Tag Archives: hadits rasulullah

Kenapa Anak Tak Boleh Keluar saat Maghrib? Ini Penjelasan Islam dan Sains


Jakarta

Ada anjuran bahwa anak-anak tidak boleh keluar rumah saat maghrib. Larangan ini bahkan dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW.

Dalam kehidupan masyarakat muslim, terutama di kalangan orang tua, terdapat anjuran kuat agar anak-anak tidak dibiarkan bermain atau keluar rumah saat waktu maghrib tiba. Anjuran ini bukan hanya sebatas tradisi atau budaya lokal seperti yang diyakini masyarakat, tetapi sejatinya memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam.

Rasulullah SAW telah mewasiatkan hal tersebut lebih dari 14 abad yang lalu. Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda,


“Jika malam datang menjelang, atau kalian berada di sore hari, maka tahanlah anak-anak kalian, karena sesungguhnya ketika itu setan sedang bertebaran.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain dari Jabir bin Abdillah RA, Rasulullah SAW juga bersabda,

“Jika sore hari mulai gelap maka tahanlah bayi-bayi kalian sebab iblis mulai bergentayangan pada saat itu. Jika sesaat dari malam telah berlalu maka lepaskan mereka, kunci pintu rumah dan sebutlah nama Allah, sebab setan tidak membuka pintu yang tertutup.” (HR Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW dengan tegas melarang anak-anak keluar rumah saat sore menjelang malam (maghrib), karena pada waktu tersebut setan dan jin tengah bertebaran di bumi.

Mengapa Waktu Maghrib Dihindari?

1. Setan Sedang Menyebar di Bumi

Dikutip dari buku Sehari Semalam bersama Rasulullah Muhammad SAW karya Daeng Naja, waktu maghrib hingga awal malam adalah saat di mana makhluk halus seperti jin dan setan mulai berkeliaran dan berpencar. Mereka mencari tempat tinggal atau berlindung, termasuk ke dalam rumah-rumah manusia atau bahkan menyusup ke dalam tubuh manusia yang lengah dari zikir.

Imam Nawawi menjelaskan bahwa pada waktu ini, setan-setan memiliki kekuatan yang lebih besar karena mereka bebas berkeliaran sebelum dikendalikan oleh kegelapan total malam. Maka, menjaga anak-anak tetap di dalam rumah adalah bentuk perlindungan agar mereka tidak menjadi sasaran gangguan makhluk halus.

Rasulullah SAW menganjurkan untuk menutup pintu rumah dan menyebut nama Allah (membaca Bismillah) ketika masuk waktu maghrib. Ini bukan sekadar tindakan fisik, melainkan bentuk perlindungan spiritual agar rumah tidak dimasuki oleh setan.

“Tutuplah pintu-pintu dan sebutlah nama Allah karena setan tidak bisa membuka pintu yang tertutup.” (HR Bukhari dan Muslim)

Imam Ibnu Abdil Barra dalam kitab Al-Istidzkar juga menjelaskan bahwa tindakan ini bukanlah tahayul, melainkan strategi perlindungan diri yang nyata dari gangguan makhluk halus berdasarkan petunjuk wahyu.

Penjelasan Ilmiah: Frekuensi Jin dan Spektrum Cahaya Maghrib

Dalam bukunya yang berjudul The Science of Shalat, Prof. Dr. Ir. H. Osly Rachman menjelaskan bahwa secara ilmiah, menjelang maghrib terjadi perubahan spektrum cahaya alam, yang dominan berwarna merah.

Warna merah ini, menurut penelitian gelombang elektromagnetik, memiliki frekuensi dan energi tertentu. Uniknya, frekuensi warna merah ini mirip dengan frekuensi energi yang dimiliki oleh jin dan setan. Akibatnya, pada waktu maghrib, kekuatan mereka meningkat secara drastis karena frekuensi lingkungan mendukung eksistensi mereka.

Di sisi lain, penglihatan manusia saat transisi dari terang ke gelap menjadi kurang stabil. Kombinasi ini membuat manusia, khususnya anak-anak yang masih lemah fisik dan spiritual, lebih rentan terhadap gangguan jin dan setan.

Doa-Doa Perlindungan dari Godaan Setan

Dirangkum dari buku Panduan Ibadah Doa dan Zikir Harian Terlengkap (Berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah) karya H. Ahmad Zacky, berikut adalah beberapa doa yang dianjurkan untuk dibaca agar terlindung dari gangguan jin dan setan, terutama di waktu maghrib:

1. Ta’awwudz (Ucapan Perlindungan dari Setan)

أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِِ

Latin: A’ūdzu billāhi minas-syaitānir-rajīm

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.”

2. Membaca Ayat Kursi (Al-Baqarah: 255)

Membaca Ayat Kursi akan memberikan perlindungan dari gangguan setan dan makhluk jahat hingga pagi hari.

3. Membaca Surah Al-Falaq dan An-Naas

Surat Al-Falaq dan An-Naas sangat dianjurkan untuk dibaca sebelum tidur dan saat petang hari sebagai pelindung diri dari sihir, dengki, dan gangguan jin.

