Tag Archives: hadits

Menanam Tanaman di Atas Makam Dapat Meringankan Siksa? Ini Haditsnya


Jakarta

Makam menjadi tempat istirahat terakhir untuk orang-orang yang telah wafat. Mungkin tak sedikit umat Islam yang menancapkan tanaman di makam.

Berkaitan dengan hal itu, terdapat beberapa hadits tentang tanaman di makam beserta amalan yang bermanfaat bagi mayat. Berikut hadits dan penjelasannya.

Hadits tentang Tanaman di Makam

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ ﷺ بِحَائِط مِنْ حِيْطَانِ الْمَدِينَةِ أَوْ مَكَّةَ فَسَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ يُعَذِّبَانِ فِي قُبُوْرِهِمَا فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ يُعَذِّبَانِ وَمَا يُعَذِّبَانِ فِي كَبِيرٍ ثُمَّ قَالَ بَلَى كَانَ أَحَدُهُمَا لَا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ وَكَانَ الْآخَرُ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ دَعَا بِجَرِيدَةٍ فَكَسَرَهَا كِسْرَتَيْنِ فَوَضَعَ عَلَى كُلِّ قَبْرٍ مِنْهُمَا كِسْرَةً فَقِيلَ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُمَا مَا لَمْ تَيْبَسَا أَوْ إِلَى أَنْ يَيْبَسَا


Artinya: “Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas ia berkata, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berjalan di pinggir salah satu tembok Kota Madinah atau Makkah. Beliau mendengar suara dua orang yang sedang disiksa di kuburnya. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian bersabda, ‘Keduanya disiksa dan tidak disiksa karena sesuatu yang besar. Ya, salah satunya tidak menutup (aurat) saat kencing dan orang lain berjalan mengadu domba.’ Nabi lalu meminta pelepah pohon dan beliau membaginya menjadi dua. Tiap satu belahan pelepah itu beliau letakkan di kuburan kedua orang itu. Sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, mengapa Anda melakukan ini?’ Nabi menjawab, ‘Semoga diringankan siksa untuk keduanya selama kedua bagian pelepah itu masih basah’.” (HR Bukhari)

Dirangkum dari Majalah Nadhlatul Ulama: Aula terbitan Aula Media Nahdlatul Ulama, hadits tersebut menjelaskan bahwa pelepah atau ranting pohon dapat meringankan siksa orang dalam makamnya. Tidak harus berupa ranting kurma, namun tumbuhan yang mudah didapatkan di suatu daerah tertentu. Misalnya, bunga yang terkadang diberi air dengan tujuan agar tidak cepat mengering.

Amalan yang Bermanfaat bagi Mayat

Dirangkum dari buku Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq, berikut beberapa amalan yang bermanfaat bagi mayat:

1. Doa dan Istighfar yang Ditujukan untuk Mayat

Para ulama sepakat bahwa doa dan istighfar yang ditujukan kepada mayat dapat memberi manfaat kepadanya. Hal ini berdasarkan pada firman Allah SWT yang termaktub dalam surah Al-Hasyr ayat 10,

وَالَّذِيْنَ جَاۤءُوْ مِنْۢ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَآ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ ࣖ ١٠

Artinya: “Orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar) berdoa, ‘Ya Tuhan kami, ampunilah kami serta saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penyantun lagi Maha Penyayang’.”

2. Sedekah

Imam Nawawi berpendapat bahwa sedekah dapat bermanfaat kepada orang yang sudah meninggal dunia dan pahala dari sedekah tersebut sampai kepadanya. Perlu diketahui bahwa tidak disyariatkan mengeluarkan sedekah di makam dan dimakruhkan bersedekah bersamaan dengan proses pemakaman.

3. Puasa

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwasanya ada seorang lelaki yang menemui Rasulullah SAW lalu berkata, “Wahai Rasulullah, ibuku telah meninggal dunia dan dia masih memiliki tanggungan berpuasa selama satu bulan apakah saya diperbolehkan berpuasa untuknya?”

Rasulullah SAW bertanya, “Seandainya ibumu memiliki utang, apakah engkau akan melunasinya?” Perempuan itu menjawab, “Iya.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Utang kepada Allah SWT lebih berhak untuk dipenuhi.”

4. Haji

Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, bahwasanya ada seorang perempuan dari Junainah yang menemui Rasulullah SAW, lalu bertanya, “Sesungguhnya ibuku telah bernazar untuk melaksanakan haji, tapi nazar tersebut belum terlaksana sampai ia meninggal dunia, apakah saya boleh berhaji untuknya?”

Rasulullah SAW menjawab, “Iya. Berhajilah untuknya. Bagaimana pendapatmu jika ibumu mempunyai hutang, apakah engkau akan melunasinya?” Dia menjawab, “Iya.” Rasulullah SAW melanjutkan, “Penuhi hutangnya kepada Allah, sebab hutang Allah SWT lebih berhak untuk dipenuhi.”

5. Salat

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya bentuk berbuat baik kepada orang yang sudah meninggal dunia adalah hendaknya engkau melakukan salat untuknya sebagaimana salat yang engkau lakukan dan hendaknya engkau berpuasa untuknya sebagaimana puasa yang engkau lakukan.”

6. Membaca Al-Qur’an

Ulama Ahlus-Sunnah berpendapat bahwa membaca Al-Qur’an merupakan amalan yang bermanfaat bagi seseorang yang sudah meninggal dunia.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

5 Hadits tentang Pentingnya Menjaga Silaturahmi


Jakarta

Silaturahmi mengandung banyak keutamaan. Dalam Islam, silaturahmi memiliki peran penting bagi kehidupan sehari-hari.

Mengutip buku Keajaiban Shalat, Sedekah dan Silaturahmi oleh Amirulloh Syarbini, para ulama mengartikan silaturahmi sebagai hubungan keluarga yang bertalian darah. Sementara itu, makna dari silaturahmi secara umum ialah menghubungkan sesuatu yang memungkinkan terjadinya kebaikan, serta menolak sesuatu yang memungkinkan terjadinya keburukan dalam batas kemampuan.

Dalil mengenai silaturahmi tercantum dalam surah An Nisa ayat 36,


وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ

Artinya: “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.”

Bahkan dalam sejumlah hadits juga ditekankan mengenai pentingnya menjaga silaturahmi bagi kaum muslimin.

Hadits tentang Pentingnya Menjaga Silaturahmi

Berikut sejumlah hadits mengenai pentingnya menjaga silaturahmi yang dikutip dari buku Ensiklopedi Akhlak Rasulullah Jilid 1 karya Syaikh Mahmud Al-Mishri.

