Tag Archives: hadits

Hadits tentang Hasad dan Bahayanya, Naudzubilah Min Zaalik!


Jakarta

Hasad tergolong ke dalam penyakit hati yang harus dihindari oleh kaum muslimin. Bahkan dalam sebuah hadits, hasad dapat memakan kebaikan sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Hasad memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR Abu Dawud)

Menukil dari buku Mutiara Akhlak Tasawuf susunan Dr Sahri MA, dijelaskan dalam kitab mutiara Ihya’ Ulum al-din bahwa hasad merupakan akibat dari dendam. Sementara itu, dendam adalah akibat dari marah.


Dalam Islam, hasad diartikan sebagai perasaan iri hati dan dengki. Rizem Aizid melalui bukunya yang bertajuk Tartil Al-Quran untuk Kecerdasan dan Kesehatan menyebut bahwa sifat hasad bahkan dimiliki oleh iblis. Karenanya, sang rasul melarang kaum muslimin memiliki sikap tersebut.

Hadits tentang Sifat Hasad

Berikut sejumlah hadits yang membahas tentang sifat hasad seperti dikutip dalam buku Kumpulan 70 Hadits-Hadits Pilihan karya Dr Muhammad Murtaza bin Aish Muhammad.

1. Hadits Larangan Iri Hati

“Jangan kamu saling dengki dan iri dan jangan pula mengungkit keburukan orang lain. Jangan saling benci dan jangan saling bermusuhan serta jangan saling menawar lebih tinggi atas penawaran yang lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim itu adalah saudara bagi Muslim yang lain, maka tidak boleh menzaliminya, melantarkannya, mendustainya dan menghinakannya. Seseorang telah dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama Muslim. Setiap Muslim haram darahnya bagi Muslim yang lain, demikian juga harta dan kehormatannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

2. Hadits Waspada terhadap Hasad

“Waspadalah terhadap hasad (iri dan dengki), sesungguhnya hasad mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu.” (HR Abu Daud)

3. Hadits Hasad sebagai Penyakit

“Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci. Benci adalah pemotong; pemotong agama dan bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR Tirmidzi)

4. Hadits Perkara yang Memperbolehkan Iri Hati

“Tidak ada iri hati dan dengki kecuali terhadap dua hal, yaitu seorang yang diberi Allah harta lalu dibelanjakan pada sasaran yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksanaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya.” (HR Bukhari dan Tirmidzi)

Bahaya Sifat Hasad

Mengutip buku Maaf Tuhan, Saya Khilaf! oleh Ahfa Wahid, ada sejumlah bahaya sifat hasad yang merujuk pada kitab Thariqah Muhammadiyah, antara lain sebagai berikut:

1. Membuka Pintu Maksiat

Ketika ketaatan seseorang telah hilang, maka sifat iri dan dengki yang dimiliki telah berada di tingkatan yang sama dengan iblis. Jadi, setiap perbuatannya akan berpaling dari Allah SWT karena iri hati dapat membawa seseorang melakukan perilaku maksiat.

2. Menghalangi Diri dari Syafaat

Seseorang yang memiliki sifat iri hati tidak akan mendapat syafaat. Mengapa demikian? Sebab, ketika di dunia ia telah menolak pertolongan diri dari Rasulullah SAW dengan berbuat iri terhadap orang lain.

Padahal, syafaat Rasulullah SAW merupakan pertolongan yang dapat menyelamatkan umat muslim ketika di akhirat kelak kala kesedihan dan bencana menimpa kita.

3. Membutakan Hati

Bahaya sifat hasad juga dapat membutakan hati seseorang hingga tidak lagi mempedulikan syariat dan hukum Allah SWT. Ketika hati seorang buta, maka ia akan benar-benar tersesat seperti orang yang berjalan tanpa arah.

4. Menjerumuskan Diri ke dalam Neraka

Bahaya dari sifat iri hati lainnya ialah menjerumuskan diri ke dalam neraka. Iri hati merupakan alat penghapus amal yang baik, sehingga mustahil bagi kita untuk masuk surga jika masih memiliki sifat iri dan dengki.

5. Membahayakan Orang Lain

Sifat iri hati tidak hanya membahayakan diri sendiri, melainkan juga orang lain. Ketika seseorang merasa iri, ia akan berusaha mencari segala cara agar nikmat yang dimiliki oleh orang lain akan hilang.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Hadits Keutamaan Salat Jumat dan Sunnah-sunnah yang Dianjurkan


Jakarta

Salat Jumat merupakan amalan wajib bagi pria muslim pada waktu Dzuhur di hari Jumat. Perintah salat Jumat termaktub dalam surat Al Jumuah ayat 9,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ ٱلْجُمُعَةِ فَٱسْعَوْا۟ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ وَذَرُوا۟ ٱلْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”


Jumat dikatakan sebagai hari yang agung bagi umat Islam. Keagungannya tercantum dalam sebuah hadits dari Abu Lubabah bin Abdul Mundzir, Rasulullah SAW bersabda:

“Hari Jumat adalah ‘tuannya’ semua hari, dan hari yang paling agung. Di mata Allah, hari Jumat lebih agung dari Hari Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR Al Baihaqi)

