Tag Archives: gempa

Sejarah Masjid Ibrahim di Hebron, Wakaf Islam yang Ingin Dirampas Zionis Israel



Jakarta

Ketegangan kembali meningkat di Palestina setelah laporan terbaru menyebutkan rencana Israel untuk mengambil alih Masjid Ibrahimi. Kecaman pun datang dari berbagai pihak untuk menghentikan rencana Israel.

Masjid Al Ibrahimi merupakan salah satu situs paling suci dalam tradisi Islam, Yahudi, dan Kristen. Masjid yang juga dikenal sebagai Makam Para Leluhur ini menjadi pusat perhatian global karena berisiko mengalami perubahan status historis dan keagamaannya secara sepihak.

Sejarah Masjid Al Ibrahimi di Hebron

Dilansir dari laman Hebron Rehabilitation Committee, Masjid Al Ibrahimi di Hebron, Tepi Barat Palestina, merupakan salah satu situs keagamaan paling bersejarah dan paling tua di dunia yang masih digunakan hingga saat ini. Masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga merupakan makam keluarga Nabi Ibrahim AS, sosok yang dihormati dalam tiga agama: Islam, Kristen, dan Yahudi.


Diyakini bahwa di dalam masjid ini terdapat makam Nabi Ibrahim AS, istrinya Siti Sarah, anaknya Nabi Ishaq AS, cucunya Nabi Ya’qub AS, serta istri-istri mereka: Ribka (istri Nabi Ishaq) dan Lea (istri Nabi Ya’qub). Keberadaan makam para nabi ini menjadikan Masjid Al Ibrahimi sebagai situs ziarah yang sangat penting bagi umat Islam, Yahudi, dan Kristen.

Kesucian situs ini telah menjadi bagian penting dari identitas kota Hebron selama ribuan tahun. Tak heran jika nama Hebron sendiri menjadi terkenal secara global, bahkan digunakan untuk menamai sejumlah tempat di Inggris dan Amerika Serikat.

Asal Usul Masjid Al Ibrahimi

Meskipun menjadi salah satu tempat paling suci di dunia, asal-usul pasti dari Masjid Al Ibrahimi masih diliputi misteri. Tidak ada catatan yang secara jelas menyebutkan kapan masjid ini pertama kali dianggap suci. Sejarahnya sebelum era Romawi pun sangat minim diketahui.

Diperkirakan, tempat pemakaman keluarga Nabi Ibrahim mulai dianggap suci sejak beberapa abad sebelum Masehi. Namun, jarak waktu antara masa hidup Nabi Ibrahim (sekitar abad ke-17 SM) hingga era Romawi yang muncul lebih dari seribu tahun kemudian menyisakan kekosongan catatan sejarah. Reruntuhan di sekitar situs pun tidak memberikan petunjuk konkret mengenai apa yang terjadi di antara periode panjang itu.

Struktur Bangunan Masjid

Struktur utama Masjid Al Ibrahimi saat ini merupakan bangunan besar yang mengelilingi sebuah gua berkamar dua, diyakini sebagai tempat dimakamkannya keluarga Nabi Ibrahim. Namun, siapa pembangun awalnya masih menjadi perdebatan panjang.

Sebagian besar peneliti modern menilai bahwa arsitektur bangunan ini sangat menyerupai gaya Herodian, yaitu gaya bangunan monumental dari masa pemerintahan Raja Herodes (37-4 SM). Namun menariknya, sejarawan Romawi terkenal seperti Josephus tidak pernah menyebutkan situs ini dalam daftar proyek-proyek bangunan Herodes.

Sebaliknya, beberapa arkeolog seperti Conder, Betzinger, Robinson, Warren, dan Heidet justru berpendapat bahwa struktur ini dibangun jauh sebelum masa Herodes, menambah kompleksitas dan keajaiban sejarahnya.

Arsitektur Masjid Al Ibrahimi mengundang kekaguman para ahli bangunan hingga hari ini. Dinding luarnya terbuat dari balok-balok batu raksasa, beberapa di antaranya mencapai panjang 7,5 meter dan tinggi 1,4 meter. Batu-batu ini dipahat sangat halus dengan bingkai 10 cm di sekelilingnya, hal ini menandakan teknik pengerjaan yang sangat presisi.