1. Perintah untuk Silaturahmi

Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna jangan syirik, dirikanlah salat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahmi dengan orang tua dan saudara.” (HR Bukhari)

2. Silaturahmi Mengandung Banyak Manfaat

Banyak keutamaan yang terkandung dalam silaturahmi, hal ini disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang berbunyi:

“Ketika tamu datang pada suatu kaum, maka ia datang dengan membawa rezekinya. Ketika ia keluar dari kaum, maka ia keluar dengan membawa pengampunan dosa bagi mereka.” (HR Ad-Dailami)

3. Melapangkan Rezeki

Silaturahmi dapat melapangkan rezeki sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

“Barangsiapa yang senang agar dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (HR Bukhari)

4. Jadi Penghapus Dosa

Dosa manusia yang melakukan silaturahmi akan terhapus. Hal ini disebutkan dalam hadits riwayat Abu Dawud,

“Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu saling bersalaman, kecuali keduanya diampuni dosanya sebelum keduanya berpisah.” (HR Abu Dawud)

5. Diganjar Surga oleh Allah SWT

Nabi SAW bersabda,

“Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat).” (HR Bukhari)

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

4 Kriteria Memilih Pasangan dalam Islam Menurut Hadits


Jakarta

Ada empat kriteria memilih pasangan dalam Islam. Rasulullah SAW menjelaskan empat hal tersebut dalam hadits kriteria memilih pasangan berikut ini.

Menikah adalah salah satu sunnah Rasulullah SAW. Wahbah az-Zuhaili dalam kitab Fiqhul Islam wa Adillatuhu (edisi Indonesia terbitan Darul Fikir) menyebutkan sebuah hadits yang berisi sunnah ini. Rasulullah SAW bersabda,

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ


Artinya: “Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang telah mampu kebutuhan pernikahan maka menikahlah. Karena menikah itu dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga alat vital. Barang siapa yang belum mampu menikah maka hendaknya dia berpuasa, karena itu merupakan obat baginya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Menurut ijma kaum muslimin, menikah merupakan hal yang disyariatkan dalam Islam.

Kriteria dalam Memilih Pasangan

Ada beberapa kriteria yang disampaikan Rasulullah SAW dalam memilih pasangan. Kriteria tersebut termuat dalam hadits yang berasal dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعِ : لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرُ بِذَاتِ الدَيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

Artinya: “Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung.” (HR Bukhari)

Berikut penjelasan selengkapnya seperti dirangkum dari buku Pendidikan Agama Islam: Fiqh Munakahat dan Waris karya Muhiyi Shubhie.

1. Memilih Pasangan yang Baik Hartanya

Pertama, seorang laki-laki boleh memilih seorang wanita yang akan menjadi istrinya kelak dari banyaknya harta yang ia miliki. Tidak dapat dipungkiri, harta memang salah satu aspek yang penting dalam menunjang keberhasilan kehidupan rumah tangga.

Dijelaskan dalam kitab Fath Al-Bari, Ibnu Hajar menafsirkan kriteria ini sebagai pertimbangan kafa’ah (kesetaraan kondisi calon suami dan calon istri) dalam aspek finansial.

2. Memilih Pasangan yang Baik Keturunannya

Hadits kriteria memilih pasangan tersebut juga menyebutkan seorang laki-laki boleh memilih calon istri yang baik keturunan atau nasabnya. Misalnya memilih pasangan dari anak ulama, bangsawan, pejabat, maupun pengusaha.

Ibnu Hajar mengatakan bahwa laki-laki yang baik nasabnya hendaknya juga memilih seorang perempuan yang baik nasabnya pula. Seorang laki-laki bangsawan dianjurkan menikahi wanita bangsawan juga.

Namun apabila wanita bangsawan itu tidak baik agamanya, maka pilih wanita biasa yang baik agamanya, sebab agama yang baik harus didahulukan dari semua kriteria yang lain. Hal ini juga berlaku untuk wanita yang hendak memilih seorang laki-laki sebagai imam dalam rumah tangganya.

3. Memilih Pasangan yang Cantik Wajahnya

Seorang laki-laki yang hendak menikah boleh memilih calon pasangan dari segi kecantikan atau ketampanannya.

Ibnu Hajar berkomentar bahwa hadits ini menganjurkan seseorang untuk menikahi pasangan yang memiliki paras rupawan. Namun juga harus memiliki agama yang tak kalah rupawannya.

Apabila ada dua orang perempuan, perempuan pertama cantik, namun agamanya tidak baik dan perempuan kedua memiliki wajah yang biasa saja namun agamanya baik maka seorang laki-laki hendaknya memilih perempuan yang biasa saja wajahnya namun baik akhlak dan agamanya. Lagi-lagi paras pun bukan patokan utama, karena cantik atau tampan itu relatif.

4. Memilih Pasangan yang Baik Agamanya

Kriteria keempat inilah yang paling penting, yakni seorang laki-laki harus memilih pasangan hidup yang baik agamanya. Inilah kriteria mutlak yang harus ada pada calon pendamping hidup.

Hadits ini juga menganjurkan seseorang untuk memiliki relasi dan persahabatan dengan orang yang baik agamanya dalam segala hal. Siapa saja yang bersahabat dengan mereka, maka ia akan mendapatkan manfaat dari akhlak, keberkahan, dan kebaikan jalan hidup, serta aman dari mafsadah ketika berada di sisi mereka.

Dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Majah yang meskipun kualitasnya dhaif (lemah), namun dapat dijadikan i’tibar selama bukan perkara aqidah maupun hukum (halal/haram), Rasulullah SAW bersabda,

لَا تَزَوَّجُوا النِّسَاءَ لِحُسْنِهِنَّ فَعَسَى حُسْنُهُنَّ أَنْ يُرْدِيَهُنَّ وَلَا تَزَوَّجُوهُنَّ لِأَمْوَالِهِنَّ فَعَسَى أَمْوَالُهُنَّ أَنْ تُطْغِيَهُنَّ وَلَكِنْ تَزَوَّجُوهُنَّ عَلَى الدِّينِ وَلَأَمَةٌ خَرْمَاءُ سَوْدَاءُ ذَاتُ دِينِ أَفْضَلُ

Artinya: “Janganlah kalian menikahi perempuan karena kecantikannya, bisa jadi kecantikannya itu merusak mereka. Janganlah menikahi mereka karena harta-harta mereka, bisa jadi harta-harta mereka itu membuat mereka sesat. Akan tetapi nikahilah mereka berdasarkan agamanya. Seorang budak perempuan berkulit hitam yang telinganya sobek tetapi memiliki agama adalah lebih utama.” (HR Ibnu Majah)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Sholawat Nabi yang Benar Sesuai Sabda Rasulullah


Jakarta

Ada banyak macam sholawat nabi baik yang berasal dari Rasulullah SAW langsung maupun gubahan para ulama. Lantas, bagaimana bacaan sholawat nabi yang benar?

Nabi Muhammad SAW merupakan junjungan, kekasih, panutan, dan nabi besar bagi umat Islam. Wajib hukumnya bagi setiap muslim untuk mengimaninya dan mengikuti setiap ajarannya.

Selain agar mendapat rida Allah SWT dan pahala dari-Nya, mengikuti perintah rasul juga bertujuan untuk menambah kecintaan kepada beliau sehingga kita termasuk dalam umat yang mendapat syafaatnya kelak di hari akhir.


