Tag Archives: hadits

Anjuran Menulis Wasiat ketika Sakit atau Dekati Ajal


Jakarta

Wasiat merupakan perkara penting bagi ahli waris. Rasulullah SAW menganjurkan agar seseorang menulis wasiat, baik ketika sakit maupun sehat.

Anjuran menulis wasiat ini termaktub dalam hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar RA sebagaimana dinukil Imam an-Nawawi dalam kitab Riyadhus Shalihin yang diterjemahkan Solihin. Ibnu Umar RA mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

مَا حَقُّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ لَهُ شَيْءٌ يُوصِي فِيهِ. يَبِيتُ لَيْلَتَيْنِ إِلَّا وَوَصِيَّتُهُ مَكْتُوبَةٌ عِنْدَهُ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ هَذَا لَفْظُ الْبُخَارِيِّ


Artinya: “Tiada hak bagi seorang muslim yang memiliki sesuatu untuk diwasiatkannya, melainkan dalam dua malam wasiatnya itu tertulis di sisinya.” (Muttafaq ‘alaih. Ini redaksi Bukhari)

Dalam riwayat Muslim dikatakan, “Dalam tiga malam.” Terkait hal ini, Ibnu Umar RA berkata, “Sejak aku mendengar Rasulullah SAW bersabda demikian, setiap malam aku menulis wasiat.”

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits tersebut dalam Shahih-nya pada kitab Wasiat.

Menurut penjelasan dalam Syarah Riyadhus Shalihin Imam an-Nawawi yang disyarah Musthafa Dib al-Bugha dkk dan diterjemahkan Misbah, hadits tersebut berisi anjuran menulis wasiat karena seseorang tidak tahu kapan ajal menjemputnya. Anjuran ini berlaku untuk wasiat yang sifatnya sukarela, sedangkan wasiat tentang membayar utang serta mengembalikan atau mengambil amanah hukumnya wajib.

Lebih lanjut dijelaskan, menulis wasiat tidak terbatas bagi orang yang sakit. Sebab, sudah sepantasnya seorang mukmin senantiasa mengingat mati dan bersiap menyambutnya.

Rasulullah SAW dalam salah satu sabdanya menjelaskan betapa dekatnya seseorang dengan ajalnya. Diriwayatkan dari Anas RA, ia berkata,

خَطَّ النَّبِيُّ ﷺ خُطُوطًا فَقَالَ: هَذَا الْإِنْسَانُ وَهَذَا أَجَلُهُ . فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ جَاءَ الْخَطَّ الْأَقْرَبُ رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ

Artinya: “Nabi SAW membuat beberapa garis, lalu beliau bersabda, ‘Ini adalah seseorang, dan ini adalah ajalnya. Saat ia dalam keadaan seperti itu, maka tiba-tiba datang garis yang terpendek.” (HR Bukhari)

Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan anjuran menulis wasiat ketika sakit atau mendekati ajal. Buya Hamka mengatakan hal ini saat menafsirkan firman Allah SWT dalam surah Al Baqarah ayat 180.

Allah SWT berfirman,

كُتِبَ عَلَيْكُمْ اِذَا حَضَرَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ اِنْ تَرَكَ خَيْرًا ۖ ۨالْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ بِالْمَعْرُوْفِۚ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِيْنَ ۗ ١٨٠

Artinya: “Diwajibkan kepadamu, apabila seseorang di antara kamu didatangi (tanda-tanda) maut sedang dia meninggalkan kebaikan (harta yang banyak), berwasiat kepada kedua orang tua dan karib kerabat dengan cara yang patut (sebagai) kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa.”

