Tag Archives: hadits

5 Hadits Keutamaan Menyayangi Anak Yatim, Salah Satunya Selamat dari Siksa Kiamat


Jakarta

Yatim merupakan kondisi di mana ketika seseorang ditinggal wafat oleh ayahnya. Dalam bahasa Arab, yatim berarti anak dalam usia belum baligh yang ayahnya telah meninggal dunia.

Dalam Islam, mereka yang memuliakan anak yatim niscaya akan diganjar oleh berbagai keutamaan. Dijelaskan dalam buku Keajaiban Menyantuni Anak Yatim karya Mujahidin Nur bahwa menyantuni anak yatim termasuk ke dalam akhlak mulia.

Dalam surah An Nisa ayat 8, Allah SWT berfirman:


وَاِذَا حَضَرَ الۡقِسۡمَةَ اُولُوا الۡقُرۡبٰى وَالۡيَتٰمٰى وَالۡمَسٰكِيۡنُ فَارۡزُقُوۡهُمۡ مِّنۡهُ وَقُوۡلُوۡا لَهُمۡ قَوۡلًا مَّعۡرُوۡفًا

Artinya: “Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir beberapa kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekadarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”

Hadits Keutamaan Menyayangi Anak Yatim

Mengacu pada sumber yang sama dan arsip detikHikmah, berikut sejumlah hadits yang membahas keutamaan menyayangi anak yatim.

1. Diganjar Surga

Kaum muslimin yang menyayangi dan mengasuh anak yatim akan diganjar surga oleh Allah SWT. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

“Orang yang memelihara anak yatim di kalangan umat muslimin, memberikannya makan dan minum, pasti Allah akan masukkan ke dalam surga kecuali ia melakukan dosa yang tidak diampuni.” (HR Tirmidzi)

2. Dekat Kedudukannya dengan Rasulullah SAW

Menyayangi anak yatim akan menjadikan kedudukan kita lebih dekat dengan Rasulullah SAW di surga. Kedekatan itu bahkan diibaratkan jari telunjuk dan tengah sebagaimana disebutkan dalam hadits,

“Bahwa aku dan orang-orang yang memelihara anak yatim dengan baik akan berada di surga, bagaikan dekatnya jari telunjuk dengan jari tengah, lalu nabi mengangkat tangannya dan memperlihatkan jari telunjuk dan jari tengahnya, lalu ia renggangkan.” (HR Bukhari)

3. Mendapat Pahala Jariyah

Menyantuni dan menyayangi anak yatim dapat menjadi pahala jariyah bagi siapapun yang melakukannya. Rasulullah SAW bersabda,

“Jika manusia mati, terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang selalu mendoakannya.” (HR Muslim)

4. Selamat dari Siksa Kiamat

Keutamaan menyayangi anak yatim dalam hadits lainnya ialah selamat dari siksa kiamat. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa Allah SWT berfirman:

“Demi yang mengutusku dengan Hak, Allah tidak akan menyiksa pada hari kiamat nanti orang yang menyayangi anak yatim, lemah lembut pembicaraan dengannya, menyayangi keyatiman dan kelemahannya.” (HR Thabrani)

5. Mendapat Berkah Rumah Baik dari Allah SWT

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

“Sebaik-baik rumah kaum muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang diperlakukan (diasuh) dengan baik, dan seburuk-buruk rumah kaum muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlakukan dengan buruk.” (HR Ibnu Majah)

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa Ketika Dipuji Orang Lain, Baca Agar Tak Merasa Sombong



Jakarta

Ada doa yang bisa dibaca ketika mendengar atau melihat pujian dari orang lain. Doa ini dapat dibaca agar tetap merasa rendah hati dan terjauh dari sifat sombong.

Mendapatkan pujian dari orang lain adalah pengalaman yang dapat membuat siapa pun merasa bahagia dan dihargai. Pujian merupakan bentuk pengakuan atas usaha, prestasi, atau sifat positif yang dimiliki seseorang.

Dalam Islam, pujian dari orang lain harus selalu menjadi kesempatan untuk bersyukur kepada Allah. Semua pujian dan kebaikan yang dimiliki seseorang berasal dari Allah SWT.


Seorang muslim dapat membaca doa ketika mendapat pujian dari orang lain. Berikut doa ketika dipuji orang lain.