Kewajiban salat Jumat ini bukan tanpa alasan, ada sejumlah keutamaan yang terkandung di dalamnya. Apa saja? Simak pembahasannya berikut ini seperti dinukil dari Buku Rahasia & Keutamaan Hari Jumat susunan Komarudin Ibnu Hikam

Hadits Keutamaan Salat Jumat

1. Diganjar Pahala Berlimpah

Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad bersabda:

“Barangsiapa yang pergi untuk melaksanakan salat Jumat pada awal waktu, bagaikan dia telah berkurban dengan seekor unta. Jika berangkat pada waktu kedua, seakan-akan dia berkurban dengan seekor sapi. Pergi pada waktu ketiga, seakan-akan dia berkurban dengan kambing berduri. Jika berangkat pada waktu keempat, seperti memberikan hadiah berupa seekor ayam jantan. Dan bagi yang berangkat pada waktu kelima, seperti memberi hadiah sebutir telur. Setelah imam keluar dan khutbah dimulai, maka daftar amal perbuatan ditutup, pena para malaikat berhenti menulis, dan malaikat pun hadir untuk mendengarkan zikir. Bagi siapa saja yang datang setelah itu, dia datang hanya untuk memenuhi kewajiban salat Jumat dan tidak akan mendapatkan keutamaan apapun dari waktu-waktu yang telah disebutkan tadi.” (HR Bukhari dan Muslim)

2. Diampuni Dosa di Antara Dua Jumat

Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa mereka yang mengerjakan salat Jumat akan diampuni dosanya di antara dua Jumat. Rasulullah SAW bersabda:

“Seseorang yang mandi pada hari Jumat dan membersihkan dirinya dengan sebaik-baiknya, lalu menggunakan wewangian atau minyak wangi, kemudian pergi ke masjid dan tidak menyela antara dua orang yang duduk berjajar, kemudian dia melaksanakan sholat sunnah yang dianjurkan baginya, dan dia diam ketika imam memberikan khutbah, niscaya dosa-dosanya akan diampuni antara Jumat ini dan Jumat berikutnya selama dia tidak melakukan dosa besar.” (HR Bukhari)

3. Permohonannya Terkabul

Pada hadits lainnya, dikatakan bahwa hari Jumat merupakan menjadi momen seorang muslim untuk salat jumat dan memohon kebaikan pada Allah SWT. Berikut bunyinya,

“Dalam riwayat Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW pernah menyampaikan bahwa pada hari Jumat terdapat momen tertentu di mana jika seorang muslim berdiri untuk melaksanakan sholat dan memohon kebaikan kepada Allah SWT, pasti Allah akan mengabulkannya. Rasulullah SAW menunjukkan dengan isyarat jarinya bahwa momen ini sangat singkat.” (HR Muslim)

Deretan Sunnah Salat Jumat yang Dianjurkan

Ada sejumlah sunnah yang dianjurkan ketika melaksanakan salat Jumat. Mengutip buku Panduan Salat Lengkap yang ditulis oleh Ustaz Muhammad Syafril, berikut bahasannya:

  • Memakai wewangian
  • Berangkat lebih awal
  • Mandi setelah fajar
  • Berhias dengan pakaian terbaik
  • Memakai imamah, semacam sorban yang dililitkan di kepala
  • Mendengarkan khutbah dengan seksama
  • Membaca Surat Al-Kahfi
  • Memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad SAW
  • Memperbanyak doa

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Ini Amalan yang Paling Baik Menurut Hadits Shahih



Jakarta

Ada berbagai amalan yang bisa dikerjakan umat Islam, baik yang ringan maupun berat. Di antara banyaknya amal, ada satu yang disebut menjadi yang paling baik.

Menurut hadits yang termuat dalam kitab Shahih Bukhari, sebaik-baik amal adalah iman. Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA. Berikut bunyinya,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ: أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ فَقَالَ: إِيمَانُ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قِيلَ : ثُمَّ ماذا قَالَ: الْجِهادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قِيلَ : ثُمَّ مَاذَا قَالَ: حَقٌّ مبرور أخرجه البخاري في: ۲ كتاب الإيمان


Artinya: “Rasulullah SAW ditanya: ‘Apakah amal yang paling utama?’ Nabi SAW bersabda: ‘Iman kepada Allah dan Rasulullah.’ Lalu ditanya: ‘Kemudian apa?’ Jawabnya: ‘Jihad fi sabilillah.’ Lalu ditanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi SAW menjawab, ‘Haji yang mabrur.'” (HR Bukhari dalam kitab Iman)

Abu Dzar RA turut meriwayatkan hal serupa dengan redaksi yang lebih panjang. Ia mengatakan,

سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْعَمَل أَفْضَلُ قَالَ: إِيمَانُ بِاللَّهِ وَجِهادٌ في سَبيلِهِ قُلْتُ: فَأَيُّ الرِّقَابِ أَفْضَلُ قَالَ: أَغْلَاهَا ثَمَنَّا وَأَنْفَسُها عِنْدَ أَهْلِهَا قُلْتُ: فَإِنْ لَمْ أَفْعَلْ قَالَ: تُعِينُ صَائِعًا أَوْ تَصْنَعُ لِأَخْرَقَ قَالَ: فَإِنْ لَمْ أَفْعَلْ قَالَ: تَدَعُ النَّاسَ مِنَ الشَّرِّ فَإِنَّها صَدَقَةٌ تَصَدَّقُ بِهَا عَلَى نَفْسِكَ أَخرجه البخاري في: ٤٩ كتاب العتق

Artinya: “Aku bertanya kepada Nabi SAW: ‘Apakah amal yang utama?’ Jawabnya: ‘Iman kepada Allah dan jihad fi sabilillah.’ Lalu aku tanya lagi: ‘Memerdekakan budak mana yang lebih utama?’ Nabi SAW menjawab: ‘Yang lebih mahal harganya dan yang sangat disayang oleh pemiliknya.’ Abu Dzar bertanya: ‘Jika aku tidak bisa melakukan itu?’ Nabi SAW bersabda, ‘Membantu orang yang melakukan demikian, atau melaksanakan untuk orang yang tidak bisa (mewakili orang yang tidak bisa melakukannya).’ Abu Dzar bertanya lagi:’ Jika tidak bisa juga?’ Nabi SAW menjawab: ‘Menghindarkan orang-orang dari kejahatan, maka itu sebagai sedekah untuk dirimu.'” (HR Bukhari dalam kitab Memerdekakan Budak)

Masih dalam Shahih Bukhari, penyusun kitab juga mengeluarkan hadits tentang pengertian iman dan cabang-cabangnya berdasarkan riwayat Abu Hurairah RA. Menurut riwayat ini, iman adalah percaya pada Allah SWT, malaikat-Nya, dihadapkan pada-Nya, pada Nabi utusan-Nya, dan percaya pada hari kebangkitan dari kubur. Dalam redaksi lain: iman kepada Allah SWT, malaikat, kitab-kitab, nabi dan rasul, hari kiamat, dan qada dan qadar.

Abu Ayyub Al-Anshari meriwayatkan, ada seorang Badui yang menghadang Nabi SAW di tengah jalan seraya memegang unta tunggangan Nabi SAW. Orang itu bertanya kepada Rasulullah SAW tentang amalan apa yang dapat membawanya ke surga.

Nabi SAW menjawab,

تَعْبُدُ اللَّهَ لا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ الرَّحِمَ ذَرْهَ

Artinya: “Hendaknya engkau menyembah Allah dan tidak mempersekutukannya dengan apa pun, dan mendirikan salat, dan menunaikan zakat dan menjalin tali kekerabatan.” (HR Bukhari dalam kitab Adab)

Amalan yang Dicintai Allah

Imam Bukhari juga menyebutkan hadits tentang amalan yang dicintai Allah SWT. Menurut riwayat Abdullah bin Mas’ud yang menanyakannya kepada Rasulullah SAW, ada tiga amalan yang dicintai Allah SWT, yakni salat tepat pada waktunya, berbakti kepada orang tua, dan berjuang menegakkan agama Allah SWT (jihad fi sabilillah). Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Bukhari pada kitab Waktu-waktu Salat.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Wasiat Rasulullah SAW: Jangan Marah, Bagimu Surga



Jakarta

Ada pesan dari Rasulullah SAW untuk semua umat Islam. Beliau berpesan agar muslim dapat menahan amarahnya karena ada balasan surga dari Allah SWT di baliknya.

Keterangan tersebut bersumber dari hadits dalam Kitab Al Mu’jamul Ausath Nomor 2374. Berdasarkan hal itu, Rasulullah SAW bersabda,

لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ


Artinya: “Jangan kamu marah, maka bagimu Surga (akan masuk Surga).” (HR Ath-Thabrani)

Rasulullah SAW bahkan pernah menyebut, orang yang paling dianggapnya kuat dan perkasa adalah orang yang mampu menahan amarahnya (HR Muslim).

Dalam Islam, marah adalah perbuatan yang dilarang karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin berpendapat, kondisi seseorang yang marah merupakan pintu bagi setan untuk memasuki hati seseorang dan menguasainya.

“Saat setan telah menguasai hati kita melalui pintu amarah, segalanya akan berubah menjadi kacau dan kita kehilangan fungsi pengendalian diri, sepenuhnya dikuasai atas kehendak setan,” jelasnya yang diterjemahkan ‘Aabidah Ummu ‘Aziizah dkk dalam buku Kuliah Adab.

Menahan Diri dari Amarah

Rasulullah SAW dikenal sebagai sosok yang jarang marah maupun berkata kasar. Diceritakan dalam riwayat hadits dari Al Hasan bin Ali yang bersumber dari pamannya, diketahui, amarah Rasulullah SAW biasanya dialihkan dengan memalingkan wajah.

Selain itu, Rasulullah SAW pernah menganjurkan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meredam amarah. Dikutip dari buku Merajut Kehidupan karya Muhammad Tafsir, langkah pertama adalah membaca Ta’awudz untuk memohon perlindungan kepada Allah SWT agar tidak terpengaruh oleh setan.

