Tag Archives: habib jafar

Ini Kewajiban Suami dalam Rumah Tangga



Jakarta

Terdapat beberapa kewajiban seorang suami terhadap istrinya. Kewajiban ini dijelaskan dalam ajaran Islam dan wajib dilakukan bagi muslim beriman.

Kewajiban-kewajiban seorang suami terhadap istrinya dijelaskan dalam banyak dalil, baik melalui Al-Qur’an ataupun dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW.

Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Sabtu (23/3/2024), menjelaskan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi suami terhadap istrinya.


“Yang paling berhak atas kebaikan kita adalah orang-orang terdekat kita, dan orang terdekat kita adalah keluarga kita. Bagi seorang pria dewasa yang sudah menikah, keluarga terdekat adalah istrinya. Bahkan ketimbang keluarga sebelumnya, yaitu ayahnya, ibunya, saudara-saudaranya, karena istri adalah tanggung jawab suami,” kata Habib Ja’far.

Habib Ja’far juga menegaskan, suami memiliki kewajiban atas istrinya dan istri memiliki hak atas suaminya.

Kewajiban seorang suami muslim, dijelaskan melalui sabda Rasulullah SAW. Dari Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baiknya kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan Aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR Tirmidzi)

“Intinya dari hadits ini adalah Nabi Muhammad adalah yang terbaik bagi keluarganya,” jelas Habib Ja’far.

Hadits ini sekaligus menganjurkan setiap laki-laki untuk menjadi sosok terbaik bagi istrinya dan ayah terbaik bagi anak-anaknya.

Habib Ja’far juga menjelaskan bahwa seorang suami memiliki kewajiban yang tidak bisa diganggu gugat kepada istrinya. Secara umum kewajiban suami kepada istri itu ada dua yang pertama kewajiban lahiriyah dan kedua kewajiban batiniah.

Di antara kewajiban lahiriah yakni membelikan kebutuhan yang sifatnya materil. Termasuk diantaranya yakni mahar pernikahan sebagai simbol nafkah, memberikan tempat berlindung, kebutuhan makan, minum dan sebagainya. Termasuk kebutuhan pakaian, make up dan segala keperluan istri dalam batas wajar.

“Istri juga berhak mendapatkan bantuan dalam mengurus rumah tangga. Urusan rumah tangga itu bukan hanya urusan istri. Menyapu, ngepel, bikin teh, bersih-bersih, bukan kewajiban istri tapi kewajiban bersama, suami dan istri,” tegas Habib Ja’far.

Bahkan Rasulullah SAW mencontohkannya semasa hidup. Beliau sering menjahit sepatunya, menjahit pakaiannya, membuat minuman dan makanan sendiri. Itu semua sebagai contoh kewajiban seorang suami terhadap istrinya.

“Banyak ulama mengatakan, jika seorang suami tidak bisa membantu istrinya di rumah maka ia berkewajiban menyediakan keringanan untuk istrinya di rumah berupa mesin cuci misalnya atau pembantu rumah tangga untuk membantu istrinya,” lanjut Habib Ja’far.”

Selain kewajiban lahiriyah, ada juga kewajiban batiniyah yang harus dipenuhi seorang laki-laki terhadap istrinya. Apa saja yang termasuk dalam kewajiban batiniyah?

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Ini Kewajiban Suami dalam Rumah Tangga bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Habib Ja’far: Ibadah Sia-sia Karena Riya



Jakarta

Riya artinya pamer. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) riya berarti menunjukkan sesuatu yang dimiliki kepada orang lain dengan maksud memperlihatkan kelebihan atau keunggulan untuk menyombongkan diri.

Dalam Islam, riya termasuk perbuatan tercela yang dilarang. Riya bisa meliputi berbagai hal, termasuk dalam ibadah.

Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Selasa (26/3/2024), menjelaskan bahaya riya jika dilakukan seorang muslim. Apalagi riya yang melibatkan unsur ibadah.


“Dalam salat dan semua ibadah yang kita lakukan itu ditujukan untuk Allah SWT. Sejak di niat kita ucapkan Lillahi taala, untuk Allah SWT semata,” kata Habib Ja’far.

Lebih lanjut Habib Ja’far menegaskan dalam ibadah sebaiknya mempersembahkan semua amalan kita untuk Allah SWT, tidak ada keriyaan di dalamnya.

Setiap amalan yang dikerjakan untuk dan hanya kepada Allah SWT maka balasan kebaikan akan menanti di dunia dan juga di akhirat kelak.

“Ketika kamu telah mempersembahkan kepada Allah SWT maka Allah akan memberikan balasan yang berlipat-lipat dari 10 hingga 700 kali lipat. Ibadah itu bukan hanya dibalas di akhirat tapi juga di dunia,” jelas Habib Ja’far.

Seorang yang menjalani ibadah karena riya, maka ibadahnya akan bernilai sia-sia. Bahkan termasuk dalam kategori syirik yakni mempersekutukan Allah SWT ketika ibadah dikerjakan dengan tidak diperuntukkan kepada Allah SWT.