Doa Ketika Dipuji Orang Lain

Dikutip dari buku Doa dan Zikir Harian Nabi karya Imam Abu Wafa, ketika dipuji atau dilebih-lebihkan dari muslim lain, maka jangan tertipu dengan sanjungan tersebut. Hendaknya membaca doa ketika dipuji orang lain. Doa yang dapat dibaca yaitu:

اللَّهُمَّ لا تُؤَاخِذْنِي بِمَا يَقُولُونَ، واغْفِر لِي مَا لَا يَعْلَمُونَ واجْعَلْنِي خَيْراً مِمَّا يَظُنُّونَ

Bacaan latin: Allahumma laa tu’akhiznii bimaa yaquuluuna waghfirlii ma laa ya’lamuuna waj’alnii khairan mimma yadhunnun

Artinya: “Ya Allah, janganlah engkau siksa aku dengan apa yang mereka ucapkan, ampunilah aku apa yang mereka tidak ketahui, dan jadikanlah bagiku yang lebih baik dari apa yang mereka kira.” (HR Bukhari)

Keutamaan Membaca Doa Ketika Dipuji Orang Lain

Pujian adalah sumber fitnah. Perlu diperhatikan apakah pujian yang orang lain berikan tersebut berakibat baik pada diri atau tidak, ungkap Mahmud Asy Syafrowi dalam buku Sukses Dunia-Akhirat dengan Doa-doa Harian. Untuk terhindar dari fitnah serta keburukan lainnya, sangat di anjurkan untuk seorang muslim membaca doa ketika mendapat pujian dari orang lain.

Memuji dan Menyebutkan Kebaikan Diri Sendiri

Dikutip dari buku Buku Induk Doa dan Zikir oleh Kasimun, Allah SWT melarang hamba-Nya untuk mengatakan bahwa dirinya suci. Larangan tersebut termaktub dalam surah An-Najm ayat 32,

اَلَّذِيْنَ يَجْتَنِبُوْنَ كَبٰۤىِٕرَ الْاِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ اِلَّا اللَّمَمَۙ اِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِۗ هُوَ اَعْلَمُ بِكُمْ اِذْ اَنْشَاَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ وَاِذْ اَنْتُمْ اَجِنَّةٌ فِيْ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْۗ فَلَا تُزَكُّوْٓا اَنْفُسَكُمْۗ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقٰى ࣖ ٣٢

Artinya: “(Mereka adalah) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji. Akan tetapi, mereka (memang) melakukan dosa-dosa kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Mahaluas ampunan-Nya. Dia lebih mengetahui dirimu sejak Dia menjadikanmu dari tanah dan ketika kamu masih berupa janin dalam perut ibumu. Maka, janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia lebih mengetahui siapa yang bertakwa.”

Terdapat dua macam dalam menyebut kebaikan diri sendiri, yaitu yang tercela dan yang disukai. Yang tercela tujuannya menyombongkan diri, menampakkan ketinggian dan merasa lebih istimewa daripada yang lain, dan lain sebagainya. Kebaikan yang tercela ini dilarang untuk dilakukan.

Sedangkan yang terpuji adalah yang mengandung maslahat agama seperti guru amar ma’ruf dan nahi munkar, penasihat, penceramah, pendidik, dan lain sebagainya. Jika demikian, maka ia boleh menyebutkan kebaikannya dengan niat semoga ucapannya bisa diterima dan dipegang.

Terdapat sebuah hadits dalam buku Shahih Adabul Mufrad karya Imam Bukhari disebutkan bahwa, “Ar-Rabi’ mendatangi Alqamah pada hari Jum’at. Apabila saya tidak ada, mereka mengirim (utusan) kepada saya. Suatu kali utusan itu datang, sedangkan saya tidak ada. Kemudian Alqamah menemui saya dan berkata, ‘Apakah engkau tidak melihat apa yang telah dibawa Ar-Rabi’?’ Alqamah berkata, ‘Apakah engkau tidak melihat sebanyak-banyak hal yang (diharapkan) manusia dalam berdoa, dan amat sedikit dari mereka dikabulkan (doanya)? Hal itu karena Allah tidak akan menerima doa kecuali doa yang ikhlas.” “Saya berkata, “Bukankah Abdullah telah mengucapkan hal itu?” Alqamah berkata, “Apa yang diucapkan Abdullah?” Abdur Rahman ibnu Yazid berkata, “Abdullah berkata, ‘Allah tidak akan mendengar (doa) dari orang yang ingin dipuji orang lain, tidak pula dari orang yang riya, tidak pula dari orang yang bermain- main, akan tetapi (hanya menerima doa) dari orang yang berdoa dengan keteguhan hatinya. ‘Abdurrahman bin Yazid berkata, “Lalu Alqamah ingat dan berkata, Ya.””

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kumpulan Hadits tentang Tanggung Jawab dalam Islam


Jakarta

Tanggung jawab termasuk ke dalam karakter yang patut dimiliki oleh kaum muslimin. Sifat ini identik dengan perilaku seseorang ketika melaksanakan tugas dan kewajiban yang diberikan.

Menurut buku Konsep Tanggung Jawab Pendidik dalam Islam susunan Mustari, tanggung jawab diartikan sebagai sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, serta kepada Tuhan.

Islam sendiri mengajarkan sikap tanggung jawab dalam sejumlah ayat Al-Qur’an dan hadits. Kaum muslimin yang bertanggung jawab akan membuktikan keimanannya dengan beribadah dan mengerjakan berbagai amalan saleh lainnya kepada Allah SWT.