Larangan membiarkan anak-anak keluar rumah saat maghrib bukanlah mitos atau kepercayaan kuno semata, tetapi berasal dari ajaran langsung Nabi Muhammad SAW.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

4 Hadits Rasulullah SAW Jelaskan Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi


Jakarta

Surat Al-Kahfi menjadi salah satu surat yang punya banyak keutamaan. Rasulullah SAW dalam sabdanya menjelaskan keutamaan bagi muslim yang mengamalkan surat Al-Kahfi.

Dikutip dari buku Jum’ah Berkah Amalan-Amalan Dahsyat di Hari Jum’ah untuk Kemakmuran dan Keberkahan Hidup karya M. Wildan Auliya, surat Al-Kahfi menempati urutan ke-18 dalam mushaf Al-Qur’an, terdiri dari 110 ayat, dan termasuk golongan surat Makkiyah (diturunkan di Makkah).


Nama Al-Kahfi berarti “gua”, merujuk pada kisah pemuda beriman yang berlindung di dalam gua untuk mempertahankan akidah mereka. Selain kisah Ashabul Kahfi, surat ini juga memuat kisah Nabi Musa dengan Khidir, kisah pemilik dua kebun, serta kisah Dzulqarnain.

Dr. Muhammad Bakar Ismail dalam kitab Al-Fiqh al Wadhih min al Kitab wa al Sunah, menjelaskan salah satu amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan pada malam dan hari Jumat adalah membaca surat Al-Kahfi. Dianjurkan membaca surat Al-Kahfi saat terbenamnya matahari di hari Kamis sore hingga terbenamnya matahari di hari selanjutnya yakni Jumat.

Merujuk buku Rahasia Kemukjizatan Surat-Surat Paling Populer dalam Al-Qur’an karya Mas’ud Ruhul Amin, terdapat banyak hadits Rasulullah SAW yang menjelaskan keutamaan membaca surat Al-Kahfi. Berikut di antaranya:

1. Bercahaya di Hari Kiamat

Rasulullah SAW bersabda seseorang yang membaca surat Al Kahfi di hari Jumat akan diberkahi cahaya. Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ

Artinya: “Barang siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada malam Jumat, dia akan disinari cahaya antara dia dan Ka’bah.” (Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Shohihul Jami’ no. 6471)

2. Mendapat Ampunan Dosa di Antara Dua Jumat

Sunnah membaca surat Al-Kahfi juga mengandung keutamaan berupa ampunan dosa di antara dua Jumat bagi yang membacanya. Abdullah bin Umar RA berkata, Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ، سَطَعَ لَهُ نُورٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءِ، يُضِيءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وغُفر لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ

Artinya: “Barang siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, akan dibentangkan baginya cahaya mulai dari bawah telapak kakinya sampai ke langit. Cahaya itu akan memancarkan sinar baginya pada hari kiamat. Dan ia akan mendapatkan ampunan dari Allah di antara dua Jumat.” (HR Abu Bakr bin Mardawaih)

3. Diselamatkan dari Fitnah Dajjal

Hadits Rasulullah dari Abu Darda’ RA menyebutkan seseorang yang membaca sepuluh ayat terakhir surat Al Kahfi akan terhindar dari fitnah Dajjal,

مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ

Artinya: “Barang siapa membaca sepuluh ayat pertama dari surat Al-Kahfi, maka ia akan terlindungi dari fitnah Dajjal.” (HR Ibnu Hibban)

4. Terhindar dari Gangguan Setan

Dari Abdullah bin Mughaffal, Rasulullah SAW bersabda,

“Sebuah rumah yang selalu dibacakan surat Al-Kahfi dan surat Al-Baqarah maka rumah itu tidak akan dimasuki setan sepanjang malam tersebut. Dengan demikian, bacalah surah Al-Kahfi agar terhindar dari gangguan setan yang terkutuk.” (HR Ibnu Mardawaih)

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda,

“Barang siapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit dan akan menerangi kelak pada hari kiamat dan diampuni dosanya antara dua Jumat.”

Wallahu a’lam.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

10 Hadits tentang Kebersihan yang Penting Diketahui Umat Islam


Jakarta

Kebersihan begitu penting menurut Islam. Agama ini memandang kebersihan dari sisi jasmani dan rohani. Kebersihan jasmani adalah bebas segala najis, sementara kebersihan rohani merujuk pada suci dari segala dosa.

Orang yang membersihkan diri atau mengusahakan kebersihan akan dicintai Allah SWT. Sehingga, setiap mukmin harus berupaya menjadikan dirinya suci atau bersih agar dicintai dengan Allah. Dalam haditsnya, Rasulullah SAW pun memerintahkan umatnya untuk menjaga kebersihan.

