Tag Archives: hadits

Kumpulan Hadits tentang Fitnah, Pelakunya Diganjar Siksaan Pedih


Jakarta

Fitnah termasuk ke dalam perilaku buruk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fitnah diartikan sebagai perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan seseorang (seperti menodai nama baik dan merugikan kehormatan orang).

Dalam bahasa Arab sendiri, fitnah memiliki banyak arti. Dalam buku Fitnah Akhir Zaman: Majalah Tebuireng Edisi 40 susunan Tim Redaksi Majalah Tebuireng, kata fitnah dalam bahasa Arab memiliki arti dasar yang berkaitan dengan ujian atau cobaan.

Dalam surah Al Buruj ayat 10, Allah SWT berfirman:


اِنَّ الَّذِيْنَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوْبُوْا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيْقِۗ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan fitnah kepada orang-orang beriman, baik laki-laki maupun perempuan, kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam, dan bagi mereka azab neraka yang membakar.”

Kumpulan Hadits yang Membahas tentang Fitnah

Mengutip buku Fatwa-Fatwa Kontemporer 2 karya Yusuf Al Qardhawi, berikut sejumlah hadits yang membahas tentang fitnah.

1. Pelaku Fitnah Mendapat Siksaan Pedih

Pelaku fitnah akan mendapat siksaan yang pedih di alam kubur nanti, Nabi SAW bersabda:

“Sesungguhnya dua orang ahli kubur itu disiksa dan keduanya tidak disiksa karena dosa besar. Ya, benar. Sesungguhnya dosa itu amatlah besar. Salah seorang di antara keduanya ialah (mereka) yang berjalan di muka bumi dengan menyebarkan fitnah (mengumpat). Sementara yang lain tidak bertirai ketika kencing.” (HR Bukhari dan Muslim)

2. Manfaat Bagi Orang yang Tidak Berbuat Fitnah

Dari al Miqdad bin al Aswad RA, beliau berkata: Demi Allah! Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang yang dijauhkan dari fitnah. Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang yang dijauhkan dari fitnah. Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang yang dijauhkan dari fitnah. Dan barangsiapa yang mendapat ujian lalu bersabar, maka alangkah bagusnya.” (HR Abu Dawud)

3. Hadits tentang Fitnah

“Akan terjadi fitnah, orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, orang yang berjalan lebih baik daripada yang berlari, barang siapa yang mencari fitnah maka dia akan terkena pahitnya dan barangsiapa yang menjumpai tempat berlindung maka hendaknya dia berlindung.” (HR Bukhari dan Muslim)

4. Fitnah Wanita dan Harta Dunia

Dari Abu Sa’id al-Khudri RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya dunia ini manis dan indah. Dan sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla menguasakan kepada kalian untuk mengelola apa yang ada di dalamnya, lalu Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap dunia dan wanita, karena fitnah yang pertama kali terjadi pada Bani Israil adalah karena wanita.” (HR Muslim, Ahmad, An Nasa’i)

5. Fitnah Dajjal

“Tidak ada ujian di muka bumi sejak Allah ciptakan Adam, yang lebih besar melebihi fitnah Dajjal. Dan sungguh, setiap Allah mengutus seorang nabi, pasti dia akan mengingatkan umatnya dari bahaya Dajjal.” (HR Ibnu Majah)

Itulah deretan hadits yang membahas tentang fitnah. Semoga kita terhindar dari dosa tersebut, naudzubillah min dzaalik.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Hadits-Hadits Menahan Pandangan, Muslim Wajib Tahu!



Jakarta

Allah SWT memerintahkan hamba-Nya yang beriman untuk selalu menundukkan matanya. Rasulullah SAW juga menjelaskan hal ini dalam beberapa hadits menahan pandangan.

Allah SWT sangat mencintai hamba-Nya. Kasih sayang itu Dia tuangkan salah satunya dalam bentuk perintah. Allah SWT membuat aturan sedemikian rupa demi melindungi dan menjauhkan kita dari segala kemungkinan yang buruk.

Dalam hal berpandangan dengan lawan jenis, Allah SWT juga telah mengaturnya. Terdapat beberapa dalil tentang menjaga pandangan, baik yang tertera di dalam Al-Qur’an maupun hadits Rasulullah SAW.


Dalil Al-Qur’an tentang Menahan Pandangan

Allah SWT berfirman dalam surah An-Nur ayat 30-31, yang berbunyi,

قُلْ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا يَصْنَعُوْنَ (٣٠ ) وَقُلْ لِّلْمُؤْمِنٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ اَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوْبِهِنَّۖ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اٰبَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اٰبَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اَخَوٰتِهِنَّ اَوْ نِسَاۤىِٕهِنَّ اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُهُنَّ اَوِ التّٰبِعِيْنَ غَيْرِ اُولِى الْاِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفْلِ الَّذِيْنَ لَمْ يَظْهَرُوْا عَلٰى عَوْرٰتِ النِّسَاۤءِ ۖوَلَا يَضْرِبْنَ بِاَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِيْنَ مِنْ زِيْنَتِهِنَّۗ وَتُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ (٣١)

Artinya: Katakanlah kepada laki-laki yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. Demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada para perempuan yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (bagian tubuhnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. Hendaklah pula mereka tidak menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, ayah mereka, ayah suami mereka, putra-putra mereka, putra-putra suami mereka, saudara-saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara perempuan mereka, para perempuan (sesama muslim), hamba sahaya yang mereka miliki, para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Hendaklah pula mereka tidak menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.

Hadits-Hadits Menahan Pandangan

Perintah untuk menundukkan dan menjaga pandangan terhadap lawan jenis juga diterangkan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya.

