain yang menyebutkan bahwa nama asli Iblis adalah al-Harits.

Untuk menjawab siapa raja iblis dalam Islam, Azazil inilah yang menjadi pemimpin kelompok iblis dan syaitan dari kalangan jin dan manusia.

Azazil sebagai Makhluk Mulia pada Masanya

Sebelum diciptakannya Nabi Adam AS, Azazil pernah menjadi pemimpin para malaikat (Sayyid al-Malaikat) dan bendaharawan surga (Khazin al-Jannah). Ia menjabat selama puluhan ribu tahun sebelum akhirnya membangkang terhadap perintah Allah SWT.

Dalam buku Manusia (Purba) Sebelum Adam karya Arjuno Resowiredjo, dijelaskan bahwa sebelum dilaknat oleh Allah SWT, Azazil memiliki penampilan yang sangat rupawan, wajahnya bersinar cemerlang, serta memiliki empat sayap. Dia juga dikenal karena ilmunya yang luas, rajin beribadah, dan menjadi kebanggaan para malaikat. Azazil memimpin kelompok malaikat yang disebut karubiyyuun, dan masih banyak lagi.

Azazil beribadah dengan tekun selama seribu tahun, dan Allah SWT memberinya sayap yang terbuat dari manik-manik hijau. Dengan izin-Nya, ia terbang hingga mencapai langit kedua.

Selama seribu tahun, ia terus beribadah di setiap lapisan langit, hingga akhirnya mencapai langit ketujuh. Sedangkan di Bumi, telah ada penghuni lain sebelumnya, yaitu bangsa jin yang disebut “janna”.

Setelah 70.000 tahun, bangsa jin ini berkembang biak hingga menjadi anak cucu. Menurut sebagian ahli tafsir, mereka tinggal di Bumi selama 18.000 tahun, namun kemudian menjadi sombong dan ingkar.

Akibatnya, Allah SWT memusnahkan mereka dan menggantinya dengan kelompok jin yang baru, yaitu Banunal Janna, yang mendiami Bumi selama 18.000 tahun lamanya.

Setelah itu, Banunal Janna pun dimusnahkan oleh Allah SWT, dan Azazil bersama para malaikat tetap khusyuk beribadah di langit. Azazil yang dikenal sebagai Sayyidul Malaikat (Penghulu Malaikat) dan Khazinul Jannah (Bendahara Surga) mengabdi selama tujuh ribu tahun lamanya dalam beribadah. Hingga pada satu waktu, Azazil mengajukan suatu permohonan kepada Allah SWT, ia mengatakan:

“Ya tuhanku, tujuh ribu tahun hamba-Mu ini berbuat kebaikan pada-Mu dalam tujuh lapis langit ini. Jikalau dianugerahkan oleh-Mu, hamba-Mu mohon hendak turun ke bawah ke langit keenam, berbuat kebaikan kepada-Mu.”

Allah SWT pun mengabulkan permohonannya dan menjawab, “Pergilah engkau!”

Azazil bersama 700 malaikat pengikutnya pun turun ke langit keenam. Setelah merasa cukup di sana, ia memohon izin lagi kepada Allah SWT untuk turun ke langit kelima.

Begitu seterusnya, ia terus memohon untuk diturunkan ke langit yang lebih rendah hingga akhirnya mereka sampai di langit dunia. Di langit dunia, Azazil kembali mengajukan sebuah permohonan kepada Allah SWT.

“Ya Tuhanku, hambamu hendak memohon turun ke bumi dengan para malaikat. Bahwasanya hamba-Mu hendak beribadah kepadamu di bumi itu. Ya Tuhanku, betapa Bananul Janna telah banyak berbuat kerusakan di muka bumi. Anugerahkanlah atas hamba-Mu ini bersama para malaikat berbuat kebaikan ke hadirat-Mu di muka bumi itu. ” Ujar Azazil.

Allah SWT pun mengabulkan permohonan Azazil tersebut. Ia beserta tujuh ratus malaikat pengiringnya diturunkan ke bumi untuk beribadah, setelah Banunal Janna dihancurkan karena kerusakan yang ditimbulkannya.

Setelah beribadah selama 8.000 tahun, Azazil mengungkapkan bahwa bumi adalah tempat yang paling membuatnya betah, lebih dari tempat lainnya.