Nabi Muhammad SAW bahkan mengingatkan kaum muslimin akan dampak dan perilaku menghindari tanggung jawab. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda:

“Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; “Bagaimana maksud amanat disia-siakan?”, Nabi menjawab; “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (HR Bukhari)

Menurut penafsiran para ulama, hadits di atas ditafsirkan dengan istilah al-mas’uliyyah atau tanggung jawab atas anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia, baik itu jabatan maupun nikmat yang berlimpah. Artinya, manusia berkewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban di hadapan Allah atas limpahan karunia yang diberikan.

Hadits tentang Tanggung Jawab

Menukil dari buku Fikih Responsibilitas Tanggung Jawab Muslim dalam Islam susunan Ali Abdul Halim Mahmud, berikut sejumlah hadits yang membahas tentang tanggung jawab.

1. Allah SWT Mempertanyakan Amanah yang Ditanggung

Diriwayatkan oleh Anas RA Rasulullah SAW bersabda,

“Allah SWT akan mempertanyakan semua orang yang memegang amanah atas amanah yang ia tanggung, apakah ia memeliharanya atau menyia-nyiakannya? Hingga Allah SWT akan mempertanyakan seseorang pada keluarganya.” (HR. Muslim)

2. Semua Manusia Akan Dimintai Pertanggungjawaban

Diriwayatkan Abdullah bin Umar RA, ia menuturkan mendengar Rasulullah SAW bersabda,

“Semua kamu adalah pemimpin dan seluruh pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya atas mereka yang dipimpin. Imam (presiden, raja) adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas keluarganya itu. Istri adalah pemimpin di rumah tangganya dan bertanggung jawab atas rumah tangganya itu. Pembantu adalah pemimpin bagi harta tuannya dan bertanggung jawab atasnya. Dan, kalian semua adalah pemimpin serta bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Dipertanyakan Terkait Lima Perkara

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud RA menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Dua kaki seorang hamba tidak akan bergeser dari hadapan Rabbnya, hingga ia dipertanyakan akan lima perkara: tentang umurnya dia pergunakan untuk apa? Tentang masa mudanya di mana ia habiskan? Tentang hartanya dari mana ia dapatkan? Dan, ke mana ia nafkahkan? Serta, bagaimana ia mempraktikkan dengan ilmu yang ia miliki?” (HR. Tirmidzi)

4. Dipertanyakan Terkait Nikmat

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA menuturkan, Rasulullah SAW bersabda,

“Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, engkau akan ditanyakan tentang nikmat ini pada hari kiamat, engkau keluar dari rumahmu dalam keadaan lapar, dan engkau tidak kembali hingga engkau mendapatkan nikmat.” (HR. Imam Muslim)

5. Allah SWT Mempertanyakan Manusia pada Hari Kiamat

Diriwayatkan dari Abu Sa’id al Khudri RA, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Allah SWT akan mempertanyakan manusia pada hari kiamat nanti, hingga menanyakan tentang: apa yang menghalangimu ketika melihat kemungkaran sehingga engkau tidak mencegah kemungkaran itu? Ketika Allah SWT mengajarkan kepada sang hamba untuk menjawabnya, sang hamba akan segera menjawab, “Wahai Rabbku, aku hanya mengharapkan-Mu, dan aku telah meninggalkan manusia.” (HR Imam Ahmad)

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Keutamaan Silaturahmi Berdasarkan Hadits, Salah Satunya Dilapangkan Rezekinya


Jakarta

Silaturahmi berarti menghubungkan tali kekerabatan atau rasa kasih sayang terhadap sesama manusia. Allah SWT berfirman dalam surah An Nisa ayat 36,

وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ

Artinya: “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.”


Dalam buku Keajaiban Shalat, Sedekah, dan Silaturahmi susunan H Amirulloh Syarbini, istilah silaturahmi berasal dari dua kata gabungan bahasa Arab, yaitu shilah dan ar-rahim. Maknanya sendiri ialah karib-kerabat.

Silaturahmi tidak mengenal waktu dan dapat dilakukan kapan saja. Berkaitan dengan itu, ada sejumlah hadits yang menjelaskan tentang keutamaan silaturahmi.

Hadits Keutamaan Silaturahmi

Menukil dari buku Ensiklopedi Akhlak Rasulullah Jilid 2 tulisan Syaikh Mahmud Al-Mishri, berikut sejumlah hadits keutamaan silaturahmi.