Struktur asli bangunan adalah persegi panjang tanpa atap setinggi 16 meter, berukuran 59,28 meter x 33,97 meter, dan menghadap ke arah tenggara. Dindingnya sangat tebal, sekitar 2,68 meter, dan terdiri dari dua bagian: bagian bawah menggunakan batu besar polos, sedangkan bagian atas dipenuhi 48 kolom persegi (pilaster) yang memperkuat struktur sekaligus memberikan nilai estetika yang menonjol.

Ketahanan bangunan ini terhadap gempa bumi merupakan keajaiban tersendiri. Hingga kini, bangunan tidak pernah mengalami kerusakan besar atau runtuh, bahkan belum pernah direstorasi secara besar-besaran karena tetap kokoh secara alami.

Beberapa bagian dinding atas sempat dilapisi plester tanah liat yang diperkirakan berasal dari masa pemerintahan Ottoman. Lapisan ini kemudian dikupas dalam upaya renovasi terakhir, memperlihatkan kembali keindahan asli batu-batunya.

Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi

Dilansir dari The Times of Israel, Otoritas Israel mengumumkan bahwa mereka akan mengambil alih pengelolaan situs suci Makam Para Leluhur (Cave of the Patriarchs), yang dalam tradisi Islam dikenal sebagai Masjid Ibrahimi, guna melaksanakan proyek konstruksi di dalam kompleks tersebut. Keputusan ini memicu kecemasan dan kecaman luas karena menyangkut salah satu situs keagamaan paling sensitif di Tepi Barat yang dihormati oleh umat Islam dan Yahudi.

Langkah ini diumumkan oleh Administrasi Sipil, cabang Koordinator Urusan Pemerintahan di Wilayah (COGAT) Kementerian Pertahanan Israel yang menangani hubungan administratif dengan Palestina. Dalam keterangannya, mereka menyebutkan bahwa pemerintah Israel telah menyetujui proses yang memungkinkan pembangunan kanopi di halaman kompleks Masjid Al Ibrahimi. Kanopi ini, menurut Israel, ditujukan untuk memberi naungan bagi para jamaah yang beribadah di tempat tersebut, baik dari kalangan Yahudi maupun Muslim.

“Proses birokrasi sedang berada dalam tahap lanjutan,” ujar perwakilan Administrasi Sipil. Mereka mengklaim bahwa proyek ini dimaksudkan untuk kenyamanan semua kelompok yang berdoa di lokasi tersebut.

(dvs/inf)



Sumber : www.detik.com

Post Power Syndrome



Jakarta

Post power syndrome adalah suatu kondisi kejiwaan yang umumnya dialami oleh orang-orang yang kehilangan kekuasaan atau jabatan yang diikuti dengan menurunnya harga diri. Post power syndrome adalah kondisi ketika seseorang masih membayangkan pencapaiannya pada masa lalu dan membandingkannya dengan masa kini. Hal ini dapat menurunkan rasa percaya diri dan menyebabkan depresi. Kondisi ini umumnya dialami oleh orang yang baru pensiun dari pekerjaannya maupun orang yang berakhir masa jabatannya. Sebagian orang menilai pekerjaan sebagai bentuk kepuasan atau pencapaian diri. Tidak sedikit pula orang yang menganggap pekerjaan sebagai identitasnya, atau kesempatan untuk bersosialisasi dan mengasah kemampuan berpikir. Jangan lupa jabatan atau kedudukan itu memuaskan hatinya karena bisa menikmati pelayanan atas kedudukan tersebut.

Kebanyakan dari kita tentu mengharapkan kesuksesan dan kebahagiaan di usia muda. Kemudian, kita tentu juga menginginkan hal tersebut dapat bertahan menggenapi kehidupan kita hingga tua dan berpulang ke Dzat Yang Maha Agung, Allah SWT. Pertanyaannya, sebenarnya apa itu yang disebut bahagia? Bagaimana ukuran bahagia pada diri manusia, khususnya pada mereka yang sudah genap berusia lanjut (usia dewasa akhir > 60 tahun)? Bahagia menurut hemat penulis dapat diartikan sebagai bentuk reaksi pada perasaan manusia yang positif terhadap apa yang dialami dalam diri dan kehidupannya. Nah, bahagia sejatinya adalah hak siapa saja dan menurut hemat penulis, bahagia adalah suatu yang hendaknya diraih, di manapun dan dalam kondisi apapun. Bagi orang beriman bahagia itu tidaklah sulit karena ia akan bersyukur saat memperoleh anugerah dan bersabar saat memperoleh ujian.