Sebelum mendapat laknat dari Allah SWT, Azazil pernah melaksanakan berbagai tugas mulia yang diberikan oleh-Nya, antara lain:

  1. Azazil bertugas sebagai penjaga surga selama 40.000 tahun.
  2. Azazil hidup bersama para malaikat selama 80.000 tahun.
  3. Azazil diangkat menjadi penasihat bagi para malaikat selama 20.000 tahun.
  4. Azazil memimpin para malaikat karobiyyun selama 30.000 tahun.
  5. Azazil bersama para malaikat melakukan thawaf (mengelilingi) Arsy selama 14.000 tahun.

Jadi, Azazil menjalani ibadah dan melaksanakan semua perintah Allah SWT selama lebih dari 185.000 tahun. Dalam waktu yang sangat panjang itu, ia menjalani berbagai ibadah seperti halnya umat Islam, termasuk salat, puasa, dan thawaf bersama para malaikat mengelilingi Baitul Makmur di Arsy.

Selama itu, Azazil tidak pernah merasa lelah atau mengeluh. Ia menjalankan semua perintah Allah SWT dengan penuh keikhlasan, tanpa niat selain untuk memperoleh keridhaan-Nya semata.

Pada masa itu, para malaikat dan makhluk lainnya memberikan gelar yang sangat mulia kepada Azazil. Beberapa menyebutnya sebagai Iblis al-A’ziz (makhluk Allah yang paling mulia), sementara yang lain menyebutnya sebagai Azazil (panglima besar para malaikat).

Sebab Dilaknatnya Azazil oleh Allah SWT

Dikutip dari buku Penampakan Setan Sepanjang Sejarah yang ditulis oleh Manshur Abdul Hakim, ketika Allah SWT meniupkan ruh kepada Nabi Adam AS, ia menjadi manusia sempurna dengan daging, darah, dan tubuh yang utuh.

Allah SWT kemudian memerintahkan kepada malaikat dan makhluk yang ada pada waktu itu, temasuk Iblis dan anak buahnya, untuk bersujud kepada manusia pertama ciptaannya, yaitu Nabi Adam AS.

Semuanya bersujud, termasuk anak buah Iblis. Tapi, Azazil menghasut anak buahnya agar mereka membangkang kepada perintah Allah SWT.

Merujuk kembali pada buku Eksistensi Dunia Roh, karena keengganannya bersujud kepada hakikat Nabi Adam AS itulah, ia disebut sebagai Iblis. Jika sekiranya ia akan bersujud, ia tetap disebut Azazil, yang gelarnya populer di kalangan para penduduk langit dengan sebutan Abu Marrah.

Tercantum dalam surah Shad ayat 75, saat itu Allah SWT berfirman kepada Iblis,

قَالَ يٰٓاِبْلِيْسُ مَا مَنَعَكَ اَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۗ اَسْتَكْبَرْتَ اَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِيْنَ

Artinya: “Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku, apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu merasa termasuk golongan yang lebih tinggi?”

Para makhluk alam tertinggi (al-mala’ al-a’la) itu adalah para malaikat, yang tercipta dari nur (cahaya) ketuhanan, semisal malaikat yang bernama Nun dan lain-lain. Demikian pula dengan para malaikat lainnya yang juga tercipta dari unsur tersebut, mereka semua diperintahkan bersujud kepada Nabi Adam AS.

Iblis berkata kepada Rabb-nya dalam surah Shad ayat 76,

قَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ

Artinya: “Aku lebih baik daripadanya. Karena, Engkau telah ciptakan aku dari api, sedangkan ia (Adam) Engkau ciptakan dari tanah”

Di sini terlihat dosa keangkuhan yang membuat Iblis menolak perintah Allah SWT, karena merasa dirinya yang terbaik dari manusia. Menanggapi jawaban iblis tersebut, Allah SWT berfirman dalam surah Shad ayat 77,

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَاِنَّكَ رَجِيْمٌۖ

Artinya: “Keluarlah darinya (surga) karena sesungguhnya kamu terkutuk.

Wajah dari raja Iblis dalam Islam kini sangat buruk sebagai kutukan Allah SWT karena kesombongan tidak bersujud kepada Nabi Adam AS dan keluarlah ia dari surga.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Kisah Penjaga Arasy saat Lupa Bacaan Tasbih dan Tahmidnya


Jakarta

Arasy merupakan singgasana Allah SWT yang sangat besar yang berada di atas langit ketujuh. Arasy dijaga oleh malaikat penjaga yang senantiasa berzikir memuliakan Allah SWT.