Anjuran menulis wasiat ketika mendekati ajal juga tertuang dalam surah Al Maidah ayat 106. Allah SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, persaksian di antara kamu, apabila telah datang kepada salah seorang (di antara) kamu (tanda-tanda) kematian, sedangkan dia akan berwasiat, adalah dua orang yang adil di antara kamu…”

Maksud ayat tersebut, kata Buya Hamka, apabila diri sudah merasa sakit dan merasa bahwa itu adalah panggilan maut, hendaklah segera membuat wasiat dan disaksikan oleh dua orang saksi yang adil.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

5 Hadits tentang Anak Yatim dan Anjuran Menyantuninya


Jakarta

Dalam ajaran Islam, memuliakan anak yatim akan diganjar berbagai keutamaan. Pengertian yatim sendiri merujuk pada seseorang yang ditinggal wafat oleh sang ayah.

Menukil dari buku Mari Mencintai Anak Yatim karya Muhsin M K, ada berbagai cara memuliakan anak yatim. Salah satunya mengangkat harkat dan martabat hidup mereka.

Allah SWT berfirman dalam surah An Nisa ayat 8,


وَاِذَا حَضَرَ الۡقِسۡمَةَ اُولُوا الۡقُرۡبٰى وَالۡيَتٰمٰى وَالۡمَسٰكِيۡنُ فَارۡزُقُوۡهُمۡ مِّنۡهُ وَقُوۡلُوۡا لَهُمۡ قَوۡلًا مَّعۡرُوۡفًا

Artinya: “Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir beberapa kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekadarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”

Selain ayat Al-Qur’an, dalam sejumlah hadits juga disebutkan terkait anak yatim. Mengutip buku 1100 Hadits Terpilih oleh Muhammad Faiz Almath.

Hadits tentang Anak Yatim

1. Menyantuni Anak Yatim akan Mendapat Jaminan Surga

Rasulullah SAW bersabda,

“Barang siapa mengikutsertakan seorang anak yatim di antara dua orang tua Muslim, dalam makan dan minumnya, sehingga mencukupinya maka ia pasti masuk surga.” (HR Thabrani)

2. Orang yang Merawat Anak Yatim Dekat Kedudukannya dengan Nabi SAW

Orang yang merawat anak yatim niscaya kedudukannya dekat dengan Nabi Muhammad SAW di surga kelak. Kedekatan ini bahkan diibaratkan seperti jari telunjuk dan jari tengah.

“Bahwa aku dan orang-orang yang memelihara anak yatim dengan baik akan berada di surga, bagaikan dekatnya jari telunjuk dengan jari tengah, lalu Nabi mengangkat tangannya dan memperlihatkan jari telunjuk dan jari tengahnya, lalu ia renggangkan.” (HR Bukhari)

3. Ketentuan Zakat Harta Benda Anak Yatim

Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hanifah, Rasulullah SAW bersabda:

“Harta benda anak yatim tidak terkena zakat sampai dia baligh.” (HR Abu Hanifah)

4. Wali Harta Anak Yatim

Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadits,

“Barangsiapa menjadi wali atas harta anak yatim hendaklah diperkembangkan (diperdagangkan) dan jangan dibiarkan harta itu susut karena dimakan sodaqoh (zakat).” (HR Baihaqi)

5. Menyayangi Anak Yatim akan Diselamatkan pada Siksa Kiamat

Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah SWT berfirman,

“Demi yang Mengutusku dengan Hak, Allah tidak akan menyiksa pada hari kiamat nanti orang yang menyayangi anak yatim, lemah lembut pembicaraan dengannya, menyayangi keyatiman dan kelemahannya.” (HR Thabrani)

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Arti Doa Rabbighfirli Waliwalidayya untuk Orang Tua


Jakarta

Sebagai anak yang berbakti kepada kedua orang tua, potongan lafal doa “rabbighfirli waliwalidayya” tentu saja tidak asing di telinga. Namun, apa arti doa rabbighfirli waliwalidayya tersebut?

Mendoakan kedua orang tua merupakan salah satu kewajiban bagi anak. Doa ini tidak hanya dipanjatkan ketika keduanya masih hidup di dunia, namun juga ketika mereka sudah meninggal.

Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk mendoakan dan berbakti kepada orang tua, sebagaimana termaktub dalam surah Al-Isra’ ayat 24 yang berbunyi,


وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ

Artinya: Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua (menyayangiku ketika) mendidik aku pada waktu kecil.”

Salah satu doa yang sering dipanjatkan untuk kedua orang tua memiliki potongan lafal yang berbunyi “rabbighfirli waliwalidayya”. Lantas apa artinya? Berikut lafal selengkapnya dan artinya.

Arti Doa Rabbighfirli Waliwalidayya

Sebagaimana disebutkan oleh Ahmad Rasyid dalam bukunya yang berjudul Zikir Lengkap Pagi-Sore, lafal “rabbighfirli waliwalidayya” adalah potongan dari doa untuk kedua orang tua.

Berikut adalah lafal doa untuk kedua orang tua beserta Arab, latin, dan artinya.

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Latin: Rabbighfirli waliwalidayya war-ham-humaa kamaa rabbayaanii shagiiraa.

Artinya: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Kasihilah keduanya sebagaimana mereka mengasihiku sewaktu kecil.”

Sebagai anak hendaknya senantiasa mengucapkan doa untuk kedua orang tua ini setiap hari sebagai bentuk kebaktiannya kepada kedua orang tua. Terlebih lagi, agar keduanya selalu mendapat perlindungan dari Allah SWT dan diri sendiri mendapat pahala dari-Nya.

Selain doa di atas, terdapat doa lain yang bisa dipanjatkan untuk kedua orang tua dan orang yang beriman di seluruh dunia. Doa tersebut berbunyi,

رَّبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِي مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا تَبَارًا

Latin: Rabbigh-firlii wa liwaalidayya wa liman dakhala baytiya mu minan wa lilmu`miniina wal-mu`minaati wa laa tazidizh- zhaalimiina ‘illa tabaaraa.

Artinya: “Ya Tuhanku, ampunilah aku, kedua orang tuaku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman, dan semua orang yang beriman laki-laki serta perempuan. Dan, janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.”

Perintah Berbakti dan Bersyukur kepada Kedua Orang Tua

Mendoakan kedua orang tua, salah satunya dengan doa “rabbighfirli waliwalidayya,” merupakan kewajiban setiap muslim yang beriman.

Selain itu, Mutia Mutmainnah dalam bukunya Keajaiban Doa & Ridho Ibu menyebutkan, bersyukur kepada Allah SWT dan kepada kedua orang tua juga tak kalah penting.

Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Luqman ayat 14 yang berbunyi,

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ ١٤

Artinya: Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.) (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.

Menurut tafsir Al Qur’an Kemenag, ayat ini menjelaskan tentang perintah Allah SWT kepada manusia agar berbakti kepada kedua orang tuanya dengan berusaha melaksanakan perintah-perintahnya dan mewujudkan keinginannya.

Terdapat beberapa cara untuk berbakti kepada kedua orang tua yang disebutkan oleh Harjan Syuhada dan Fida’ Abdilah dalam Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII, yaitu:

1. Memperlakukan kedua orang tua dengan baik, sopan, hormat, dan penuh kasih sayang

2. Mematuhi semua perintahnya selama tidak bertentangan dengan agama

3. Wajib mengikuti semua nasihat yang telah diberikan keduanya kepada kita

4. Membantu pekerjaan kedua orang tua sehari-hari

5. Anak memiliki kewajiban untuk memelihara kedua orang tua, terutama ketika mereka sudah tidak bisa menjaga diri lagi, seperti saat sakit atau sudah tua

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

30 Hadits Tentang Kehidupan, Jadi Penyemangat untuk Jalani Hidup



Jakarta

Ada banyak hadits yang mengajarkan tentang kehidupan. Hadits yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW ini bisa menjadi petunjuk dalam kehidupan sehari-hari.

Nabi Muhammad SAW adalah sosok panutan bagi umat Islam. Setiap perilaku dan ucapannya merupakan tuntunan dalam menjalani hidup di dunia sekaligus bekal di akhirat kelak.