Orang-orang yang sabar lagi bersyukur kepada Allah SWT. Maka Dia akan memberinya petunjuk di dunia dan di akhirat.
Menurut para Ulama, “Iman itu ada dua bagian, sebagian adalah sabar dan sebagian lagi adalah syukur.” Para Ulama salaf berkata, “Sabar adalah sebagian dari iman.” Allah SWT. mengumpulkan sabar dan syukur sebagaimana firman-Nya dalam surah asy-Syura ayat 33 yang terjemahannya, “Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda ( kekuasaan-Nya )bagi orang yang selalu bersabar dan banyak bersyukur.”


Adapun makna ayat di atas adalah : Orang-orang yang dapat mengerti dan menyadari hal ini ialah orang-orang yang mempunyai pandangan luas, sabar dan patuh kepada perintah-Nya senantiasa mensyukuri nikmat yang dikaruniakan Allah SWT. kepadanya. Adanya bencana yang terjadi pada suatu tempat berupa gempa bumi, tanah longsor, ombak yang menghanyutkan dan membinasakan, dan lain-lain dianggap oleh sebagian orang hanya kejadian alam yang tidak ada hubungan sedikit pun dengan kekuasaan Allah SWT. Ingatlah Firman-Nya, Dan berapa banyak tanda-tanda (kebesaran Allah) di langit dan di bumi yang mereka lalui, namun mereka berpaling daripadanya. (Yusuf ayat 105) Ayat ini merupakan kelanjutan ayat sebelumnya (asy-Syura 32), bahwa setelah berhasil mengapung di atas air, kapal tradisional memerlukan energi angin sebagai penggerak. Dengan adanya angin kapal layar dapat terdorong dan dengannya dapat pula dikendalikan melalui penggunaan layar dan kemudi. Apabila hembusan angin terhenti maka praktis kapal tidak dapat bergerak. Dengan tidak adanya angin gelombang laut pun akan terhenti pula.

Kembali kepada tujuan hidup bahagia dan sukses. Bagi orang beriman, sukses dalam kehidupan itu berakhir dengan husnul khatimah, bukan berharta banyak, hidup megah dan bukan berkedudukan tinggi. Untuk itu penulis bersenandung tentang bahagia :

Sesuatu yang abstrak.
Tiada bisa dihitung dan dilihat.
Tidak bisa disimpan dalam kotak, dan tidak bisa dibeli.
Berapapun banyak hartamu, kau takkan mampu membeli.
Betapapun senangnya dengan anak-anakmu, kau tiada bisa menggantinya.
Kau kuasai ilmu dan teknologi, belum tentu dapat kau gapai bahagia.
Seorang suami marah pada istri, ” akan aku cabut kebahagianmu,”
” Kau takkan mampu mencabut” tantang istri.
Kebahagianku bukan pada nafkah, busana dan perhiasan.
Kebahagianku bukan yang kau miliki, tak bisa kau kuasai.
Karena kabahagianku ada pada keimananku.
Keimanan ada dalam hatiku.
Tiada yang bisa kuasai hatiku kecuali Allah SWT.
Iman adalah sumber keamanan lahir dan batin.
Tiada iman hanya fatamorgana.

Maka ingatlah selalu, ” Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik ( hayatan thayyibah ).” ( an-Nahl : 97 ).

Jabatan dan kedudukan tinggi bukan segalanya, karena hal itu bersifat sementara ( fana ). Tidak ada seseorang menjabat seterusnya ( selama-lamanya ) paling tidak ia berakhir saat meninggal dunia. Kembali kepada-Nya merupakan suatu kepastian dan waktunya tidak maju maupun mundur ( sepenuhnya menjadi kewenangan Allah SWT. surah Luqman ayat 34 ). Oleh karena itu, khusus bagi para pejabat yang berkedudukan tinggi ingatlah selalu akan kematian. Dengan mengingat kematian, engkau akan menghindarkan keinginan keduniawian dan akan memperbanyak bekal untuk akhirat.

