Tag Archives: habib ja

Makna Imsak Bukan Hanya Berhenti Sahur



Jakarta

Waktu imsak menjadi penanda menjelang habis waktu sahur saat puasa Ramadan. Lebih dari itu, imsak memiliki makna yang lebih luas lagi.

Menurut Habib Ja’far, imsak memiliki dua makna jika dilihat dari sifatnya. Pertama, makna yang bersifat sufistik atau dimensi spiritual dan makna yang sifatnya menjadi sandaran hukum Islam atau fikih.

“Ada dua makna yang paling nggak tentang imsak. Pertama makna yang sifatnya sufistik atau spiritualis. Dan yang kedua makna yang sifatnya hukum atau disebutnya juga fikih,” ucap Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Senin (27/3/2023).


Habib Ja’far menjelaskan, makna imsak yang pertama secara bahasa bisa digabung dengan kata ‘an atau bi, yakni imsak ‘an dan imsak bi. Jika diartikan, imsak ‘an artinya menahan diri, sedangkan imsak bi artinya berpegang teguh.

“Maka imsak ‘an artinya menahan diri dari segala sesuatu yang bisa membatalkan puasa kita atau mengotori kita sebagai seorang muslim,” ujarnya.

Beberapa contoh imsak ‘an, kata Habib Ja’far, antara lain makan, minum, mengumbar nafsu dan lain sebagainya. Termasuk mengotori diri kita sebagai seorang muslim, seperti suudzon, sombong, adu domba, dan semacamnya.

Adapun, imsak bi yang artinya berpegang teguh, maksudnya adalah seseorang menahan diri karena berpegang teguh kepada agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang sumbernya dari Allah SWT. Demikian jelas Habib Ja’far.

Sebagai seorang muslim, makna imsak ‘an dan imsak bi tersebut harus digabungkan agar puasanya bernilai ibadah, bukan sekadar merasakan haus dan lapar saja.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

Artinya: “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.”

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Makna Imsak Bukan Hanya Berhenti Sahur tonton DI SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kemenangan Umat Islam saat Lebaran



Jakarta

Puasa Ramadan sudah memasuki hari ke-30 dan dalam hitungan jam umat Islam akan menjumpai Lebaran. Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri sering dimaknai sebagai Hari Kemenangan.

Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Jumat (21/4/2023), mengatakan, kemenangan umat Islam pada hari Lebaran mencakup beberapa hal. Pertama, kemenangan atas dosa-dosa yang dimintakan ampun sepanjang bulan Ramadan.

“Di bulan Ramadan sepenuhnya kita memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang kita telah lakukan. Sehingga siapa yang melewati Ramadan demi ibadah yang maksimal dan mohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukan maka saat Idul Fitri dia hamba-Nya yang menang, menang atas dosa yang telah dia lakukan,” terang Habib Ja’far.


Kemenangan yang kedua, kata Habib Ja’far, adalah kemenangan atau pemaafan dari kesalahan yang telah dilakukan kepada orang lain. Hal ini diwujudkan dengan saling memaafkan khususnya di Hari Raya Idul Fitri.

Habib Ja’far menjelaskan, saling memaafkan diperlukan karena ampunan dari Allah SWT tidak cukup untuk menghapus kesalahan kita kepada sesama manusia.

“Ampunan dari Allah tidak cukup untuk menghapus dosa-dosa sosial kita kepada orang lain. Allah tidak akan mengampuni dosa-dosa kita kepada orang lain sebelum orang yang kita jadikan objek dosa kita telah kita meminta maaf kepada dia,” ujarnya.

Ia menjelaskan lebih lanjut, kemenangan umat Islam saat memasuki Lebaran juga bermakna menang melawan hawa nafsu. Selama bulan Ramadan, kita dilatih untuk menahan hawa nafsu, mulai dari nafsu perut hingga amarah.