Hadits tentang Kebersihan

Menurut buku Pendidikan Akhlak Berbasis Arba’in An-Nawawiyah oleh Dr Saifudin Amin MA, kebersihan adalah tolak ukur kehidupan umat Islam. Rasulullah SAW menganjurkan umat Islam untuk senantiasa menjaga kebersihan. Berikut beberapa hadits Rasulullah tentang kebersihan:


1. Islam Dibangun atas Kebersihan

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah memerintahkan untuk membersihkan segala sesuatu, sebab Islam dibangun atas dasar kebersihan. Beliau bersabda:

تَنَظَّفُوْا بِكُلِّ مَا اِسْتَطَعْتُمْ فَاِنَ اللهَ تَعَالَي بَنَي الاِسْلاَمَ عَلَي النَظَافَةِ وَلَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ اِلاَ كُلُّ نَظِيْفٍ

Artinya: “Bersihkanlah segala sesuatu semampu kamu. Sesungguhnya Allah Ta’ala membangun Islam ini di atas dasar kebersihan dan tidak akan masuk surga kecuali setiap yang bersih.” (HR Ath-Thabrani).

2. Allah SWT Menyukai Kebersihan

Allah SWT Maha Bersih dan menyukai kebersihan. Sebagai hamba, alanngkah baiknya jika kita senantiasa membersihkan tempat yang disinggahi.

إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ يُحِبُّ الطَّيِّبَ , نَظِيفٌ يُحِبُّ النَّظَافَةَ , كَرِيمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ , جَوَادٌ يُحِبُّ الْجُودَ , فَنَظِّفُوا أَفْنِيَتَكُمْ

Artinya: Dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu.” (HR Tirmidzi).

3. Kesucian Sebagian dari Iman

Dalam kitab Ihya ‘Ulmuddin, karya Imam Al Ghazali, Rasulullah SAW mengatakan bahwa kesucian adalah separuh dari keimanan. Beliau bersabda:

الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ

Artinya: “Kesucian itu adalah setengah dari iman.” (HR Muslim).

4. Perintah Membersihkan Masjid

Masjid adalah tempat ibadah di mana harus terpelihara kesucian dan kebersihannya. Sebab, Menurut buku Air, Kebershan, Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan Menurut Agama Islam oleh MUI, ibadah sholat tidak sah jika dikerjakan di tempat yang tidak bersih atau kotor. Rasulullah SAW bersabda:

أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وسلم ببنيان المساجد في الدور ، وأمر أن تنظف وتطيب “. أخرجه أحمد في “المسند” ، وصححه الشيخ الألباني في السلسة الصحيحة

Artinya: “Rasulullah SAW memerintahkan untuk membangun masjid di perkampungan, memerintahkan untuk membersihkan dan memberi wewanggian.” (HR Ahmad).

5. Larangan Membuang Kotoran Sembarangan

Rasulullah SAW juga melarang membuang kotoran di tempat umum, sebab akan mengganggu kesehatan lingkungan. Beliau bersabda

اتَّقُوا اللَّاعِنَيْنَ.
قَالُوا: وَمَا اللَّاعِنَانِ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ . قَالَ: الَّذِي يَتَخَلَّى فِي طُرُقِ النَّاس أَو فِي ظِلَّتِهِمْ . رَوَاهُ مُسلم و ابو داود

Artinya: “Takulah akan dua hal yang mendatangkan laknat. Pada sahabat bertanya: ‘Apakah dua hal yang mendatangkan laknat itu wahai Rasulullah?’ Bersabda Rasulullah SAW: ‘Ialah yang buang hajat/kotoran di tempat manusia berteduh’. (HR Muslim dan Abu Daud).

6. Anjuran Membersihkan Halaman

Dalam hadits lainnya, Rasulullah menganjurkan untuk membersihkan halaman Rumah. Sebab orang Yahudi tidak membersihkan halamannya.

طَهِّرُوا أَفْنِيَتَكُمْ ، فَإِنَّ الْيَهُودَ لَا تُطَهِّرُ أَفْنِيَتَهَا ” . أخرجه الطبراني في “المعجم الأوسط” (4057) ، وحسنه الشيخ الألباني في “السلسلة الصحيحة”

Artinya: “Bersihkan halaman kamu, karena sesungguhnya orang Yahudi tidak membersihkan halamannya.” (HR Thabrani).

7. Membersihkan Diri saat Akan Sholat Jumat

Jumat adalah hari istimewa bagi umat Islam. Allah SWT memuliakan hari Jumat untuk umat Rasulullah SAW yang tidak didapatkan umat sebelumnya. Ada ibadah khusus yang dianjurkan di hari ini.

Sebelum melaksanakan sholat Jumat, Rasulullah menganjurkan untuk membersihkan diri dengan mandi serta memakai wangi-wangian. Beliau bersabda:

مَنْ أَتَى الْجُمُعَةَ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ النِّسَاءِ فَلْيَغْتَسِلْ وَمَنْ لَمْ يَأْتِهَا فَلَيْسَ عَلَيْهِ غُسْلٌ

Artinya: “Barangsiapa dari laki-laki dan perempuan yang menghendaki Jumat, maka mandilah. Barangsiapa yang tidak berniat menghadiri Jumat, maka tidak ada anjuran mandi baginya.” (HR Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban).