Salah satu cara untuk menunjukkan kecintaan kepada Rasulullah SAW adalah dengan memperbanyak membaca sholawat nabi. Allah SWT telah memerintahkan hal ini dalam surah Al-Ahzab ayat 56 yang berbunyi,

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا ٥٦

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi Wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”

Menurut Tafsir Ibnu Katsir seperti diterjemahkan M. Abdul Ghoffar, maksud sholawat dari Allah SWT dalam ayat tersebut adalah pujian-Nya kepada Nabi SAW di kalangan malaikat dan sholawat dari malaikat adalah doa mereka untuknya. Demikian pendapat abul aliyah seperti dikatakan Imam Bukhari.

Ibnu Katsir turut menyebut riwayat yang berisi bacaan sholawat sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW. Berikut bacaannya.

Bacaan Sholawat Nabi yang Benar

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكَتْ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ

Allaahumma shalli ‘alaa muhammadin ‘abdika wa rasuulikan, kamaa shallayta ‘alaa ibraahiima, wa baarik ‘alaa muhammadin, wa ‘alaa aali muhammadin, kamaa baarakta ‘alaa ibraahiima

Artinya: “Ya Allah limpahkanlah sholawat buat Muhammad, hamba dan Rasul-Mu, sebagaimana telah Engkau limpahkan sholawat buat keluarga Ibrahim. Dan limpahkanlah berkah untuk Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah limpahkan berkah buat keluarga Ibrahim.” (HR Bukhari)

Bacaan Sholawat Lainnya

Selain bacaan sholawat di atas, berikut beberapa bacaan sholawat menurut hadits yang diambil dari buku Mari Bersholawat sesuai Tuntunan Nabi: Mengupas Seluk Beluk Sholawat dalam Tinjauan Syariat karya Abu Utsman Kharisman.

1. Hadits Abu Mas’ud Al-Anshoriy

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّد

Arab-latin: allaahumma sholli ‘ala muhammad an- nabiyyil ummiy wa ‘alaa aali muhammad

Artinya: “Ya Allah, bersholawatlah untuk Muhammad, seorang Nabi yang ummiy (tidak bisa membaca dan menulis), demikian juga untuk keluarga/pengikut Muhammad.” (HR Abu Dawud)

2. Hadits Kaab bin Ujroh

لَقِيَنِي كَعْبُ بْنُ عُجْرَةَ فَقَالَ أَلَا أُهْدِي لَكَ هَدِيَّةً خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ – – فَقُلْنَا قَدْ عَرَفْنَا كَيْفَ نُسَلِّمُ عَلَيْكَ فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ قَالَ « قُولُوا:

“اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ”

Artinya: “Ka’ab bin Ujroh -semoga Allah meridhainya- bertemu dengan aku. Beliau berkata: Maukah engkau aku beri hadiah (hadits). Rasulullah shollallahu alaihi wasallam pernah keluar kepada kami dan kami berkata: Kami telah mengetahui bagaimana mengucapkan salam kepada anda. Bagaimana sholawat untuk anda? Nabi menyatakan: Ucapkanlah:

‘Allaahumma sholli ‘alaa muhammad wa ‘alaa aali muhammad kamaa shollayta ‘alaa aali ibrahim innaka hamiidun majiid. allaahumma baarik ‘ala muhammad wa ‘alaa aali muhammad kamaa baarokta ‘alaa aali ibrahim, innaka hamiidun majiid’

Ya Allah, bersholawatlah untuk Muhammad dan untuk keluarga/pengikut Muhammad sebagaimana Engkau telah bersholawat untuk keluarga/pengikut Ibrahim sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berkahilah Muhammad dan keluarga/pengikut Muhammad sebagaimana Engkau memberkahi keluarga/pengikut Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. (HR Bukhari dan Muslim)

3. Hadits Abu Humaid As Sa’idy

أَنَّهُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ قَالَ « قُولُوا:

“اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ”

Artinya: “Mereka (para Sahabat Nabi) berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana bersholawat kepada anda? Nabi bersabda: Ucapkanlah:

‘Allaahumma sholli ‘ala muhammad wa ‘alaa azwaajihi wa dzurriyatihi kamaa shollayta ‘alaa aali ibrahim wa baarik ‘alaa muhammad wa ‘alaa azwaajihi wa dzurriyaatihi kamaa baarokta ‘alaa aali ibrahim innaka hamiidun majiid’

Ya Allah bersholawatlah untuk Muhammad dan kepada istri-istri beliau dan keturunan beliau sebagaimana Engkau bersholawat untuk pengikut Ibrahim dan berkahilah Muhammad dan para istri beliau serta keturunan beliau sebagaimana Engkau memberkahi pengikut Ibrahim sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

4. Hadits Abu Said Al-Khudriy

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا السَّلَامُ عَلَيْكَ فَكَيْفَ نُصَلِّي قَالَ قُولُوا

“اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ”

Artinya: “Dari Abu Said al-Khudriy ia berkata: Kami berkata: Wahai Rasulullah, ucapan salam kepada anda ini (telah kami ketahui). Bagaimana kami bersholawat? Nabi bersabda, Ucapkanlah:

‘Allaahumma sholli ‘alaa muhammad ‘abdika wa rosulika kamaa shollayta ‘alaa ibrahim wa baarik ‘alaa muhammad wa ‘ala aali muhammad kamaa baarokta ‘alaa ibrahim wa aali Ibrahim’

Ya Allah, bersholawatlah untuk Muhammad, hamba-Mu dan Rasul-Mu, sebagaimana Engkau telah bersholawat untuk Ibrahim. Berkahilah Muhammad dan keluarga/pengikut Muhammad sebagaimana Engkau memberkahi Ibrahim dan keluarga/pengikut Ibrahim.” (HR Bukhari)

5. Hadits Tholhah bin Ubaidillah

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ الصَّلَاةُ عَلَيْكَ قَالَ قُلْ “اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ”

Artinya: “Aku (Tholhah bin Ubaidillah) berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana bersholawat kepada anda? Nabi bersabda: ucapkanlah:

‘Allahumma sholli ‘alaa muhammad wa ‘alaa aali muhammad kamaa shollayta ‘ala Ibrahim innaka hamiidun majiid. Wa baarik ‘alaa muhammad wa ‘alaa aali muhammad kamaa baarokta ‘alaa aali ibrahim innaka hamiidun majiid’

Ya Allah, bersholawatlah untuk Muhammad dan keluarga/pengikut Muhammad, sebagaimana Engkau bersholawat untuk Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Berkahilah Muhammad dan keluarga/pengikut Muhammad, sebagaimana Engkau memberkahi keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.” (HR Ahmad)

6. Hadits Zaid bin Khorijah

إِنِّي سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنَفْسِي فَقُلْتُ كَيْفَ الصَّلَاةُ عَلَيْكَ قَالَ صَلُّوا وَاجْتَهِدُوا ثُمَّ قُولُوا

“اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ”

Artinya: “Sesungguhnya aku bertanya langsung kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Aku berkata: Bagaimana (bacaan) sholawat untuk anda? Nabi bersabda: Bersholawatlah dan bersungguh-sungguhlah. beliau bersabda: Ucapkanlah:

‘Allaahumma baarik ‘ala Muhammad wa ‘alaa aali muhammad kamaa baarokta ‘alaa ibrahim innaka hamiidun majiid’

Ya Allah berkahilah Muhammad dan keluarga/pengikut Muhammad. Sebagaimana Engkau memberkahi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji Lagi Maha Mulia.” (HR Ahmad)

7. Hadits Abu Hurairah

قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ قَالَ قُوْلُوْا

“اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَبَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ”

وَالسَّلَامُ كَمَا قَدْ عَلِمْتُمْ

Artinya: “Kami berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana bersholawat untuk anda? Nabi bersabda: Ucapkanlah:

‘Allaahumma sholli ‘ala muhammad wa ‘alaa aali muhammad wa baarik ‘alaa muhammad wa ‘alaa aali muhammad kamaa shollayτα wa baarokta alaa ibrohim wa aali ibrohim innaka hamiidun majiid’

Ya Allah, bersholawatlah untuk Muhammad dan keluarga/pengikut Muhammad. Berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad. Sebagaimana Engkau telah bersholawat dan memberikan keberkahan kepada Ibrahim dan keluarga/pengikut Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.