Rasulullah SAW mengumpamakan pandangan terhadap lawan jenis bagaikan panah iblis yang bisa membawa kepada hal yang mungkar. Beliau mengatakannya sebagaimana dalam sebuah hadits yang dinukil dari buku Ensiklopedi Hal-Hal yang Haram bagi Muslimah karya Khalid Sayyid Ali.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

النَّظْرَةُ سَهُمْ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيْسَ، فَمَنْ تَرَكَهَا خَوْفًا مِنَ اللَّهُ تَعَالَى، أَعْطَاهُ اللَّهُ إِيْمَانًا يَجِدُ حَلَاوَتَهُ فِي

“Pandangan adalah panah dari panah-panah Iblis, siapa yang meninggalkannya (menjaga pandangannya) karena takut kepada Allah Ta’ala, Allah akan memberinya keimanan yang akan dirasakannya manis dan indah dalam hatinya.” (HR Ahmad dan Ath-Thabrani.)

Seorang mujahid mengatakan, “Jika seorang wanita menghadapmu, setan akan duduk di kepalanya dan akan menghiasi wanita itu bagi orang yang memandangnya. Jika wanita membelakangimu, dia akan menghiasi bagian belakang wanita itu untuk orang yang memandangnya.”

Begitu dahsyat pengaruh dari memandang lawan jenis yang bukan mahram. Rasulullah SAW bahkan mengatakan bahwa pandangan yang disengaja untuk kedua kalinya adalah musibah.

Rasulullah SAW berkata kepada Ali RA,

يَا عَلِيُّ، لا تتبع النظرَةَ النَّظْرَةَ، فَإِنَّ لَكَ الأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الْآخِرَةُ

“Wahai Ali, pandangan pertama janganlah diteruskan dengan pandangan selanjutnya. Karena pandangan pertama bagimu (nikmat), sedangkan pandangan kedua atasmu (musibah).” (HR oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Lalu, bagaimana jika ketika berjalan, seorang muslim tidak sengaja melihat atau berpandangan dengan lawan jenis? Apakah hal tersebut juga merupakan hal yang dilarang?

Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu Anhu, dia berkata,

سَأَلْتُ رَسُوْلَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ نَظَرِ الْفَجْأَةِ فَقَالَ: اصْرِفْ بَصَرَكَ وَفِي رِوَايَةٍ: اطْرُقْ بَصَرَكَ وَفِي رِوَايَةٍ : فَأَمَرَنِي أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِي

Terjemahan: “Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang pandangan yang tiba-tiba. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, ‘Palingkanlah pandanganmu.” Dan pada sebuah riwayat, “Tundukkanlah pandanganmu.” Dan pada riwayat yang lain, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan aku untuk memalingkan pandanganku.” (HR Muslim. [14/138-139])

Islam adalah agama yang adil. Larangan memandang lawan jenis yang bukan mahram tidak hanya diberikan kepada laki-laki saja. Namun, perintah ini juga dibebankan kepada para wanita.

Hadits yang diriwayatkan Az-Zuhri, dari Nabhan dari Ummu Salamah, dia berkata,

كُنْتُ عِنْدَ رَسُوْلِ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِنْدَهُ مَيْمُونَةُ فَأَقْبَلَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ، وَذَلِكَ بَعْدَ أَنْ أُمِرْنَا بِالْحِجَابِ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: احْتَجِبَا مِنْهُ فَقُلْنَا : يَا رَسُوْلَ الله أَلَيْسَ أَعْمَى لَا يُبْصِرُنَا وَلَاَ يَعْرِفُنَا؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفَعَمْيَاوَانِ أَنْتُمَا أَلَسْتُمَا تُبْصِرَانِهِ؟

Artinya: “Aku sedang duduk di sisi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan ketika itu Hafshah juga bersama kami. Lalu Ibnu Ummi Maktum meminta izin untuk masuk. Maka Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Berhijablah kalian di hadapannya.’ Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, dia seorang yang buta, dia tidak melihat kami. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Apakah kalian berdua juga buta dan tidak melihatnya?”” (HR Abu Dawud)

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Hadits Sholat Adalah Tiang Agama, Ini Keutamaan Sholat



Jakarta

Sholat menjadi ibadah yang wajib dikerjakan umat muslim. Rasulullah SAW dalam sebuah hadits menjelaskan bahwa sholat adalah tiang agama.

Sholat adalah salah satu rukun Islam. Sholat menjadi ibadah yang wajib dikerjakan oleh setiap muslim. Perintah sholat juga termaktub dalam beberapa ayat Al-Qur’an.

Demikian pula melalui hadits, Rasulullah SAW menegaskan pentingnya sholat dan menyebut sholat adalah tiang agama.


Dari Mu’adz bin Jabal, Nabi SAW bersabda:

رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ

Artinya: “Inti segala perkara adalah Islam dan tiangnya yang merupakan sholat.” (HR. Tirmidzi no. 2616 dan Ibnu Majah no. 3973.)

Ada juga hadits yang menegaskan bahwa sholat menjadi pembeda antara seorang muslim dengan orang kafir. “Perjanjian antara kami dengan orang kafir adalah sholat. Barangsiapa yang meninggalkan sholat maka ia telah kafir.” (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah).

Mengutip buku Ulumul Hadist oleh Wahyu Khafidah dkk, dijelaskan bahwa sholat merupakan salah satu kewajiban umat Islam yang telah baligh. Allah SWT memberlakukan kewajiban sholat lima waktu bedasarkan waktu yang telah ditetapkan masing-masing mulai dari terbitnya matahari hingga datangnya malam.

Sebagaimana dinuklilkan dari kitab at-targhib wat at-tarhib karya at-mundziri, terdapat sebuah hadist yang di riwayatkan imam Ad Daruquthni sebagai berikut.