Hal itu turut dijelaskan dalam sebuah hadits, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Orang kuat bukanlah orang yang sering menang berkelahi, akan tetapi orang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya ketika marah.” (HR Muslim dari Abu Hurairah RA)

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Kemenangan Umat Islam saat Lebaran tonton DI SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Yuk Ngabuburit Bareng detikKultum Habib Ja’far, Hanya di detikcom!



Jakarta

Kajian-kajian Islam menarik siap menemani detikers sambil menunggu buka puasa tiap hari selama Ramadan. Nantikan detikKultum dari Habib Husein Ja’far hanya di detikcom.

Sudah sepatutnya bulan suci Ramadan diisi dengan amalan-amalan saleh. Bahkan dijelaskan dalam hadits, Allah SWT mengganjar amal kebaikan yang dikerjakan oleh muslim hingga tujuh ratus kali lipat. Rasulullah SAW bersabda,

“Seluruh amalan kebaikan manusia akan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa. Sebab pahala puasa adalah untuk-Ku. Dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Ia (orang yang berpuasa) telah meninggalkan syahwat dan makannya karena-Ku’.” (HR Muslim)


Ditambah lagi, ajaran Islam juga senantiasa menekankan kepada umatnya untuk berlomba-lomba mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Ilmu juga disebut sebagai pengantar kebaikan dunia dan akhirat.

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ

Artinya: “Barang siapa menginginkan kebaikan di dunia ini, hendaklah ia mencapainya dengan ilmu. Barang siapa menginginkan kebaikan di akhirat, maka ia harus mencapainya dengan ilmu. Dan barang siapa menginginkan keduanya, hendaklah mencari ilmu.” (HR Thabrani)

Ilmu bisa didapat dari mana saja. Termasuk kajian ilmu yang akan disajikan detikcom melalui detikKultum sepanjang bulan Ramadan.

Kegiatan ngabuburit tahun ini bisa lebih bermakna karena detikKultum bersama Habib Husein Ja’far akan tayang tiap menjelang waktu berbuka, pukul 18.00 WIB, selama bulan Ramadan. Kajian ilmu ini cocok untuk menemani waktu detikers selagi menunggu waktu buka puasa.

Sosok habib ini tercatat sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW generasi ke-38. Konten dakwahnya yang santai dan penuh keakraban khas obrolan anak muda membuatnya menjadi salah satu pendakwah yang mudah diterima kalangan muda.

Jadi, jangan sampai terlewat, ya! Saksikan detikKultum bareng Habib Ja’far setiap jelang buka puasa Ramadan hanya di detikcom.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Sahur Bersama Nasaruddin Umar Selama Ramadan, Hanya di detikKultum



Jakarta

Bulan Ramadan 2024 kali ini ditemani lagi oleh kajian-kajian Islam kaya manfaat melalui detikKultum. Setiap hari selama bulan Ramadan, detikers bisa menyaksian kajian gratis dari Nasaruddin Umar.

Sudah sepatutnya bulan suci Ramadan diisi dengan amalan-amalan saleh. Bahkan dijelaskan dalam hadits, Allah SWT mengganjar amal kebaikan yang dikerjakan oleh muslim hingga tujuh ratus kali lipat. Rasulullah SAW bersabda,

“Seluruh amalan kebaikan manusia akan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa. Sebab pahala puasa adalah untuk-Ku. Dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Ia (orang yang berpuasa) telah meninggalkan syahwat dan makannya karena-Ku’.” (HR Muslim)


Ditambah lagi, ajaran Islam juga senantiasa menekankan kepada umatnya untuk berlomba-lomba mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Ilmu juga disebut sebagai pengantar kebaikan dunia dan akhirat.

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ

Artinya: “Barang siapa menginginkan kebaikan di dunia ini, hendaklah ia mencapainya dengan ilmu. Barang siapa menginginkan kebaikan di akhirat, maka ia harus mencapainya dengan ilmu. Dan barang siapa menginginkan keduanya, hendaklah mencari ilmu.” (HR Thabrani)

Ilmu bisa didapat dari mana saja. Termasuk kajian ilmu yang akan disajikan detikcom melalui detikKultum sepanjang bulan Ramadan.

detikKultum dibuka oleh kajian dari Nasaruddin Umar yang akan ditayangkan setiap hari pukul 04.20 WIB. detikers bisa memanfaatkan waktu sahur untuk mendengar tausiyah yang kaya ilmu bermanfaat sebagai pengawal hari sebelum menjalankan ibadah puasa.