Sedangkan bacaan salam, sebagaimana yang telah kalian ketahui.” (HR At-Thohawiy)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

5 Doa Selamat Perjalanan, Bisa Dibaca Saat Pergi Liburan


Jakarta

Akhir tahun jadi momen bagi banyak orang untuk melakukan liburan. Bagi seorang muslim, dianjurkan membaca doa selamat ketika sedang dalam perjalanan agar senantiasa mendapat perlindungan dari Allah SWT.

Doa perjalanan bisa menjadi salah satu cara untuk memohon kepada Allah SWT, tujuannya agar selalu dilindungi. Doa merupakan amalan yang bisa dikerjakan kapanpun, sebagaimana firman Allah SWT yang termaktub dalam surat Al Baqarah ayat 186,

وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ


Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.

Selain itu, melakukan perjalanan ke berbagai tempat juga merupakan anjuran yang juga tercatat dalam Al-Qur’an. Termaktub dalam Surat Al-Mulk Ayat 15, Allah SWT berfirman,

هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ ذَلُولًا فَٱمْشُوا۟ فِى مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا۟ مِن رِّزْقِهِۦ ۖ وَإِلَيْهِ ٱلنُّشُورُ

Artinya: Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.

Imam an-Nawawi menukil sebuah riwayat dari kitab Shahih Muslim, dari Abdullah bin Sarjis RA, ia berkata,

“Jika Rasulullah SAW melakukan perjalanan jauh, beliau meminta perlindungan dari beratnya perjalanan, buruknya tempat kembali dan kebengkokan setelah lurus, doanya orang-orang yang dizalimi, serta buruknya pandangan dan harta,” (HR Muslim)

Doa Selamat Perjalanan

Ada beberapa doa yang bisa dibaca untuk memohon selamat dan agar senantiasa dilindungi Allah SWT. Doa-doa ini sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW.

Merangkum dari berbagai sumber, berikut beberapa doa selamat yang bisa dibaca ketika hendak melakukan perjalanan.

1. Doa Selamat Perjalanan Versi Pertama

Mengutip dari buku Doa & Zikir Mustajab untuk Muslimah tulisan H. Muhammad Rahmatullah, Abdullah bin Sarjis berkata bahwa apabila Rasulullah melakukan perjalanan jauh, beliau berdoa,

اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِى الأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ وَالأَهْلِ

Arab latin: Allahumma antash shohibu fis safar, wal kholiifatu fil ahli. Allahumma inni a’udzubika min wa’tsaa-is safari wa ka-aabatil manzhori wa suu-il munqolabi fil maali wal ahli.”

Artinya: “Ya Allah, Engkau adalah Teman dalam perjalanan, dan Pengganti dalam keluarga. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari beratnya perjalanan, dan kesedihan saat kembali, serta dari kekafiran setelah iman, dan dari doa orang yang dizalimi dari keburukan pemandangan dalam keluarga dan harta.” (HR Tirmidzi)

2. Doa Selamat Perjalanan Versi Kedua

Berikut doa bepergian jauh lainnya yang berasal dari riwayat Muslim dan disebutkan dalam buku 101 Pesan Rasulullah untuk Anak Saleh karya Wulan Mulya Pratiwi,

اَللّٰهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِعَنَّابُعْدَهُ اَللّٰهُمَّ اَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِوَالْخَلِيْفَةُفِى الْاَهْلِ

Arab latin: Allahuma hawwin alaina safarana haadza, wathwi ‘anna bu’dah. Allahuma anta shaahibus safari wal khaliifatu fil maali wal ahli

Artinya: “Ya Allah permudahlah perjalanan kami ini, dan jadikanlah perjalanan yang jauh terasa dekat. Ya Allah Engkaulah teman dalam bepergian dan yang mengurusi harta dan keluarga (yang ditinggal)” (HR Muslim)

3. Doa Selamat Perjalanan Versi Ketiga

Dalam Kitab Sunan Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan an-Nasa’i dengan sanad yang sahih, dari Ali bin Rabi’ah, sahabat Ali bin Abi Thalib membaca basmalah ketika naik kendaraan. Lalu, ketika telah duduk, dia membaca:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ، وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ

Arab latin: Alhamdulillaahilladzii sakhkhara lanaa haadzaa wa maa kunnaa lahuu muqriniin, wa innaa ilaa rabbinaa lamunqalibuun

Artinya: “Segala puji bagi Allah, yang menundukkan semua ini kepada kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.”

4. Doa saat Naik Kendaraan

Berdasarkan buku Doa Harian Pengetuk Pintu Langit oleh Hamdan Hamedan, Ibnu Umar RA menjalaskan doa yang sering diucapkan Rasulullah SAW ketika naik ke atas untanya dan memulai perjalanan jauh, beliau berdoa:

اللهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبَّنَا لَمُنْقَلِبُونَ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوَنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ.

اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيْفَةُ فِي الْأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَابَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوْءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَالْأَهْلِ

Latin: Allaahu akbar, Allaahu akbar, Allaahu akbar, subhaanal-ladzii sakhkhara lanaa hadzaa wa maa kunnaa lahuu muqriniin. Wa innaa ilaa Rabbinaa lamun-qalibuun.

Allaahumma innaa nas-aluka fii safarinaa haadzal-birra wat-taqwaa, wa minal-‘amali maa tardhaa. Allaahumma hawwin ‘alaynaa safaranaa hadzaa wathwi ‘annaa bu’dahu.

Allaahumma antash-shaahibu fis-safari, wal-khaliifatu fil-ahli, Allaahumma innii a’uudzubika min wa’tsaa-is-safari, wa kaabatil-man-zhari, wa suu-‘il-munqalabi fil-maali wal-ahli.

Artinya: “Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar. Mahasuci Tuhan yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, sedang sebelumnya kami tidak mampu. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami (di hari kiamat).

Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kebaikan dan takwa dalam bepergian ini, kami mohon perbuatan yang meridhakan-Mu. Ya Allah, permudahlah perjalanan kami ini, dan dekatkan jaraknya bagi kami.

Ya Allah, Engkaulah teman dalam bepergian dan yang mengurusi keluarga (yang ditinggal). Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan perubahan yang buruk dalam harta dan keluarga.” (HR Muslim).