Rasulullah SAW bersabda:

“(Sholat) awal waktu itu diridhoi Allah SWT dan (sholat) di akhir waktu itu diampuni Allah SWT.”

Dalam redaksi hadist lainnya yang diriwayatkan Imam Ahmad dijelaskan sebagai berikut:

Rasulullah SAW bersabda, “Seutama-utamanya amal adalah sholat pada waktunya, dan berbakti pada orangtua, dan juga berjihad. “

Keutamaan Sholat Tepat Waktu

Beberapa hadits Rasulullah SAW menegaskan pentingnya sholat tepat waktu. Seorang muslim yang mendirikan sholat diawal waktu akan mendapatkan banyak keutamaan.

Setiap sholat fardhu memiliki batasan waktu, ada awalnya dan ada juga pula akhirnya. Rincian waktu sholat terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan dijelaskan lebih rinci dalam hadist-hadist Rasulullah SAW.

Berikut beberapa keutamaan sholat dan mengerjakannya di awal waktu:

1. Merupakan amalan yang terbaik

Dari Abdullah ibnu Mas’ud Ra, berkata,

“Aku bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang amalan apakah yang paling di sukai oleh Allah Ta’ala? Beliau menjawab, “Sholat pada tepat waktu. ” Kemudian apa? Beliau menjawab, “Berbuat baik kepada kedua orangtua”. Kemudian apa? Beliau menjawab, “Jihad fi sabilillah.” (HR Bukhari dan Muslim).

2. Mencegah dari api neraka

Dari Hanzhalah Al Katib dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa selalu menjaga sholat wajib yang lima, baik ruku, sujud, wudhu atau waktu-waktunya. Dan dia mengetahui bahwa semua itu merupakan kewajiban dari sisi Allah, maka dia akan masuk surga”. atau beliau mengatakan, “Wajib baginya surga” (HR. Ahmad).

3. Sholatnya membawa pada keselamatan

“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila sholatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila sholatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari sholat wajibnya, Allah SWT mengatakan, “Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan sholat sunnah? maka sholat sunnah tersebut akan menyempurnakan sholat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.

4. Sholat di usia yang panjang

Dari Abu Hurairah ra beliau berkata:

“Ada dua laki-laki dari sebuah perkampungan dari suku Qudha’ah. keduanya berislam bersama Nabi Muhammad SAW, salah seorang dari keduanya mati syahid, sedangkan seorang yang lain masih diakhirkan (hidup) hingga setahun (setelah itu).

Thalhah bin Ubaidilah berkata, “Surga diperlihatkan kepadaku (Dalam Mimpi), maka saya melihat bahwa orang yang terakhir (wafat) dari keduanya dimasukkan ke surga sebelum yang mati syahid. Saya sangat heran dengan hal tersebut. Pada pagi hari, saya menyebutkan hal tersebut kepada Nabi Muhammad SAW atau hal tersebut disebutkan kepada Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW bersabda:
“Bukankah dia telah berpuasa Ramadhan setelah (meninggalnya orang yang mati syahid tersebut)? Dan (bukankah) dia telah mengerjakan enam ribu rakaat atau sekian dan sekian rakaat sholat sunnah?” (HR. Ahmad).

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Hadits Membantu Sesama Muslim dan Perintah Tolong Menolong


Jakarta

Hadits membantu sesama menjelaskan tentang perintah setiap muslim untuk membantu orang lain dalam hal kebaikan agar mendapat ridha dan pahala dari Allah SWT.

Membantu sesama muslim sudahlah menjadi kewajiban bagi setiap orang yang beriman. Perintah untuk tolong menolong dalam hal kebaikan difirmankan oleh Allah SWT secara langsung dalam surah Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُحِلُّوْا شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَاۤىِٕدَ وَلَآ اٰۤمِّيْنَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا ۗوَاِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوْا ۗوَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ اَنْ صَدُّوْكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اَنْ تَعْتَدُوْاۘ وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ ٢


Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar (kesucian) Allah) jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram) jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qalā’id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda) dan jangan (pula mengganggu) para pengunjung Baitul Haram sedangkan mereka mencari karunia dan rida Tuhannya!) Apabila kamu telah bertahalul (menyelesaikan ihram), berburulah (jika mau). Janganlah sekali-kali kebencian(-mu) kepada suatu kaum, karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidil Haram, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.

Menurut buku 333 Mutiara Kebaikan karya Syaikh Abu Hamzah Abdul Hamid, sesungguhnya tolong menolong antar sesama muslim sudah sejatinya harus dilakukan sebab umat Islam itu bagaikan satu bangunan yang saling menguatkan. Apabila salah satu bagian dari bangunan itu tidak kuat maka seluruh bangunan mudah roboh.

Dari Abu Musa RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seorang mukmin dengan mukmin yang lain bagai sebuah bangunan yang sebagiannya mengokohkan sebagian yang lain.” (HR Bukhari)

Rasulullah SAW juga mengumpamakan bahwa sesama muslim itu bagaikan satu tubuh yang bisa merasakan satu sama lain, apalagi ketika salah satunya ada yang merasa kesulitan.

Dari An-Nu’man bin Basyir RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan kaum mukmin dalam saling cinta, saling mengasihani, dan belas kasih mereka bagaikan satu jasad. Apabila satu anggotanya sakit maka seluruh tubuh akan merasakan tidak bisa tidur dan demam.” (HR Muslim)

Hadits Membantu Sesama Muslim

Tolong menolong kepada sesama manusia, terutama sesama muslim tidak hanya diperintahkan oleh Allah SWT saja, namun Nabi Muhammad SAW juga turut menekan umatnya untuk berbuat demikian.

