Tag Archives: dzikir dan doa

Makna Innalillahiwainnailaihirojiun dan Kapan Harus Dibaca?


Jakarta

Setiap manusia pasti akan menghadapi ujian dan musibah dalam hidup. Musibah bisa datang dalam berbagai bentuk, mulai dari kehilangan harta, kesulitan, sakit, hingga kematian.

Saat menghadapi musibah, hati yang tenang dan kesabaran menjadi kunci untuk tetap teguh dan berserah kepada Allah SWT. Islam mengajarkan doa dan dzikir yang membantu menghadapi ujian tersebut, salah satunya bacaan istirja’ atau bacaan innalillahiwainnailaihirojiun.


Bacaan Innalillahiwainnailaihirojiun dan Maknanya

Berikut bacaan Innalillahiwainnailaihirojiun beserta maknanya:

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ

Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn(a).

Artinya: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya kami akan kembali.”

Berdasarkan buku Sukses Dunia-Akhirat Dengan Doa-Doa Harian karya Mahmud Asy Syafrowi, istilah istirja’ berasal dari kata dasar raja’a yang berarti “kembali” atau berusaha untuk kembali.

Maksudnya, kita berupaya kembali kepada Allah SWT, menyerahkan diri sepenuhnya, dan mengembalikan seluruh urusan kita kepada-Nya. Segala sesuatu yang kita miliki, seperti kehidupan, kesehatan, keluarga, keturunan, jabatan, dan harta, sebenarnya hanyalah titipan dari-Nya. Suatu saat, semuanya akan diminta kembali oleh Sang Pemilik. Bahkan diri kita sendiri pun bukan sepenuhnya milik kita, karena tubuh ini akan hancur dan nyawa akan kembali kepada-Nya.

Yang menarik dalam ucapan istirja’ adalah penggunaan dhamir “na” yang berarti “kita”, bukan “ni” yang berarti “saya”. Dhamir ini menunjukkan mutakallim ma’al ghair, yakni subjek yang dimaksud tidak hanya pengucap, tetapi juga orang lain. Dengan kata lain, ungkapan ini menekankan bahwa saya, Anda, kalian semua, beserta segala yang kita miliki, sejatinya adalah milik Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya.

Karena semua yang kita miliki berasal dari Allah SWT, setiap kehilangan atau pengambilan titipan-Nya disebut sebagai musibah, sekecil apa pun. Musibah tidak hanya berupa sakit atau kematian, seperti yang umumnya dipahami, tetapi mencakup segala hal yang tidak menyenangkan bagi manusia, baik besar maupun kecil. Rasulullah SAW bersabda,

“Apa yang menimpa seorang mukmin dari hal yang tidak disukainya, maka itu dinamakan musibah.” (HR Thabrani)

Oleh sebab itu, ucapan istirja’ relevan tidak hanya saat menghadapi kematian, tetapi juga dalam berbagai situasi lain, seperti ketakutan, kelaparan, kemiskinan, dan cobaan hidup lainnya.

Kapan Innalillahiwainnailaihirojiun Dibaca?

Menurut buku Fikih Basmalah (Merenda Makna, Menyelami Hukum Dan Menyusur Hikmah) karya Qosim Arsadani, bacaan istirja’ umumnya dibaca ketika seseorang terkena musibah. Musibah yang dimaksud bisa mengenai diri sendiri maupun orang lain, baik berupa kehilangan harta, kesulitan, maupun kematian.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 156,

اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

Arab latin: Allażīna iżā aṣābathum muṣībah(tun), qālū innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn(a).

Artinya: (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali).