5. Doa Selamat Perjalanan Khusus Naik Kapal

Mengutip buku Kumpulan Dzikir dan Doa Shahih oleh Anshari Taslim, ada doa khusus yang bisa dipanjatkan ketika bepergian menggunakan kendaraan kapal. Doa ini pernah dibaca Nabi Nuh AS ketika beliau menaiki kapalnya, yaitu:

بِسْمِ اللَّهِ بَحْرِنَهَا وَمُرْسَهَا إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

Latin: Bismillaahi majreeha wa mursaahaa, inna Rabbii laghafuurur Rahiim.

Artinya: “Dengan nama Allah ketika dia berlayar dan berlabuh, sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Hud: 41).

Demikian beberapa doa yang bisa dibaca saat melakukan perjalanan.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Contoh Hadits Shahih Lengkap dengan Sanad, Matan dan Rawi


Jakarta

Sanad, matan, dan rawi merupakan unsur penting dalam ilmu hadits. Berikut contoh hadits shahih lengkap dengan sanad, matan, dan rawinya.

Dijelaskan dalam buku Memahami Ilmu Hadits karya Asep Herdi, sanad menurut bahasa artinya sandaran tempat atau bersandar, sedangkan menurut istilah sanad adalah jalan yang menyampaikan kepada jalan hadits.

Sanad terdiri dari semua penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam kitabnya hingga jalurnya sampai pada Rasulullah SAW. Sanad berfungsi menggambarkan keaslian riwayat.


Lebih lanjut dijelaskan, sebuah hadits bisa terdiri dari beberapa sanad dengan jumlah penutur atau perawi bervariasi dalam lapisan sanadnya (thaqabah).

Adapun, matan menurut bahasa artinya tanah yang tinggi. Para ahli hadits mendefinisikan matan sebagai kalimat tempat berakhirnya sanad atau lafaz-lafaz hadits yang di dalamnya mengandung makna tertentu. Sederhananya matan adalah ujung sanad (gayah al-sanad) atau redaksi hadits.

Ada dua hal penting dalam memahami matan suatu hadits. Pertama, ujung sanad yang menjadi sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad SAW atau bukan. Kedua, hubungannya dengan hadits lain yang lebih kuat sanadnya dan dengan ayat-ayat Al-Qur’an.

Unsur pokok dari sebuah hadits adalah rawi. Rawi atau ar rawi adalah orang yang meriwayatkan atau memberitakan hadits (naqil al-hadits). Rawi juga termasuk orang yang menerima dan memindahkan hadits.

Rawi menjadi unsur yang tak terpisahkan dari sanad. Sebab, sanad hadits pada setiap lapisan sanadnya juga disebut rawi. Meski demikian, ada hal yang membedakan keduanya, yakni pada pembukuan hadits. Orang yang menerima hadits kemudian menghimpunnya dalam kitab disebut perawi.

Untuk lebih jelasnya, berikut contoh hadits shahih lengkap dengan sanad, matan, dan rawinya. Hadits ini termuat dalam kitab Shahih Bukhari edisi bahasa Indonesia yang disusun oleh Yoli Hemdi, terbitan Gramedia Pustaka Utama.

Contoh Hadits Shahih

حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ هَمَّامٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أَنْفَقَتْ الْمَرْأَةُ مِنْ كسب زَوْجِهَا عَنْ غَيْر أمره فَلَهُ نِصْفُ أَجْرٍ

Artinya: Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Abdur Razaq dari Ma’mar dari Hammam berkata, aku mendengar Abu Hurairah RA berkata, Nabi SAW bersabda, “Jika seorang istri bersedekah dari harta hasil usaha suaminya tanpa perintah suaminya maka bagi suaminya mendapat separuh pahalanya.” (HR Bukhari)

Penjelasan hadits

  • Sanad: Jika diurutkan dari namanya, Yahya bin Ja’far sampai Nabi Muhammad SAW adalah sanad dari hadits tersebut.
  • Matan: Kalimat “Jika seorang istri bersedekah dari harta hasil usaha suaminya tanpa perintah suaminya maka bagi suaminya mendapat separuh pahalanya.” adalah matan hadits.
  • Rawi: Imam Bukhari adalah perawinya. Ia juga juga termasuk mudawwin atau pencatat hadits.

Apabila dipecah berdasarkan tingkatan periwayatannya, maka Abu Hurairah RA adalah rawi dari tingkatan sahabat; Abdur Razaq, Ma’mar, dan Hammam adalah rawi dari tingkatan tabi’in; dan Imam Bukhari adalah rawi dari tingkatan mudawwin.

Contoh hadits shahih lain adalah sebagai berikut,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي يَعْقُوبَ الْكِرْمَانِيُّ حَدَّثَنَا حَسَّانُ حَدَّثَنَا يُونُسُ قَالَ مُحَمَّدٌ هُوَ الزُّهْرِيُّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلُ رَحِمَهُ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Ya’qub Al-Kirmani, telah menceritakan kepada kami Hassan, telah menceritakan kepada kami Yunus, berkata Muhammad, dia adalah Az-Zuhri, dari Anas bin Malik RA, berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang ingin diluaskan rezekinya atau meninggalkan nama sebagai orang baik setelah kematiannya hendaklah dia menyambung silaturahmi.” (HR Bukhari)

Penjelasan hadits

  • Sanad: Jika diurutkan dari namanya, Muhammad bin Abu Ya’qub Al-Kirmani sampai Rasulullah SAW adalah sanad.
  • Matan: Kalimat “Siapa yang ingin diluaskan rezekinya atau meninggalkan nama sebagai orang baik setelah kematiannya hendaklah dia menyambung silaturahmi.” dalam hadits tersebut adalah matan.
  • Rawi: Imam Bukhari adalah perawinya. Ia juga juga termasuk mudawwin atau pencatat hadits.

Apabila dipecah berdasarkan tingkatan periwayatannya, maka Anas bin Malik RA adalah rawi dari tingkatan sahabat; Muhammad bin Abu Ya’qub Al-Kirmani, Hassan, Yunus, Muhammad, Az-Zuhri adalah rawi dari tingkatan tabi’in; dan Imam Bukhari adalah rawi dari tingkatan mudawwin.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Jangan Durhaka! 10 Hadits Ini Jelaskan Kedudukan Mulia Seorang Ibu


Jakarta

Dalam ajaran Islam, ibu adalah sosok yang wajib dihormati. Seorang anak diwajibkan untuk berbakti kepada orang tua, termasuk kepada ibunya.

Sebelum ajaran Islam datang, tepatnya di zaman Jahiliah, perempuan dipandang sebagai sosok rendahan. Perempuan tidak berhak bersuara, tidak berhak berkarya dan bahkan tidak berhak memiliki harta. Semua berubah ketika Islam datang membawa ajaran yang penuh kasih sayang.

Mengutip buku Kemuliaan Perempuan dalam Islam oleh Prof. Dr. Siti Musda Mulia, disebutkan ketika Islam datang, perempuan dipandang sebagai sosok yang memiliki harkat dan martabat setara dengan laki-laki. Bahkan perempuan dianggap memiliki kedudukan mulia, terlebih seorang ibu.