Nasaruddin Umar adalah salah satu tokoh Islam di Indonesia yang berasal dari Sulawesi Selatan (Sulsel). Selain berdakwah, Imam Besar Masjid Istiqlal ini juga sudah banyak berkiprah di bidang akademik sebagai peneliti kepustakaan di beberapa perguruan tinggi luar negeri.

Jadi, jangan sampai terlewat, ya! Saksikan detikKultum bareng Nasaruddin Umar setiap hari selama bulan Ramadan hanya di detikcom dan detikHikmah.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Habib Ja’far: Ramadan Bulan yang Agung



Jakarta

Marhaban ya Ramadan! Seluruh umat Islam bersuka cita memasuki Ramadan. Bulan ini termasuk bulan yang agung.

Habib Husein Ja’far menjelaskan tentang keutamaan Ramadan dibandingkan bulan-bulan lainnya. Ramadan menjadi waktu untuk memperbaiki kualitas diri sehingga keimanan pun ikut semakin baik.

“Ramadan dalam bahasa maknanya adalah membakar. Karena di Ramadan kita sepatutnya melakukan apapun yang perlu kita bakar untuk memperbaiki diri kita termasuk kenangan bersama masa lalu,” ujar Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Selasa (12/3/2024).


Lebih lanjut, dalam menyambut Ramadan pun Habib Ja’far mengingatkan untuk menjauhi hal-hal yang memiliki pengaruh negatif terhadap keimanan.

“Apapun yang membuat depresi dari masa lalu, apapun yang menjadi anxiety tentang masa depan, apapun yang membuat diri susah menjadi pribadi yang lebih baik, itu semua dibakar,” jelas habib.

Ramadan merupakan bulan yang agung, bulan yang suci. Salah satu keagungan Ramadan adalah peristiwa diturunkannya Al-Qur’an oleh Allah SWT.

“Ramadan bulan yang agung karena banyak keagungan diturunkan oleh Allah SWT di bulan Ramadan. Ramadan disebut Syahrul Qur’an, bulan diturunkan Al-Qur’an. Baik secara langsung ke langit di malam Lailatulqadar maupun diturunkan secara bertahap di malam Nuzulul Qur’an, itu semua terjadi di bulan Ramadan,” jelas pendakwah yang memiliki nama lengkap Habib Husein bin Ja’far Al Hadar ini.

Karena merupakan momen istimewa, Habib Ja’far mengingatkan agar Ramadan ini bisa menjadi waktu untuk lebih mendekatkan diri dengan Al-Qur’an.

“Ini bulannya Al-Qur’an saatnya bonding dengan Al-Qur’an,” ujarnya.

Ramadan semakin istimewa lagi karena bulan ini juga disebut bulan Lailatulqadar, ini adalah malam yang lebih mulia dari malam 1.000 bulan.

Ramadan pun disebut sebagai bulan ampunan. Rasulullah SAW bersabda,
“Barang siapa yang puasa Ramadan karena iman dan mengharapkan pahala, diampuni baginya dosa-dosa masa lalu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Apa lagi keutamaan bulan Ramadan? Semua kemuliaan dan keutamaan Ramadan dijelaskan secara lebih rinci oleh Habib Ja’far dalam detikKultum.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Keagungan Ramadan bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan tiap menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Sejarah Tarawih Sesuai Syariat, 11 atau 23 Rakaat?



Jakarta

Tarawih menjadi ibadah sunnah yang dianjurkan dikerjakan pada malam Ramadan. Namun, hingga saat ini masih terjadi perdebatan perihal jumlah rakaat pada salat Tarawih.