Hadits-hadits Nabi Muhammad SAW menjadi pintu masuk bagi setiap muslim yang ingin menjadikan Rasulullah SAW sebagai uswatun hasanah (suri teladan) dalam kehidupan.


Mengutip buku 60 Hadits Shahih oleh Faqihuddin Abdul dijelaskan bahwa hadits Rasulullah SAW tersebar dalam puluhan kitab hadits induk yang mendokumentasikan ratusan ribu hadits, baik ucapan, perbuatan, penetapan maupun sifat-sifat beliau.

Dari banyaknya hadits tersebut, terdapat beberapa hadits yang bisa menjadi pelajaran sekaligus motivasi dalam menjalani hidup. Setiap manusia pasti memiliki ujian dan masalah hidup yang sebenarnya ditetapkan Allah SWT untuk menguji keimanan seseorang.

Hadits Tentang Kehidupan

Berikut beberapa hadits tentang kehidupan, cinta dan hubungan sehari-hari.

  1. “Ketahuilah bahwasannya kemenangan itu bersama kesabaran, dan jalan keluar itu bersama kesulitan, dan bahwasanya bersama kesulitan ada kemudahan”. (HR Tirmidzi).
  2. “Setiap kebaikan adalah sedekah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
  3. “Katakanlah yang benar walau pahit sekalipun.” (HR. Abu Daud)
  4. “Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna jangan syirik, dirikanlah sholat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahmi dengan orangtua dan saudara.” (HR Bukhari).
  5. “Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad)
  6. “Sesungguhnya ku ucapkan kalimat, ‘Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha illallaaha wallahu akbar; Maha Suci Allah segala puji bagi-Nya, tidak ada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar, lebih aku cintai dari pada semua yang disinari oleh matahari.'” (HR. Muslim)
  7. “Allah senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba-Nya suka menolong saudaranya.” (HR. Muslim)
  8. “Tidak masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman karena perbuatannya.” (HR. Muslim)
  9. “Surga itu ada di bawah telapak kaki Ibu,” (diriwayatkan oleh An-Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad, dan disahihkan oleh Al-Hakim).
  10. “Barangsiapa yang berusaha menjaga diri, maka Allah menjaganya, barangsiapa yang berusaha merasa cukup, maka Allah mencukupinya. Barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan menjadikannya bisa bersabar dan tidak ada seorang pun yang dianugerahi sesuatu yang melebihi kesabaran.” (HR Bukhari)
  11. “Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk Surga.” (HR Ath-Thabrani).
  12. “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  13. “Iman yang utama adalah sabar dan pemaaf,” (HR Bukhari dan Ad Dailami).
  14. “Senyum engkau di hadapan saudaramu adalah sedekah,” (HR Tirmidzi dan Ibnu Hibban)
  15. “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan.” (HR. Muslim)
  16. “Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan, serta tidaklah seseorang merendahkan diri di (hadapan) Allāh kecuali Dia akan meninggikan (derajat) nya” (HR. Muslim)
  17. “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari Muslim)
  18. “Setengah dari bukti kebaikan Islamnya seseorang ialah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (HR. Tirmidzi)
  19. “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Perempuan dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah perempuan yang taat beragama, niscaya engkau beruntung.” (HR Bukhari)
  20. “Tak pernah kulihat bagi dua orang yang saling mencintai semisal (cinta dalam) pernikahan.” (HR. Baihaqi)
  21. “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, berbelas kasih terhadap sesama, ibarat satu jasad. Apabila anggota badan ditimpa sakit, seluruh badan lainnya akan merasakan sakit.”
  22. “Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.'” (HR. Bukhari dan Muslim)
  23. “Janganlah engkau saling membahayakan dan jangan saling merugikan” (HR. Ibnu Majah dan Daruquthni)
  24. “Sesungguhnya kamu mempunyai dua akhlak yang sangat dicintai Allah dan Rasul-Nya, yaitu sifat al-hilm (mampu menahan emosi) dan al-anah (sikap tenang dan tidak tergesa-gesa).” (HR.Muslim)
  25. “Barang siapa yang keluar (rumah) untuk mencari ilmu maka dia termasuk orang yang berada di jalan Allah sampai dia pulang.” (HR. At-Tirmidzi)
  26. “Maafkanlah, niscaya kamu akan dimaafkan (oleh Allah),”