Dari Ummu Salamah RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Siapa saja yang terkena musibah, hendaknya membaca: ‘Sesungguhnya kami kepunyaan Allah dan kepada-Nya akan kembali. Wahai Allah, di sisi-Mu saya berharap dengan musibahku, maka berilah aku pahala dan gantilah untukku sebabnya dengan sesuatu yang lebih baik’.” (HR Ahmad)

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com

Arti, Tulisan Arab, dan Waktu Pengucapannya


Jakarta

Aamiin ya Mujibassailin adalah ungkapan yang kerap digunakan pada kehidupan sehari-hari. Utamanya, digunakan setelah berdoa atau memohon kepada Allah SWT ataupun setelah membaca ayat Al Qur’an.

Kalimat pendek ini mengandung makna yang sangat luas. Ketahui makna kandungannya berikut ini.

Arti dan Tulisan Arab Aamiin Ya Mujibassailin

Terdiri dari dua suku kata, yakni “Aamiin” dan “Ya Mujibassailin” Berikut Aamiin ya Mujibassailin dalam tulisan Arab beserta artinya:


آمينَ يَا مُجِيبَ السَّائِلِينَ

Artinya:
“Kabulkanlah doa kami, wahai Dzat Yang Maha Mengabulkan (Allah SWT) para peminta (orang-orang yang berdoa).”

Dikutip dari buku Al-Alfaazh: Buku Pintar Memahami Kata-kata Dalam Al-Qur’an oleh Masduha, kata Aamiin (آمينَ) bukan lafazh Al-Qur’an. Aamiin merupakan kalimat isim yang berarti istijab atau kabulkanlah.

Imam Al Maragi mengutip pandangan Ali, Sahabat Nabi mengenai kandungan aamiin. Ali mengatakan: Aamiin (آمينَ) adalah lafazh penutup dari Allah SWT, Tuhan semesta alam. Artinya, Allah menutup doa hambanya dengan Aamiin.

Orang yang menutup itu dilarang melihat apa yang ditutupnya dengan mengutik-ngutik. Kata Aamiin, akan menghilangkan kekecewaan dari doa yang dipanjatkan oleh hambanya (doanya dikabulkan).

Makna Amin, Aamiin, Aamin, Amiin

Pada dasarnya, kata āmīn” artinya “Terimalah doa kami.” (As-Shabuni, 1999: 25). Kata amin (آمين) sendiri ada yang ditulis atau dibaca ‘amiin’, ‘aamin’, ‘aammiin’, atau ‘aamiin’.

Dikutip dari laman Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, keempat kata tersebut sejatinya punya makna yang berbeda-beda. Berikut penjelasannya.

1. Aamiin

Jika ditulis “aamiyn” atau “Aamiin” yaitu “a” dan mim panjang. Kata ini berarti “Ya Allah terimalah doa kami”.

2. Aamiin

Dalam kata ini, “a” panjang dan “mim” pendek Sehingga, arti “Aamin” adalah “percayalah atau amankanlah.”

3. Amiin

Jika ditulis amiin atau amiyn” yakni “a” pendek dan “mim” panjang. “Amiin” di sini artinya “jujur.”

4. Amin

Jika ditulis dengan “amin”, maka a dan mim pendek. Sehingga, artinya “amanlah.”

Ustadz Adi Hidayat pernah menjelaskan bahwa sejatinya “amin” itu permohonan akan terkabulnya suatu hal, setelah menempuh ikhtiar sesuai dengan aturan yang ditetapkan. (HR Abu Dawud: 649).

“Makna ‘amin’ bukan hanya sebatas permintaan atas suatu hal. Permohonan kamu dikabulkan terikat dengan mau atau tidaknya kamu berikhtiar,” ungkap Ustadz Adi Hidayat dalam video YouTube Al Hujjah Dakwah Islam yang tayang (12/03/2017).

Ia menjelaskan bahwa jika seseorang berikhtiar mewujudkannya, maka Allah SWT bisa mengabulkan. Sebaliknya, jika seringkali mengatakan amin tidak mau berikhtiar sesuai dengan ketentuan Allah maka tidak akan diberikan oleh-Nya.