“Sesungguhnya aku tahu satu perkataan apabila dibaca tentu akan menghilangkan rasa marahnya, jika ia ingin membacanya, ‘A’udzubillahi minas-syaithani’ (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan), niscaya kemarahan yang dialaminya hilang.'” (HR Bukhari)

Kedua, ketika amarah membara, menahan lisan untuk tidak berkata dan berbicara merupakan langkah terbaik. Imam Ahmad meriwayatkan hadits, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR Ahmad)

Selanjutnya, Rasulullah SAW menyarankan bagi seorang yang sedang marah untuk mengambil wudhu, karena emosi itu akan padam karena terkena air. Dari Athiyyah as-Sa’di RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.” (HR Abu Dawud)

Terakhir, orang yang merasa marah dapat segera mengubah posisi badan. Dengan kata lain, Bila seseorang marah saat berdiri maka duduk menjadi posisi paling pas untuk meredakannya. Namun bila duduk tidak mempan juga maka disarankan untuk berbaring.

Dari Abu Dzarr RA, Nabi SAW bersabda, “Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” (HR Abu Dawud)

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Ini Jenis Hadits yang Tak Boleh Dijadikan Landasan Hukum


Jakarta

Kaum muslim bisa menggunakan hadits sebagai sumber hukum Islam. Namun, ada hadits yang tidak boleh dijadikan landasan hukum.

Hadits adalah sesuatu yang datang atau bersumber dari Nabi SAW atau disandarkan pada beliau SAW, sebagaimana diterangkan dalam buku Ulumul Hadits karya Abdul Majid Khon. Hadits terdiri dari tiga komponen, yakni hadits perkataan (qauli), hadits perbuatan (fi’li), dan hadits persetujuan (taqriri).

Ada juga ulama yang memasukkan sifat (washfi) baik fisik (khalqiyah) maupun perangai (khuluqiyah), sejarah (tarikhi), dan cita-cita (hammi) Rasulullah SAW sebagai komponen dalam mendefinisikan hadits.


Para pakar hadits juga menyebut hadits sebagai sunnah, khabar, dan atsar. Namun, ada beberapa aspek yang membedakan keempatnya.

Hadits bersandar dari Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, dan persetujuan yang sifatnya lebih khusus, sekalipun dilakukan sekali, sedangkan sunnah bersandar pada Nabi SAW dan para sahabat dari aspek perbuatan yang sifatnya menjadi tradisi.

Adapun, khabar bersandar pada Nabi SAW dan selainnya baik berupa perkataan maupun perbuatan yang sifatnya lebih umum, dan atsar berasal dari perkataan dan perbuatan sahabat dan tabi’in yang bersifat umum.

Masih mengacu pada sumber yang sama, jika dilihat dari sandarannya, hadits terbagi menjadi dua jenis, yakni hadits nabawi yang bersandar pada nabi sendiri, dan hadits qudsi yang bersandar pada Tuhan yang disampaikan kepada Rasulullah SAW.

Hadits merupakan sumber hukum yang kedua dari empat sumber hukum Islam yang disepakati para ulama. Setiap hadits memiliki kualitas yang kemudian menentukan mana jenis hadits yang bisa dijadikan landasan hukum dan mana yang tidak boleh.

Penentuan kualitas hadits bisa dilihat dari strukturnya. Dalam buku Ilmu Memahami Hadits Nabi karya M Ma’shum Zein disebutkan ada empat struktur hadits, yakni isnad, sanad, musnid, dan musnad.

Secara umum kualitas hadits terdiri dari tiga jenis, yakni hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dhaif, seperti dijelaskan dalam buku Memahami Ilmu Hadits karya Asep Herdi. Hadits yang bisa dijadikan landasan hukum adalah hadits shahih. Hadits jenis ini diriwayatkan oleh rawi yang adil, sempurna ingatan (hafalannya), memiliki sanad bersambung, tidak cacat, dan tidak janggal.

Hadits-hadits shahih dapat ditemukan dalam kitab-kitab hadits. Beberapa di antaranya Shahih Bukhari dan Muslim, Al-Muwaththa, Mustadrak Al-Hakim, Shahih ibn Hibban, dan Shahih ibn Khuzaemah.

Hadits Tertolak Tidak Bisa Dijadikan Landasan Hukum

Sementara itu, hadits yang tidak boleh dijadikan landasan hukum adalah hadits mardud atau hadits yang tertolak. Hadits mardud ini tidak memenuhi syarat qabul atau tidak diterima sebagai dalil hukum. Hadits jenis ini adalah semua hadits yang dihukumi dhaif (lemah).

Hadits Dhaif yang Bisa Diamalkan

Ulama hadits Muhammad Nashiruddin Al-Albani menerangkan dalam kitab Silsilah-Ahadits adh-Dhaifah wal-Maudhu’ah, menurut asy-Syekh Ali al-Qari’, hadits dhaif bisa dijadikan landasan untuk melakukan amalan keutamaan yang telah ditetapkan Al-Qur’an dan hadits. Hadits jenis ini tidak bisa dijadikan landasan untuk menetapkan bentuk amalan yang utama.