Sebagian muslim mengerjakan salat Tarawih dengan 11 rakaat, sementara sebagian lainnya mengerjakan 23 rakaat. Mana yang benar?

Habib Ja’far memberikan penjelasan terkait hal ini dalam detikKultum detikcom.


Amalan di malam Ramadan memiliki banyak keutamaan karena umat muslim dianjurkan untuk menghidupkan malam-malam Ramadan.

“Cara menghidupkan malam-malam Ramadan dengan melakukan berbagai hal positif sesuai tuntunan dari Allah SWT dan Rasul-Nya. bisa dengan bacA Al-Qur’an, itikaf yaitu muhasabah diri dan mengagungkan kuasa Allah SWT di masjid, bisa juga dengan bekerja dengan niatan ibadah, dan juga salat tarawih,” jelas Habib Ja’far.

Pendakwah gaul ini juga menyebutkan hadits Rasulullah SAW,

“Barang siapa melakukan qiyam Ramadan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR Hurairah)

Jumlah Rakaat Salat Tarawih

Terkait jumlah rakaat salat Tarawih, Habib Ja’far juga memberikan penjelasan. Apalagi banyak masyarakat muslim di Indonesia masih mempertanyakan tentang jumlah rakaat salat Tarawih.

“Jumlah rakaat tarawih di masjid sebelah 23 rakaat, di masjid dekat rumah saya jumlahnya 11 rakaat. Yang benar yang mana?” kata Habib Ja’far.

“Keduanya benar, yang nggak benar itu yang nggak salat Tarawih,” tegasnya.

Dalam hal ini, Habib Ja’far menjelaskan pendapat Ibnu Hajar al Asqalani yang menyebutkan riwayat tentang jumlah rakaat salat Tarawih bukan hanya seperti yang populer di indonesia yaitu 23 dan 11, ada juga yang populer 39 rakaat.

Imam Syafi’i bahkan mengatakan orang-orang Madinah dulunya salat Tarawih 39 rakaat, ada yang menyebut 41 rakaat, ada riwayat juga yang menyebutkan 40 rakaat, ada juga yang menyebutkan 13 rakaat. Sehingga dengan demikian bukan hanya 23 dan 11 rakaat yang menjadi perbedaan.

“Semuanya itu benar karena memiliki riwayat yang tersambung pada Nabi Muhammad melalui sahabat-sahabat atau istri-istri Nabi Muhammad,” jelas Habib Ja’far.

Lebih lanjut Habib Ja’far menerangkan umat Islam yang biasa menerapkan salat Tarawih 11 rakaat dan 23 rakaat.

“Yang 11 rakaat biasanya teman-teman dari Muhammadiyah yang merujuk pada Mahzab Maliki dari Imam Malik yang memegang pendapat bahwa Nabi SAW itu salat tarawiihnya 11 rakaat, berdasar riwayat dari istri Nabi SAW, Sayyidah Aisyah RA,” ujarnya.

“Ada juga yang NU biasanya memegang tradisi 23 rakaat merujuk pada Mahzab Syafii dari Imam Syafii yang riwayatnya dari Umar bin Khattab, menyebutkan Nabi SAW itu salat tarawihnya 23 rakaat.”

Selain perbedaan pendapat terkait jumlah rakaat salat Tarawih, ada juga perdebatan antara salat Tarawih di masjid atau di rumah. Manakah yang lebih baik antara salat Tarawih berjamaah di masjid atau salat Tarawih di rumah?

Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom akan membahas dan menjelaskan semuanya dengan rinci sesuai syariat..

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Sejarah Tarawih 11 atau 23 Rakaat di Masjid atau di Rumah? bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan tiap menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Menjadi Kekasih Allah dengan Mendekatkan Diri pada-Nya



Jakarta

Setiap ibadah akan membawa pada kebaikan. Pahala kebaikan itu akan dilipatgandakan ketika dikerjakan saat Ramadan.