Dalam hadits lainnya, beliau bersabda:

إِنَّ هَذَايَوْمُ عِيدٍجَعَلَهُ اللَّهُ لِلْمُسْلِمِينَ،فَمَنْ جَاءَإِلَى الْجُمُعَةِ فَلْيَغْتَسِلْ،وَإِنْ كَانَ طِيبٌ فَلْيَمَسَّ مِنْهُ وَعَلَيْكُمْ بِالسِّوَاكِ

Artinya: “Hari ini (Jumat) adalah hari raya yang dijadikan Allah SWT untuk umat Islam. Bagi siapa yang ingin melaksanakan salat Jumat, hendaklah mandi, memakai wangi-wangian kalau ada, dan menggosok gigi (siwak).” (HR Ibnu Majah).

8. Allah Membenci Orang yang Membuat Kotoran

Allah tidak menyukai orang yang membuat kotoran. Rasulullah bersabda:

اِنَّ اللّٰهَ يُبْغِضُ وَاسِخَ الشَّعَبِ (رواه البيهقي)

Artinya: “Sesungguhnya Allah membenci orang-orang yang membuat kotoran dan kesemrawutan.” (HR Al-Baihaqi).

Permasalahan sampah menjadi masalah sosial yang berdampak buruk pada kehidupan sosial, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan. Hal tersebut berdampak pada peningkatan pencemaran hidup.

9. Anjuran Bersiwak

Menurut buku Panduan Sholat Rasulullah SAW oleh Imam Abu Wafa, bersiwak sangat dianjurkan sebelum melaksanakan sholat. Agama Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan dan kesehatan.

Rasulullah SAW bersabda:

لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي أَوْ عَلَى النَّاسِ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلَاةٍ

Artinya: “Seandainya tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap hendak melaksanakan shalat.” (HR Al-Bukhari).

10. Menjaga Kebersihan Tubuh

Kebersihan merupakan bagian dari fitrah manusia. Menurut buku Paradigma Pendidikan Islam oleh Muhaimin, fitrah ini mendorong manusia untuk selalu komitmen terhadap kebersihan dan kesucian diri dan lingkungannya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, merawat anggota tubuh seperti memotong kumis dan mencabut bulu ketiak adalah fitrah manusia.

الْفِطْرَةُ خَمْسٌ الْخِتَانُ وَالِاسْتِحْدَادُ وَقَصُّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيمُ الْأَظْفَارِ وَنَتْفُ الْآبَاطِ

Artinya: “Ada lima macam fitrah, yaitu: khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.” (HR Bukhari dan Muslim).

(elk/row)

Sumber : www.detik.com

Image : unsplash.com/ Imad Alassiry

Hukum Menyegerakan Berbuka Puasa Dijelaskan melalui Hadits Rasulullah SAW



Jakarta

Menyegerakan berbuka puasa menjadi salah satu sunnah yang dianjurkan. Setiap muslim yang berpuasa, baik puasa wajib maupun puasa sunnah, diperintahkan untuk segera berbuka saat matahari telah terbenam.

Hukum menyegerakan berbuka puasa merupakan sunnah yang dilakukan Rasulullah SAW semasa hidup. Beliau juga menjelaskannya melalui beberapa hadits.

Dalam Syarah Hadits Pilihan Bukhari-Muslim, Abdullah bin Abdurrahman Alu Bassam menjelaskan hadits yang berisi anjuran menyegerakan berbuka puasa.


Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi RA, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Manusia senantiasa dalam kebaikan selagi mereka menyegerakan berbuka.”

Dalam riwayat Ahmad, “Dan mengakhirkan sahur.”

Hadits ini menegaskan bahwa Rasulullah SAW menjelaskan terbenamnya matahari sebagai waktu berbuka bagi orang yang berpuasa. Beliau memerintahkan untuk segera berbuka pada awal waktu dan mengabarkan, “Manusia senantiasa dalam kebaikan selagi mereka menyegerakan berbuka.” Dengan begitu, mereka tetap memelihara as sunnah.

Dalam hadits lain dari Umar bin Khattab RA, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Jika waktu malam tiba dari arah sana dan waktu siang berlalu dari arah sana, berarti orang yang berpuasa telah berbuka.”

Mengutip buku Ramadhankan Dirimu oleh Ishaq Subu, Rasulullah SAW tidak sekedar menganjurkan kepada umatnya, tetapi beliau juga memberi contohnya.

Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Sungguh Rasulullah SAW tidak menunaikan salat maghrib sampai beliau berbuka walau hanya dengan seteguk air.” (HR Tirmidzi)

Makna Hadits Menyegerakan Berbuka Puasa

Hadits yang menerangkan anjuran untuk menyegerakan berbuka puasa ini berlaku bagi setiap muslim yang berpuasa.

Menyegerakan berbuka puasa berlaku ketika matahari telah terbenam. Sebelum berbuka puasa, harus dipastikan dahulu wujud datangnya malam.

Hadits ini menjelaskan bahwa waktu puasa menurut ketetapan syariat ialah semenjak terbit fajar hingga matahari terbenam. Karena itulah Rasulullah SAW memberikan pengertian kepada umatnya bahwa jika waktu malam mulai terlihat di arah timur dan siang hari berlalu di arah barat, artinya terbenamnya matahari, berarti orang yang berpuasa telah memasuki waktu berbuka, yang tidak seharusnya ditunda-tunda.