Imam as-Suyuthi mengatakan dalam Tadrib ar-Rawy fi Syarh Taqrib an-Nawawi sebagaimana dinukil Al Mukaffi Abdurrahman dalam buku Koreksi Tuntas Buku 37 Masalah Populer, seseorang boleh mengamalkan hadits dhaif dengan syarat bahwa hadits tersebut tidak berkaitan dengan masalah akidah, yakni tentang sifat Allah SWT, perkara yang boleh dan mustahil bagi-Nya, dan penjelasan firman-Nya.

Hadits dhaif juga boleh diamalkan selain pada hukum halal dan haram. Kata Imam as-Suyuthi, boleh pada kisah-kisah, fadha’il (keutamaan) amal dan nasihat.

Lebih lanjut Imam as-Suyuthi menjelaskan, seseorang boleh mengamalkan hadits ini jika tidak terlalu dhaif, yakni perawinya bukanlah pendusta, tertuduh sebagai pendusta, atau terlalu banyak kekeliruan dalam periwayatannya. Kemudian, bernaung pada hadits shahih dan tidak diyakini sebagai ketetapan, melainkan sebagai bentuk kehati-hatian saja.

(kri/nwk)



Sumber : www.detik.com

5 Hadits Menjaga Lisan, Salah Satunya Dijamin Masuk Surga


Jakarta

Lisan dapat menjadi pisau yang berbahaya jika salah digunakan. Karenanya, terdapat sejumlah hadits tentang pentingnya menjaga lisan.

Dalam Al-Qur’an sendiri terkait menjaga lisan disebutkan dalam surah Al Qaf ayat 18,

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ


Artinya: “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”

Mengutip buku Sejumlah Amalan Penting Penghuni Surga saat di Dunia karya Ahmad Abi Al-Musabbih, banyak perbuatan buruk yang bermula dari lisan. Contohnya ghibah, adu domba, pembicaraan yang tidak bermanfaat dan candaan yang berlebihan.

Hadits tentang Menjaga Lisan

Berikut sejumlah dalil dari Al-Hadits terkait pentingnya menjaga lisan seperti mengutip buku 80 Hadits Pilihan Beserta Biografi Perawi dan Faedah Ilmiyah susunan DR Muhammad Murtaza bin Aish.

1. Meningkatkan Derajat Seseorang

Menjaga lisan dapat menaikkan derajat seorang muslim. Dalam sebuah hadits dari Abdullah bin ‘Amru. Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Seorang muslim adalah orang yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (HR Bukhari)

2. Mendapat Pertolongan dalam Urusan Agama

Kaum muslimin yang mampu menjaga lisannya niscaya mendapat pertolongan dari dalam hal beragama, seperti beribadah dan lain sebagainya. Rasulullah SAW bersabda:

“Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu.” (HR Ahmad)

3. Dijamin Masuk Surga

Seorang muslim yang menjaga lisan dan kemaluanya dijamin masuk surga oleh sang rasul sebagaimana sabdanya yang berbunyi,

“Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara dua janggutnya (mulut) dan dua kakinya (kemaluan), maka kuberikan kepadamu jaminan masuk surga.” (HR Bukhari)

4. Keselamatannya Terjamin

Nabi Muhammad SAW dalam sebuah haditsnya berkata,

“Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan.” (HR Bukhari)

5. Termasuk Orang yang Beriman

Rasulullah SAW pernah bersabda kepada orang-orang beriman untuk berkata baik atau menjaga lisannya. Berikut bunyi haditsnya,

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Demikian sejumlah hadits yang membahas pentingnya menjaga lisan. Semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang dapat menjaga lisannya dengan baik, Aamiin ya rabbal alamin.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa Ketika di Dalam Masjid, Amalkan agar Mendapat Berkah


Jakarta

Ada doa yang bisa dibaca ketika berada di dalam masjid. Doa ini merupakan sunnah Rasulullah SAW dan bisa menjadi amalan mulia untuk mendapatkan berkah dari Allah SWT.

Masjid merupakan tempat yang suci yang didalamnya menjadi area untuk melakukan ibadah-ibadah yang diperintahkan Allah SWT. Masjid tempat yang mulia, oleh karenanya ketika berada di dalam masjid dianjurkan untuk memperbanyak amalan seperti dzikir, sholawat ataupun berdoa.

Mengutip buku Al-Adzkar Doa dan Dzikir dalam Al-Qur’an dan Sunnah oleh Imam Nawawi dijelaskan bahwa ketika seorang muslim berada di dalam masjid maka dianjurkan memperbanyak doa dan dzikir. Begitu pula membaca tasbih, tahlil, tahmid, takbir, doa-doa dan dzikir lainnya.


Dianjurkan pula memperbanyak bacaan Al-Qur’an dan membaca hadits-hadits Rasulullah, memperdalam ilmu fikih, dan ilmu-ilmu syariat lainnya.

Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT dalam surat An-Nur ayat 36

فِى بُيُوتٍ أَذِنَ ٱللَّهُ أَن تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا ٱسْمُهُۥ يُسَبِّحُ لَهُۥ فِيهَا بِٱلْغُدُوِّ وَٱلْءَاصَالِ

Artinya: Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang.

Dalam hadits, Rasulullah SAW pun menjelaskan tentang masjid sebagai tempat yang mulia dan istimewa.

Diriwayatkan dari Buraidah, dia mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya masjid-masjid itu dibangun sesuai dengan tujuannya.” (HR Muslim)

Dari Anas bin Malik , dia mengatakan, Rasulullah SAW berkata kepada si badui yang kencing di salah satu sudut masjid, “Sesungguhnya masjid-masjid ini tidak pantas sama sekali untuk dikencingi seperti ini dan tidak pula dikotori. Karena sesungguhnya masjid-masjid itu hanyalah untuk berdzikir kepada Allah, sholat, dan membaca Al-Qur an.” (HR Muslim)

Doa ketika Duduk di Masjid

Orang yang duduk di masjid hendaknya berniat i’tikaf agar memperoleh keutamaan. Orang yang duduk di masjid, hendaklah berupaya melakukan amar makruf dan nahi mungkar. Tujuannya yakni untuk menjaga, menghormati, memuliakan, dan mengagungkan masjid.

Duduk di masjid bisa sambil melantunkan doa yang merupakan bacaan tasbih, takbir, tamid.

ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠﻪْ ﻭَﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠﻪْ ﻭَﻵ ﺍِﻟَﻪَ ﺍِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠﻪْ ﻭَﺍﻟﻠﻪُ ﺍَﻛْﺒَﺮْ

Artinya: “Maha suci Allah, dan segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar

Keutamaan Membaca Doa dan Dzikir di Masjid

Dikutip dari buku Berzikir Cara Nabi: Merengkuh Keutamaan Zikir Tahmid, Tasbih, Tahlil, dan dan Hauqala oleh Abdur Razzaq Ash-Shadr dijelaskan beberapa keutamaan dari dzikir di dalam masjid. Berikut diantaranya:

1. Kalimat yang Paling Dicintai Allah.

Imam Muslim dalam kitab shahihnya meriwayatkan dari hadits Samurah bin Jundab ra, dia berkata:

“Rasulullah SAW bersabda: Kalimat yang paling dicintai Allah ada 4. Kamu bisa memulai dari kalimat mana saja: Subhanallah, Alhamdulillah, Laa ilaaha illallah, dan Allahu Akbar.

2. Kalimat Pelebur Dosa

Dalam kitab Al Musnad, Sunan At Tirmidzi, dan Musadrak Al Hakim, terdapat riwayat dari hadits Abdullah bin ‘Amr ra, dia berkata:

“Rasulullah SAB bersabda: “Di muka bumi ini, setiap kali seseorang membaca kalimat laa ilaaha illallaah, Allaahu Akbar, Subhaanallah, Alhamdulillaah, dan Laa haula walaa quwwata illaa billaah, maka dosa-dosanya dilebur meskupun lebih banyak dari buih di laut.”

Dosa yang dilebur yakni dosa kecil. Sedangkan dosa besar tidak bisa dilebur dengan tobat.

3. Tanaman Surga

At Tirmidzi meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra, dari Nabi SAW, Beliau bersabda: “Aku bertemu dengan Ibrahim pada malam ketika aku diisra’kan. Lalu Ibrahim berkata, ‘Wahai Muhamamd, samapaikan salamku kepada umatmu dan beritahulah mereka bahwa surga itu baik tanahnya, tawar airnya, dan surga itu qi’an, yang tanamannya adalah subhaanallah, alhamdulillah, laa ilaaha illallah, dan Allahu Akbar.”

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Hadits tentang Sabar dalam Menghadapi Ujian, Jadikan Motivasi Hidup


Jakarta

Sabar termasuk ke dalam salah satu sifat terpuji. Makna sabar secara terminologis berarti menahan jiwa, lisan, dan lain sebagainya dari segala sesuatu yang sifatnya merugikan atau buruk.

Menurut buku Hikmah Sabar susunan Pracoyo Wiryoutomo, Imam Al-Khawas mendefinisikan sabar sebagai keteguhan untuk merealisasikan Al-Quran dan sunnah. Dengan demikian, sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidakmampuan.

Dalam surat Al Baqarah ayat 153, Allah SWT berfirman:


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Sementara itu, Al Ghazali dalam buku Dahsyatnya Sabar, Syukur, Ikhlas Muhammad SAW tulisan Amirulloh Syarbini dkk mengartikan sabar sebagai kesanggupan diri ketika hawa nafsu bergejolak, atau kemampuan untuk memilih melakukan perintah agama tatkala datang desakan nafsu.

Berkaitan dengan itu, ada sejumlah dalil dari Al-Hadits yang membahas tentang sabar dalam menghadapi ujian. Apa saja? Simak bahasannya berikut ini yang dinukil dari buku Ilmu dari Guruku susunan Ihsan Nur.