Ramadan menjadi momen yang tepat untuk memaksimalkan ibadah dan memperbanyak kebaikan. Semakin baik kualitas keimanan seorang muslim maka semakin dekat dengan Allah SWT, Sang Pencipta.

Habib Ja’far menjelaskan hal ini dalam detikKultum detikcom, Sabtu (16/3/2024). Ia mengatakan bahwa orang-orang yang terbiasa mendekatkan diri dengan Allah SWT merupakan para kekasih Allah SWT.


“Ternyata dalam Islam, para kekasih Tuhan yang disebut kalangan sufi ada sampai kepada titik kekasih Allah karena membiasakan mendekatkan diri kepada Allah,” ujar Habib Ja’far.

Untuk mencapai titik sebagai kekasih Allah SWT, seseorang harus membiasakan diri dan melakukan latihan secara terus menerus. Konsisten dalam beribadah menjadi hal yang sangat penting.

“Secara psikologis, rata-rata setiap orang butuh 30 hari sampai 40 hari, bisa lebih atau kurang, untuk membentuk kebiasaan. Habit (kebiasaan) itu akan menjadi sangat mendasar. Bahkan masuk surga atau neraka sangat erat dengan habit,” lanjut Habib Ja’far.

Habib Ja’far juga mengutip hadits Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda, “Tinggalkanlah kebohongan karena kebohongan akan mendidik kamu menjadi orang jahat dan orang jahat akan menggiring kamu ke neraka.”

“Jadi takdir di dunia dan akhirat tergantung habit di dunia,” tegasnya.

Perbuatan dan kebiasaan berbuat baik bisa dilatih secara bertahap. Melatih diri melakukan kebaikan bisa dimulai dengan selalu berpikir positif. Dengan demikian, perbuatan pun akan menjadi selalu dalam jalur yang baik.

“Dari pikiran bahwa berbuat baik itu baik, jadi dari pikiran mendidik untuk berbuat baik, menjadi kebiasaan berbuat baik dan menjadikan karakter Lo menjadi baik dan akhirnya Lo masuk surga,” kata Habib Ja’far.

Mengasah dan berusaha melakukan kebaikan bisa dimaksimalkan saat Ramadan. Bulan Ramadan adalah bulan yang pas sebagai karunia Allah SWT untuk membangun habit baik. Ramadan dibentuk Allah SWT sedemikian rupa untuk membawa suasana baik.

Orang-orang banyak berbondong-bondong melakukan kebaikan di bulan Ramadan. Apa keutamaan berbuat baik di bulan Ramadan? Simak jawabannya dari Habib Ja’far.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Menjadi Kekasih Allah dengan Mendekatkan Diri pada-Nya bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Habib Ja’far: Banyak Bersyukur, Nikmat Bertambah



Jakarta

Seorang hamba yang senantiasa bersyukur akan selalu mendapatkan limpahan nikmat dari Allah SWT. Nikmat sehat, nikmat rezeki dan nikmat untuk tetap berada dalam keimanan adalah beberapa bentuk kasih sayang Allah SWT.

Semakin bersyukur seorang hamba maka semakin banyak juga nikmat yang diberikan. Hal ini sebagaimana disampaikan Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Minggu (17/3/2024).

Habib Ja’far menjelaskan perkara pentingnya bersyukur ini dengan menyebutkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah RA, istri Rasulullah SAW.


“Dari Sayyidah Aisyah, istri Nabi Muhammad mengatakan, bahwa suatu hari beliau melihat Nabi SAW di tengah malam saat semua orang menikmati tidurnya. Beliau (Rasulullah SAW) berdiri, rukuk, sujud, duduk, begitu terus diulang-ulang hingga kemudian Sayyidah Aisyah bertanya kepada Nabi SAW, “Wahai junjunganku, bukankah engkau telah dijamin masuk surga, namun kenapa engkau masih begitu giatnya beribadah di tengah malam?”

“Mendengar pertanyaan sang istri, Nabi SAW menjawab karena aku ingin menjadi hamdan syakur, hamba yang pandai bersyukur.”