1. Dilapangkan Rezekinya

Selain mempererat tali persaudaraan, silaturahmi juga melapangkan rezeki seseorang sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadits. Nabi SAW bersabda,

“Barangsiapa yang senang agar dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (HR Bukhari)

2. Diganjar Surga

Menjalin silaturahmi merupakan amalan yang menyebabkan seseorang masuk surga. Disebutkan dalam hadits dari Abu Ayyub Al Anshori, Nabi Muhammad SAW pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan seorang muslim ke dalam surga, ia menjawab:

“Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat)” (HR Bukhari)

3. Diampuni Dosanya

Silaturahmi juga dapat menghapus dosa-dosa kaum muslimin yang mengerjakannya. Hal ini disebutkan dalam hadits yang berbunyi,

“Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu saling bersalaman, kecuali keduanya diampuni dosanya sebelum keduanya berpisah.” (HR Abu Dawud)

4. Memperpanjang Umur Seseorang

Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Silaturahmi dapat menambah umur, sedangkan sedekah dengan sembunyi-sembunyi dapat meredam murka Allah.” (HR Ath Thabrani)

5. Dijauhkan dari Masa-masa Sulit

Memperbanyak silaturahmi akan dicukupkan kebutuhannya oleh Allah SWT, baik itu dari segi materi atau masalah lain. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits,

“Tidaklah sebuah keluarga yang gemar menyambung tali silaturahmi kemudian mereka akan meminta-minta.” (HR Ibnu Hibban)

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Aroma Luka Para Syuhada Seharum Kasturi, Ini Haditsnya



Jakarta

Para syuhada memiliki keutamaan di sisi Allah SWT saat mendatangi-Nya pada hari kiamat kelak. Menurut sebuah hadits, aroma luka mereka seharum kasturi.

Hadits ini terdapat dalam Shahih Bukhari dari riwayat Abu Hurairah RA. Ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

مَا مِنْ مَكْلُوْمٍ يُكْلَمُ فِي سَبِيْلِ اللَّهِ، إِلا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَكَلْمُهُ يَدْمَى، اللونُ لَوْنُ اللَّهِ، وَالرِّيحُ رِيحُ الْمِسْكِ


Artinya: “Tidaklah ada seseorang yang terluka di jalan Allah melainkan dia datang pada hari kiamat, sedang lukanya mengeluarkan darah, rupanya adalah rupa darah namun aromanya adalah aroma minyak kasturi.”

Dalam kitab Misykat al-Mashabih, At-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Abu Dawud turut meriwayatkan hadits shahih serupa dari Mu’adz bin Jabal yang mendengar bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Siapa yang berperang di jalan Allah dari pagi hingga petang, ia memperoleh surga. Siapa yang terluka atau berdarah di jalan Allah, maka darah itu pada hari kiamat akan tampak seperti yang dahulu pernah keluar paling banyak dengan warna minyak za’faran (merah) dan mau minyak misik (kasturi, wangi).”

‘Umar Sulaiman al-Asyqar mengatakan dalam kitab Al-Yaum al-akhir al-Qiyamat al-Syughra wa alamat al-Qiyamah al-Kubra, menurut Ibn Hajar dan para ulama, hikmah adanya luka saat para syuhada dibangkitkan adalah sebagai saksi atau bukti keluhurannya mengorbankan jiwa dalam ketaatan kepada Allah SWT.

Para ulama menyatakan bahwa jenazah para syuhada perang tidak perlu dimandikan dan disalatkan, melainkan langsung dimakamkan beserta bercak darah yang masih melekat dalam tubuhnya. Dikatakan dalam kitab Fiqh Sirah an-Nabawiyah karya Al-Buthy, para ulama menyandarkan hal ini pada hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari bahwa Rasulullah SAW memerintahkan agar jenazah para syuhada Uhud langsung dimakamkan dan darah mereka tidak perlu dibersihkan.

Roh Orang Beriman Juga Wangi Kasturi

Selain para syuhada, roh orang beriman juga akan mengeluarkan aroma kasturi saat meninggal dunia, sebagaimana diterangkan dalam kitab Al-Maut wa ‘Alam Al-Barzakh karya Mahir Ahmad Ash-Shufiy dengan bersandar pada riwayat Al-Barra’ bin ‘Azib RA dari Rasulullah SAW.

Aroma ini muncul tatkala Malaikat Maut mengambil roh dan meletakkannya pada kain kafan yang telah disiapkan. Bau semerbak tersebut akan terus keluar ketika malaikat membawanya ke langit.

Berikut bunyi penggalan haditsnya,

Rasulullah SAW bersabda, “Orang beriman jika menghadapi kematian, malaikat turun kepadanya dengan wajah yang bersinar bagaikan sinar matahari dengan membawa kain kafan surga, mereka duduk di hadapannya hingga Malaikat Maut datang kemudian duduk di bagian kepala.

Ia bertanya, ‘Hai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan rahmat Allah.’ Maka Roh keluar dengan mudah dan dipegang oleh Malaikat Maut. Ketika Malaikat Maut telah mengambilnya, mereka segera meletakkan pada kain kafan yang telah disiapkan, ketika roh keluar, bau harum semerbak memenuhi ruangan.

Para malaikat itu terus melintas dengan membawa roh tersebut hingga penghuni langit bertanya, ‘Roh siapa yang baunya harum semerbak ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini roh Fulan bin Fulan’ seraya menyebutkan nama yang paling indah sebagaimana namanya di dunia.