  27. “Orang yang paling penyantun di antara kalian adalah orang yang bersedia memberi maaf walaupun ia sanggup untuk membalasnya,”

  28. “Orang yang memelihara anak yatim di kalangan umat muslimin, memberikannya makan dan minum, pasti Allah akan masukkan ke dalam surga kecuali ia melakukan dosa yang tidak diampuni.” (HR Tirmidzi)

  29. “Bahwa aku dan orang-orang yang memelihara anak yatim dengan baik akan berada di surga, bagaikan dekatnya jari telunjuk dengan jari tengah, lalu nabi mengangkat tangannya dan memperlihatkan jari telunjuk dan jari tengahnya, lalu ia renggangkan.” (HR Bukhari)

  30. “Jika manusia mati, terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang selalu mendoakannya.” (HR Muslim)

Demikian beberapa hadits Rasulullah SAW tentang kehidupan. Semoga kita dapat meneladani sifat dan sikapnya yang takwa dan penuh cinta.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Jangan Emosi! Ini 7 Keutamaan Menahan Marah Sesuai Hadits



Jakarta

Marah terjadi jika emosi yang dialami oleh setiap manusia meluap. Namun dalam Islam, menahan marah dianggap sebagai tindakan luhur yang membawa keberkahan dan pahala.

Seorang muslim juga akan mendapatkan keutamaan yang mulia jika ia mampu menahan marahnya. Lantas, bagaimana cara menahan marah? Dan apa saja keutamaan menahan marah?

Keutamaan Menahan Marah

Merujuk pada buku Ihya Ulumiddin: Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama oleh Imam Al-Ghazali, berikut beberapa keutamaan menahan marah sesuai dengan hadits:


1. Allah SWT akan Menahan Siksa-Nya

Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang menahan kemarahannya, niscaya Allah menahan siksa-Nya daripadanya, dan siapa saja yang mengemukakan alasannya kepada Rabbnya, niscaya Allah menerima alasannya, dan siapa saja yang menyimpan lidahnya, niscaya Allah menutupi auratnya (segala sesuatu, yang dianggap malu). (HR Thabrani dan lainnya)

2. Termasuk Orang yang Kuat

Rasulullah SAW bersabda, “Orang-orang yang kuat di antara kalian adalah orang yang dapat mengalahkan hawa nafsunya ketika marah, dan orang yang paling santun di antara engkau adalah orang yang memaafkan ketika mampu.” (HR Ibnu ad-Dunya dan lainnya)

3. Mendapat Ridha dari Allah SWT pada Hari Kiamat

Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang menahan marah di mana seandainya ia mau melaksanakannya, maka ia dapat melaksanakannya, niscaya Allah memenuhi kalbunya dengan keridhaan pada hari Kiamat.”

Dalam riwayat lain dinyatakan, “Niscaya Allah memenuhi kalbunya dengan rasa aman, dan keimanan.” (HR Ibnu ad-Dunya dan lainnya)

4. Mendapatkan Pahala yang Besar

Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang hamba meneguk tegukan yang lebih besar pahalanya daripada seteguk kemarahan yang ditahannya karena mengharapkan keridhaan Allah.” (HR Ibnu Majah)

5. Terlindung dari Neraka Jahannam

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya neraka Jahannam mempunyai pintu yang tidak memasukinya kecuali orang yang sembuh kemarahannya dengan perbuatan maksiat kepada Allah Ta’ala.”