Jika Rasulullah SAW yang telah dijamin masuk surga saja masih giat untuk beribadah hingga tengah malam, seharusnya menjadi pengingat bagi diri kita untuk mencontohnya.

“Bersyukur itu adalah salah satu hal penting dalam ajaran Islam agar nikmat itu dilipatgandakan,” ujar Habib Ja’far.

Hal ini sesuai firman Allah SWT dalam surah Ibrahim ayat 7,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”

Habib Ja’far mengingatkan, bersyukur seharusnya menjadi nafas dalam hidup.

“Kita ibadah bukan hanya karena itu kewajiban dari Allah tetapi bagi seorang kekasih Allah SWT, beribadah sebagai hak untuk bersyukur atas apa yang telah Allah SWT karuniakan,” jelas Habib Ja’far.

Lebih lanjut, Habib Ja’far juga mengingatkan bersyukur bukan hanya dilakukan atas nikmat yang diberikan Allah SWT saja. Bersyukur juga dilakukan atas cobaan yang diberikan. Sebab, dengan cobaan itu berarti Allah SWT masih melihat dan memperhatikan kita sebagai hamba-Nya.

“Syukur adalah antonim dari kata kufur. Seorang yang tidak bersyukur maka ia sudah kufur alias kafir. Hatinya dan pikirannya telah ternodai dengan kekafiran.” tegas Habib Ja’far.

Jika ingin Allah SWT menambah nikmat, maka bersyukurlah. “Bersyukurlah, karena kata Allah SWT, makin bersyukur, makin Aku tambah,” ujar Habib Ja’far mengingatkan.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Banyak Bersyukur, Nikmat Bertambah bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/rah)



Sumber : www.detik.com

Ramadan Jadi Momen Curhat ke Allah SWT



Jakarta

Ramadan adalah bulannya doa. Momen Ramadan menjadi waktu yang tepat untuk berdoa dan mencurahkan perasaan kepada Allah SWT.

Berdoa merupakan amalan yang dianjurkan, bahkan termaktub dalam Al-Qur’an surah Al-Mu’min ayat 60,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ


Artinya: Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.

Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Senin (18/3/2024), juga menegaskan bahwa berdoa menjadi cara manusia untuk curhat kepada Allah SWT.

“Kita butuh Allah SWT untuk bercurhat. Orang kalau udah kehilangan Allah SWT, apa sih yang tersisa? Dan orang kalau udah punya Allah SWT, emang masih perlu sesuatu yang lain?” kata Habib Ja’far.

Curhat kepada Allah SWT bisa dikerjakan dengan salat dan berdoa. Amalan ini menjadi waktu berharga untuk berdialog dengan Allah SWT, Sang Maha Segalanya.

“Jika tidak ada bahu untuk bersandar maka ada sajadah untuk bersujud kita sebagai sandaran hidup kita,” tegas Habib Ja’far.

Habib Ja’far menjelaskan, manusia membutuhkan Allah SWT sebagai tempat curhat. Dalam Islam, curhat kepada Allah SWT disebut dengan doa.

“Imam Hasan Al Basri, beliau berkata, “kalau ingin curhat ke Allah SWT maka berdoalah. Dan kalau mau mendengar opini Allah SWT tentang diri lo maka bacalah Al-Qur’an,” ujar Habib Ja’far.

“Salat menjadi salah satu cara curhat yang paling ‘deep’ antara lo dengan yang Maha Layak Pelipur Hati. Di dalam salat ada ayat-ayat Al-Qur’an dan di dalam salat ada doa-doa yang lo panjatkan. Berdialoglah dengan Allah SWT dalam salat,” sambung Habib Ja’far.

Karena dengan menggantungkan hidup kepada Allah SWT maka tak ada lagi kekhawatiran dan ketakutan. Seorang yang dekat dengan Allah SWT akan merasa hidupnya tenang dan jauh dari perasaan sedih.

Habib Ja’far mengingatkan, Ramadan menjadi bulan yang diagungkan Allah SWT. Salah satu keagungan Ramadan adalah bulannya curhat.