Namun, pada suatu hari, terdapat kejadian yang membuat malaikat tersebut terlupa akan bacaan zikirnya. Yakni ketika ia mendengar tangis Rasulullah SAW saat bertemu dengan seorang Arab Badui.

Simak kisah selengkapnya berikut ini yang dikutip dari kitab Silsilah al-Qashash, karya Saleh al-Munajjed yang terdapat dalam buku Kumpulan Kisah Teladan yang disusun oleh Prof. Dr. Hasballah Thaib, MA dan H. Zamakhsyari Hasballah, Lc, MA, Ph.D.


Tangis Rasulullah yang Membuat Penjaga Arasy Lupa Bacaan Zikirnya

Suatu hari, Rasulullah SAW sedang melakukan tawaf di Ka’bah. Ketika itu, beliau mendengar seseorang di hadapannya yang bertawaf sambil berzikir, “Ya Karim! Ya Karim!”

Mendengar hal tersebut, Rasulullah SAW ikut meniru orang itu dan mengucapkan, “Ya Karim! Ya Karim!”

Orang tersebut kemudian berhenti di sudut Ka’bah dan kembali berzikir, “Ya Karim! Ya Karim!”

Rasulullah SAW yang berada di belakangnya mengulangi lagi zikir tersebut, “Ya Karim! Ya Karim!”

Merasa dirinya diejek, orang itu menoleh ke belakang dan melihat seorang lelaki yang sangat tampan dan gagah, yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Orang itu pun berkata, “Wahai orang tampan, apakah engkau sengaja mengejekku hanya karena aku ini orang Badui? Kalau bukan karena ketampanan dan kegagahanmu, aku akan melaporkanmu kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”

Rasulullah SAW tersenyum lalu berkata, “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?”

Orang itu menjawab, “Belum.”

Rasulullah SAW bertanya, “Lalu bagaimana kamu beriman kepadanya?” Orang Arab Badui itu menjawab, “Aku beriman kepada kenabiannya meski aku belum pernah melihatnya, dan aku membenarkan bahwa dialah utusan Allah walaupun aku belum pernah bertemu dengannya.”

Rasulullah SAW berkata, “Wahai orang Arab, ketahuilah bahwa aku ini adalah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat.”

Mendengar hal tersebut, orang Badui itu terkejut dan berkata, “Tuan ini Nabi Muhammad?”

Rasulullah SAW menjawab, “Ya.”

Seketika itu, orang tersebut tunduk dan mencium kedua kaki Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW segera menariknya dan berkata, “Wahai orang Arab, janganlah berbuat seperti itu. Perbuatan seperti ini biasa dilakukan seorang hamba sahaya kepada tuannya. Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk menjadi orang yang takabur atau minta dihormati, tetapi untuk membawa berita gembira bagi yang beriman dan membawa peringatan bagi yang mengingkarinya.”

Kemudian, Malaikat Jibril turun membawa pesan dari langit, “Wahai Muhammad, Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: ‘Katakan kepada orang Arab itu agar tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahwa Allah akan menghisabnya di Hari Mahsyar nanti dan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar.'”

Setelah mendengar pesan tersebut, orang Arab Badui itu berkata, “Demi keagungan Allah, jika Allah memperhitungkan amal hamba-Nya, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengan-Nya.” Orang itu melanjutkan, “Jika Allah menghitung dosa hamba, maka hamba akan menghitung betapa besar maghfirah-Nya. Jika Dia menghitung kebakhilan hamba, maka hamba akan menghitung betapa luas kedermawanan-Nya.”

Mendengar ucapan itu, Rasulullah SAW menangis, hingga air matanya membasahi janggutnya.

Lalu, Malaikat Jibril turun lagi dan berkata, “Ya Muhammad, Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: ‘Berhentilah engkau menangis. Karena tangisanmu, penjaga Arasy lupa bacaan tasbih dan tahmidnya hingga Arasy bergoncang. Katakan kepada orang Arab itu bahwa Allah tidak akan menghisabnya, tidak akan menghitung kemaksiatannya, dan dia akan menjadi temanmu di surga.'”