(khq/inf)



Sumber : www.detik.com

Baca Dzikir Ini, Amalan yang Pahalanya setara Haji dan Umroh


Jakarta

Haji dan umrah adalah ibadah yang wajib dilakukan bagi umat muslim yang mampu. Pendapat tersebut shahih dari mazhab Syafi’i.

Bagi yang belum/tidak mampu, ada amalan-amalan yang nilai pahalanya seperti haji dan umrah. Salah satunya yaitu dzikir setelah salat Subuh.

Hal tersebut diriwayatkan salah satu sahabat Anas bin Malik RA yang menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa salat Subuh berjamaah, lalu duduk berdzikir kepada Allah SWT sampai terbit matahari, kemudian ia salat dua rakaat, maka amalan itu sama dengan pahala menunaikan ibadah haji dan umrah secara sempurna, sempurna, dan sempurna.” (HR At Tirmidzi dan hadist ini hasan)


Bacaan Dzikir yang Pahalanya Setara dengan Haji dan Umrah

Ada beberapa amalan yang diganjar pahala setara haji dan umrah. Walau begitu, bukan berarti dengan mengerjakan amalan ini, dianggap telah melaksanakan haji ataupun umrah. Akan tetapi, pahalanya yang setara dengan pahala haji dan umrah di hadapan Allah.

Dzikir Setelah Salat Subuh

Dzikir setelah salat subuh adalah salah satu amalan yang nilai pahalanya seperti haji dan umrah. Hal ini juga diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Imam Nawawi dalam Kitab Al-Adzkar menukil riwayat Sunan Abu Dawud dan Sunan Ibnu Majah yang dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Abu Dawud, berikut adalah bacaan dzikir setelah salat subuh:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Laa ilaha illallah wahdahu laa syarikalah lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir

Artinya: “Tiada Tuhan selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, hanya bagi-Nya kekuasaan dan hanya bagi-Nya segala puji. Dialah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Dalam Kitab Shahih Bukhari juga terdapat hadits yang memuat bacaan dzikir ringan di lisan, tapi memberatkan timbangan amal. Dari Abu Hurairah RA ia menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

Artinya: “Ada dua kalimat, yang ringan di lisan tetapi berat dalam timbangan dan dicintai oleh ar-Rahman, ‘Subhanallah wa bi hamdih (Maha Suci Allah dan Segala puji hanya bagi-Nya)’, dan ‘Subhanallahil ‘azhim (Maha Suci Allah yang Maha Agung).” (HR Muttafaq ‘Alaih)

Dalam Kitab Shahih Muslim juga terdapat bacaan dzikir yang paling disukai Allah SWT. Bacaan tersebut adalah:

سُبْحَانَ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلَهَ إلا الله، وَاللَّهُ أَكْبَرُ

Subhanallah, walhamdulillah, wala ilaha illallah, wallahu akbar

Artinya: “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar.”

Doa Setelah Sedekah Subuh

Keutamaan dzikir setelah subuh lainya yaitu mendapat keberkahan. Sebagaimanadisebutkan dalam riwayat Al-Gunyah li Thalibi Thariq al-Haq ‘Azza wa Jalla karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani dari al-Hasan bin Ali RA.

Dalam riwayat Tadzkirah al-Maudhu’at, Al-Hasan bin Ali RA pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,

“Barang siapa salat Subuh di masjidnya kemudian duduk dzikir kepada Allah Ta’ala hingga menjelang matahari terbit, ketika itu dia memuji Allah lalu menunaikan salat dua rakaat, Allah akan memberinya sejuta istana di surga. Setiap istana terdapat sejuta bidadari. Masing-masing bidadari ditemani sejuta pelayan, dan di sisi Allah dia termasuk orang-orang yang bertobat.”

Hadits di atas sangat jelas mengabarkan, kalau salat subuh yang dilanjutkan dengan dzikir nilai pahalanya setara pahala haji dan umrah.

Itulah beberapa amalan yang diganjar pahala yang sama dengan haji dan umroh, tentunya bila dilakukan dengan ikhlas karena Allah Ta’ala. Yuk, diamalkan.