Dalam Surat Luqman ayat 14, Allah SWT berfirman,

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Hadits Tentang Ibu

Menjelang Hari Ibu yang diperingati setiap 22 Desember, momen ini sebaiknya dimanfaatkan untuk berusaha menjadi anak yang senantiasa berbakti kepada ibu. Rasulullah SAW juga telah menjelaskan melalui hadits tentang kemuliaan seorang ibu.

1. Anjuran berbuat baik pada ibu

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ بِحُسْنِ صَحَابَتِى قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « أُمُّكَ » قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « ثُمَّ أَبُوكَ »

Artinya: Seorang pria pernah mendatangi Rasulullah SAW lalu berkata, “Siapa dari kerabatku yang paling berhak aku berbuat baik?” Beliau mengatakan, “Ibumu.” Dia berkata lagi, “Kemudian siapa lagi?” Beliau mengatakan, “Ibumu.” Dia berkata lagi, “Kemudian siapa lagi?” Beliau mengatakan, “Ibumu.” Dia berkata lagi, “Kemudian siapa lagi?” Beliau mengatakan, “Ayahmu.” (HR Bukhari dan Muslim)

2. Anjuran berbuat baik pada ibu dan ayah

نَّ اللَّهَ يوصيكم بأمَّهاتِكُم ثلاثًا، إنَّ اللَّهَ يوصيكم بآبائِكُم، إنَّ اللَّهَ يوصيكم بالأقرَبِ فالأقرَبِ

Artinya: Sesungguhnya Allah berwasiat tiga kali kepada kalian untuk berbuat baik kepada ibu kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada ayah kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada kerabat yang paling dekat kemudian yang dekat. (HR Ibnu Majah)

3. Anjuran memuliakan ibu

إن خيرَ التابعين رجلٌ يقالُ له أويسٌ . وله والدةٌ . وكان به بياضٌ . فمروه فليستغفرْ لكم

Artinya: Sesungguhnya tabi’in yang terbaik adalah seorang lelaki bernama Uwais, ia memiliki seorang ibu, dan ia memiliki tanda putih di tubuhnya. Maka temuilah ia dan mintalah ampunan kepada Allah melalui dia untuk kalian. (HR Muslim)

Hadits di atas merupakan pesan Rasulullah SAW kepada Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib untuk mencari seseorang bernama Uwais al Qarni. Umar dan Ali dipesankan untuk meminta Uwais mendoakan pengampunan bagi diri mereka. Uwais al Qarni adalah seorang anak yang sangat memuliakan ibunya.

4. Berbakti kepada ibu menjadi amal baik

عن ابنِ عبَّاسٍ أنَّهُ أتاهُ رجلٌ ، فقالَ : إنِّي خَطبتُ امرأةً فأبَت أن تنكِحَني ، وخطبَها غَيري فأحبَّت أن تنكِحَهُ ، فَغِرْتُ علَيها فقتَلتُها ، فَهَل لي مِن تَوبةٍ ؟ قالَ : أُمُّكَ حَيَّةٌ ؟ قالَ : لا ، قالَ : تُب إلى اللَّهِ عزَّ وجلَّ ، وتقَرَّب إليهِ ما استَطعتَ ، فذَهَبتُ فسألتُ ابنَ عبَّاسٍ : لمَ سألتَهُ عن حياةِ أُمِّهِ ؟ فقالَ : إنِّي لا أعلَمُ عملًا أقرَبَ إلى اللَّهِ عزَّ وجلَّ مِن برِّ الوالِدةِ

Artinya: Dari Ibnu Abbas RA, ada seorang lelaki datang menemuinya dan berkata, “Aku meminang seorang perempuan, tetapi ia menolakku. Lelaki lainnya meminangnya, lantas ia menerimanya dan menikah dengannya. Aku pun cemburu, lantas perempuan itu kubunuh. Akankah tobatku diterima?”

Ibnu Abbas balik bertanya, “Apakah ibumu masih hidup?” Ia menjawab, “Tidak,” Ibnu Abbas pun berkata kepadanya, “Bertobatlah kepada Allah dan lakukanlah yang terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah.”

Atha’ bin Yasar yang menuturkan riwayat ini dari Ibnu Abbas pun datang kepadanya. Ia berkata, “Kenapa engkau bertanya apakah ibunya masih hidup?” Ibnu Abbas menjawab, “Karena aku tidak tahu amal baik lain yang lebih mendekatkan orang kepada Allah selain berbakti kepada ibunya.” (HR Bukhari)

5. Anjuran mendoakan orang tua

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ: هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْئٌ أَبِرُّهُمَا بَعْدَ مَوْتِهِمَا؟ قَالَ نَعَمْ، خِصَالٌ أَرْبَعٌ: الصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا وَالْإِسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيْقِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لاَ رَحِمَ لَكَ إِلاَّ مِنْ قِبَلِهِمَا، فَهٰذَا الَّذِى بَقِيَ عَلَيْكَ مِنْ بِرِّهِمَا بَعْدَ مَوْتِهِمَا. (رواه ابن ماجه عن أبي أسيد)

Artinya: “Masih adakah kebaktian kepada kedua orang tuaku, setelah mereka meninggal dunia?” Rasulullah SAW menjawab, “Ya, masih ada empat perkara, mendoakan ibu bapak itu kepada Allah, memintakan ampun bagi mereka, menunaikan janji mereka, dan meng-hormati teman-teman mereka serta menghubungkan tali persaudaraan dengan orang-orang yang tidak mempunyai hubungan keluarga dengan kamu kecuali dari pihak mereka. Maka inilah kebaktian yang masih tinggal yang harus kamu tunaikan, sebagai kebaktian kepada mereka setelah mereka meninggal dunia.” (HR Ibnu Majah)

6. Surga di telapak kaki ibu

عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ السَّلَمِيِّ؛ أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَرَدْتُ الْغَزْوَ، وَجِئْتُكَ أَسْتَشِيرُكَ؟ فَقَالَ: “فَهَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟ ” قَالَ. نَعَمْ. فَقَالَ: “الْزَمْهَا. فَإِنَّ الْجَنَّةَ عِنْدَ رِجْلَيْهَا ثُمَّ الثَّانِيَةَ، ثُمَّ الثَّالِثَةَ فِي مَقَاعِدَ شَتَّى، كَمِثْلِ هَذَا الْقَوْلِ

Dari Mu’awiyah ibnu Jahimah As-Sulami, bahwa Jahimah pernah datang kepada Nabi SAW lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, saya ingin berangkat berperang (di jalan Allah), dan saya datang untuk meminta nasihat darimu.” Rasulullah SAW balik bertanya, “Apakah kamu masih mempunyai ibu?” Jahimah menjawab, “Ya.” Rasulullah SAW bersabda: Rawatlah ibumu, karena sesungguhnya surga itu berada di bawah telapak kakinya. Kemudian diajukan pertanyaan yang serupa dan jawaban yang serupa untuk kedua kalinya hingga ketiga kalinya di tempat-tempat yang berlainan. Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Ibnu Juraij dengan sanad yang sama.