6. Hatinya Dipenuhi dengan Keimanan

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada tegukan yang lebih disukai oleh Allah SWT daripada tegukan kemarahan yang ditahan oleh seorang hamba. Dan tidaklah seorang hamba menahannya, kecuali Allah memenuhi kalbunya dengan keimanan.” (HR Ibnu ad-Dunya)

7. Mendapatkan Bidadari

Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja menahan kemarahan, sedang ia mampu melaksanakannya, maka Allah memanggilnya di hadapan makhluk-makhluk dan Dia menyuruhnya memilih mana bidadari yang dikehendaki.”

Cara Menahan Marah

Agar mendapatkan keutamaan dari menahan marah, maka setiap muslim harus mampu menahan perasaan marah dari dirinya. Merujuk pada Buku Ajar Akidah Akhlak oleh Syafiuddin dan Machnunah Ani Zulfah, berikut cara menahan marah:

1. Menahan marah dengan beristighfar

Jika seseorang sedang marah dalam keadaan berdiri, maka cara meredamnya dengan duduk. Namun jika marah dalam keadaan duduk, maka berusaha untuk tiduran atau berbaring sambil membaca istighfar.

2. Meredam marah dengan menahan diri

Pada suatu saat, datanglah seorang laki-laki yang meminta wasiat Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW memberinya wasiat agar jangan marah.

3. Meredam marah dengan berwudhu

Wudhu menjadi salah satu cara untuk meredam rasa marah. Sebab, wudhu mampu mensucikan semua tindakan yang kurang suci, seperti rasa marah.

4. Meredam marah dengan berdiam diri

Obat yang sangat ampuh ketika marah muncul adalah diam. Sebab, jika sedang marah pasti kata-kata kasar akan keluar karena tidak bisa mengontrol. Maka dari itu, alangkah baiknya diam ketika sedang marah.

5. Meredam marah dengan membaca ta’awudz

Dengan membaca ta’awudz, maka seseorang memohon perlindungan Allah SWT dari godaan setan yang selalu membangkitkan rasa marah. Melalui syari’at Allah SWT yang agung, Allah SWT melindungi hamba-Nya dari segala kelicikan dan keburukan setan jika hamba-Nya membaca ta’awudz.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Haqqul Muslim Alal Muslim, Anjuran Penuhi Hak Sesama Muslim


Jakarta

Haqqul muslim alal muslim adalah potongan dari hadits yang menjelaskan tentang hak seorang muslim terhadap muslim yang lain. Hak apa saja yang dimaksud dalam hadits tersebut?

Disebutkan dalam buku Syarah Riyadhus Shalihin Jilid 1 oleh Sheikh Muhammad Al-Utsaimin terjemahan Munirul Abidin, haqqul muslim alal muslim atau hak seorang muslim terhadap sesama muslim sebetulnya tak terhitung jumlahnya. Namun, Rasulullah SAW hanya menyebutkan beberapa karena pentingnya masalah tersebut. Hal ini tertuang dalam beberapa hadits sahih.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, haqqul muslim alal muslim ada lima perkara, “Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, ‘Hak seorang muslim terhadap muslim yang lain ada lima, yaitu membalas salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangannya, dan menjawab (mendoakan) apabila ia bersin’.” (HR Bukhari dan Muslim)


Sementara itu, menurut kitab Bulughul Maram: Hadis-hadis Pilihan Tentang Hukum oleh Aidh Al-Qarni terjemahan M. Zaky Mubarak dan Iffah Syarifah, haqqul muslim alal muslim ada enam perkara. Perkara-perkara itu tercantum pada hadits yang berbunyi sebagaimana berikut ini.

حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتْ قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَحِبُهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهُ فَسَمِّتَهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ

Bacaan latin: Haqqu muslimi alal muslimi sittun qiila maa hunna yaa rasuulullahi qaala idzhaa laqiitahu fasallim ‘alaihi wa idzhaa da’aka faajibhu wa idzhas tanshohaka fanshohlahu wa idzhaa ‘athosa fahamidallahi fasammithu wa idzhaa marizdhaa fa’udhu wa idzhaa maa ta fattabi’hu

Artinya: “Kewajiban muslim terhadap muslim lainnya ada enam: jika engkau berjumpa dengannya, ucapkanlah salam; jika ia mengundangmu, penuhilah; jika dia meminta nasihatmu, nasehatilah, jika dia bersin dan mengucapkan alhamdulillah, ucapkanlah yarhamukallâh (semoga Allah memberikan rahmat kepadamu); jika dia sakit, jenguklah; dan jika dia meninggal dunia, antarkanlah jenazahnya.”

6 Haqqul Muslim Alal Muslim atau Hak Sesama Muslim

1. Mengucapkan dan Membalas Salam

Diambil dari buku Al-Islam karya Said Hawwa, haqqul muslim alal muslim yang pertama adalah mengucapkan salam dan menjawab salam apabila bertemu sesama muslim. Meskipun mengucapkan salam adalah sunah, namun menjawab salam hukumnya wajib. Bahkan Rasulullah SAW bersabda,

“Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya. Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian telah beriman dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mengasihi. Apakah kalian ingin saya beri tahu hal yang apabila kalian melakukannya maka kalian akan saling mengasihi: Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR Muslim)

2. Datang Bila Mendapat Undangan

Haqqul muslim alal muslim yang kedua adalah memenuhi undangan seorang muslim apabila diundang. Hal ini didasarkan juga pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud,

“Barang siapa yang diundang kemudian ia tidak memenuhi undangan tersebut maka ia telah melakukan maksiat kepada Allah SWT dan rasul-Nya. Dan barang siapa datang dalam suatu undangan padahal ia tidak diundang, maka ia masuk bagai seorang pencuri dan keluar bagaikan orang yang membawa lari harta orang lain.” (HR Abu Dawud)

3. Mendoakan yang Bersin

Haqqul muslim alal muslim yang ketiga adalah mendoakan ketika mendengar muslim lain bersin. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW,

“Apabila kalian bersin, ucapkanlah, ‘Segala puji bagi Allah dalam segala kondisi (Alhamdulillahi ‘ala kulli haal).’ Dan hendaknya saudara atau kawannya mendoakannya, ‘Semoga Allah SWT mengasihimu (yarhamukallah).’ Apabila saudara atau kawannya tersebut telah mendoakannya, ia (orang yang tadinya bersin) hendaknya berkata, ‘Semoga Allah SWT memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu’.” (HR Bukhari)

4. Menjenguk

Haqqul muslim alal muslim atau hak muslim terhadap muslim lain yang keempat adalah menjenguk apabila sakit. Ketika menjenguk orang sakit, hendaknya seorang muslim mendoakan agar segera diberi kesembuhan oleh Allah SWT dan memotivasi hatinya.

Rasulullah SAW bersabda, “Barang menjenguk orang sakit, maka ia masih berada di pinggir surga hingga ia pulang.” (HR Muslim)

5. Mengantarkan Jenazah

Haqqul muslim alal muslim yang kelima adalah mengantar jenazah yang meninggal dunia. Hal ini didasarkan dengan sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa mengantar jenazah dan mengangkatnya tiga kali maka ia telah memenuhi hak jenazah tersebut.” (HR Tirmidzi)

6. Memberi Nasihat

Haqqul muslim alal muslim yang terakhir adalah memberikan nasihat apabila ada seorang muslim meminta nasihat kepada kita. Nasihat ini hendaknya berisi pesan yang baik yang sesuai dengan perintah Allah SWT dan bukan nasihat yang mengandung keburukan.