Jika kondisi seseorang sudah mencapai tahap bersyukur saat memperoleh anugerah dan bersabar saat ada ujian serta menyadari bahwa segala sesuatu yang menimpa dirinya adalah kehendak-Nya. Disamping itu, husnul khatimah sudah menjadi ukuran kesuksesan maka ia akan jauh dari post power syndrome. Semoga Allah SWT. memberikan penerangan agar tujuan hidup kita tidak tersesat.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Tiga Macam Kesabaran



Jakarta

Sufyan ats-Tsauri mengatakan bahwa ada tiga jenis kesabaran yaitu : Tidak menceritakan musibah, jangan mengumbar kesakitanmu, dan jangan menganggap dirimu suci. Ingatlah bahwa sabar adalah tindakan menahan diri dari hal-hal yang ingin dilakukan, menahan diri dari emosi, dan bertahan serta tidak mengeluh pada saat sulit atau sedang mengalami musibah.

Tidak Menceritakan Musibah

Musibah yang terjadi ada yang menyikapinya sebagai keburukan, dan ada juga yang menganggap itu merupakan sebuah teguran untuk menjadi lebih baik. Lalu, berikut ini tuntunan terbaik dalam menyikapi segala musibah yang terjadi, yaitu :


1. Ridha terhadap ketentuan-Nya. Setiap Muslim wajib beriman bahwa musibah apapun itu seperti kecelakaan pesawat, gempa bumi, banjir, wabah penyakit telah ditetapkan Allah SWT. dalam Lauhul Mahfuzh. Sesuai kewajiban menerima ketentuan Allah ini dengan lapang dada (ridha). Sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Hadid ayat 22 yang terjemahannya, “Tidak ada bencana (apa pun) yang menimpa di bumi dan tidak (juga yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah.”

Makna ayat di atas adalah : Usai menjelaskan karunia-Nya kepada orang memohon ampunan, Allah SWT. menerangkan bahwa semua yang terjadi di alam ini merupakan ketetapan-Nya yang tertulis di Lauh Mahfuz. Setiap bencana yang menimpa di bumi, seperti gempa, banjir, erupsi, dan lainnya, dan demikian pula bencana yang menimpa dirimu sendiri, seperti sakit, kecelakaan, dan lainnya, semuanya telah tertulis dalam Kitab yang disebut Lauh Mahfuz sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu, yaitu semua yang terjadi, sangat mudah bagi Allah SWT.

Musibah yang menimpa para hamba merupakan sesuatu yang sudah tertulis, jadi kita hadapi dengan sikap ridha karena kita wajib memgimani atas kehendak-Nya. Jadi musibah apa pun, betapa pun beratnya tetap mesti tersimpan dengan baik dan tidak untuk diceritakan. Kita kadang menemukan seseorang yang mengeluh karena ada anggota keluarga yang sakit dengan meminta bantuan biaya pengobatan.

2. Hikmah di balik musibah. Seorang muslim yang mengetahui hikmah (rahasia) dibalik musibah, akan memiliki ketangguhan mental yang sempurna. Hikmah musibah antara lain diampuninya dosa-dosa. Sabda Rasulullah SAW, “Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali dengannya Allah akan menghapus sebagian dosanya.” (HR Bukhari dan Muslim).

3. Ikhtiar. Yang dimaksud ikhtiar, ialah tetap melakukan berbagai usaha untuk memperbaiki keadaan dan menghindarkan diri dari bahaya-bahaya yang muncul akibat musibah. Jadi, seorang Muslim tidak boleh diam saja, atau pasrah berpangku tangan menunggu bantuan datang. Olehnya itu, beriman kepada ketentuan Allah SWT. tidaklah berarti kita hanya diam termenung meratapi nasib, tanpa berupaya mengubah apa yang ada pada diri kita.

Tidak mengumbar kesakitan

Orang yang mengumbar kesakitan itu jauh dari sikap sabar. Keluh kesah itu dilarang dalam ajaran Islam sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Ma’arij ayat 19 dan 20 yang artinya, ” Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” Dan selanjutnya, ” Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah.”

Makna kedua ayat diatas adalah : Dijelaskan bahwa manusia memiliki sifat suka berkeluh kesah dan kikir. Namun, sifat ini dapat diubah jika menuruti petunjuk Tuhan yang dinyatakan-Nya dalam ayat 22 sampai 24 surah ini. Manusia yang tidak mempedulikan petunjuk Tuhan dan seruan rasul adalah orang yang sesat.