Mendengar kabar tersebut, orang Arab Badui itu menangis haru karena tidak mampu menahan rasa syukur dan kebahagiaan.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Allah Menukar Arak Menjadi Madu kepada Pemuda yang Berniat Tobat


Jakarta

Allah SWT sangat mencintai hamba-Nya yang bertobat. Ada berbagai kisah bagaimana Ia telah mengampuni hamba-Nya hendak bertobat bahkan sebelum tobatnya itu terlaksana.

Seperti salah satu kisah tentang seorang pemuda yang berniat tobat dari khamar. Kisah ini mengandung pelajaran berharga tentang kejujuran, tobat, dan kasih sayang Allah bagi hamba-Nya yang ingin kembali ke jalan yang benar.

Berikut kisahnya yang dikutip dari kitab Qashash Muatssirah li al-Syabab karya Iyyadh Faiz yang tercantum dalam buku Kumpulan Kisah Teladan yang disusun oleh Prof. Dr. Hasballah Thaib, MA dan H. Zamakhsyari Hasballah, Lc, MA, Ph.D.


Pada suatu hari, Khalifah Umar bin Al-Khattab berjalan di lorong-lorong Kota Madinah, mengamati keadaan rakyatnya. Saat mencapai sebuah persimpangan jalan, beliau melihat seorang pemuda yang tampak gelisah.

Pemuda itu membawa sebuah kendi yang ia sembunyikan di balik kain sarung yang diselempangkan di punggungnya. Gerak-geriknya mencurigakan, sehingga Umar bin Khattab pun bertanya dengan suara tegas, “Apa yang engkau bawa itu?”

Mendengar pertanyaan tersebut, pemuda itu menjadi panik dan gugup. Ia sangat takut akan kemarahan Umar yang terkenal dengan ketegasannya dalam menegakkan hukum Islam.

Dalam kepanikannya, ia spontan menjawab, “Ini adalah kendi berisi madu.”

Padahal, kenyataannya kendi tersebut berisi khamar (arak), minuman yang diharamkan dalam Islam.

Meski telah berbohong, pemuda itu sebenarnya sedang berada dalam pergulatan batin. Ia telah menyadari kesalahannya dan memiliki keinginan kuat untuk bertobat.

Namun, kebiasaan buruk itu sulit ia tinggalkan. Dalam hatinya, ia telah menyesali perbuatannya dan ingin berhenti dari kebiasaan minum khamar. Diam-diam, ia berdoa kepada Allah dengan penuh harap agar Umar tidak sampai memeriksa isi kendinya.

Namun, Khalifah Umar yang terkenal dengan ketegasannya tidak langsung percaya begitu saja. Beliau ingin memastikan kebenaran ucapan pemuda itu, lalu berkata, “Biar aku lihat sendiri isi kendi itu.”

Saat pemuda itu mendengar permintaan tersebut, ia semakin takut. Ia menyadari bahwa jika Umar mengetahui isi kendi itu adalah arak, ia akan dihukum berat. Dengan penuh ketakutan, dalam hati ia memohon kepada Allah SWT agar menyelamatkannya dari kemarahan sang khalifah.

Dalam keajaiban yang luar biasa, Allah SWT mengabulkan doa pemuda tersebut. Ketika Umar membuka tutup kendi dan melihat isinya, ternyata yang ada di dalamnya benar-benar madu, bukan lagi khamar.

Allah telah menggantikan isinya sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada hamba yang ingin bertobat dengan sungguh-sungguh. Pemuda itu sangat terharu dan semakin yakin bahwa Allah Maha Pengampun bagi siapa pun yang bersungguh-sungguh ingin meninggalkan keburukan.

Kisah ini menjadi pelajaran bahwa ketika seseorang memiliki niat yang ikhlas untuk bertobat, Allah akan membukakan jalan baginya. Dalam ajaran Islam, minum khamar merupakan dosa besar yang memiliki dampak spiritual yang berat. Rasulullah SAW bersabda,

“Seteguk khamar diminum, maka tidak diterima Allah amal fardhu dan sunatnya selama tiga hari. Dan siapa yang minum khamar dalam jumlah satu gelas, maka Allah tidak akan menerima sholatnya selama empat puluh hari. Dan orang yang tetap minum khamar, maka Allah akan memberinya minuman dari ‘Nahrul Khabal’.”

Ketika para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah Nahrul Khabal itu?” Rasulullah SAW menjawab, “Itu adalah darah bercampur nanah dari ahli neraka.”