“Itulah riya, ibadah untuk dilihat makhluk Allah, manusia misalnya.”

Habib Ja’far mencontohkan ibadah yang dilakukan dengan riya seperti api yang membakar kayu. Artinya ibadah akan sia-sia dan hancur tidak bermanfaat.

Terkait ibadah yang dilakukan dengan riya, Habib Ja’far mengutip ayat yang termaktub dalam Al-Qur’an yakni surah Al Maun ayat 4-7:

Artinya: “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya. Orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna.”

“Yang salatnya riya maka ia celaka. Begitu pula zakat, yang zakatnya atau sedekahnya hanya untuk membanggakan diri atau merendahkan orang lain maka Allah katakan tidak ada gunanya semua itu, mereka akan mendapatkan balasan atas semua itu, semua tergantung niatnya,” jelas Habib Ja’far.

Habib Ja’far juga menjelaskan lawan kata dari riya adalah ikhlas, artinya memurnikan ibadah kita hanya untuk Allah SWT.

“Riya adalah simbol kebodohan dalam beribadah dan ikhlas adalah simbol kecerdasan dalam beribadah,” sebut Habib Ja’far.

Apa balasan untuk orang-orang yang beribadah dengan riya dan dengan ikhlas?

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Ibadah Sia-sia Karena Riya bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Inilah Orang Bangkrut yang Ibadahnya Sia-sia



Jakarta

Beberapa orang mengerjakan ibadah namun tidak mendapatkan keutamaan dan pahala. Orang-orang seperti ini adalah mereka yang ibadahnya sia-sia.

Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Kamis (28/3/2024), menjelaskan terkait orang-orang yang merugi karena ibadahnya sia-sia.

“Ibadah itu punya dua aspek. Yang pertama aspek kediterimaannya dan yang kedua yakni aspek kewajibannya,” kata Habib Ja’far.


Lebih lanjut, Habib Ja’far menjelaskan ibadah yang diterima sudah pasti ibadah yang sah, jadi ibadah yang sah sudah pasti diterima. Namun terkadang, orang-orang abai dengan hal ini.

“Kadang kita hanya mikirin syarat sah dan rukunnya, tidak mikirin ibadah kita diterima apa tidak oleh Allah SWT. Kita ngerjain ibadah untuk ngebatalin kewajiban kita, tidak peduli diterima atau tidak. Artinya kita hanya menjalani ibadah sebagai hukum Islam, tidak sebagai spiritual atau tasawuf,” lanjut Habib Ja’far.

Orang-orang seperti ini yang kemungkinan menjadi hamba yang ibadahnya sia-sia. Karena tidak jarang ditemui orang yang puasanya full tapi isinya cuma tidur, tetap ghibah, melihat sesuatu yang diharamkan, dan fitnah.

“Sehingga mereka hanya menjalani puasa sebagai kewajiban. Tapi tidak mendapat pahala dan kemuliaan dari puasa itu,” ujarnya.

Habib Ja’far juga menjelaskan hal ini melalui hadits Rasulullah SAW. Orang-orang yang ibadahnya sia-sia disebut muflis.

“Kata Nabi SAW, nanti di akhirat akan ada orang-orang yang muflis, itu artinya bangkrut,” kata Habib Ja’far.

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Tahukah kamu, siapakah yang dinamakan muflis (orang yang bangkrut)?” Sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya dirham (uang) dan tidak pula punya harta benda.”

Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku datang dihari kiamat membawa salat, puasa dan zakat. Dia datang pernah mencaci orang ini, menuduh (mencemarkan nama baik) orang ini, memakan (dengan tidak menurut jalan yang halal) akan harta orang ini, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang ini. Maka kepada orang tempat dia bersalah itu diberikan pula amal baiknya. Dan kepada orang ini diberikan pula amal baiknya. Apabila amal baiknya telah habis sebelum hutangnya lunas, maka, diambil kesalahan orang itu tadi lalu dilemparkan kepadanya, sesudah itu dia dilemparkan ke neraka.” (HR Muslim)

Melalui hadits ini, Habib Ja’far mengingatkan untuk senantiasa beribadah dengan ikhlas dan hanya berorientasi pada keikhlasan.

“Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang muflis. Beribadahlah sebagai orang-orang yang ikhlas agar tidak menjadi ibadah yang sia-sia,” pesan Habib Ja’far.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Inilah Orang Bangkrut yang Ibadahnya Sia-sia bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/rah)



Sumber : www.detik.com

Keutamaan Iktikaf di 10 Hari Terakhir Ramadan



Jakarta

Ada amalan khusus yang dianjurkan dikerjakan pada sepuluh hari terakhir Ramadan, yakni iktikaf. Iktikaf dikerjakan Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya, dan sekaligus menjadi contoh agar dikerjakan oleh umat Islam.