Dalam sebuah hadits yang dinukil dari buku Sunan At-Tirmidzi Jilid 2 oleh Muhammad bin Isa bin Saurah (Imam at-Tirmidzi) dituliskan, dari Qutaibah, dari Abu Awanah, dari Al-A’masy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, ia mengutip perkataan Rasulullah SAW yang bersabda,

١٤٢٥ – (صَحِيحٌ) حَدَّثَنَا فَتَيَبةُ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: ((مَنْ نَفْسَ عَنْ مُؤْمِن كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ سَتَرَهُ اللهُ في الدُّنْيَا وَالْآخِرَة وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ)).

Artinya: “Barangsiapa menghilangkan satu kesulitan dari seorang mukmin ketika di dunia, maka Allah akan menghilangkan darinya satu kesulitan di akhirat. Barangsiapa yang menutupi keburukan seorang muslim, Allah akan menutupi keburukannya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR Muslim)

Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama turut menjelaskan bahwa membantu sesama manusia dan sesama muslim harus dilakukan agar tidak ada yang dizalimi dan tidak juga yang menzalimi.

Sebuah hadis membantu sesama juga disabdakan oleh Rasulullah SAW. Beliau berkata,

عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا نَنْصُرُهُ مَظْلُومًا فَكَيْفَ تَنْصُرُهُ ظَالِمًا قَالَ تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ (صحيح البخاري ، رقم: ٦٤٨٤).

Artinya: Dari Anas bin Malik RA berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Tolonglah saudaramu, yang berbuat zalim maupun yang dizalimi.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, ini (kami paham) menolong orang yang dizalimi. Tetapi, bagaimana menolong orang yang justru menzalimi?” Rasulullah SAW menjawab, “Ambil tangannya (agar tidak berbuat zalim lagi).” (HR Bukhari)

Hadits di atas menganjurkan setiap muslim untuk saling menolong sesama saudara muslim yang lainnya dan tidak menzaliminya. Bahkan, jika melihat saudaranya berbuat zalim, seorang muslim wajib untuk menghentikan saudaranya agar tidak berlaku demikian dan kembali ke jalan yang benar.

Sebaliknya, apabila seorang muslim tidak mau menolong sesama padahal dirinya mampu untuk membantunya, maka Allah SWT akan membalasnya dengan balasan yang setimpal. Pernyataan di atas sebagaimana dikutip dari buku 1100 Hadits Terpilih yang ditulis oleh Dr. Muh Faiz Almath.

Riwayat lainnya berbunyi,

إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوا عَلَى يَدَيْهِ أَوْشَكَ أَنْ يَعْمَّهُمُ اللَّهُ بِعِقَابِ مِنْهُ. (رواه أبو داود)

Artinya: “Bila orang-orang melihat seorang yang zalim tapi mereka tidak mencegahnya, dikhawatirkan Allah akan menimpakan hukuman terhadap mereka semua.” (HR Abu Dawud)

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Hadits tentang Memberi Hadiah, Termasuk Bentuk Rasa Cinta dan Kasih


Jakarta

Memberi hadiah kepada orang lain merupakan tindakan yang disunnahkan dalam Islam. Dengan memberi hadiah, maka akan tumbuh benih-benih cinta kasih dan menghilangkan rasa dendam.

Mengutip Buku Ajar Fiqih Muamalah Kontemporer karya Taufiqur Rahman, dijelaskan bahwa kata hadiah memiliki akar kata hadi yang memiliki makna penunjuk jalan, karena ia tampil di depan dan menyampaikan dengan lemah lembut. Dari sini muncul kata hidayah yang berarti penyampaian sesuatu dengan lemah lembut untuk menunjukkan simpati.

Menurut istilah dalam madzhab Syafi’i, hadiah didefinisikan sebagai pemberian suatu benda tanpa adanya imbalan, yang disertai dengan memindahkan barang tersebut ke penerima hadiah sebagai bentuk penghormatan.


Hadiah biasanya diberikan dalam bentuk barang, uang, atau hal lain yang dianggap bernilai. Dalam konteks umum, hadiah bermakna lebih khusus karena pemberiannya dilakukan sebagai bentuk penghargaan atau penghormatan tertentu.

Berkaitan dengan hadiah, ada sejumlah hadits yang membahas tentang pemberian hadiah. Seperti apa? Simak bahasannya yang dinukil dari Buku Pintar Hadits Edisi Revisi oleh Syamsul Rijal.

Kumpulan Hadits tentang Memberi Hadiah

1. Hadits Saling Memberikan Hadiah Merupakan Bentuk Rasa Cinta

Saling memberi hadiah termasuk ke dalam bentuk rasa cinta kasih. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang berbunyi,

“Salinglah memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari)

2. Hadits Larangan Mengungkit Hadiah yang Telah Diberikan

Dari Asma binti Abu Bakar RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Keluarkanlah derma atau bermurah hatilah kalian. Dan janganlah mengungkit-ungkit, sebab kelak kamu akan diungkit oleh Allah. Dan janganlah kalian memata-matai apa yang telah kalian berikan kepada orang lain, karena kelak kalian akan dimata-matai oleh Allah SWT.” (HR Bukhari dan Muslim)

3. Hadits Memberi Hadiah ketika Membayar Utang

Dari Abu Hurairah ia menceritakan ada seorang laki-laki datang menagih utang kepada Rasulullah. Saat itu, Rasulullah berutang kepadanya setengah wasaq kurma. Saat membayar utang tersebut, Rasulullah SAW bersabda,

“Yang setengah wasaq ini milikmu, dan setengah wasaq lagi hadiah dariku.” (HR Bazaar)