Kisah ini menjadi pengingat bahwa Allah Maha Pengampun, tetapi juga Maha Adil dalam memberikan balasan. Bagi siapa yang masih bergelimang dalam dosa, hendaklah segera bertobat sebelum ajal menjemput. Sebagaimana pemuda dalam kisah ini yang berniat untuk meninggalkan kemaksiatan, Allah SWT pun membantunya dengan cara yang tidak disangka-sangka.

Wallahu a’lam.

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com

5 Dosa Besar Istri Terhadap Suami yang Sangat Dibenci Allah SWT


Jakarta

Selama kehidupan rumah tangga, tak sedikit istri yang tidak menyadari bahwa banyak perbuatannya kepada sang suami termasuk dosa. Perbuatan-perbuatannya ini dilarang keras oleh Rasulullah SAW, bahkan Allah SWT pun membencinya.

Istri tak sadar hal yang diperbuatnya adalah dosa besar dan tetap mengulanginya seakan sudah menjadi kebiasaan. Padahal, Allah SWT melalui Al-Qur’an dan Nabi SAW telah mengingatkan para wanita untuk tidak berperilaku demikian.

Lantas, apa perbuatan istri yang termasuk dosa besar kepada suaminya?


Dosa Istri Terhadap Suami

Mengutip buku Dosa-Dosa Istri yang Paling Dibenci Allah Sejak Malam Pertama oleh Masykur Arif Rahman dan Dosa-Dosa Istri yang Wajib Dihindari karya Hastanti Ayu Humaia, berikut sejumlah dosa istri kepada suaminya:

1. Durhaka pada Suami

Istri yang durhaka berarti membangkang, tidak patuh, atau melawan perintah suaminya. Perilaku istri yang seperti ini sangat dibenci Allah SWT, sampai-sampai menjadi sebab tertolaknya amal sholatnya.

Rasulullah SAW bersabda, “Dua golongan yang sholatnya tidak melampaui kepalanya: budak yang lari dari majikannya sampai ia kembali dan wanita yang durhaka kepada suaminya hingga ia mau rujuk (taubat).” (HR Thabrani dan Hakim)

Wanita harus mematuhi suaminya, selama tidak menyuruh pada kemaksiatan dan yang dilarang syariat. Karena dalam pernikahan, suami adalah pemimpin atau kepala rumah tangga sehingga patut ditaati.

اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ… – 34

Artinya: “Laki-laki (suami) adalah penanggung jawab (pemimpin) atas para perempuan (istri) karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari hartanya.” (QS An-Nisa: 34)

2. Berselingkuh

Perselingkuhan tak ada bedanya dengan mengkhianati pasangan. Perbuatan ini mampu meretakkan hubungan pernikahan. Di sisi lain, berselingkuh merupakan perbuatan mendekati zina. Jangankan berzina, mendekatinya saja sudah dilarang dan dikutuk oleh-Nya sebagaimana Surat Al-Isra ayat 32:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ۗوَسَاۤءَ سَبِيْلًا

Artinya: “Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya (zina) itu adalah perbuatan keji dan jalan terburuk.”

Zina yang dilakukan istri atau suami disebut zina muhsan. Zina sendiri termasuk dosa paling besar di sisi Allah SWT, terlebih lagi yang diperbuat oleh orang yang sudah menikah. Menurut hadits, hukuman bagi pezina muhsan adalah rajam atau dilempari batu.

3. Menolak Berhubungan Intim

Jimak atau berhubungan intim antara suami dan istri termasuk hak bersama dalam pernikahan. Namun apabila menolak ajakan suami untuk melakukannya, istri bisa berdosa.

Dalam sebuah riwayat, Nabi SAW bersabda: “Apabila suami mengajak istrinya untuk berkumpul, hendaknya wanita itu mendatanginya sekalipun ia berada di dapur.” (HR Tirmidzi).

Jika istri menolak berjimak hingga suaminya murka marah kepadanya, dikatakan malaikat mengutuknya. Sebagaimana sabda Rasul SAW: “Apabila seorang laki-laki mengajak istrinya ke ranjangnya, lalu istri tidak mendatanginya, hingga dia (suaminya) bermalam dalam keadaan marah kepadanya, maka malaikat melaknatnya hingga pagi tiba.” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad).

4. Pergi Tanpa Seizin Suami

Di zaman sekarang, banyak istri yang keluar rumah tanpa sepengetahuan suami. Perbuatan ini, meskipun pergi dengan tujuan baik, termasuk dosa jika tidak izin terlebih dahulu kepada suami.