Manusia bisa sesat dari jalan Allah SWT. karena sifatnya yang tergesa-gesa, gelisah, dan kikir. Hal ini bukanlah ketentuan dari Allah SWT. terhadapnya, tetapi mereka menjadi mukmin atau menjadi kafir karena usaha dan pilihan mereka sendiri. Hal ini sesuai dengan firman-Nya dalam surah at-Taqabun ayat 2 yang terjemahannya, “Dialah yang menciptakan kamu, lalu di antara kamu ada yang kafir dan ada yang mukmin. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Sikap berkeluh kesah di dalam ajaran Islam jelas tidak dituntun, jadi kesabaran dalam menghadapi ujian Allah SWT. adalah keharusan karena kita mengimani terhadap ketentuan-Nya.

Jangan menganggap dirimu suci

Seseorang yang menganggap dirinya suci itu laksana seseorang yang menganggap diri sudah pandai, sehingga ia tidak menambah ilmunya.
Adapun adab seorang muslim itu tidak merasa dirinya paling baik dari saudaranya. Sebagaimana firman-Nya dalam surah an-Najm ayat 32 yang terjemahannya, “Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.”

Mengenai ayat ini, Syaikh Abdurrahman As-Si’di menerangkan bahwa terlarangnya orang- orang beriman untuk mengabarkan kepada orang-orang akan dirinya yang merasa suci dengan bentuk suka memuji- memuji dirinya sendiri. (Tafsir Karimir Rahman). Sikap itu yang dilarang oleh-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Baqarah ayat 80 yang terjemahannya, “Dan mereka berkata, kami sekali-kali tidak akan disentuh api neraka kecuali selama beberapa hari saja.”

Inilah kesombongan orang-orang yang menganggap dirinya suci. Semoga Allah SWT. selalu membimbing kita untuk bersabar dengan tidak menceritakan musibah, tidak mengeluh dan tidak menganggap diri suci.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

91 Tanda Kiamat yang Sudah Terjadi Menurut Hadits Rasulullah


Jakarta

Ada banyak tanda kiamat yang disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW. Beberapa di antaranya sudah terjadi dan menjadi peringatan bagi umat manusia akan dekatnya hari akhir.

Rasulullah SAW telah mengingatkan bahwa kemunculan tanda-tanda ini harus dijadikan pelajaran bagi setiap muslim untuk selalu berbenah diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dalam ajaran Islam, tanda-tanda kiamat terbagi menjadi dua, yaitu tanda kecil dan tanda besar.


Tanda-tanda Kiamat

Dikutip dari Nihayatul ‘Alam karya Muhammad al-‘Areifi yang diterjemahkan Zulfi Askar, berikut jenis hari kiamat dan tanda-tandanya.

1. Tanda-tanda Kecil (Shughra)

Tanda-tanda ini terjadi jauh sebelum hari kiamat dan sebagian besar sudah terjadi. Tanda-tanda kecil ini meliputi peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah umat Islam, seperti diutusnya Nabi Muhammad SAW, terbelahnya bulan, hingga munculnya api yang besar di Madinah. Ada juga tanda-tanda kecil yang sedang berlangsung saat ini, seperti banyaknya gedung pencakar langit dan manusia berlomba-lomba dalam kemewahan.

2. Tanda-tanda Besar (Kubra)

Tanda-tanda besar akan terjadi sesaat sebelum kiamat tiba. Hadits menyebutkan bahwa belum akan datang hari kiamat sebelum sepuluh tanda besar muncul, di antaranya adalah keluarnya Dajjal, terbitnya matahari dari barat, turunnya Nabi Isa AS, dan keluarnya api yang menggiring manusia ke Padang Mahsyar.

Diriwayatkan Abu Syarihah Hudzaifah bin Usaid RA, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

لا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَرَوُا عَشْرَ آيات طلوع الشمس من مغربها وَيَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَالدَّابَّةَ وَثَلَاثَةَ حُسُوفٍ حَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَحَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَعَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرْبِ وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قَعْرِ عَدَدَ تَسُوق النَّاسَ أَو تَحْشُرُ النَّاسَ قَيتُ مَعَهُمْ حَيْثُ بَاتُوا وَتَقِيلُ مَعَهُمْ حَيْثُ قَالُوا

Artinya: “Kiamat takkan terjadi sebelum kamu melihat sepuluh tanda: terbitnya matahari dari barat, asap, binatang melata, keluarnya Ya’juj Ma’juj, turunnya Nabi Isa bin Maryam, Dajjal, tiga kali gempa, sekali di barat, sekali di timur dan sekali lagi di Jazirah Arab, keluarnya api dari suatu jurang di Aden yang menggiring manusia–atau mengumpulkan manusia. Api itu menginap bersama mereka di malam hari, dan tetap menyala menunggui tidur mereka di siang hari.”