7. Amalan yang dicintai Allah SWT

أَبَا عَمْرٍو الشَّيْبَانِيَّ يَقُولُ أَخْبَرَنَا صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى دَارِ عَبْدِ اللهِ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى الله قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ بِرُّالْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ

Artinya: Abu `Amru Asy Syaibani berkata; telah mengabarkan kepada kami pemilik rumah ini, sambil menunjuk kerumah Abdullah dia berkata; saya bertanya kepada Nabi shallallahu `alaihi wasallam; “Amalan apakah yang paling dicintai Allah? Beliau bersabda: “Shalat tepat pada waktunya.” Dia bertanya lagi; “Kemudian apa?” beliau menjawab: “Berbakti kepada kedua orang tua.” Dia bertanya; “Kemudian apa lagi?” beliau menjawab: “Berjuang di jalan Allah.” (HR. Bukhari)

8. Larangan durhaka kepada orang tua

عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوقَ الْأُمَّهَاتِ وَمَنْعًا وَهَاتِ وَوَأْدَ الْبَنَاتِ وَكَرِهَ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ

Artinya: Dari Al Mughirah bin Syu`bah dari Nabi shallallahu `alaihi wasallam beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian durhaka kepada kedua orang tua, tidak suka memberi namun suka meminta-minta dan mengubur anak perempuan hidup-hidup. Dan membenci atas kalian tiga perkara, yaitu; suka desas-desus, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta.” (HR. Bukhari) [ No. 5975 Fathul Bari] Shahih.

9. Ibu jadi orang yang paling utama

، عَنِ الْأَشْعَثِ بْنِ سُلَيْمٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَنِي يَرْبُوعٍ قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعْتُهُ وَهُوَ يُكَلِّمُ النَّاسَ يَقُولُ: “يَدُ الْمُعْطِي [الْعُلْيَا] أُمَّكَ وَأَبَاكَ وَأُخْتَكَ وَأَخَاكَ، ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ”

Dari Asy’as ibnu Salim, dari ayahnya, dari seorang lelaki dari kalangan Bani Yarbu’ yang mengatakan bahwa ia pernah datang kepada Nabi SAW dan mendengarkan beliau sedang berbicara dengan orang-orang. Antara lain beliau bersabda: Orang yang paling utama menerima uluran tangan(mu) ialah ibumu, bapakmu, saudara perempuanmu, saudara laki-lakimu, kemudian saudaramu yang terdekat, lalu yang dekat (denganmu).

10. Mendapat doa dari Rasulullah SAW

Berbakti kepada ibu juga memiliki keutamaan didoakan Rasulullah SAW. Suatu hari Rasulullah SAW naik ke atas mimbar, kemudian beliau mengucapkan kalimat Amin sebanyak tiga kali. Maka ketika ditanyakan, “Wahai Rasulullah, apakah yang engkau aminkan?” Maka Rasulullah SAW menjawab:

“أَتَانِي جِبْرِيلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ رَغِمَ أَنْفُ امْرِئٍ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ، فَقُلْ: آمِينَ. فَقُلْتُ: آمِينَ. ثُمَّ قَالَ: رَغِمَ أَنْفُ امْرِئٍ دَخَلَ عَلَيْهِ شَهْرُ رَمَضَانَ ثُمَّ خَرَجَ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ، قُلْ: آمِينَ. فَقُلْتُ آمِينَ. ثُمَّ قَالَ: رَغِمَ أَنْفُ امْرِئٍ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ، قُلْ: آمِينَ. فَقُلْتُ: آمِينَ”

Jibril datang kepadaku, lalu mengatakan, “Hai Muhammad, terhinalah seorang lelaki yang namamu disebut di hadapannya, lalu ia tidak membaca sholawat untukmu. Ucapkanlah ‘Amin’.” Maka saya mengucapkan Amin, lalu Jibril berkata lagi, “Terhinalah seorang lelaki yang memasuki bulan Ramadan, lalu ia keluar dari bulan Ramadan dalam keadaan masih belum beroleh ampunan baginya. Katakanlah, ‘Amin’.” Maka aku ucapkan Amin. Jibril melanjutkan perkataannya, “Terhinalah seorang lelaki yang menjumpai kedua orang tuanya atau salah seorangnya, lalu keduanya tidak dapat memasukkannya ke surga. Katakanlah, ‘Amin’.” Maka aku ucapkan Amin.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

5 Hadits tentang Niat, Disebut Lebih Penting daripada Amal


Jakarta

Hadits tentang niat menjelaskan pentingnya niat dalam Islam. Bahkan, niat tergolong sebagai syarat sah dari sejumlah amalan.

Niat dikatakan sebagai pondasi dari segala perbuatan manusia, entah itu perbuatan baik maupun buruk. Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya amal perbuatan itu diiringi dengan niat, dan sesungguhnya bagi setiap insan akan memperoleh menurut apa yang diniatkan. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka dibenarkan hijrahnya itu oleh Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa hijrahnya untuk dunia yang hendak diperoleh atau wanita yang hendak dipersunting, maka ia akan mendapatkan apa yang diingini itu saja.” (HR Bukhari dan Muslim)


Dalam buku Fiqih Niat susunan Umar Sulaiman Asyqar, niat diartikan sebagai keinginan untuk melakukan sesuatu yang diikuti dengan perbuatan. Setiap ibadah dalam Islam selalu menjadikan niat sebagai rukun pertamanya.

5 Hadits tentang Niat

Berikut sejumlah hadits tentang niat yang dikutip dari buku Quran Hadist oleh Asep B R dan Fiqih Islam wa Adillatuhu karya Prof Wahbah Az Zuhaili.

1. Niat Baik Berpengaruh pada Kehidupan Dunia dan Akhirat

Dari Ibnu Mas’ud, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Siapa yang menjadikan seluruh tujuannya menjadi satu cita-cita, yaitu cita-cita akhirat, Allah mencukupi tujuan dunianya. Siapa yang tujuannya bercabang-cabang dalam berbagai masalah dunia, Allah tidak akan peduli di lembah mana ia meninggal.” (HR Ibnu Majah, sanad haditsnya hasan li ghairih)

2. Pahala dan Siksa Dicatat dari Niat

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah SWT mengampuni umatku dari apa saja yang terbesit dalam hatinya, selagi belum terucap atau belum terlaksana.”

3. Niat Lebih Penting daripada Amal

Niat juga disebut lebih penting daripada amal. Terkait hal ini diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, Rasulullah SAW bersabda:

“Niat seorang mukmin lebih utama daripada amalnya.” (HR Al-Baihaqi)

4. Niat Dapat Meluaskan Rezeki

“Barangsiapa yang mengambil harta orang lain (berhutang) dengan maksud mengembalikannya, maka Allah akan membayarkannya. Siapa yang mengambil harta orang lain dengan maksud untuk merusaknya, maka Allah akan merusak orang itu.” (HR. Bukhari)

5. Niat Berbuat Baik untuk Mendapat Pahala

Dari Ibnu ‘Abbas RA, Nabi Muhammad bersabda:

“Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa berniat melakukan kebaikan tetapi dia tidak (jadi) melakukannya, Allâh tetap menuliskanya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga 700 kali lipat sampai kelipatan yang banyak.