Dalam Surat Al-Ahzab ayat 33, Allah SWT melarang para istri pergi tanpa seizin suami dan memerintahkan mereka untuk tetap di rumah.

وَقَرْنَ فِيْ بُيُوْتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْاُوْلٰى… – 33

Artinya: “Tetaplah (tinggal) di rumah-rumahmu dan janganlah berhias (dan bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu.”

Dijelaskan dalam buku Fiqh Keluarga Terlengkap oleh Rizem Aizid, istri boleh keluar tanpa izin suami hanya dalam kondisi darurat. Seperti istri yang kelaparan saat sendirian di rumah dan suami sedang bekerja, sehingga ia harus membeli makanan keluar. Dalam keadaan seperti itu, istri diperbolehkan keluar tanpa meminta izin suaminya terlebih dahulu.

5. Menggugat Cerai Tanpa Alasan Syar’i

Allah SWT melarang seorang istri menggugat cerai tanpa alasan syar’i. Sebagai contoh, jika wanita meminta cerai hanya karena suaminya yang telah bekerja keras tidak mampu memenuhi gaya hidupnya yang foya-foya, maka ia termasuk durhaka.

Namun bila sang suami malas bekerja atau enggan memberi nafkah, maka istri boleh minta cerai. Namun, ia perlu menasihati suaminya agar bertaubat terlebih dahulu.

Istri yang menggugat cerai tanpa alasan sesuai syariat, Nabi SAW mengungkap bahwa ia tidak akan mencium aroma surga. Rasulullah SAW bersabda, “Wanita mana saja yang meminta kepada suaminya untuk bercerai tanpa kondisi mendesak, maka haram baginya bau surga.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).

(azn/row)



Sumber : www.detik.com

Dilarang Tabarruj, Muslimah Tidak Boleh Pamerkan Tubuh dan Dandan Berlebihan



Jakarta

Tabarruj adalah salah satu perbuatan yang dilarang dilakukan kaum Hawa. Wanita diperintahkan menutup aurat dan menjaga dirinya sehingga ada larangan tegas untuk melakukan tabarruj.

Tabarruj erat kaitannya dengan aurat. Dalam kata lain, tabarruj adalah membuka aurat di tempat umum.

Pengertian Tabarruj

Mengutip buku Ternyata Kita Tak Pantas Masuk Surga karya H. Ahmad Zacky, secara bahasa tabarruj artinya wanita yang memamerkan keindahan dan perhiasannya kepada pria lain. Sedangkan barrajat al mar’an artinya wanita yang menampakkan kecantikan, leher dan wajahnya.


Sebagian ulama berpendapat bahwa maksudnya adalah wanita yang menampakkan perhiasan, wajah dan kecantikannya kepada laki-laki dengan maksud membangkitkan syahwat. Sementara tabarruj dalam pandangan syar’i adalah setiap perhiasan atau kecantikan yang ditunjukkan wanita kepada mata-mata orang yang bukan mahram.

Seorang muslimah hendaknya menjaga dirinya agar jangan sampai perhiasan yang dikenakan, kecantikan wajahnya atau keindahan anggota tubuhnya bisa menimbulkan fitnah bagi lelaki yang memandang.

Dalam Al-Qur’an surat Al Ahzab ayat 33, Allah SWT berfirman tentang larangan tabarruj,

وَقَرْنَ فِى بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ ٱلْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتِينَ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِعْنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ ٱلرِّجْسَ أَهْلَ ٱلْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

Artinya: Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT melarang muslimah untuk berbuat tabarruj layaknya orang-orang di zaman Jahiliyah.

Mujahid berkata, “Wanita dahulu keluar dan berada di antara laki-laki. Inilah yang dimaksud dengan tabarruj Jahiliyah.”

Kemudian Qatadah berpendapat, “Wanita dahulu apabila berjalan berlenggak-lenggok genit. Allah SWT melarang hal ini.”

Muqatil bin Hayyan menyatakan, “Maksud tabarruj adalah wanita yang menanggalkan kerudungnya, lalu tampaklah kalung dan lehernya. Inilah tabarruj terdahulu saat Allah SWT melarang para wanita yang beriman untuk melakukannya.”