Hadits tersebut disebutkan Ibnu Katsir dalam kitab An Nihayah yang diterjemahkan Anshori Umar Sitanggal dan Imron Hasan.

Tanda Kiamat yang Sudah Terjadi

Ada beberapa tanda-tanda kiamat yang sudah terjadi. Berbagai peristiwa yang disebutkan dalam hadits-hadits Rasulullah SAW ini menunjukkan bahwa proses menuju akhir zaman sudah dimulai sejak lama. Beberapa tanda bahkan barangkali sudah umat Islam saksikan sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut tanda-tanda kiamat yang sudah terjadi seperti dirangkum dari dua sumber sebelumnya.

1. Diutusnya Nabi Muhammad SAW, Nabi Muhammad SAW diutus sebagai Rasul terakhir sebelum Hari Kiamat

2. Wafatnya Nabi Muhammad SAW

3. Bulan yang terbelah

4. Kematian para sahabat Nabi Muhammad SAW adalah tanda bahwa zaman keemasan umat Islam semakin mendekati akhir

5. Mesir akan ditaklukan umat Islam

6. Kekaisaran Persia dan Romawi akan hancur dan takkan kembali lagi

7. Khalifah Umar bin Khattab RA akan mati terbunuh

8. Khalifah Utsman bin Affan RA akan mendapatkan cobaan yang sangat berat

9. Kekhalifahan setelah Rasulullah SAW wafat hanya sepanjang 30 tahun setelah itu berubah menjadi dinasti kerajaan

10. Perdamaian dua kelompok kaum Muslim yang sedang bertikai oleh Hasan bin Ali RA

11. Kekuasaan umat Islam sampai ke dataran India atau Sungai Indus

12. Kaum Muslim akan berperang dengan bangsa Turki

13. Munculnya api di Madinah tepatnya di Kota Hijaz

14. Penaklukan Kota Suci Baitul Maqdis

15. Penyebaran penyakit karena suatu wabah

16. Munculnya berbagai fitnah di tengah masyarakat

17. Teknologi modern seperti satelit juga dianggap sebagai salah satu tanda kiamat kecil

18. Terjadinya perang, seperti Perang Shiffin, menjadi pertanda yang telah terjadi

19. Kemunculan kelompok Khawarij

20. Banyak individu yang mengaku sebagai nabi setelah Rasulullah SAW wafat

21. Masyarakat merasakan keamanan dan kemakmuran yang besar

22. Ada bocah kecil yang akan memerintah kaum Muslimin

23. Pecahnya perang dengan bangsa Turki

24. Pemimpin-pemimpin zalim yang menindas rakyat

25. Pembunuhan yang merajalela (Al-Haraj)

26. Kejujuran dan amanah semakin hilang dari kehidupan manusia.

27. Kembali mengikuti tradisi bangsa-bangsa terdahulu

28. Budak yang melahirkan majikannya

29. Wanita berpakaian namun terlihat telanjang

30. Orang-orang yang sebelumnya miskin dan tidak beralas kaki berlomba-lomba membangun gedung tinggi

31. Salam sebagai bentuk penghormatan dan doa hanya disampaikan kepada orang-orang yang dikenal

32. Perdagangan menjadi sangat berkembang

33. Istri ikut campur dalam urusan suami di perdagangan

34. Pasar dikendalikan oleh sekelompok kecil orang yang memonopoli harga dan barang

35. Kebohongan menjadi kebiasaan yang umum di tengah masyarakat

36. Kesaksian palsu semakin banyak

37. Manusia semakin enggan untuk berbagi rezeki dengan sesame karena sifat kikir mereka

38. Tali silaturahmi terputus

39. Merebaknya perbuatan nista dan kotor

40. Orang yang berkata benar malah dianggap tidak dapat dipercaya dan sebaliknya

41. Orang terhormat digantikan oleh orang yang hina

42. Halal dan haram dalam harta kekayaan tidak dipedulikan lagi

43. Harta rampasan perang dikuasai orang kaya

44. Barang titipan dianggap sebagai hak milik sendiri oleh yang dititipi

45. Orang merasa berat membayar zakat

46. Ilmu dipelajari untuk tujuan duniawi, bukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT

47. Peran suami dalam keluarga menjadi lemah karena takut kepada istrinya namun durhaka dengan ibu kandungnya

48. Banyak orang lebih mementingkan teman-temannya dibandingkan orang tuanya sendiri

49. Masjid yang seharusnya menjadi tempat tenang dan penuh khidmat, malah diwarnai dengan suara keras dan keributan

50. Orang-orang fasik berkuasa

51. Kepemimpinan diberikan kepada orang yang tidak memiliki integritas dan martabat

52. Orang dihormati bukan karena kebajikannya, melainkan untuk menghindari tindakan jahat atau kezaliman yang mungkin dilakukannya