4. Hadits Larangan Mengambil Hadiah yang Sudah Diberikan

Ibnu Umar RA dan Ibnu Abbas RA menuturkan Rasulullah SAW bersabda,

“Tidak halal bagi seorang laki-laki Muslim apabila dia memberikan sesuatu kemudian mencabutnya kembali, kecuali pemberian seorang bapak kepada anaknya.” (HR Ahmad)

5. Hadits Pemberian Hadiah kepada Tetangga

“Wahai wanita-wanita muslimah, jangan sekali-kali seorang tetangga menganggap remeh memberikan hadiah kepada tetangganya walaupun hanya sepotong kaki kambing.” (HR Bukhari dan Muslim)

Itulah beberapa hadits yang membahas tentang pemberian hadiah. Semoga bermanfaat.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Salat Tidak Diterima Tanpa Bersuci, Ini Haditsnya



Jakarta

Salat adalah ibadah yang wajib bagi setiap umat Islam yang mukalaf. Kesucian menjadi kunci utama untuk memastikan diterimanya salat oleh Allah SWT. Menurut sebuah hadits, salat tidak diterima tanpa bersuci.

Hadits yang menyebut bahwa salat tidak diterima tanpa bersuci ini termuat dalam kitab Sunan At-Tirmidzi dan Imam At-Tirmidzi menyebutnya shahih.

Diriwayatkan dari Qutaibah bin Sa’id, dari Abu Awwanah, dari Simak bin Harb dan dari jalur lain dari Hannad, dari Waki, dari Israil, dari Simak, dari Mush’ab bin Sa’ad, dari Ibnu Umar, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda,


“Salat tidak diterima tanpa bersuci dan sedekah tidak diterima dari hasil pengkhianatan.” Dalam riwayat Hannad dikatakan, “Kecuali dengan bersuci.”

Imam At-Tirmidzi menukil hadits tersebut dari Sunan Ibnu Majah dan Shahih Muslim. Ia mengatakan, ini merupakan hadits yang paling kuat dan baik dalam tema ini.

Ada juga hadits serupa yang menegaskan bahwa Allah SWT tidak menerima salat tanpa bersuci. Dikutip dari buku Ensiklopedia Hadits Ibadah Bersuci dan Shalat Wajib karya Syamsul Rijal Hamid, orang yang berhadas wajib bersuci.

Rasulullah SAW bersabda, “Allah tidak menerima salat orang yang berhadas, sehingga ia berwudhu.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi dari Abu Hurairah RA)

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, “Membersihkan diri adalah sebagian dari iman.” (HR Muslim dan Abu Malik Al-Asy’ari RA)

Syarat Sah Salat

Dirangkum dari kitab Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq, syarat salat harus dipenuhi oleh setiap muslim yang hendak melakukan salat. Jika tidak dipenuhi, maka salatnya tidak sah. Berikut beberapa syarat sah salat.

1. Mengetahui Masuknya Waktu Salat

Salat tidak sah jika dilakukan tanpa mengetahui waktunya secara yakin atau secara dugaan yang didasarkan atas ijtihad. Termaktub dalam surah An Nisa ayat 103 Allah SWT berfirman,

فَاِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلٰوةَ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِكُمْ ۚ فَاِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ ۚ اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا ١٠٣

Artinya: “Apabila kamu telah menyelesaikan salat, berzikirlah kepada Allah (mengingat dan menyebut-Nya), baik ketika kamu berdiri, duduk, maupun berbaring. Apabila kamu telah merasa aman, laksanakanlah salat itu (dengan sempurna). Sesungguhnya salat itu merupakan kewajiban yang waktunya telah ditentukan atas orang-orang mukmin.”

2. Suci dari Hadats Kecil dan Besar

Cara bersuci dari hadats kecil dan besar adalah dengan berwudhu, mandi, atau tayamum. Termaktub dalam surah Al Maidah ayat 6, Allah SWT berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ٦

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki. Jika kamu dalam keadaan junub, mandilah. Jika kamu sakit, dalam perjalanan, kembali dari tempat buang air (kakus), atau menyentuh perempuan, lalu tidak memperoleh air, bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menjadikan bagimu sedikit pun kesulitan, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu agar kamu bersyukur.”

3. Badan, Baju, dan Tempat Salat Suci dari Najis yang Terlihat oleh Pancaindra

Hal ini berlaku untuk orang yang mampu membersihkannya. Jika seseorang tidak mampu menghilangkan najisnya, maka ia bisa salat dengannya dan tidak wajib mengulangi salatnya. Rasulullah SAW bersabda,

“Bersucilah kamu (dari air kencing), karena sesungguhnya, pada umumnya siksa kubur berasal darinya.” (HR Daraqutni)

4. Menutup Aurat

Menutup aurat termasuk syarat sahnya salat. Termaktub dalam surah Al Araf ayat 31 Allah SWT berfirman,

۞ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ ٣١

Artinya: “Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.”

5. Menghadap Kiblat

Menurut kesepakatan para ulama, bila melaksanakan salat maka harus menghadap ke arah Ka’bah yang terletak di Masjidil Haram, Makkah. Dalam surah Al Baqarah ayat 144 Allah SWT berfirman,

قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ ١٤٤

Artinya: “Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidil Haram) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.”

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Sebelum Ujian, Yuk Baca agar Lancar dan Diberi Kemudahan!



Jakarta

Doa sebelum ujian bisa dibaca dengan tujuan memohon kemudahan dari Allah SWT sehingga dapat mengerjakan ujian dengan lancar. Doa ini juga menjadi salah satu tanda seorang muslim beriman yang selalu mengingat dan melibatkan Allah SWT.

Dengan bertawakal maka perasaan hati akan merasa lebih tenang sehingga bisa mengerjakan ujian dengan lancar. Doa juga menjadi cara untuk meminta pertolongan kepada Allah SWT.