Bahkan orang yang menunda berbuka puasa layak dicela, karena mengikuti perintah syariat dan mewujudkan ketaatan serta membedakan antara waktu ibadah dan selain ibadah, serta memberikan hak kepada jiwa untuk menikmati kehidupan yang mubah.

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa Allahumma Thowwil Umuurona dan Amalan agar Panjang Umur


Jakarta

Allahumma thowwil umuurona adalah bacaan doa minta panjang umur. Di bawah ini akan kita ulas doa allahumma thowwil umuurona versi pendek dan versi panjang.

Simak juga hakikat tentang panjang umur, serta amalan-amalan yang dapat memperpanjang umur, lengkap dengan hadits-haditsnya.

Bacaan Doa Allahumma Thowwil Umuurona

Berikut ini bacaan doa allahumma thowwil umuurona versi pendek dan panjang:


Doa Allahumma Thowwil Umuurona Versi Pendek

Dikutip dari buku Hafalan Doa Pendek Sehari-hari oleh Ibnu Muslih Djuremi, bacaan doa allahumma thowwil umuurona versi pendek adalah sebagai berikut:

اللَّهُمَّ طَوِّلُ عُمُوْرَنَا فِي طَاعَتِكَ وَطَاعَةِ رَسُولِكَ وَاجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ.

Arab latin: Allahumma thowwil ‘umuurona fii thaa’atika wa thaa’ati rasuulika waj’alnaa min ‘ibaadikash shaalihiin.

Artinya: “Ya Allah, panjangkanlah umur kami dalam menaati-Mu dan menaati rasul-Mu, serta jadikanlah kami dari golongan hamba-hamba-Mu yang salih.”

Doa Allahumma Thowwil Umuurona Versi Panjang

Bacaan doa allahumma thowwil umuurona versi panjang adalah sebagai berikut:

اَللّٰهُمَّ طَوِّلْ عُمُوْرَنَا وَصَحِّحْ أَجْسَادَنَا وَنَوِّرْ قُلُوْبَنَا وَثَبِّتْ إِيْمَانَنَا وَأَحْسِنْ أَعْمَالَنَا وَوَسِّعْ أَرْزَقَنَا وَإِلَى الخَيْرِ قَرِّبْنَا وَعَنِ الشَّرِّ اَبْعِدْنَا وَاقْضِ حَوَائِجَنَا فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ

Arab latin: “Allahumma thowwil umuurona, wa shohhih ajsaadana, wa nawwir quluubana, wa sabbit imanana wa ahsin a’malana, wa wassi’ arzaqona, wa ilal khoiri qorribna wa ‘anisy-syarri abidna, waqdhi khawaa-ijana fiddiini waddunyaa wal aakhirati innaka ‘alaa kulli syai-in qodiir.”

Artinya: “Ya Allah, panjangkan umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkan iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkan kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Hakikat Panjang Umur Sesuai Hadits Rasulullah

Pada dasarnya umur seseorang adalah rahasia Allah SWT. Tidak ada yang mengetahui berapa panjang usia seseorang kecuali Allah. Lantas bagaimana pandangan Rasulullah SAW mengenai panjangnya umur seseorang?

Berikut ini beberapa penjelasan mengenai ayat Al-Qur’an dan hadits Rasulullah tentang usia seseorang yang dilansir dari situs Masjid Istiqlal:

Manusia Punya Batas Umur

Dalam surat Al-A’raf, Allah berfirman bahwa setiap manusia memiliki batasan umur.

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

Artinya: “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka jika telah datang waktunya, mereka tidak akan dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya” (QS Al-A’raf: 34).

Dengan demikian, jika ajal manusia telah tiba, maka manusia akan mati walaupun ia berusaha menundanya. Begitu pula sebaliknya, jika ajalnya belum tiba, manusia tidak akan mati meski berusaha mempercepat kematiannya.

Umur Bisa Diperpanjang Atas Kehendak Allah

Dalam haditsnya, Rasulullah sempat menjelaskan mengenai penambahan umur. Beliau bersabda:

لَا يَتَمَنَّى أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ، وَلَا يَدْعُ بِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُ، إِنَّهُ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ، وَإِنَّهُ لَا يَزِيدُ الْمُؤْمِنَ عُمْرُهُ إِلَّا خَيْرًا

Artinya: “Janganlah salah seorang di antara kamu sekalian mengharapkan kematian dan jangan pula berdoa agar cepat mati sebelum kematian itu benar-benar datang kepadanya. Sesungguhnya jika salah seorang di antara kamu sekalian mati, maka terputuslah amalnya. Dan sesungguhnya tidak ada yang dapat menambah umur seorang mukmin kecuali kebaikan yang diperbuatnya.” (HR Al-Bukhari).

Salah satu amalan yang bisa memperpanjang umur adalah berbuat baik kepada orang tua dan menjalin silaturahmi.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ،قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ، وَأَنْ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ، وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Artinya: Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezkinya, maka hendaknya ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambug silaturrahim (kekerabatan).” (HR Ahmad).