53. Tindakan zina, yang merupakan dosa besar, mulai dianggap sebagai sesuatu yang biasa dan tidak memalukan lagi

54. Sutra yang seharusnya haram bagi laki-laki justru menjadi bagian dari pakaian yang dipakai

55. Alkohol dan minuman keras dikonsumsi secara bebas tanpa rasa takut akan dosa

56. Musik dan alat musik yang dulunya dianggap haram mulai dianggap halal dan diterima secara luas

57. Manusia banyak yang mengharapkan kematian

58. Tibanya suatu masa ketika seseorang beriman pada pagi hari, dan menjadi kafir pada sore hari

59. Masjid-masjid dibangun dengan sangat mewah dan megah

60. Rumah-rumah dibangun dengan indah dan megah

61. Banyaknya terjadi halilintar

62. Tersebar luasnya karya-karya tulisan

63. Orang-orang lebih mengandalkan kelicikan dan pandai bicara untuk mendapatkan rezeki daripada bekerja dengan jujur

64. Munculnya buku-buku selain Al-Qur’an yang lebih banyak

65. Pelantun Al-Qur’an semakin banyak, sementara ulama semakin berkurang

66. Orang-orang mulai mengambil pelajaran dari mereka yang belum mumpuni atau matang dalam ilmu sehingga dapat menyebabkan banyak kesalahan pemahaman

67. Kematian mendadak tanpa sebab yang jelas menjadi semakin umum di masyarakat

68. Pemimpin yang dipilih adalah mereka yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup atau bodoh

69. Waktu terasa berlalu begitu cepat, banyak perubahan yang terjadi dalam waktu singkat

70. Orang yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup justru dipercaya untuk berbicara atas nama umat

71. Orang yang paling bahagia di dunia ini adalah Luka’ Ibn Luka’

72. Masjid tidak lagi dihormati sebagai tempat ibadah, melainkan hanya tempat lalu lalang

73. Mahar dalam pernikahan awalnya dibuat sangat mahal, namun kemudian direndahkan nilainya

74. Hal-hal yang sebelumnya dianggap bernilai tinggi, seperti kuda, menjadi murah dan kehilangan nilai pentingnya

75. Pasar-pasar semakin banyak dan berdekatan

76. Umat Islam menghadapi tekanan dan serangan dari berbagai bangsa di dunia yang bersatu untuk melawan mereka

77. Orang-orang saling mendorong untuk menjadi imam salat

78. Mimpi orang-orang yang beriman akan menjadi kenyataan

79. Kebohongan dan penipuan menjadi hal yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari

80. Perselisihan dan konflik antar individu maupun kelompok semakin sering terjadi, bahkan karena hal-hal yang sepele

81. Gempa bumi yang terjadi di berbagai belahan dunia menjadi semakin sering dan menakutkan, menjadi salah satu tanda kiamat

82. Jumlah wanita di dunia akan meningkat drastis, melebihi jumlah laki-laki

83. Laki-laki akan semakin berkurang jumlahnya

84. Perbuatan yang dilarang oleh agama seperti zina dan kejahatan lainnya dilakukan secara terbuka tanpa rasa malu dan takut

85. Orang mulai mencari keuntungan duniawi dengan menggunakan Al-Qur’an, seperti mengambil bayaran untuk membaca ayat-ayat suci ini

86. Makanan berlimpah dan gaya hidup yang tidak sehat menyebabkan banyak orang menjadi gemuk

87. Orang-orang memberikan kesaksian tentang suatu peristiwa atau kebenaran, namun mereka tidak dipercaya karena kejujuran dan kredibilitas mereka dipertanyakan

88. Banyak orang yang berjanji untuk melakukan sesuatu kepada Allah SWT, namun mereka tidak menepati nazarnya dan mengabaikannya

89. Orang yang kuat, baik dari segi fisik maupun kekuasaan, menindas dan memanfaatkan yang lemah untuk kepentingan mereka sendiri

90. Syariat dan hukum Allah SWT tidak lagi diindahkan dan ditinggalkan

91. Bangsa Romawi (Eropa) semakin banyak, sedangkan bangsa Arab semakin sedikit

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Kaum Aikah yang Mendapat Azab Pedih di Zaman Nabi Syuaib AS



Jakarta

Kaum Aikah hidup di zaman Nabi Syuaib AS. Azab pedih menimpa mereka karena sikap dan perbuatan zalim yang dilakukan.