Allah SWT berjanji akan mengabulkan doa setiap hamba-Nya yang meminta permohonan. Hal ini tegas tercatat dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah Ayat 186


وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Seraya berdoa, tanamkan dalam hati bahwa pertolongan Allah SWT sangat dekat. Rezeki dan pertolongan yang diberikan juga bisa berupa banyak hal dan bisa datang dari arah yang tak diduga.

Hal ini termaktub dalam Surat At-Talaq Ayat 3

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا

Artinya: Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

Mengutip buku 13 Rahasia Doa Lulus Ujian oleh Ahmad Rifa’i Rif’an, selain berusaha dan berdoa seorang yang menjalani ujian juga harus bertawakal. Sertai juga dengan berbuat jujur.

Kejujuran akan membuahkan rasa bangga di jiwa. Dengan jujur, insya Allah pertolongan Allah akan mempercepat jalan sukses.

Rasulullah SAW, bersabda: “Hendaklah kamu semua bersikap jujur. Karena kejujuran membawa pada kebaikan, dan kebaikan membawa kepada surga. Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur (shidiq). Jauhilah sifat bohong, karena kebohongan membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membava ke neraka. Orang yang selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan, akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong (kadzdzab).”

Doa Sebelum Ujian

Doa sebelum ujian bisa dibaca agar diberikan kemudahan dalam ujian. Doa ini dikutip dari kitab Al-Adzkar oleh Imam Nawawi dan beberapa hadits riwayat lain.

1. Doa Nabi Musa

Doa yang pertama merupakan doa yang diucapkan Nabi Musa AS kepada kaumnya. Oleh karena itu, doa ini juga disebut dengan doa Nabi Musa. Sebaiknya doa sebelum ujian ini dibaca sebanyak 100 kali menjelang pelaksanaan. Bunyi bacaannya tercantum dalam firman Allah QS. Thaha ayat 25-28:

1. قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي
وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي
وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي
يَفْقَهُوا قَوْلِي

Bacaan latin: rabbisyraḥ lī ṣadrī wa yassir lī amrī waḥlul ‘uqdatam mil lisānī yafqahụ qaulī

Artinya: “Ya Rabb-ku, lapangkanlah dadaku, dan ringankanlah segala urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku.” (QS. Thaha: 25-28).

2. Doa memohon kemudahan

2. اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً

Bacaan latin: Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa

Artinya: “Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan Engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah.”

3. Doa memohon bantuan Allah SWT

3. رَبِّ يَسِّرْ وَأَعِنْ وَلَا تُعَسِّرْ

Bacaan latin: Rabbi yassir wa a’in wa laa tu’assir

Artinya: “Wahai Rab-ku, mudahkanlah (urusanku). Bantulah aku, jangan Engkau persulit.”

4. Dalam sebuah riwayat dikatakan, barangsiapa yang merasa was-was maka dapat mengucapkan doa berikut.

Hadits ini datang dari Aisyah ra sebagaimana terdapat dalam kitab Ibnu Sunni.

آمَنْتُ بِاللَّهِ وَبِرُسُلِهِ

Bacaan latin: A mannaa billaahi wa birusulihi

Artinya: “Aku beriman kepada Allah dan rasulnya.”

5. Dalam hadist riwayat Ibnu Hibban, dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda:

اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً

Bacaan latin: Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa

Artinya: “Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah.”

Demikian bacaan doa sebelum ujian yang bisa dibaca. Iringi juga dengan melakukan amalan kebaikan seperti memperbanyak sholawat dan bacaan dzikir.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Ciri dan Sifat Muslim Beriman, Dijelaskan Melalui Hadits



Jakarta

Islam telah memberikan pedoman jelas mengenai ciri dan sifat seorang muslim beriman melalui hadits Nabi Muhammad SAW. Memiliki rasa takut kepada Allah SWT merupakan salah satu ciri dan sifat seorang muslimin.

Termaktub dalam surah Al Anfal ayat 2 Allah SWT berfirman,

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ ٢


Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah mereka yang jika disebut nama Allah, gemetar hatinya dan jika dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakal,”

Selain itu, terdapat beberapa hadits Rasulullah SAW yang menjelaskan tentang ciri & sifat seorang muslimin.

Hadits Tentang Ciri dan Sifat Seorang Muslim

Dilansir dari laman NU Online dan buku Iltizam: Membangun Komitmen Seorang Muslim karya Ali Muhammad Khalil ash-Shafti, berikut beberapa hadits tentang ciri & sifat seorang muslimin.

1. Mampu menjaga lisan

Rasulullah SAW bersabda,

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت

Artinya: “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR Muttafaq Alaih)

2. Mencintai saudaranya

Rasulullah SAW bersabda,

المؤمن يحب لأخيه ما يحب لنفسه

Artinya: “Orang yang beriman mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri,” (HR Bukhari dan Muslim).

3. Memuliakan tamu

Rasulullah SAW bersabda,

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه

Artinya: “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya,” (HR Muttafaq alaihi)

4. Bersifat jujur

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya sifat jujur membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa kepada surga, maka seseorang yang selalu jujur niscaya akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah. Sesungguhnya dusta itu membawa kepada dosa dan dosa membawa kepada neraka, seseorang yang selalu berdusta niscaya akan dicatat sebagai pendusta pada sisi Allah.” (HR Muttafaq alaihi)

5. Tidak curang dan khianat

Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ حَمَّلَ عَلَيْنَا السَّلاحَ فَلَيْسَ مِنَّا وَمَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا

Artinya: “Barangsiapa yang datang kepada kami dengan membawa senjata, maka dia tidak termasuk golongan kami dan barangsiapa yang berbuat curang kepada kami maka dia tidak termasuk golongan kami.” (HR Muslim)