Dalam sebuah hadits riwayat Aisyah RA,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ اْلعَشَرَ اْلأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ. [رواه مسلم]


Artinya: “Bahwa Nabi SAW melakukan iktikaf pada hari kesepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, (beliau melakukannya) sejak datang di Madinah sampai beliau wafat, kemudian istri-istri beliau melakukan iktikaf setelah beliau wafat.” (HR Muslim)

Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom yang tayang Selasa (2/4/2024) menjelaskan bahwa iktikaf merupakan salah satu sunnah di 10 hari terakhir Ramadan.

“Apa itu iktikaf? Secara bahasa, maknanya berdiam diri, dan secara makna hukum artinya berdiam diri di dalam masjid,” kata Habib Ja’far.

Lebih lanjut, Habib Ja’far menjelaskan tujuan dari iktikaf adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Terdapat beberapa makna dan hikmah dari iktikaf. Habib Ja’far merinci beberapa maknanya.

1. Iktikaf mengajarkan untuk menghargai sepi

“Bahwa tidak ada istilah kesepian ataupun sedang sepi bagi orang beriman. Iktikaf mengajarkan bahwa kalau sudah ada Allah SWT, tidak akan ada istilah kesepian,” jelas Habib Ja’far.

2. Iktikaf mengajarkan bahwa diam adalah sikap

“Seringkali diam dianggap enggak bersikap, enggak punya pendirian, padahal diam itu sikap. Kita sering ketika dihina, difitnah, dighibah, seolah-olah yang kita lakukan adalah membalas. Padahal sesekali kita butuh diam. Terkadang diam adalah cara mengatasi masalah yang diperlukan,” lanjut Habib Ja’far.

3. Iktikaf membiasakan diri beribadah

“Iktikaf mengajarkan bahwa kita diciptakan untuk berada di masjid. Dalam semua tindak tanduk kita bernilai pahala dan semua tempat kita beraktivitas seperti masjid karena dijadikan tempat beribadah,” ujar Habib Ja’far.

Selain itu, iktikaf juga bermakna mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW yakni berdiam di sepuluh hari terakhir Ramadan.

“Iktikaf juga pada dasarnya adalah muhasabah diri, iktikaf jadi momentum untuk introspeksi diri,” sambung Habib Ja’far.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Keutamaan Iktikaf di 10 Hari Terakhir Ramadan bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 17.45 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Mengapa Maksiat Terasa Lebih Mudah Dibanding Ibadah?



Jakarta

Maksiat merupakan perbuatan tercela, namun kadang kala maksiat terasa lebih mudah dibandingkan ibadah. Kenapa ya?

Maksiat merupakan salah satu bentuk tipu daya setan, hal ini sebagaimana dijelaskan Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom yang tayang pada Minggu, (7/4/2024).

Beberapa orang terkadang lebih mudah untuk melakukan maksiat, padahal perbuatan ini keji dan diganjar dosa. Sementara untuk ibadah terasa sulit, padahal ibadah seperti salat, puasa dan zakat menjadi kewajiban setiap muslim.


“Kadang kita berpikir kenapa maksiat terasa lebih mudah dan ibadah terasa lebih sulit. Kadang berpikir yang enak-enak dilarang, yang berat justru diwajibkan,” kata Habib Ja’far.

Pemilik nama lengkap Husein Ja’far Al Hadar ini mengatakan bahwa maksiat termasuk dalam tipu daya setan.

“Sebenarnya itulah yang disebut tipub/ daya. Sehingga kita terjebak dalam tipu daya yang muncul dari luar atau dari dalam diri kita,” jelas Habib Ja’far.

Terkait tipu daya setan ini, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah An-Nisa’ ayat 76,

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِ ٱلطَّٰغُوتِ فَقَٰتِلُوٓا۟ أَوْلِيَآءَ ٱلشَّيْطَٰنِ ۖ إِنَّ كَيْدَ ٱلشَّيْطَٰنِ كَانَ ضَعِيفًا

Artinya: “Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah.”

Menurut Habib Ja’far, ayat ini menjelaskan tentang tipu daya setan yang sebenarnya lemah.

Habib Ja’far juga menegaskan dengan menyebut sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya agama itu mudah. Dan selamanya agama tidak akan memberatkan seseorang melainkan memudahkannya. Karena itu, luruskanlah, dekatilah, dan berilah kabar gembira.”

“Kalau kita merasa agama sulit, itu tandanya kita sudah terjebak dalam tipu daya setan,” jelas Habib Ja’far.

Habib Ja’far juga mengingatkan bahwa segala amal kebaikan seperti salat, puasa, zakat itu semua balasannya akan kembali ke diri kita. “Semua amalan balasannya surga, kenikmatan,” tegasnya.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Mengapa Maksiat Terasa Lebih Mudah Dibanding Ibadah? bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 17.45 WIB. Jangan terlewat!

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com