Dalam buku Bagaimana Panjang Umur Penuh Berkah? oleh Muhammad bin Ibrahim An-Nu’aim disebutkan ada tiga kemungkinan maksud dari panjang umur tersebut, yakni:

  • Panjang umur dalam arti sebenarnya.
  • Umur yang berkah, sehingga seperti melakukan amalan bertahun-tahun.
  • Sebutan yang baik setelah meninggal.

Larangan Berdoa Minta Kematian

Rasulullah SAW juga melarang kita memohon kematian. Sebab bisa jadi kebaikannya bisa bertambah saat masih hidup.

لا يَتَمَنَّى أحدكم الموت، إما محسن فلعله يزداد، وإما مسيء فلعله يَسْتَعْتِبُ

Artinya: “Janganlah salah seorang di antara kalian mengharapkan kematian. Jika dia orang yang berbuat baik, maka bisa jadi kebaikannya akan semakin bertambah, dan jika dia orang yang berbuat buruk, maka boleh jadi dia akan memohon ampunan.” (HR Al-Bukhari).

Umur Panjang yang Percuma

Sering kita dengar seseorang berdoa agar panjang umur, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Namun pada dasarnya umur yang panjang akan menjadi percuma jika tidak melakukan amal baik.

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ قَالَ فَأَىُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ

Artinya: Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari bapaknya, seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasûlullâh, siapakah manusia yang terbaik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.” Dia bertanya lagi, Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau menjawab, “Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya.” (HR Ahmad).

3 Amalan Agar Panjang Umur

Dalam situs Kemenag Sulsel, dijelaskan ada tiga amalan yang bisa memperpanjang umur seseorang.

1. Sedekah

Amalan pertama adalah bersedekah. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

“Sesungguhnya sedekah orang muslim dapat menambah umurnya, dapat mencegah kematian yang su’ul khatimah, Allah akan menghilangkan sifat sombong, kefakiran dan sifat berbangga diri darinya.” (HR Thabrani).

2. Silaturahmi

Yang kedua adalah bersilaturahmi. Silaturahmi juga memiliki keutamaan memperluas rezeki. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah yang artinya:

“Siapa yang ingin rezekinya diperluas dan umurnya panjang maka hendaknya dia bersilaturahmi.” (HR Bukhari).

3. Berbakti Kepada Orang Tua

Amalan selanjutnya adalah berbakti kepada orang tua. Hal ini sudah sepatutnya dilakukan anak, karena ridha orang tua adalah ridha Allah.

“Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, maka hendaklah ia berbuat baik kepada kedua orang tua dan menjalin silaturahmi dengan sesama.” (HR Ahmad)

Itulah bacaan doa allahumma thowwil umuurona dan amalan-amalan agar panjang umur, lengkap dengan ayat dan haditsnya. Wallahu a’lam.

(bai/row)



Sumber : www.detik.com

Kegunaan Daun Bidara yang Disebutkan dalam Hadits


Jakarta

Daun bidara merupakan salah satu jenis tumbuhan yang memiliki berbagai manfaat dan Rasulullah SAW pun telah banyak mengajurkan menggunakan daun ini untuk berbagai keperluan.

Dalam buku Tanaman Ajaib dalam Al-Qur’an dan Hadits yang ditulis oleh Wahyu Annisha dijelaskan bahwa bidara memiliki nama latin “ziziphus mauritiana”. Masyarakat Arab menyebutnya arz, syajarat ar-rabb, arz al-lubnan, atau sidr.

Daun bidara memiliki bentuk bulat dan kecil. Daun yang masih muda dapat dijadikan sayuran, daun yang tua digunakan untuk ternak. Bila daunnya ditumbuk dengan air, maka akan berbusa seperti sabun.


Daun ini juga dapat digunakan untuk memandikan orang demam. Di beberapa daerah, masyarakat memandikan jenazah dengan daun bidara.

Dalam Al-Qur’an surah Al-Waqiah ayat 27-34, disebutkan bahwa pohon bidara adalah salah satu bentuk kenikmatan di surga yang Allah SWT berikan untuk orang-orang yang berbuat baik. Allah SWT berfirman:

وَاَصْحٰبُ الْيَمِيْنِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْيَمِيْنِۗ فِيْ سِدْرٍ مَّخْضُوْ وَّطَلْحٍ مَّنْضُوْدٍۙ وَّظِلٍّ مَّمْدُوْدٍۙ وَّمَاۤءٍ مَّسْكُوْبٍۙ وَّفَاكِهَةٍ كَثِيْرَةٍۙ لَّا مَقْطُوْعَةٍ وَّلَا مَمْنُوْعَةٍۙ وَّفُرُشٍ مَّرْفُوْعَةٍۗ

Artinya: “Golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu. (Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, pohon pisang yang (buahnya) bersusun-susun, naungan yang terbentang luas, air yang tercurah, buah-buahan yang banyak yang tidak berhenti berbuah dan tidak terlarang memetiknya, dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.”

Dalam buku Hadits-hadits Tarbiyah yang ditulis oleh Wafi Marzuqi Ammar, Ibnu Dihyah berkata:

“Allah SWT memilih pohon bidara dibanding pohon lainnya karena memiliki tiga sifat. Pertama: ‘Dzillun mamdud’, yakni naungan yang terbentang luas. Kedua: ‘Tha’amun ladzidz’, yakni makanan yang lezat. Dan ketiga: ‘Ra’ihah zakiyyah’, yakni mempunyai aroma yang sangat harum.”