Nabi Syuaib AS hadir sebagai utusan Allah SWT yang membawa ajaran kebenaran. Sayangnya, kaum ini enggan menyembah Allah dan bersikap buruk. Azab pedih kemudian menimpa kaum ini dan kisahnya diabadikan dalam Al-Qur’an.

Mengutip buku Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Kehidupan Para Nabi sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad oleh Ibnu Katsir, dikisahkan bahwa Allah SWT menimpakan gempa yang sangat dahsyat kepada mereka sehingga semua aktivitas kehidupan menjadi terhenti seketika.


Azab bagi kaum Aikah ini berupa gempa dahsyat yang menghancurkan seluruh negeri.

Ketika bencana datang dalam bentuk guncangan dan suara yang menggelegar dahsyat, semua kehidupan menjadi terhenti dan semua makhluk-Nya menjadi binasa.

Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 91,

فَأَخَذَتْهُمُ ٱلرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا۟ فِى دَارِهِمْ جَٰثِمِينَ

Artinya: Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka.

Azab dan hukuman yang ditimpakan kepada kaum Nabi Syuaib itu merupakan balasan atas kedurhakaan dan permusuhan yang telah mereka lakukan kepada Nabi Syuaib dan para pengikut beliau.

Azab bagi kaum Aikah ini terjadi karena mereka mengingkari ajaran yang dibawa Nabi Syuaib AS. Hal ini diterangkan dalam surat Hud ayat 87,

قَالُوا۟ يَٰشُعَيْبُ أَصَلَوٰتُكَ تَأْمُرُكَ أَن نَّتْرُكَ مَا يَعْبُدُ ءَابَآؤُنَآ أَوْ أَن نَّفْعَلَ فِىٓ أَمْوَٰلِنَا مَا نَشَٰٓؤُا۟ ۖ إِنَّكَ لَأَنتَ ٱلْحَلِيمُ ٱلرَّشِيدُ

Artinya: Mereka berkata: “Hai Syu’aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal”.

Allah SWT menurunkan azab berupa suara keras yang menggelegar itu untuk menghentikan mulut mereka yang senantiasa melontarkan hinaan dan ejekan kepada Nabi Syuaib AS.

Sebagian ahli tafsir seperti Qatadah beranggapan bahwa penduduk Aikah berbeda dengan kaum Madyan.

Dalam buku Situs-situs dalam Al-Qur’an karya Syahruddin El-Fikri disebutka Nabi Syuaib AS diutus kepada kaum Aikah dan juga Kaum Madyan. Dua penduduk ini sama-sama ingkar pada ajaran Allah SWT sehingga azab pedih menimpa keduanya.

Allah SWT menyebut azab bagi penduduk Aikah dengan sebutan yaum azh-zhillah (azab pada hari mereka dinaungi awan), sedangkan azab bagi penduduk Madyan disebut ar-rajfah (gempa) atau ash-shaihah (suara keras menggelegar).

Adapun hadis yang diriwayatkan oleh al-Hafizh Ibnu Asakir ketika menjelaskan tentang biografi Nabi Syuaib melalui jalur riwayat Muhammad bin Utsman bin Abi Syaibah, dari ayahnya, dari Mu’awiyah bin Hisyam, dari Hisyam bin Sa’ad, dari Syafiq bin Abi Hilal, dari Rubaiah bin Saif, dari Abdullah bin Amr yang diriwayatkan secara marfu’ disebutkan: “Sesungguhnya, kaum Madyan dan penduduk Aikah merupakan dua umat (yang berbeda). Allah mengutus Nabi Syuaib kepada kedua umat itu.”

Allah SWT menyebutkan perbuatan tercela yang dilakukan oleh penduduk Aikah sebagaimana Allah SWT menyebutkan perbuatan buruk kaum Madyan, yaitu mengurangi takaran dan timbangan.

Wallahu a’lam

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com