(khq/inf)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Sayyidul Istighfar, Arab, Latin, Arti, dan Maknanya


Jakarta

Sayyidul istighfar merupakan salah satu bacaan istighfar yang memiliki kedudukan tertinggi, sehingga disebut sebagai induk dari segala istighfar. Membaca sayyidul istighfar ini sangat dianjurkan, dan memiliki keutamaan besar, karena julukannya yang begitu istimewa sebagai raja dari segala permohonan ampunan kepada Allah SWT.

Dalam Islam, bacaan istighfar sangat beragam, mulai dari bacaan singkat hingga bacaan panjang. Namun, dari banyaknya bacaan istighfar tersebut, sayyidul istighfar menempati posisi yang paling istimewa karena besarnya makna dan keutamaannya.

Bacaan Sayyidul Istighfar

Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Adzkar, menukil sebuah hadits dari Syaddad ibnu Aus ra., yang menceritakan bahwa Nabi SAW pernah bersabda bahwa raja istigfar (sayyidul istighfar) adalah apabila seorang hamba mengucapkan doa berikut ini.


اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إلا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ علي ، وَأَبُوءُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ.

Arab Latin: Allahumma anta rabbi la ilaha illa anta, khalaqtani wa ana abduka, wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu, a’udzu bika min syarri ma sana’tu, abu’u laka bini’matika ‘alayya, wa abu’u bi dzambi, faghfir li fa’innahu la yaghfiru adzunuba illa anta.

Artinya: “Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tiada Tuhan selain Engkau, Engkau telah menciptakan diriku dan aku adalah hamba-Mu, aku telah berada dalam ikrar dan janji-Mu dengan semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan apa yang kuperbuat, aku mengakui semua nikmat-Mu kepadaku, dan aku mengakui dosa-dosaku; maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tiada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Engkau.”

Rasulullah SAW lanjut menegaskan dalam sabdanya ini bahwa barang siapa yang mengucapkan sayyidul istighfar ini di siang hari dengan penuh keyakinan, lalu ia mati pada siang hari itu juga sebelum petang hari, maka ia termasuk ahli surga. Dan barang siapa yang mengucapkannya di malam hari dengan penuh keyakinan kepadanya, lalu ia mati sebelum pagi hari, maka ia juga termasuk ahli surga.

Makna Sayyidul Istighfar

Dalam bukunya, Ternyata Kita Tak Pantas Masuk Surga, H. Ahmad Zacky El-Syafa mengutip pendapat dari Imam At-Thibi yang menyatakan bahwa doa di atas dijuluki sebagai sayyidul istighfar karena maknanya mencakup semua hal yang berkaitan dengan tobat.

Ibnu Abi Jamrah berkata, “Di dalam doa ini terdapat pengakuan uluhiyyah (tauhid) kepada Allah semata, pengakuan bahwa Dia adalah Al-Khaliq (pencipta), pengakuan perjanjian dan pengharapan janji, berlindung dari pelanggaran seorang hamba kepada dirinya, menyandarkan semua nikmat kepada pembuatnya dan menyandarkan dosa pada dirinya, antusias pada maghfirah dan pengakuan bahwa tiada satu pun yang dapat melakukan semua itu selain Allah. Keindahan susunan kata dan makna yang dirangkai oleh Rasulullah SAW dalam doa ini menjadikannya layak dijuluki sebagai sayyidul istighfar.”

Namun, seperti yang ditegaskan lagi oleh Muhammad bin Allan As-Siddiqy, agar istighfar ini benar-benar mencapai derajatnya yang tertinggi, ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu niat yang tulus dan benar (shahih), fokus dan kesungguhan hati (tawajjuh), serta adab yang baik dalam berdoa. Tanpa terpenuhinya ketiga syarat ini, bacaan tersebut belum bisa dikatakan sebagai sayyidul istighfar.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com