Rasulullah SAW juga menganjurkan untuk menggunakan daun bidara dalam berbagai keperluan, karena daun ini memiliki manfaat yang baik. Sebagaimana dalam beberapa hadits tentang daun bidara dan kegunaannya berikut ini.

Hadits tentang Daun Bidara dan Kegunaannya

Berikut adalah beberapa hadits tentang daun bidara dan kegunaannya yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW, yang dirangkum dalam berbagai sumber.

1. Daun Bidara untuk Memandikan Jenazah

Dikutip dari Syarah Bulughul Maram 3 karya Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam, hadits tentang daun bidara ini dari Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda ketika ada seseorang yang mati akibat jatuh dari untanya,

“Mandikanlah dia dengan air dan daun bidara, kafanilah dia dengan kedua bajunya.” (HR. Muttafaq ‘Alaih).

Dalam riwayat lain, dari Ummu Athiyyah RA, dia berkata, “Rasulullah SAW masuk saat kami memandikan jenazah putrinya. Beliau SAW bersabda, ‘Siramlah tiga kali, atau lima kali, atau lebih banyak dari itu jika kalian pandang baik, dengan air bidara. Letakkan kamper pada siraman terakhir atau sedikit kamper.’ Ketika kami selesai (memandikannya), kami memberitahu beliau SAW. Lalu beliau memberikan sarungnya/pakaian penutup antara pusar hingga kaki dan bersabda, ‘Jadikanlah sarung ini sebagai bajunya.’ (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Rasulullah SAW memerintahkan untuk memandikan jenazah tersebut menggunakan daun bidara, dengan cara menumbuk daun bidara dan mencampurkannya dengan air. Busa dari daun bidara digunakan untuk membersihkan si jenazah, sedangkan endapannya digunakan untuk membersihkan tubuhnya.

Daun bidara ini sangat baik digunakan karena dapat membersihkan dan membuat jasad si jenazah menjadi keras, sehingga tidak mudah rusak.

2. Daun Bidara untuk Menyisir Rambut Wanita dalam Masa Iddah

Hadits tentang daun bidara ini dari Ummu Salamah, yang dikutip dari Bulughul Maram karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, beliau berkata

“Aku meletakkan ramuan pohon-pohon yang pahit di kedua mataku setelah Abu Salamah wafat. Maka Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya itu membuat wajah nampak lebih muda, maka janganlah kamu menggunakannya kecuali di malam hari, dan lepaskanlah ia di siang hari, jangan menyisir dengan minyak wangi, dan jangan pula dengan inai, karena ia termasuk kutek.’ Aku berkata, ‘Dengan apa aku menyisir?’ Beliau menjawab, ‘Dengan daun bidara.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i)

3. Daun Bidara untuk Menyucikan Diri Wanita Haid

Mengutip buku Fiqih Sunnah 1 Sayyid Sabiq, hadits dari Aisyah RA, bahwasanya Asma’ binti Yazid pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang cara mandi wanita haid. Beliau menjawab,

“Ambillah air dan daun bidan lalu wudhulah dengan sebaik-baiknya. Kemudian siramkan air di atas kepala dan gosoklah dengan kuat sampai meresap ke akar-akar rambutnya. Setelah itu, tuangkan air sekali lagi di atasnya. Setelah itu, ambillah sepotong kapas yang sudah dibubuhi minyak wangi, lalu gosokkan pada bagian tempat keluarnya darah haid hingga suci dan wangi.”

Asma’ bertanya lagi. “Bagaimanakah cara menyucikannya?” Rasulullah SAW menjawab, “Maha Suci Allah! Bersucilah dengan kapas itu!” Aisyah berkata seakan-akan berbisik ke arah telinga Asma, “Gosokkanlah kapas yang telah kamu bubuhi dengan minyak wangi ke bagian keluarnya darah.” (HR. Bukhari)

4. Larangan Menebang Pohon Bidara

Hadits tentang daun bidara terakhir ini dikutip dalam buku Masuk Surga karena Memungut Sampah yang ditulis oleh Bahagia, dari Sa’id bin Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari Abdullah bin Hubsyi ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa menebang pohon bidara maka Allah akan membenamkan kepalanya dalam api neraka.” (HR. Abu Daud.)

Abu Daud menjelaskan secara ringkas bahwa makna hadits ini adalah, “Barang siapa menebang pohon bidara di padang bidara dengan sia-sia dan zalim, padahal itu adalah tempat untuk berteduh para musafir dan hewan-hewan ternak, maka Allah akan membenamkan kepalanya di neraka.”

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

5 Hadits Rasulullah SAW tentang Anak, Panduan bagi Orang Tua


Jakarta

Islam menempatkan anak-anak pada posisi yang sangat mulia. Anak dianggap sebagai anugerah yang besar dan sumber kebahagiaan bagi orang tua. Bahkan, Islam menganjurkan umatnya untuk memiliki banyak anak melalui pernikahan, karena banyaknya anak dianggap membawa berkah, rezeki, dan kegembiraan.

