Tag Archives: gaya hidup sehat

4 Makanan yang ‘Bersihkan’ Pembuluh Darah, Bisa Cegah Stroke-Jantung


Jakarta

Gaya hidup, pola makan, dan kebiasaan kurang gerak cenderung meningkatkan risiko munculnya penyakit kardiovaskular. Endapan plak dapat mengeras seiring waktu, mengakibatkan kondisi yang dikenal sebagai aterosklerosis, yang meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan tekanan darah tinggi.

Meski begitu, kondisi ini masih dapat dikendalikan dengan pola hidup dan makan yang lebih sehat. Hal ini dapat memberikan perlindungan besar pada arteri, hingga mencegah kerusakan sejak dini.

Dikutip dari Times of India, berikut empat makanan yang bisa membantu ‘membersihkan’ arteri atau pembuluh darah.


1. Oat

Oat kaya akan beta-glukan, sejenis serat larut yang dikenal karena kemampuannya dalam menurunkan kolesterol jahat (LDL). Eksperimen yang diuraikan ini menemukan bahwa rata-rata, mengonsumsi oat dikaitkan dengan penurunan kadar kolesterol total dan LDL masing-masing sebesar 5-7 persen.

Beta-glukan mengurangi pembentukan plak arteri seiring waktu. Dengan mengonsumsi oat secara teratur, dapat meningkatkan kesehatan pencernaan dan mengontrol kadar gula darah, yang keduanya secara tidak langsung membantu sistem kardiovaskular.

Para ahli nutrisi sangat menyarankan untuk menggunakan oat utuh atau oat potongan, daripada oat instan, untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

2. Moringa atau Daun Kelor

Moringa atau lebih dikenal dengan daun kelor mengandung antioksidan, vitamin, dan senyawa bioaktif yang meningkatkan kesehatan pembuluh darah secara keseluruhan. Quercetin, yang termasuk antioksidan kuat membantu menurunkan peradangan dan tekanan darah dengan fleksibilitas pembuluh darah.

Daun kelor mengontrol kolesterol dalam tubuh dengan peningkatan kadar kolesterol baik atau HDL. Daun ini bisa dikonsumsi setiap pagi dalam bentuk bubuk teh atau sebagai sayuran.

Konsumsi harian dapat membantu membersihkan arteri dengan menghambat stres oksidatif dan menstabilkan kolesterol secara alami.

3. Kacang Kenari

Kacang kenari merupakan salah satu sumber nabati yang kaya dengan asam alfa-linolenat, salah satu asam lemak Omega-3. Mengonsumsi beberapa kacang kenari setiap hari terbukti dapat menurunkan LDL, tekanan darah, dan mengurangi peradangan.

Kacang ini bahkan dikenal dapat menurunkan tekanan darah pada orang dengan hipertensi. Sebab, makanan satu ini kaya akan kalori, jika dikonsumsi dengan porsi yang tepat.

4. Daun Kari

Daun kari ternyata menyimpan nutrisi yang baik untuk kesehatan jantung. Kaya akan antioksidan dan serat, daun ini mengurangi oksidasi kolesterol dan melancarkan aliran darah.

Daun ini mengandung kaempferol, yang dapat mengurangi peradangan, menghilangkan timbunan plak, dan menurunkan kolesterol LDL. Selain itu, daun kari juga mampu menstabilkan kadar gula darah, yang secara tidak langsung berpengaruh pada kesehatan kardiovaskular.

(sao/naf)



Sumber : health.detik.com

99 Persen Kasus Serangan Jantung Diawali dengan Tanda Peringatan Ini

Jakarta

Sebelum serangan jantung, stroke, atau penyakit kardiovaskular lainnya terjadi, hampir selalu ada tanda-tanda peringatan. Begitulah temuan dari sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di Journal of the American College of Cardiology.

Peringatan tersebut di antaranya tekanan darah tinggi, kadar gula darah, kolesterol, hingga kebiasaan merokok.

Dalam studi tersebut, peneliti menganalisis data dari dua kelompok besar, lebih dari 600 ribu kasus penyakit kardiovaskular di Korea Selatan dan sekitar 1.000 kasus di Amerika Serikat.


Para peneliti mencatat lebih dari 99 persen kasus penyakit jantung, gagal jantung, atau stroke didahului oleh setidaknya satu faktor risiko klasik.

“Bahkan peningkatan ringan dari keempat faktor ini perlu segera ditangani dengan perubahan gaya hidup atau pengobatan,” kata Philip Greenland, salah satu penulis utama studi sekaligus profesor kedokteran pencegahan di Northwestern University Feinberg School of Medicine, Chicago, dikutip dari CNN.

Temuan ini dinilai penting karena menunjukkan dokter dan pasien sebenarnya memiliki kendali besar untuk mencegah sebagian besar kasus penyakit jantung, demikian wanti-wanti Susan Cheng, profesor sekaligus wakil ketua bidang riset Departemen Kardiologi di Smidt Heart Institute, Cedars-Sinai Medical Center, Los Angeles.