Mereka terus membawa roh yang harum semerbak hingga ke langit dunia dan semua penghuni langit sampai langit yang ketujuh maka Allah berfirman, ‘Tetapkan hamba-Ku itu dalam golongan orang-orang mulia di sisi Allah dan kembalikan ke bumi karena dari tanah Aku ciptakan, ke tanah pula akan dikembalikan, dan dari tanah akan dikeluarkan kembali.”

Dalam Shahih Muslim juga terdapat riwayat serupa dari jalur Abu Hurairah RA yang menyebut,

“Jika orang beriman menghadapi kematian, roh tersebut berbau harum semerbak sehingga para penghuni langit berkata, ‘Bau harum semerbak ini datang dari bumi. Semoga rahmat bagimu dan jasad yang kamu bawa.’

Malaikat yang membawa roh tersebut terus berjalan untuk menghadap Allah. Kemudian Allah berfirman, ‘Pergilah bersamanya hingga kiamat datang.’

Jika orang kafir yang menghadapi kematian, roh tersebut berbau busuk yang menyengat hidung sehingga penghuni langit berkata, ‘Bau busuk ini berasal dari bumi.’ Dikatakan pada bangkai busuk itu, ‘Rasakanlah siksaan hingga kiamat datang!'”

Abu Hurairah RA mengatakan, “Rasulullah SAW menutup kembali hidungnya dengan kain tipis tersebut. Beliau melakukan itu seolah-olah beliau mencium bau busuk tersebut agar kain itu dapat menahan bau yang tak sedap itu.”

Wallahu a’lam.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

5 Hadits yang Membahas tentang Pernikahan, Penting Diketahui Muslim


Jakarta

Pernikahan menjadi sebuah jalan untuk mewujudkan asasi dari syariat Islam yaitu menjaga nasab. Hal ini dinilai penting untuk menghindari manusia agar tidak terjatuh ke dalam perkara yang diharamkan oleh Allah SWT seperti zina.

Mengutip buku Serial Hadist Nikah 1 Anjuran Menikah dan Mencari Pasangan susunan Firman Arifandim Lc MA, anjuran menikah tercantum dalam sebuah hadits yang berbunyi,

“Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang sudah mampu menanggung nafkah, hendaknya dia menikah. Karena menikah lebih mampu menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Sementara siapa saja yang tidak mampu, maka hendaknya ia berpuasa. Karena puasa bisa menjadi tameng syahwat baginya.” (HR Bukhari dan Muslim)


Dalam buku Fiqih Keluarga Terlengkap karya Rizem Aizid bahkan dijelaskan bahwa pernikahan termasuk ke dalam ibadah yang mulia. Sejumlah dalil mengenai pernikahan juga tersemat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Hadits tentang Pernikahan

Berikut sejumlah hadits yang membahas tentang pernikahan seperti dinukil dari buku Ensiklopedia Fikih Indonesia: Pernikahan susunan Ahmad Sarwat.

1. Hadits Pernikahan sebagai Penyempurna Iman

Pernikahan disebut sebagai penyempurna iman seseorang. Hal ini disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan Ath-Thabrani.

“Siapa yang menikah maka sungguh dia telah menyempurnakan setengah iman, maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam separuh yang tersisa.” (HR Ath-Thabrani)

2. Hadits Pernikahan Termasuk Sunnah Rasul

Salah satu sunnah rasul ialah pernikahan sebagaimana diriwayatkan oleh At-Tirmidzi. Dari Abu Ayyub RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Ada empat perkara yang termasuk sunnah para rasul: rasa malu, memakai wewangian, bersiwak dan menikah.” (HR At-Tirmidzi)

3. Hadits Orang yang Menikah Termasuk Golongan yang Ditolong Allah SWT

Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Ada tiga golongan yang sudah pasti akan ditolong Allah, yakni: Orang yang kawin dengan maksud menjaga kehormatan diri, seorang hamba yang berjihad di jalan Allah, dan seorang budak yang berusaha memerdekakan diri.” (HR. Ahmad, Nasa’i, Tarmizi, Ibnu Majah, dan Al Hakim)

4. Hadits Anjuran Menikah

Salah satu dari tujuan menikah ialah agar memperoleh keturunan dan meneruskan nasab. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda;

“Nikahilah wanita-wanita yang bersifat penyayang dan subur (banyak anak), karena aku akan
berbangga-bangga dengan (jumlah) kalian di hadapan umat-umat lainnya kelak pada hari Kiamat.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, dan Thabrani)

5. Hadits Membujang Tanpa Menikah Termasuk Perbuatan yang Tidak Diizinkan Rasulullah SAW

Terkait hal ini disebutkan oleh Sa’ad. Sa’ad meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menolak Usman bin Maz’unin membujang. Seandainya Nabi mengizinkan padanya, niscaya dia melakukannya. (HR Ibnu Majah)

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

4 Hadits yang Membahas Perbuatan Curang, Bukan Termasuk Golongan Umat Nabi SAW


Jakarta

Perbuatan curang sama dengan tidak jujur. Dalam Islam, perilaku ini termasuk ke dalam akhlak yang tidak terpuji.