6. Menghindari iri dengki

Rasulullah SAW bersabda,

لَايَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَالَمْ يَتَحَاسَدُوا

Artinya: “Umat manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan, selama mereka tidak saling iri hati.” (HR Thabrani)

7. Tidak mencampuri urusan yang tidak bermanfaat

Rasulullah SAW bersabda,

مِنْ حُسْنِ اِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

Artinya: “Sebaik-baik keislaman seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR Tirmidzi dan lainnya)

8. Tidak mencela dan berkata keji

Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah termasuk golongan orang mukmin, siapa yang suka menebar fitnah, melaknat, berbuat dan berkata keji.” (HR Bukhari)

Dalam sebuah hadits Anas RA berkata, “Rasulullah tidak pernah sama sekali berkata dan berbuat keji, melaknat ataupun mencaci-maki, tetapi beliau mencela orang yang tidak ada bekas sujud di dahinya sama sekali.”

9. Merasa senang ketika berbuat baik dan merasa sedih ketika berbuat jahat

Rasulullah SAW bersabda,

من سرته حسنته وساءته سيئته فهو مؤمن

Artinya: “Siapa saja yang perbuatan baiknya membuat dirinya senang dan perbuatan jahatnya membuat dirinya sedih dan sakit, maka ia adalah orang beriman,” (HR Ahmad, At-Thabarani, dan Al-Hakim).

10. Tidak membuka rahasia orang lain

Rasulullah SAW bersabda,

إنما يتجالس المتجالسان بأمانة الله عز وجل فلا يحل لأحدهما أن يفشي على أخيه ما يكرهه

Artinya: “Dua orang dapat duduk berkumpul dengan menanggung amanat dari Allah, salah seorang di antara keduanya tidak halal untuk menyebarkan rahasia saudaranya yang ia tidak sukai (untuk diketahui publik).”

Itulah deretan hadits Rasulullah SAW tentang ciri dan sifat seorang muslim yang beriman. Semoga kita termasuk di dalamnya ya, detikers!

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Inikah Tanda-tanda Kiamat yang Muncul di Makkah?



Jakarta

Pegunungan di Makkah, Arab Saudi tampak menghijau belakangan ini usai beberapa kali diguyur hujan. Ada sebuah hadits yang menyebut, menghijaunya tanah Saudi merupakan salah satu tanda kiamat.

Potret menghijaunya pegunungan di Makkah dibagikan oleh media yang berbasis di Makkah, Inside the Haramain (Haramain Sharifain) melalui media sosialnya pekan lalu.

“Pegunungan berubah jadi hijau di Makkah setelah turun hujan baru-baru ini,” tulis Haramain, seperti dilihat detikHikmah, Selasa (28/11/2023).


Sejumlah warganet turut mengomentari unggahan tersebut dan di antaranya mengatakan hal itu sebagai tanda kiamat.

Menurut penelusuran detikHikmah, ada sejumlah hadits yang menyebut menghijaunya tanah Arab Saudi merupakan salah satu tanda kiamat. Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Muslim. Rasulullah SAW bersabda,

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَعُودَ أَرْضُ الْعَرَبِ مُرُوجًا وَأَنْهَارًا

Artinya: “Hari kiamat tidak berlaku sehingga tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan padang-padang rumput dan sungai-sungai.” (HR Muslim)

Imam Muslim turut meriwayatkan hadits serupa dari Abu Hurairah RA dengan redaksi yang lebih panjang. Disebutkan, pada suatu ketika Rasulullah SAW bersabda,

“Tidak akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah ruah, hingga seorang laki-laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya, tetapi dia tidak mendapatkan seorang pun yang bersedia menerima zakatnya itu. Dan sehingga tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan padang-padang rumput dan sungai.” (HR Muslim)

Hadits-hadits tersebut termuat dalam kitab Shahih Muslim dan kitab kumpulan hadits Misykat Al-Mashabih serta dinukil para ulama dalam kitab tentang kiamat. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar turut menukilnya dalam Al-Madkhal ila Dirasah Al-Akidah Al-Islamiyyah.

Ulama tafsir sekaligus ahli hadits Imam Ibnu Katsir dalam kitab An-Nihayah Fi Al-Fitan wa Al-Malahim juga menyampaikan riwayat serupa dari Sufyan ats-Tsauri, dari Suhail, dari ayahnya, dari Abu Hurairah RA, dari Rasulullah SAW bahwasanya beliau bersabda,

“Siang dan malam tidak akan hilang sampai tanah Arab kembali menjadi kebun-kebun dan sungai-sungai sehingga Sungai Furat mengeluarkan gunung emas dan orang-orang berperang karenanya. Setiap seratus orang, tewas 99 orang dan satu orang selamat.” (HR Muslim)

Menurut penjelasan dalam Asyratus Sa’ah karya Yusuf bin Abdullah bin Yusuf al-Wabil sebagaimana diterjemahkan Atho’illah Umar, hadits menghijaunya tanah Arab dan dipenuhi sungai-sungai tersebut menunjukkan bahwa dulu tanah Arab adalah daerah yang membentang luas dan memiliki banyak sungai. Keadaan ini akan kembali ketika kiamat sudah dekat.

Imam an-Nawawi dalam Syarh Nawawi li Muslim memaknai maksud “tanah Arab kembali terbentang luas dan dipenuhi sungai” sebagaimana disebutkan dalam riwayat Muslim, bahwa mereka meninggalkan tanah Arab dan menjadikannya kosong serta tidak ada aktivitas pertanian di sana.

“Hal itu karena jumlah kaum laki semakin sedikit dan pula banyaknya peperangan dan fitnah yang terjadi, dan karena semakin dekatnya hari kiamat, dan kecilnya harapan dan cita-cita dan tidak ada waktu untuk mengurus tanah yang kosong itu,” jelas Imam an-Nawawi seperti diterjemahkan Atho’illah Umar.