Mengutip buku Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq karya Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Rasulullah SAW bersabda,
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang aku tidak pernah melihatnya, para laki-laki yang di tangannya memengang cemeti seperti ekor sapi dan wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya telanjang, yang condong dan lenggak-lenggok. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium aromanya, sedangkan aroma surga sudah tercium dari jarak segini dan segini.” (HR Muslim)

Ciri Perbuatan Tabarruj

Terdapat beberapa perbuatan wanita yang dapat dikatakan tabarruj sebagaimana merangkum buku 10 Azab Wanita yang Disaksikan Rasulullah karya El-Hosniah.

1. Berpakaian tapi Telanjang

Bentuk tabarruj yang paling umum adalah wanita yang berpakaian tapi telanjang. Maksud istilah tersebut adalah wanita yang berpakaian tapi pakaiannya tetap memperlihatkan lekuk tubuh, sehingga hal tersebut dapay mengundang birahi lawan jenis yang melihatnya.

2. Memakan Parfum Berlebihan

Bentuk tabarruj lainnya adalah menggunakan wewangian secara berlebihan. Islam memang mencintai keindahan dan sesuatu yang wangi namun bila seorang wanita menggunakan parfum berlebihan untuk menarik perhatian lawan jenis, maka hal ini termasuk tabarruj.

Hukum tabarruj sama dengan perbuatan zina. Rasulullah SAW bersabda, “Siapapun wanita yang memakai wewangian kemudian melewati suatu kaum agar mereka mencium baunya, berarti ia telah berzina.” (HR. Nasai)

3. Dandan Berlebihan

Berhias dan berdandan berlebihan telah dilakukan sejak zaman Jahiliah. Perbuatan ini juga termasuk dalam bentuk tabarruj.

4. Membuka Sebagian Aurat

Membuka sebagian aurat dapat dicontohkan dengan memakai topi namun tidak mengenakan kerudung. Termasuk wanita yang mengenakan kerudung namun tidak menutup bagian dadanya, mengenakan pakaian ketat dan memperlihatkan lekuk tubuhnya.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Dosa dan Bahaya jika Tidak Menutup Aurat bagi Muslimah


Jakarta

Aurat merupakan kewajiban yang harus dijaga dan ditutup. Islam mengajarkan agar wanita menutup aurat dan tidak mengumbarnya selain pada mahram.

Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk menutup aurat mereka. Terkandung dalam surah Al Ahzab ayat 59, Allah SWT berfirman,

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَاجِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَاۤءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيْبِهِنَّۗ ذٰلِكَ اَدْنٰىٓ اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ٥٩


Artinya: “Wahai Nabi (Muhammad), katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin supaya mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Jika seorang muslim melanggar perintah Allah SWT tersebut, maka ia harus menanggung dosa karena perbuatannya. Lantas, apa saja dosa karena tidak menutup aurat?

Menutup aurat merupakan perintah Allah SWT yang harus dilakukan baik untuk laki-laki maupun perempuan. Aurat tidak boleh dibuka di hadapan orang yang bukan mahram. Mengutip buku 10 Azab Wanita yang Disaksikan Rasulullah karya El-Hosniah, orang yang tidak menutup auratnya akan diazab di akhirat kelak, yakni ia akan digantung dengan rambut dan otak kepala yang mendidih.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Ada dua golongan penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat. Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang dipergunakannya untuk memukul orang dan para wanita berpakaian tapi telanjang, berlenggok-lenggok, dan kepala mereka bagaikan punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak dapat masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bau surga. Padahal bau surga itu dapat tercium dari jarak begini dan begini.” (HR Muslim)

Merujuk pada buku Kau Akhi Aku Ukhti karya Aprilia Kartika, terdapat beberapa dosa karena tidak menutup aurat, yaitu:

  • Dosa karena tidak menutup aurat tidak hanya mengalir pada dirinya sendiri, namun dosanya juga akan mengalir pada kedua orang tuanya.
  • Jika sudah menikah, dosa karena tidak menutup aurat akan mengalir kepada suaminya.
  • Mendapatkan azab neraka.

Selain untuk menjalankan perintah Allah SWT, terdapat banyak hikmah dengan menutup aurat. Dirangkum dari buku Permata Hikmah Rasulullah karya Anisah Idrus, berikut hikmah menutup aurat:

Salah satu faktor yang banyak menjerumuskan wanita masuk ke neraka yaitu karena ia tidak menutup auratnya selama hidup. Oleh karena itu, lebih baik menutup aurat daripada memamerkannya.