Beberapa penelitian sebelumnya sempat menunjukkan semakin banyak kasus penyakit jantung terjadi tanpa faktor risiko tradisional.

Hal itu menimbulkan dugaan bahwa mungkin ada penyebab lain yang belum sepenuhnya dipahami oleh dunia medis. Namun, studi terbaru ini berbeda. Para peneliti tidak hanya melihat diagnosis formal seperti hipertensi atau diabetes, tetapi menelusuri data medis lengkap pasien.

Dengan pendekatan ini, mereka menemukan hampir semua kasus memang sudah memiliki faktor risiko yang dapat dimodifikasi sebelum penyakit berkembang.

“Jadi, jika dokter dan pasien ingin benar-benar menurunkan risiko penyakit jantung, langkah terbaik adalah terus mengelola tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan berhenti merokok,” ujar Cheng.

Bukan Melawan Penuaan, Tapi Memperpanjang Umur Sehat

Menurut Dr Karen Joynt Maddox, profesor kedokteran kardiologi di Washington University Medical School, ilmu kedokteran sudah banyak memahami tentang penyakit jantung dalam satu abad terakhir. Namun, penerapan pengetahuan itu di kehidupan nyata masih menjadi tantangan.

Salah satu kendala, katanya, adalah sifat risiko penyakit jantung yang terasa abstrak.

“Ketika seseorang sudah sakit, lebih mudah baginya untuk termotivasi melakukan perubahan. Tapi sulit menjelaskan pentingnya pencegahan untuk sesuatu yang belum terjadi,” jelas Joynt Maddox.

Sementara itu, Dr. Ahmed Tawakol, ahli jantung di Massachusetts General Hospital dan profesor di Harvard Medical School, menilai bahwa banyak orang mengaitkan pengobatan atau pencegahan penyakit jantung dengan proses menua sesuatu yang menakutkan bagi sebagian pasien.

Padahal, katanya, mengelola tekanan darah, gula darah, dan kolesterol bukan berarti kehilangan masa muda, melainkan langkah untuk memperpanjang usia dan menjaga kualitas hidup.

“Ini bukan soal melawan penuaan, tapi memperpanjang masa hidup yang sehat, memberi Anda lebih banyak waktu untuk merasa muda dan melakukan hal yang bermakna,” ujarnya.

Jaga Tekanan Darah, Tidur Cukup, dan Kelola Stres

Meski faktor risiko penyakit jantung tidak banyak berubah, teknologi dan cara mengelolanya terus berkembang.

Langkah sederhana bisa dimulai dari memantau tekanan darah di rumah, lalu bekerja sama dengan dokter untuk memantau kondisi dan membuat rencana pengelolaan kesehatan.

Selain faktor medis, gaya hidup sehat juga berperan besar. Menurut Tawakol, tidur cukup, rutin berolahraga, menjaga berat badan ideal, makan bergizi, dan mengelola stres adalah kunci utama menurunkan risiko penyakit jantung.

“Stres dan depresi bisa menjadi faktor risiko sekuat merokok atau diabetes,” ujarnya.

“Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa mengatasi semua faktor ini secara bersamaan dapat membantu orang menikmati hidup yang lebih panjang dan sehat.”

(naf/naf)



Sumber : health.detik.com

Studi Beberkan Rahasia Umur Panjang Nenek Usia 117 Tahun, Ternyata Simpel Banget!


Jakarta

Pada usia 117 tahun, seorang nenek bernama Maria Branyas dinyatakan sebagai orang tertua yang masih hidup di dunia. Menurut para peneliti, umur panjangnya bukan semata-mata karena keberuntungan.

Dikutip dari New York Post, dalam pernyataannya kepada Guinness World Records, Branyas mengaitkan usia panjangnya dengan gaya hidup yang teratur, tenang, menjaga hubungan baik dengan keluarga dan teman, dekat dengan alam, memiliki emosi yang stabil, tidak banyak khawatir, tidak menyesali masa lalu, selalu berpikir positif, serta menjauh dari orang-orang ‘toxic’.


Wanita ini lahir di San Francisco, California, lalu pindah ke Spanyol bersama keluarganya dan menetap di sana hingga akhir hayat. Sebelum meninggal pada 19 Agustus 2024, para ilmuwan dari Josep Carreras Institute, Barcelona, Spanyol, sempat meneliti sampel gen Branyas untuk mengetahui faktor yang mendukung umur panjangnya.

Tim peneliti menggunakan metode non-invasif untuk mengambil sampel dari tiga jenis jaringan tubuh. Mereka kemudian menganalisis genom, epigenom, transkriptom, proteom, dan metabolom Branyas.