Penerjemah sendiri mendebat pendapat Imam an-Nawawi saat mensyarah hadits tersebut. Ia berpendapat, hadits ini menunjukkan bahwa tanah Arab akan menjadi kaya air sehingga banyak sungai dan tumbuhlah tetumbuhan hingga menjadi taman dan hutan belantara.

Terlepas dari itu, menghijaunya tanah Arab merupakan satu dari sekian tanda kiamat. Beberapa tanda kiamat lain sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih adalah munculnya Dajjal, matahari terbit dari barat, keluarnya asap, hingga turunnya Nabi Isa AS.

Hudzaifah bin Usaid mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Kiamat tidak akan terjadi sebelum kalian melihat sepuluh tanda-tandanya: (1) terbitnya matahari dari barat, (2) asap, (3) binatang melata, (4) munculnya Ya’juj dan Ma’juj, (5) keluarnya Dajjal, (6) munculnya Isa bin Maryam, (7) tiga gerhana; gerhana di barat (8) gerhana di timur, (9) gerhana di Jazirah Arab, (10) api yang keluar dari dasar Aden yang menggiring manusia atau mengumpulkan manusia dan bersama mereka di mana saja berada.” (HR Muslim, Ahmad, dan lainnya. Ibnu Katsir mengatakan hadits ini shahih)

Beberapa tanda kiamat lain yang mungkin saat ini sudah terjadi adalah sebagaimana diriwayatkan Anas bin Malik RA. Rasulullah SAW bersabda,

“Di antara tanda-tanda kiamat adalah ilmu diangkat, kebodohan merebak, zina merajalela, meminum khamar, kaum lelaki banyak yang meninggal, sedangkan kaum wanita masih bertahan (atau bertambah) sehingga selisih antara perempuan dan lelaki lima puluh dibandingkan satu.” (HR Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah)

Wallahu a’lam.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

5 Hadits tentang Taqwa, Disebut Sebagai Wasiat Rasulullah SAW


Jakarta

Hadits tentang taqwa perlu dipahami oleh kaum muslimin. Dalam Al-Qur’an, terkait taqwa disebutkan dalam surat Al Maidah ayat 35,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱبْتَغُوٓا۟ إِلَيْهِ ٱلْوَسِيلَةَ وَجَٰهِدُوا۟ فِى سَبِيلِهِۦ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS Al Maidah: 35)


Pengertian taqwa secara bahasa ialah menjaga. Sementara itu, menurut istilah taqwa dimaknai sebagai bentuk penjagaan diri seorang hamba terhadap kemurkaan Allah SWT dengan cara menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Mengutip buku Quantum Takwa oleh Al-Hafizh Ibnu Rajab, taqwa berarti penjagaan diri terhadap sesuatu yang sifatnya mengkhawatirkan. Taqwa dapat menjadi landasan utama seorang muslim untuk meraih ridha serta ampunan Allah SWT.

Tidak hanya melalui ayat Al-Qur’an, sifat taqwa juga dijelaskan dalam sejumlah hadits. Berikut kumpulan hadits tentang taqwa yang dinukil dari buku Metafora Hikmah: Perumpamaan dalam Alquran oleh Abi Abdullah At-Tirmidzi.

5 Hadits yang Membahas tentang Taqwa

1. Hadits Wasiat Bertaqwa

Dari Abu Dzar RA, Nabi SAW pernah berpesan kepadanya:

“Aku wasiatkan kepadamu untuk bertakwa kepada Allah dalam urusanmu yang rahasia maupun yang terang terangan. Jika kamu berdoa, berdoalah dengan baik! Janganlah kamu meminta sesuatu apapun kepada orang lain! Jangan kamu menyimpan amanat ; dan janganlah kamu memberi keputusan di antara dua orang!” (HR Ahmad)

2. Hadits Orang Bertaqwa Dianggap Keluarga Rasulullah SAW

Rasulullah SAW pernah ditanya perihal “Siapakah yang dimaksud dengan keluarganya?”

‘Siapa saja yang bertakwa,’ jawab Rasulullah SAW.” (HR Baihaqi)

3. Hadits Bertaqwa Sebagai Pesan Nabi SAW

Hadits tentang taqwa lainnya ialah disebutkan oleh Nabi SAW sebagai pesan dari sang rasul.

“Dari Abi Najih Al-Irbadh bin Sariyah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW menasehati kami dengan sebuah pesan yang membuat hati takut dan air mata berlinang. Kami bertanya, ‘Wahai Rasulullah SAW, wejanganmu ini seakan nasihat terakhir. Berilah kami nasihat.’ Rasulullah menjawab, ‘Aku berpesan kepadamu untuk bertakwa kepada Allah, patuh, dan taat sekalipun seorang budak Habsyi menjadi pemerintahmu.” (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

4. Hadits Anjuran Bertaqwa dalam Segala Keadaan

Abu Dzar dan Mu’adz bin Jabal meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Bertakwalah kepada Allah bagaimanapun keadaanmu! Ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik yang akan menghapusnya! Bergaullah dengan orang-orang dengan akhlak yang baik.” (HR At-Tirmidzi)

5. Hadits Taqwa Termasuk Doa Nabi Muhammad SAW

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Nabi SAW berdoa:

“Ya Allah, datangkan untuk diriku ketaqwaannya! Sucikanlah ia, sesungguhnya Engkaulah yang terbaik yang menyucikannya! Engkaulah penolong dan penguasanya.” (HR Ahmad)

Itulah sejumlah hadits yang membahas tentang taqwa. Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bertaqwa, Aamiin ya rabbal alamin.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com