Hadits tentang Sabar dalam Menghadapi Ujian

1. Perintah Sabar saat Menghadapi Ujian

Dalam sebuah hadits, diterangkan tentang perintah sabar ketika mendapat ujian dari Allah SWT.

“Siapa saja yang tidak rela menerima ketetapan-Ku (takdir-Ku) dan tidak sabar menghadapi ujian-ujian-Ku kepada dirinya, silakan dia mencari Tuhan selain Aku.” (HR Ath Thabrani dan Ibnu ‘Asakir)

2. Hadits Orang Sabar Menghadapi Ujian akan Diganjar Surga

Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Allah berfirman, jika seorang hamba ditinggal mati orang yang paling dicintainya; lalu ia bersabar dan mengharapkan pahala dari Allah, maka tidak ada pahala baginya kecuali surga.” (HR Bukhari)

3. Hadits Dosa-dosa Orang Sabar Digugurkan

Orang yang sabar ketika menghadapi ujian niscaya Allah SWT akan menggugurkan dosa-dosanya. Rasulullah SAW bersabda,

“Seorang muslim yang tertimpa suatu gangguan berupa penyakit atau yang lainnya pasti Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)

4. Hadits Larangan Mengharap Mati ketika Diberi Ujian

Dalam hadits lainnya juga disebutkan terkait larangan mengharap mati ketika diuji oleh Allah SWT. Hal ini sebagaimana bunyi sabda Nabi SAW yaitu,

“Janganlah salah seorang di antara kalian mengarapkan mati sebab kesengsaraan yang menimpanya.” (HR An Nasa’i)

5. Hadits Sabar Menghadapi Ujian Tergolong Orang Beriman

“Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HR Muslim)

(aeb/nwk)



Sumber : www.detik.com

Ciri-ciri Orang yang Cerdas Menurut Hadis Nabi


Jakarta

Rasulullah SAW pernah menyebutkan ciri-ciri orang yang cerdas dalam salah satu hadisnya. Apa saja?

Ciri-ciri orang yang cerdas menurut hadis nabi berkaitan dengan amal dan perbuatan semasa hidup di dunia. Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi dalam Akhlaq Al-Islam menukil hadits yang menyebut tentang hal ini. Rasulullah SAW bersabda,

الْكَيْسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ


Artinya: “Orang cerdas adalah yang bermuhasabah atas dirinya dan beramal untuk apa yang setelah kematian. Orang lemah adalah siapa saja yang dirinya mengikuti hawa nafsunya lalu ia berangan-angan terhadap Allah.” (HR Ahmad)

Sesuai dengan hadits di atas, ciri-ciri orang yang cerdas menurut hadis nabi adalah orang yang selalu bermuhasabah diri dan menyiapkan amalan berpahala sebagai bekal menghadapi kematian.

Dikutip dari buku tersebut, Imam An-Nawawi menyebutkan, menurut Imam At-Tirmidzi dan ulama lainnya, makna dari “Al-kayyis” adalah “orang cerdas.” Sedangkan lafal “dana nafsahu” berarti “bermuhasabah atas dirinya.”

Bermuhasabah diri bisa dilakukan dengan cara selalu mencari kesalahan dalam diri sendiri dan bukan orang lain, sehingga ia bisa selalu menyadari kesalahan tersebut dan memperbaikinya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Syaibah, dari Umar RA, dia berkata, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab! Timbanglah amal perbuatan kalian sebelum semua itu dihitung atas kalian.”

Dikatakan pula dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq, Maimun bin Mahran pernah berkata, “Orang bertakwa lebih ketat menghisab dirinya daripada seorang penguasa yang lalim, atau dari seorang teman kongsi yang pelit.”

Muhasabah diri merupakan salah satu di antara pokok-pokok akhlak tarbiyah di dalam Islam. Hal ini sesuai dengan urgensi muhasabah diri dari ijma para ulama sufi, ahli akhlak, dan para murabbi.

Muhasabah diri memiliki banyak manfaat dan kebaikan. Manfaat muhasabah diri antara lain adalah selalu mendorong diri untuk berusaha memperbaiki kesalahan, menyempurnakan kekurangan, mencari kesempurnaan, serta akan menjauhkan kita dari sikap ujub, terperdaya oleh amalnya sendiri, dan mengejek orang lain.

Cara Muhasabah Diri

Selalu muhasabah diri karena selalu ingat mati dan agar menjadi orang yang jauh dari hawa nafsu merupakan salah satu ciri-ciri orang yang cerdas menurut hadis nabi.

Dengan ingat mati, kita akan selalu ingat pula dengan kehidupan yang terjadi setelah kematian. Akhirnya dirinya akan selalu bermuhasabah diri agar terhindar dari segala dosa dan pengaruh buruk hawa nafsu.

Agar bisa menjadi orang cerdas menurut hadis nabi, maka kita perlu muhasabah diri. Abu Abdullah bin Qayyim Al Jauziyyah menyebut beberapa cara untuk muhasabah diri, seperti dinukil Majdi Fathi Sayyid dalam buku Amal yang Dibenci dan yang dicintai Allah: Panduan untuk Muslimah oleh Majdi Fathi. Antara lain:

1. Muhasabah Terhadap Kewajiban

Cara muhasabah diri yang pertama adalah dengan melakukan introspeksi terhadap ibadah-ibadah wajib terlebih dahulu. Jika ada kekurangan maka harus segera diperbaiki dan dilengkapi.