Meski hasil analisis menunjukkan adanya tanda-tanda penuaan, ditemukan pula bahwa Branyas memiliki karakteristik genetik yang terkait dengan neuroproteksi dan kardioproteksi, serta tingkat peradangan yang rendah, yang diyakini berperan dalam menjaga kesehatannya hingga usia lebih dari satu abad.

“Branyas memiliki genom luar biasa yang diperkaya dengan varian gen yang berkaitan dengan peningkatan umur pada spesies lain (seperti anjing, cacing, dan lalat) dan gen yang memberikan perlindungan kardiolipidik dan retensi kognisi,” ujar kepala kelompok Epigenetika Kanker di Institut Penelitian Leukimia Josep Carreras, Dr Manel Esteller kepada Fox News Digital.

“Pada saat yang sama, ia tidak memiliki varian gen yang terkait dengan risiko patologi seperti kanker, Alzheimer, dan gangguan metabolisme,” tuturnya.

Selain itu, Branyas juga diketahui memiliki jumlah besar bakteri menguntungkan Bifidobacterium dalam mikrobiomanya. Menurut para peneliti, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kebiasaannya sering mengonsumsi yoghurt.

Bakteri Bifidobacterium berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh, antara lain dengan meningkatkan sistem kekebalan, menyeimbangkan peradangan, mengatur metabolisme, serta membantu mencerna karbohidrat dan serat tertentu.

“Kami menjelaskan kepadanya bahwa konsumsi yoghurt dan komposisi bakteri di ususnya mungkin berkaitan dengan umur panjangnya,” kata Esteller.

“Selain itu, profil lipidnya luar biasa – kolesterol sangat rendah, LDL (lemak jahat) rendah, dan HDL (lemak baik) tinggi,” lanjutnya. “Ini berkaitan dengan pola makannya yang hemat dan gen yang dengan cepat memetabolisme molekul-molekul berbahaya tersebut.”

Dia diketahui juga tidak pernah merokok atau minum alkohol. Menurut peneliti, usia biologisnya lebih muda dibandingkan usia kronologisnya.

Esteller menggambarkan Branyas sebagai sosok yang luar biasa, dengan senyum yang mampu mencerahkan ruangan, serta optimisme yang sangat dibutuhkan banyak orang. Dia juga orang yang antusias dalam membantu sesama.
Dalam catatan Guinness, Branyas tidak memiliki masalah kesehatan serius, selain gangguan pendengaran dan sedikit keterbatasan mobilitas. Meski begitu, pikirannya tetap sangat jernih hingga usia lanjut.

Tim peneliti menyimpulkan pola makan yang sehat, jaringan sosial yang aktif dan beragam, serta ketiadaan kebiasaan buruk kemungkinan besar berperan dalam umur panjang Branyas. Namun, mereka menekankan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk memastikan hubungan antara karakteristik biologis dan kebiasaan hidup tertentu.

“Saya pikir umur panjang juga soal keberuntungan. Keberuntungan dan genetika yang baik,” kata Branyas kepada Guinness.

6 Faktor Umur Panjang Branyas menurut Penelitian

Dalam studi ini, para peneliti mengidentifikasi faktor-faktor yang kemungkinan besar mendukung penuaan yang sehat dan memperpanjang umur Branyas.

  • Genom yang protektif dan tangguh, dengan varian gen terkait umur panjang, serta mampu menangkal penyakit serius
  • Metabolisme yang efisien dalam menyingkirkan lemak dan gula berbahaya
  • Tingkat peradangan yang rendah
  • Sistem kekebalan tubuh yang efektif dalam melawan mikroorganisme, tanpa menyerang sel tubuh sendiri
  • Mikrobioma yang bermanfaat, yang menjadi ciri khas individu yang jauh lebih muda, dengan beberapa untaian bakteri anti-inflamasi.
  • Usia biologisnya sekitar 23 tahun lebih muda dari usia kronologisnya.

Studi ini juga menunjukkan, perubahan pola makan tidak hanya membantu menghindari obesitas dan penyakit terkait lainnya, tapi juga memperpanjang umur dengan meningkatkan kesehatan usus.

“Penemuan gen-gen yang berkaitan dengan karakteristik supercentenarian bisa menjadi target baru untuk pengembangan obat-obatan, membuka peluang bagi terciptanya obat yang lebih ‘cerdas’ guna memperpanjang usia sehat,” kata Esteller.

Para peneliti mencatat, penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, termasuk fakta bahwa penuaan adalah proses yang sangat individual, yang dibentuk oleh banyak faktor genetik dan lingkungan.

“Menarik kesimpulan yang berlaku secara luas dari satu subjek saja harus dilakukan dengan hati-hati,” tulis peneliti.

“Keterbatasan terakhir dari penelitian kami adalah kami belum mempelajari efek olahraga atau penyesuaian metabolisme, atau menilai efek obat yang menargetkan beberapa fitur yang diamati untuk mengeksplorasi potensi efek anti-penuaan,” tambah para peneliti.

(elk/suc)



Sumber : health.detik.com