Barangsiapa berniat berbuat buruk tetapi dia tidak jadi melakukannya, Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan barangsiapa berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allâh menuliskannya sebagai satu kesalahan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Itulah sejumlah hadits yang membahas tentang niat. Dalil-dalil di atas membuktikan betapa pentingnya niat dalam agama Islam.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Doa ketika Kagum Melihat Ciptaan Allah SWT



Jakarta

Ada kalanya seseorang merasa kagum melihat ciptaan Allah SWT, baik itu sosok manusia, alam semesta atau fenomena alam yang disaksikan. Jika mengalami hal demikian, maka sebaiknya mengucapkan kalimat doa sebagai ungkapan syukur.

Salah satu ucapan baik yang bisa disebutkan saat kagum melihat ciptaan Allah SWT adalah kalimat Masya Allah. Mengutip kitab Tafsir Al-Quranul Karim untuk Surat Al-Kahfi, makna dari kalimat Masya Allah adalah Inilah yang dikehendaki oleh Allah. Hal ini mengacu pada lafaz lengkapnya Hadzaa maa syaa Allah.

Kalimat Masya Allah ini menjadi ungkapan bahwa seorang muslim kagum dan mengakui kebesaran Allah SWT. Kalimat ini dapat diucapkan kapan saja, misalnya ketika melihat gunung yang menjulang tinggi atau kagum menyaksikan fenomena alam yang dahsyat.


Dirangkum dari buku Doa dalam Al-Quran oleh Jejen Musfah, dijelaskan doa berasal dari bahasa Arab, yakni ad-du’a yang artinya ibadahnya makhluk untuk Sang Khaliq. Sementara secara istilah (terminologi)-sebagaimana dikatakan oleh Ath-Thibi, doa ialah menampakkan kehinaan dan kerendahan diri dalam keadaan tiada berdaya dan tiada berkekuatan kemudian menyatakan hajat, keperluan, dan ketundukan kepada Allah SWT.

Imam Al-Ghazali berkata, meskipun doa itu tidak dapat menolak qadha Tuhan, tetapi ia mampu melahirkan sifat rendah diri dan hajat kepada Allah. Itulah sebabnya kita dianjurkan untuk berdoa di berbagai kondisi, termasuk ketika kagum melihat ciptaan Allah SWT.

Doa menjadi salah satu sebab dari tertolaknya bencana, sebagai perisai, menjadi penangkis dari senjata musuh, dan bagai air yang menyebabkan tumbuhnya tanaman. Oleh karena itu, dengan berdoa diharapkan segala dosa kita kepada Tuhan diampuni, dan jika diberi kebaikan agar disegerakan.

Doa juga menjadi cara untuk mengharapkan diberi hidayah, ampunan, pertolongan, kenikmatan, kasih sayang dari Allah SWT dan memohon agar dijauhkan dari kekufuran, kemurkaan-Nya, kepapaan, kesesatan, musibah, dan laknat.

Doa Ketika Kagum Melihat Ciptaan Allah

Doa ini diambil dari Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 191. Bacaan ini dapat diamalkan saat melihat ciptaan Allah SWT.

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Arab latin: Rabbanā mā khalaqta hāżā bāṭilā, sub-ḥānaka fa qinā ‘ażāban-nār

Artinya: “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Dalam bacaan lengkap surat Ali Imran tersebut sebenarnya berisi tentang perintah Allah SWT kepada umat manusia untuk senantiasa mengingatnya dan memikirkan penciptaan langit dan bumi. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 190-191:

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ . ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imran: 190-191).

Itulah bacaan doa yang bisa dilafalkan saat kagum melihat ciptaan Allah SWT. Doa ini bisa menjadi ungkapan syukur sekaligus mengakui bahwa ciptaan Allah SWT adalah hal yang terbaik.

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

6 Hadits tentang Menuntut Ilmu, Salah Satunya Memudahkan Jalan Menuju Surga


Jakarta

Dalam Islam, menuntut ilmu jadi perintah yang harus dipahami oleh kaum muslimin. Allah SWT berfirman dalam surah Ar Rahman ayat 33,

يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ اِنِ اسْتَطَعْتُمْ اَنْ تَنْفُذُوْا مِنْ اَقْطَارِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ فَانْفُذُوْاۗ لَا تَنْفُذُوْنَ اِلَّا بِسُلْطٰنٍۚ ۝٣٣

Artinya: “Wahai segenap jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya, kecuali dengan kekuatan (dari Allah).”


Menurut buku Agar Menuntut Ilmu Jadi Mudah susunan Abdul Hamid M Djamil Lc, kewajiban menuntut ilmu terbagi ke dalam dua macam yaitu fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Ilmu yang masuk ke dalam fardhu ‘ain ialah tauhid, fikih, dan tasawuf.

Adapun, ilmu yang termasuk dalam kategori fardhu kifayah merujuk pada ilmu tafsir, ilmu usul fikih, ilmu hitung, dan lain sebagainya. Saat menuntut ilmu pun, ada sejumlah adab yang harus diperhatikan oleh kaum muslimin.

Selain dalam ayat Al-Qur’an, menuntut ilmu juga disebutkan dalam sejumlah hadits. Berikut hadits tentang menuntut ilmu yang dikutip dari buku Inilah! Wasiat Nabi Bagi Para Penuntut Ilmu karya Drs Wendi Zarman.

1. Ilmu Termasuk Warisan Para Nabi

Ilmu adalah warisan para nabi, hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits yang berbunyi,

“Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang siapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang cukup.” (HR Abu Dawud)

Orang yang menuntut ilmu diganjar dengan pahala yang berlipat-lipat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadits:

“Siapa yang mengajak kepada petunjuk maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun.” (HR Muslim)

3. Ilmu Adalah Amalan Jariyah

Ilmu termasuk ke dalam amalan jariyah. Artinya, ilmu yang bermanfaat akan terus mengalir pahalanya meski orang tersebut sudah meninggal dunia.

“Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputus semua amalnya (tidak bisa lagi menambah pahala) kecuali 3 orang, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan orang, atau anak saleh yang mendoakan orang tuanya.” (HR Muslim)

4. Rasulullah SAW akan Menyambut Penuntut Ilmu

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

“Selamat datang wahai penuntut ilmu. Sesungguhnya penutup ilmu benar-benar ditutupi para Malaikat dan dinaungi dengan sayap-sayapnya. Kemudian mereka saling bertumpuk-tumpuk hingga mencapai langit dunia (langit paling dekat dari bumi) karena kecintaan mereka (Malaikat) kepada ilmu yang dipelajarinya.” (HR Ath-Thabrani)

Nabi Muhammad SAW menyebut bahwa menuntut ilmu wajib hukumnya bagi kaum muslimin sebagaimana bunyi sabda beliau dalam hadits riwayat Ibnu Majah.

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR Ibnu Majah)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim)

Itulah sejumlah hadits tentang menuntut ilmu yang dapat dipahami oleh kaum muslimin. Deretan hadits tersebut membuktikan betapa pentingnya ilmu bagi kehidupan manusia.

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com