2. Muhasabah Terhadap Kelalaian

Muhasabah diri terhadap kelalaian bisa dilakukan dengan cara berzikir dan memusatkan diri kepada Allah SWT. Lalu, mengingat-ingat apa saja yang sudah dilakukannya, terutama hal-hal yang tak disadari atau tidak sengaja. Lalu perbaiki ketidaksengajaan itu dengan taubat dan menumpuknya dengan perbuatan yang baik.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa saat Angin Kencang, Bisa Dibaca ketika Cuaca Buruk



Jakarta

Doa saat angin kencang menjadi amalan yang bisa dikerjakan umat muslim. Angin merupakan fenomena alam sekaligus tentara Allah SWT.

Sama seperti hujan, angin juga diciptakan Allah SWT untuk membawa keberkahan. Namun ada kalanya angin bertiup dengan sangat kencang sehingga dikhawatirkan akan menjadi sebuah bencana.

Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Angin itu adalah bagian dari rahmat Allah. Ia bisa datang membawa rahmat dan bisa datang membawa azab. Jika kalian melihat angin, janganlah kalian memakinya! Mintalah kepada Allah kebaikannya dan mintalah perlindungan kepada Allah dari kejelekannya!” (HR Nasa’i)


Doa saat Angin Kencang

Dikutip dari laman NU Online, terdapat doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW yang bisa dibaca saat merasakan angin kencang. Doa ini semata-mata dibaca untuk mendapat perlindungan Allah SWT dari marabahaya.

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا رَحْمَةً وَلَا تَجْعَلْهَا عَذَابًا، اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا رِيَاحًا وَلَا تَجْعَلْهَا ضَرُوْرَةً.

Arab Latin: Allâhumma innî as’aluka khairahâ wa khairamâ fîhâ wa khairamâ ursilat bih, wa a’ûdzubika min syarrihâ wa syarrimâ fîhâ wa syarrimâ ursilat bih. Allâhummaj’alhâ rahmatan wa lâ taj’alhâ ‘adzâban. Allâhummaj’alhâ riyâhan wa lâ taj’alhâ dharûratan.

Artinya: “Wahai Tuhanku, aku minta kepada-Mu kebaikan ini angin, kebaikan barang yang ada di dalamnya, dan kebaikan barang yang diutus melaluinya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan ini angin, kejahatan barang yang ada di dalamnya, dan kejahatan barang yang diutus melaluinya. Wahai Tuhanku, jadikan ini sebagai angin rahmat dan jangan jadikan ini sebagai angin siksa. Wahai Tuhanku, jadikan ini sebagai angin manfaat dan jangan jadikan ini sebagai angin bahaya.”

Selain doa di atas, terdapat juga doa lainnya yang bisa diamalkan saat terjadi angin kencang, berikut bacaan doanya:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْئَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَمَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ، وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّمَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا رَحْمَةً وَلَا تَجْعَلْهَا عَذَابًا، اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا رِيَاحًا وَلَا تَجْعَلْهَا رِيْحًا

Arab Latin: Allâhumma innî as’aluka khairahâ wa khairamâ fîha wa khairamâ ursilat bih, wa a’ûdzubika min syarrihâ wa syarrimâ fîha wa syarrimâ ursilat bih. Allâhummaj’alhâ rahmatan, wa lâ taj’alhâ ‘adzâban. Allâhummaj’alhâ riyâhan, wa lâ taj’alhâ rîhan.

Artinya: “Tuhanku, kepada-Mu aku mohon kebaikan angin ini, kebaikan yang terkandung di dalamnya, dan kebaikan tujuan dihembuskannya. Kepada-Mu aku berlindung dari unsur negatif angin ini, unsur negatif yang terkandung di dalamnya, dan unsur negatif tujuan dihembuskannya. Tuhanku, jadikan angin ini sebagai rahmat. Jangan jadikan ia sebagai azab. Tuhanku, jadikan angin ini sebagai angin baik, bukan angin yang membawa akibat negatif.”

Saat angin terlalu kencang dan diiringi dengan hujan lebat, bisa amalkan doa yang dikutip dari buku Tuntunan Doa & Zikir untuk Segala Situasi & Kebutuhan oleh Ali Akbar bin Aqil, berikut doanya:

Arab latin: Allohuma laqhan laa aqiiman, allohummaj’alhaa rahmatan wa laa taj’alhaa adzaaban, allohummaj’alhaa riyaahan wa laa taj’alhaa riihan.

Artinya: Ya Allah, jadikanlah angin ini pembawa hujan, bukan angin yang kosong dan tiada membawa kebaikan. Ya Allah, jadikanlah ia sebagai rahmat dan jangan Engkau jadikan sebagai azab. Ya Allah, jadikanlah ia riyah (angin yang membawa kebajikan), dan jangan Engkau jadikan dia riih (angin yang membawa keburukan).”

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com