Rasulullah bersabda, doa di bulan Ramadan adalah doa yang tidak tertolak.

Apa lagi keutamaan dari curhat kepada Allah SWT? Habib Ja’far akan menjabarkan dengan lengkap.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Ramadan Jadi Momen Curhat ke Allah SWT bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Habib Ja’far: Kewajiban Istri



Jakarta

Dalam Islam, pernikahan adalah sebuah ibadah. Baik suami maupun istri memiliki kewajiban yang diatur dalam syariat.

Seorang suami berperan sebagai kepala rumah tangga yang memiliki kewajiban untuk melindungi keluarga. Seorang istri pun memiliki kewajiban yang sama. Apa saja kewajiban seorang istri?

Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom yang ditayangkan Senin (25/3/2024) menjelaskan beberapa kewajiban seorang istri yang diatur dalam syariat Islam.


“Seorang istri dan suami harus mengetahui hak dan kewajibannya agar keluarganya bisa berjalan baik-baik saja. Dan itu semua didasarkan kepada syariat,” kata Habib Ja’far.

Lebih lanjut, Habib Ja’far juga menjelaskan, jika kewajiban suami dan istri tidak berkiblat pada syariat maka semua memiliki keinginan masing-masing. Akan terjadi saling tarik menarik antara ego dan aturan main masing-masing.

“Yang harus terjadi adalah bukan keinginan istri atau keinginan suami tapi keinginan Allah SWT,” tegas Habib Ja’far.

Dalam Islam diatur hak suami yang sekaligus menjadi kewajiban istri.

1. Berbakti pada Suami

Islam mengatur istri berkewajiban untuk berbakti dan taat kepada suami. Taat yang dimaksud adalah dalam konteks ketaatan di bawah Allah SWT dan rasul-Nya.

“Berbakti sepenuh hati, artinya istri wajib taat kepada suami ketika suami memerintahkan sesuatu yang tidak bertentangan dengan hukum Allah SWT dan rasul-Nya. Bila suami memerintahkan sesuatu yang bertentangan maka istri boleh dan bahkan wajib mengingkari perintah suami,” jelas Habib Ja’far.

2. Memberikan Pelayanan yang Baik

Seorang istri wajib memberikan pelayanan terbaik bagi suaminya. Baik itu pelayanan yang sifatnya lahiriyah maupun yang sifatnya batiniah.

“Karena kata Nabi SAW, “Suatu kewajiban bagi istri apabila suaminya meminta pelayanan batin maupun lahir selama sang istri mampu melayani,” jelas Habib Ja’far mengutip hadits Rasulullah SAW.

Kewajiban ini berlaku saat istri mampu, artinya dalam keadaan sehat dan tidak mengalami kendala apapun.

“Kalau istri sakit atau berada dalam kondisi yang tidak memungkinan maka sampaikan secara baik bahwa ia sedang dalam keadaan tidak memungkinkan. Suami harus mengerti,” lanjut Habib Ja’far.

3. Selalu Izin kepada Suami

Istri wajib meminta izin kepada suami ketika hendak melakukan berbagai hal. Termasuk misalnya izin untuk bekerja, keluar rumah atau bahkan beribadah sekalipun.

Habib Ja’far menjelaskan dengan hadits yang diriwayatkan Aisyah RA,

“Saya mempunyai tanggungan utang puasa Ramadhan. Saya tidak mampu mengqadhanya kecuali di bulan Syaban. Menurut Yahya, Aisyah mengqadha di bulan Syaban dikarenakan ia sibuk melayani Nabi Muhammad.” (Muttafaq alaih)

“Sayyidah Aisyah mengerjakan puasa ganti di bulan Syaban karena bulan Syaban Rasulullah SAW banyak mengerjakan puasa, jadi Aisyah puasa saat Nabi SAW puasa juga,” terang Habib Ja’far.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Kewajiban Istri bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/rah)



Sumber : www.detik.com