Menukil dari buku At-Tadzkir susunan Tim Genta Hidayah, perbuatan curang sangat dibenci oleh Allah SWT. Setiap manusia yang berbuat curang akan diadili dengan seadil-adilnya di akhirat kelak.

Terkait perbuatan curang dalam Al-Qur’an tercantum dalam surah Al Mutaffifin ayat 1-4,


1. وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِينَ

Arab latin: wailul lil-muṭaffifīn

Artinya: “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang.”

2. ٱلَّذِينَ إِذَا ٱكْتَالُوا۟ عَلَى ٱلنَّاسِ يَسْتَوْفُونَ

Arab latin: allażīna iżaktālụ ‘alan-nāsi yastaufụn

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi.”

3. وَإِذَا كَالُوهُمْ أَو وَّزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ

Arab latin: wa iżā kālụhum aw wazanụhum yukhsirụn

Artinya: “dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.”

4. أَلَا يَظُنُّ أُو۟لَٰٓئِكَ أَنَّهُم مَّبْعُوثُونَ

Arab latin: alā yaẓunnu ulā`ika annahum mab’ụṡụn

Artinya: “Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.”

Dijelaskan dalam jurnal Fraud dalam Perspektif Islam Volume 5 Nomor 1 susunan Safuan dan Ismartaya, kecurangan terbagi atas beberapa jenis, yaitu taghrir (menipu), ghabn (menjual dengan harga sangat tinggi), gharar (melakukan transaksi yang tidak jelas), ghulul (korupsi), risywah (suap), dan ihtikar (menimbun).

Hadits tentang Perbuatan Curang

1. Hadits Pelaku Curang Tidak Termasuk Golongan Rasulullah SAW

Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah bersabda bahwa orang-orang yang berbuat curang tidak termasuk dari golongannya. Nabi SAW bersabda,

“Siapa saja menipu (berbuat curang) maka dia bukan dari golonganku.” (HR Muslim)

Hadits tersebut menyebutkan segala bentuk kecurangan adalah perbuatan tercela. Orang-orang yang berbuat curang tidak dianggap sebagai golongan nabi.

2. Hadits tentang Pemimpin Curang

Jika seorang pemimpin curang dan berkhianat kepada rakyatnya, kemudian dia meninggal dalam keadaan belum bertaubat, maka Allah SWT akan mengharamkan surga baginya. Ketetapan tersebut dijelaskan dalam sebuah hadits yang berbunyi:

“Barangsiapa diberi beban oleh Allah untuk memimpin rakyatnya lalu mati dalam keadaan menipu, niscaya Allah mengharamkan surga atasnya.” (HR Muslim)

3. Hadits tentang Menerima dan Memberi Suap

Islam melarang umatnya untuk berbuat curang dengan cara menerima dan memberi suap. Hal ini termaktub dalam hadits Rasulullah SAW, ia bersabda:

“Allah melaknat penyuap dan penerima suap.” (HR Ibnu Majah)

4. Hadits Berbuat Curang dengan Mengambil yang Bukan Haknya

Rasulullah SAW bersabda,

“Barangsiapa dari kalian yang aku angkat atas suatu amal, kemudian dia menyembunyikan dari kami (meskipun) sebuah jarum atau sesuatu yang lebih kecil daripada itu, maka hal itu termasuk ghulul (pencurian) yang pada hari kiamat akan ia bawa.” (HR Muslim)

Hadits tersebut menjadi peringatan bagi orang yang diberi amanah kemudian mengambil yang bukan haknya maka dapat dikatakan sebagai korupsi atau mencuri.

Itulah sejumlah hadits yang membahas tentang perbuatan curang. Semoga kita senantiasa bukan termasuk di antaranya, naudzubillah min dzaalik.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Hadits Angin yang Membawa Roh Orang-orang Beriman Jelang Kiamat



Jakarta

Kiamat adalah peristiwa kehancuran alam semesta dan seisinya. Tanda-tanda kiamat sendiri disebutkan dalam sejumlah riwayat, salah satunya terkait angin lembut yang diutus untuk mencabut roh para mukmin.

Terkait hal ini diceritakan dalam Kitab Kasyf al-Minan fi ‘Alamat as-Sa’ah wa al-Malahim wa al-Fitan susunan Mahmud Rajab Hamady yang diterjemahkan oleh Ibnu Tirmidzi. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

“Allah SWT akan mengirim dari arah Yaman, angin yang lebih halus dari sutra. Maka setiap orang yang di hatinya ada keimanan seberat sawi, rohnya akan dibawa oleh angin tersebut.” (HR Muslim)


Dalam hadits lainnya dijelaskan bahwa angin tersebut nantinya membawa roh orang-orang mukmin. Sementara itu, di dunia hanya tersisa manusia dengan perangai buruk, merekalah yang nanti akan merasakan mencekamnya hari kiamat.