Mencegah Hawa Nafsu dari Lawan Jenis ataupun Sesama

Mengenakan pakaian dengan aurat yang terbuka akan mengundang nafsu bagi orang yang melihatnya. Dengan menutup aurat, diharapkan mereka bisa menahan nafsunya dan tidak akan mengganggu wanita tersebut.

Menghindari Fitnah

Wanita yang senang mengumbar auratnya akan dianggap sebagai wanita penggoda atau murahan. Maka dari itu, hendaklah setiap wanita mengharamkan diri memakai pakaian minim yang memperlihatkan bagian tubuh sehingga mengundang fitnah.

Terlindung dari Kejahatan

Wanita yang tidak menutup auratnya akan berpotensi menjadi korban kejahatan. Hal ini berbanding terbalik dengan wanita yang selalu menutup auratnya.

Terlindung dari Polusi

Menutup aurat memiliki manfaat yang baik bagi fisik, yaitu melindungi kulit dari polusi. Mengenakan pakaian yang menutup aurat akan menjadikan wanita tidak merasa kepanasan ketika matahari bersinar terik dan tidak akan merasa kedinginan ketika suhu dingin melanda.

Mengangkat Martabat

Menutup aurat merupakan identitas untuk menunjukkan bahwa seseorang merupakan insan yang baik. Apalagi jika ia berperilaku baik dan sopan, orang-orang di sekitarnya pun juga akan menghormatinya.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Larangan Menyakiti Hati Perempuan, Termasuk Istri dan Ibu


Jakarta

Hukum menyakiti hati perempuan adalah dosa dalam Islam. Islam sangat menjunjung tinggi kemuliaan seorang perempuan.

Perempuan adalah sosok istimewa yang diibaratkan layaknya perhiasan. Saking istimewanya seorang perempuan, hingga Allah SWT mengabadikannya dalam sebuah surat An-Nisa yang artinya perempuan.

Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk berbuat kasar terhadap perempuan. Sebab perempuan memiliki hati yang lembut dan mudah tersentuh.


Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda,

“Berbuat baiklah kepada wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Maka, perlakukanlah para wanita dengan baik. (HR al-Bukhari)

Mengutip Kemuliaan Perempuan dalam Islam oleh Prof. Dr. Musdah Mulia, M.Ag., Islam menentang budaya jahiliyah yang merendahkan perempuan. Secara mendasar, Islam memperkenalkan kepada masyarakat dunia tentang pentingnya mengangkat harkat dan martabat perempuan sebagai manusia yang posisinya setara dengan laki-laki.

Selain itu kedudukan perempuan dan laki-laki dihadapan Allah SWT sama. Sama-sama hamba Allah SWT. Hal yang membedakan keduanya hanya ketakwaan mereka, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al-Hujurat ayat 13:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Kemudian Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.”

Dalil Larangan Menyakiti Hati Perempuan

Dalam Al-Qur’an banyak dijelaskan mengenai larangan menyakiti hati perempuan. Artinya, jika masih ada orang yang menyakiti hati perempuan, ia bukanlah orang yang beriman.

1. Dalil Larangan Menyakiti Hati Ibu

Di surat Al-Isra’ ayat 23, secara jelas adanya larangan menyakiti hati seorang ibu. Ayat tersebut tertulis sebagai berikut:

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya mencapai usia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya. Ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. (QS. Al-Isra : 23)

2. Dalil Larangan Menyakiti Hati Istri

Dalam Al-Qur’an juga membahas mengenai larangan menyakiti hati seorang istri. Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 34 yang berbunyi sebagai berikut:

اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗ وَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا

Artinya : Laki-laki (suami) adalah pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) memberikan nafkah dari hartanya. Maka, perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah menjaga mereka. Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, pisahkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar (QS. An-Nisa : 34)

3. Dalil Larangan Menyakiti Hati Wanita Secara Umum

Yang terakhir adalah dalil menyakiti hati wanita secara umum. Larangan tersebut tertulis dalam surat Al-Baqarah ayat 83 yang berbunyi:

وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ لَا تَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَّاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَۗ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْكُمْ وَاَنْتُمْ مُّعْرِضُوْنَ

Artinya : DDan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu masih tetap menjadi pembangkang. (QS. Al-Baqarah : 83)

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com