Dalam Al-Qur’an, keberadaan anak-anak juga dijelaskan dalam berbagai ayat. Namun, tidak hanya Al-Qur’an yang berbicara tentang pentingnya anak, tetapi juga hadits Rasulullah tentang anak, yang memberikan petunjuk bagaimana seharusnya orang tua memperlakukan dan mendidik anak-anaknya. Para orang tua wajib simak hadits Rasulullah tentang anak berikut ini.

Hadits Rasulullah SAW tentang Anak

Mengutip buku Mendidik Buah Hati ala Rasulullah, berikut adalah hadits Rasulullah tentang anak yang wajib ditanamkan oleh orang tua pada anak-anaknya.


1. Menanamkan Nilai Tauhid pada Anak

Rasulullah SAW mengajarkan agar orangtua menanamkan nilai-nilai tauhid kepada anak-anak mereka. Salah satu cara untuk memulainya adalah dengan mengajarkan salat.

Dari Amar bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

“Perintahlah anak-anakmu mengerjakan salat saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan salat saat mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahlah tempat tidur mereka (laki-laki dan perempuan).” (HR. Abu Daud)

2. Keutamaan Memiliki Anak Perempuan

Dalam Islam, perempuan wajib dihormati, baik itu anak-anak, remaja, maupun dewasa. Untuk itu, para orang tua wajib memuliakan anak perempuan mereka, karena anak tersebut memberikan keutamaan untuk kedua orang tuanya.

Dalam sebuah hadits disebutkan, “Ada seorang wanita yang datang menemuiku dengan membawa 2 anak perempuannya. Dia meminta-minta kepadaku, namun aku tidak mempunyai apa pun kecuali satu buah kurma. Kemudian aku berikan kurma itu padanya. Wanita tersebut menerima kurmanya dan membaginya menjadi dua untuk diberikan kepada kedua anaknya, sementara dia sendiri tidak ikut memakannya. Lalu wanita itu bangkit dan keluar bersama anaknya. Setelah itu, Nabi SAW datang dan aku ceritakan peristiwa tadi kepada beliau. Maka Nabi SAW bersabda,

“Barang siapa yang diuji dengan anak-anak perempuan, kemudian dia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang bagi siksa api neraka.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain, dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa, maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku.” (HR. Muslim)

3. Larangan Berbohong pada Anak

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kebohongan itu tidak pantas dilakukan dengan sungguh-sungguh ataupun main-main. Dan seorang ayah berjanji kepada anaknya, kemudian janji itu tidak dipenuhi,” (HR. Al-Hakim).

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang berkata kepada anak kecil, ‘Kemarilah! Ambillah ini!’ Tetapi ia tidak memberikannya (walaupun anak tersebut sudah mendatanginya), maka itu termasuk perbuatan dusta,” (HR. Ahmad)

4. Memperlakukan Anak dengan Kasih Sayang

Rasulullah SAW mengingatkan umatnya untuk memperlakukan anak-anak dengan penuh kasih sayang. Orang tua dilarang membentak, memberi hukuman yang terlalu keras, atau melakukan tindakan kasar yang berlebihan. Meskipun anak berbuat kesalahan, orang tua tetap tidak boleh berlaku sewenang-wenang terhadap mereka.

Dalam sebuah hadits disebutkan, suatu hari, datang seorang Arab kepada Nabi SAW, lalu ia berkata,

“Apakah kalian mencium anak laki-laki?” Lalu orang Arab tersebut menjawab, “Kami mencium mereka.” Maka Nabi saw berkata, “Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau Allah mencabut rahmat/sayang dari hatimu.” (HR. Bukhari)

Dalam hadits lain juga disebutkan, Rasulullah SAW mencium Hasan bin Ali, dan di sisi Nabi ada Al-Aqro bin Haabis At-Tamim yang sedang duduk. Maka Al-Aqro’ berkata,

“Aku memiliki sepuluh orang anak. Tidak seorang pun dari mereka yang pernah kucium.” Maka Rasulullah SAW melihat kepada Al-Aqro dan berkata,

“Kalau Allah tidak memberikanmu perasaan kasih sayang, apa yang dapat diperbuat-Nya untuk kamu? Barangsiapa yang tidak mempunyai kasih sayang kepada orang lain, dia tidak akan mendapat kasih sayang dari Allah.” (HR. Bukhari)

5. Berlaku Adil pada Anak

Dalam kitab Bulughul Maram-nya, Al-Hafizh Ibnu Hajar mengutip sebuah hadits dari An-Nu’man bin Basyir, ia berkata “Ayahku berangkat kepada Nabi untuk mempersaksikannya atas pemberiannya kepadaku. Maka Rasulullah SAW bersabda, ‘Apakah kamu telah melakukan ini kepada anakmu semuanya?” Ayahku menjawab, ‘Tidak.’ Rasulullah SAW bersabda,

‘Bertakwalah kepada Allah, dan berlaku adillah terhadap anak-anakmu. Maka ayahku pulang dan menarik kembali pemberian itu.” (Muttafaq’alaih.)

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com