Nabi SAW bersabda,

“…kemudian Allah SWT mengirimkan angin dingin dari arah Syam mencabut roh setiap orang yang berada di muka bumi yang memiliki iman walau sebiji sawi, sehingga sekalipun di antara kalian ada yang masuk ke dalam perut gunung, angin itu akan mengikutinya dan mengambil rohnya. Tinggallah di muka bumi manusia yang berperilaku jelek, bodoh seperti burung dan akalnya seperti binatang buas yang tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemunkaran.” (HR Muslim)

Berdasarkan pendapat Imam An-Nawawi, kemungkinan ada dua angin. Satunya berhembus dari Syam dan satunya dari Yaman.

Kemungkinan lainnya, angin tersebut mulai berhembus dari arah salah satu dari dua daerah tersebut lalu berakhir pada daerah yang lain dan dari sanalah angin menyebar. Pendapat tersebut didasarkan dari dua hadits yang menyebut perbedaan terkait dari mana angin itu berasal.

Melalui ‘Asyarah Yantazhiruhal ‘Aalam ‘Indal Muslimin wal Yahuud wan Nashaara susunan Mansur Abdul Hakim terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani dan Uniqu Attaqi, ada kemungkinan pengiriman angin tersebut akan terjadi setelah peristiwa diangkatnya Al-Qur’an dari hati manusia dan dari lembaran-lembaran mushaf.

Peristiwa angin lembut untuk membawa roh orang mukmin ini terjadi setelah berakhirnya masa kekuasaan Nabi Isa bin Maryam dan setelah keluarnya hewan melata. Keduanya adalah tanda-tanda menjelang datangnya kiamat yang disebutkan oleh sejumlah ulama dalam kitabnya, termasuk Imam Ibnu Katsir dalam An-Nihayah fi al-Fitan wa al-Malahim.

Pendapat lainnya yang menguatkan ialah yang menyebut pada masa keluarnya daabbah, manusia masih terbagi ke dalam dua kelompok, yakni mukmin dan kafir. Peristiwa tersebut menjadi tanda kecil kiamat yang terjadi setelah keluarnya hewan tersebut.

Wallahu a’lam bishawab.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Bolehkah Mendoakan Keburukan untuk Orang Lain karena Zalim?


Jakarta

Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa. Biasanya doa-doa ini berkaitan dengan kebaikan dunia dan akhirat. Lantas, bolehkan mendoakan keburukan untuk orang lain yang zalim?

Perintah untuk berdoa kepada Allah SWT termaktub dalam surah Al Mu’min (Gafir) ayat 60. Allah SWT berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ ࣖ ٦٠


Artinya: “Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, perintah ayat tersebut merupakan sebagian dari karunia dan kemuliaan Allah SWT. Allah SWT menganjurkan para hamba-Nya untuk meminta kepada-Nya dan Dia menjamin akan memperkenankan permintaan mereka, sebagaimana dikatakan Sufyan Ats-Tsauri dalam riwayat Ibnu Abu Hatim.

Dianjurkan Berdoa untuk Kebaikan

Dalam kitab Syarah Hisnul Muslim karya Syaikh Majdi Abdul Wahab Al-Akhmadi terdapat hadits yang berisi anjuran berdoa untuk kebaikan. Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW menjenguk seseorang dari kaum muslimin yang sudah sangat kurus seperti seekor anak ayam.

Beliau bertanya kepadanya, “Apakah kamu sudah berdoa memohon sesuatu atau meminta kepada-Nya?”

Orang itu menjawab, “Ya, aku telah mengatakan, ‘Ya Allah, apa yang telah Engkau tentukan hukumanku di akhirat, tolong segerakanlah hal itu untukku di dunia.”

Rasulullah SAW bersabda, “Mahasuci Allah. Bukankah sebaiknya kamu berdoa saja, ‘Ya Allah, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhriat, serta jagalah kami dari azab neraka.'”

Setelah itu, Rasulullah SAW mendoakan orang itu kepada Allah SWT dan orang itu kemudian sembuh. Hadits ini diriwayatkan Imam Muslim.

Larangan Mendoakan Keburukan

Rasulullah SAW juga melarang umatnya berdoa untuk keburukan diri sendiri. Beliau juga melarang mendoakan kecelakaan atas anak-anak, para pelayan, dan harta benda. Beliau bersabda,

“Janganlah kamu sekalian berdoa yang tidak baik terhadap dirimu sendiri, janganlah kamu sekalian berdoa yang tidak baik terhadap anak-anakmu, jangan berdoa yang tidak baik terhadap pelayananmu, dan janganlah kamu sekalian berdoa yang tidak baik terhadap harta bendamu. Janganlah kalian menempatkan waktu di mana pemberian diperoleh dari sisi Allah Yang Mahasuci lagi Mahatinggi, lalu Dia mengabulkan doa kalian itu.” (HR Abu Dawud dan Muslim)

Bolehkan Mendoakan Orang Zalim?

Imam Al-Ghazali menjelaskan dalam kitab Al-Halal wa Al-Haram, mendoakan orang zalim tidak diperbolehkan kecuali sekedar ucapan, “Semoga Allah menjadikan Anda orang baik” atau “Semoga Allah menolong Anda dalam berbuat baik” atau “Semoga Allah memanjangkan umur Anda dalam ketaatan kepada-Nya” dan doa-doa semacam itu.

Menurut keterangan dalam Syarah Al Adzkar sebagaimana dinukil Bakr bin Abdullah Abu Zaid dalam Tashhih Ad-Du’a, seorang muslim boleh mendoakan orang kafir dzimmi yang biasa melakukan kebaikan. Harapannya mereka mendapatkan hidayah atau petunjuk sehingga bersedia masuk Islam.

Kafir dzimmi adalah orang kafir yang hidup berdampingan dengan umat Islam. Mereka juga bukan orang yang memusuhi muslim.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Turunnya Hujan Disebut Waktu Mustajab, Ini Haditsnya



Jakarta

Hujan adalah rahmat sekaligus berkah yang Allah SWT limpahkan kepada makhluk hidup di muka bumi. Apabila hujan tak kunjung turun, maka bumi akan mengalami kekeringan.

Mengutip buku Indahnya Doa Rasulullah Bagiku oleh Masriyah Amva, hujan adalah salah satu tanda atas kebesaran dan rahmat Allah SWT. Ketika hujan turun, pikiran dan perasaan seseorang bisa mengalami perubahan seperti mengingat Tuhan, kebesaran-Nya, dan menjadi lebih banyak bersyukur.

Bahkan, dalam sebuah hadits disebutkan bahwa momen turunnya hujan menjadi waktu mustajab untuk berdoa. Imam Syafi’i dalam Kitab Al-Umm meriwayatkan hadits dengan sanad mursal, Nabi SAW bersabda:


“Carilah oleh kalian doa yang dikabulkan: di saat kedua pasukan bertemu (di jalan Allah), ketika sholat diiqamahkan, dan ketika hujan turun.”

Dalam hadits lainnya dari Sahl bin Sa’ad RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Dua doa yang tidak pernah ditolak, yaitu doa pada waktu azan dan doa pada waktu hujan.” (HR Hakim, disahihkan oleh Adz-Dzahabi 1/113-114).

Dalam buku Fiqih Doa dan Dzikir Jilid 2 susunan Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al Badr, ada doa yang disunnahkan untuk dibaca ketika hujan turun, berikut bunyinya:

اللَّهُمَّصَيِّباًنَافِعاً

Arab latin: Allahumma shoyyiban nafi’an’

Artinya: “Ya Allah, turunkan lah pada kami hujan yang bermanfaat.”

Sementara itu, bila hujan sudah berhenti maka kaum muslimin bisa memanjatkan doa lainnya dengan bunyi sebagai berikut,

اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا اللَّهُمَّ عَلَى الأَكَامِ وَالظِرَابِ وَبُطُوْنِ الأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

Arab latin: Allaahumma hawaa lainaa wa laa ‘alainaa, Allaahumma ‘alal-aakaami wazh-zhiroobi, wa buthuunil-awdiyati wa manaabitisy-syajari.

Artinya: “Ya Allah, turunkanlah hujan ini di sekitar kami, jangan kepada rumah-rumah kami. Ya Allah, berilah hujan ini pada daratan-dataran tinggi, bukit-bukit, dasar lembah, dan tempat-tempat tumbuhnya pepohonan.”

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, ia menceritakan bahwa saat ada sekelompok orang datang kepada Rasulullah SAW, mereka meminta agar beliau berdoa supaya hujan berhenti.

“Pasalnya, hujan tersebut turun terus menerus selama satu minggu, sehingga membuat hewan ternak mereka terancam mati dan jalanan pun terputus. Kemudian, Rasulullah SAW pun membaca doa tadi, dengan doa ini dan hujan pun berhenti.” (HR Bukhari no. 1014).

Selain itu, Rasulullah SAW menganjurkan kita juga untuk membaca doa berikut:

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ، لَا أُحْصِيْ ثَنَاءَ عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

Arab latin: Allaahumma innii a’uudzu bi ridhaaka min sakhathik, wa bi mu’aafaatika min ‘uquubatik, wa a’uudzu bika minka, laa ahshii tsanaa’a ‘alaika anta kamaa atsnaita ‘alaa nafsik

Artinya: “Ya Allah aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu dan dengan penyelamatan-Mu dari siksa-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu, aku tidak bisa menghitung pujian untuk-Mu, Engkau sebagaimana engkau menyanjung diri-Mu.”

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com