Perintah ini juga tercantum dalam surah Al Asr ayat 1-3 yang berbunyi,
وَالْعَصْرِۙ

Artinya: Demi masa

اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ

Artinya: sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ

Artinya: kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Sakit Disebut Jadi Penggugur Dosa, Begini Haditsnya


Jakarta

Dalam Islam, sakit bukan hanya sekadar kondisi kesehatan melainkan juga ujian yang Allah SWT berikan. Mereka yang sakit memiliki keistimewaan.

Pada sebuah hadits bahkan disebutkan bahwa sakit dapat menjadi penggugur dosa seseorang. Benarkah demikian?

Hadits Sakit Penggugur Dosa

Menukil buku Bimbingan Orang Sakit susunan Saiful Hadi El-Sutha, apabila kaum muslimin dapat menyikapi sakit yang ia derita dengan sabar sekaligus berserah diri kepada Allah SWT niscaya sakitnya akan menjadi berkah. Setidaknya ada beberapa hadits yang menjelaskan terkait sakit sebagai penggugur dosa.


Diriwayatkan oleh Al Hakim, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala akan menguji hamba-Nya dengan penyakit hingga penyakitnya itu akan menghapus segala dosa darinya.” (HR Al Hakim)

Dalam redaksi lain, terdapat juga hadits yang membahas sakit dapat menggugurkan dosa sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi, “Tidaklah menimpa seorang muslim suatu penyakit, keletihan, kepedihan, kesedihan, hingga kecemasan yang dirasakannya, melainkan dengan semua itu Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya.” (HR Muslim)

Bahkan, Allah SWT berfirman dalam surah Al An’am ayat 17,

وَاِنْ يَّمْسَسْكَ اللّٰهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهٗٓ اِلَّا هُوَ ۗوَاِنْ يَّمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Artinya: “Dan jika Allah menimpakan keburukan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia sendiri. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagimu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Selain itu, sakit dapat menjadi kesempatan bagi seseorang untuk memperbanyak ibadah dan doa kepada Allah SWT. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa orang yang sakit akan mendapat pahala yang sama dengan orang yang sehat jika ia tetap memperbanyak ibadah dan doa kepada Allah SWT.

Dr. Zaprulkhan menyebutkan dalam bukunya Hikmah Sakit Mereguk Kasih Sayang Ilahi, Allah SWT menghadirkan bermacam-macam penyakit kepada hamba-Nya dalam rangka membersihkan dosa-dosa yang telah dikerjakan. Jadi, sakit dapat menggugurkan dosa karena dosa merupakan salah satu dari musibah atau bencana yang dapat menguji keimanan seorang hamba.

Rasulullah bersabda, “Tiada henti-hentinya suatu bencana menimpa kepada orang mukmin lelaki maupun perempuan, baik mengenai dirinya atau sanak keluarganya, atau harta kekayaannya hingga ketika wafat dia menghadap Allah sudah dalam keadaan bersih dari dosa-dosa.” (HR At Tirmidzi)

Anjuran Menjenguk Orang Sakit

Kaum muslimin juga dianjurkan untuk menjenguk sesamanya jika ada yang sakit. Dalam Kitab Al-Adzkar oleh Imam Nawawi dikatakan Nabi Muhammad SAW menjenguk sahabatnya yang sakit.

Ketika menjenguk kerabat yang sakit, Rasulullah SAW mendoakan kesembuhan dengan berbagai doa yang dibacakan untuk mengharapkan kesembuhannya.

Ada doa yang dibacakan Rasulullah SAW untuk mengharap kesembuhan orang yang sakit. Diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Aisyah RA, Nabi SAW bersabda:

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شَافِيَ إلَّا أَنْتَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقْمًا

Arab latin: Allāhumma rabban nāsi, adzhibil ba’sa. Isyfi. Antas syāfi. Lā syāfiya illā anta syifā’an lā yughādiru saqaman.

Artinya: “Tuhanku, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit. Berikanlah kesembuhan karena Kau adalah penyembuh. Tiada yang dapat menyembuhkan penyakit kecuali Kau dengan kesembuhan yang tidak menyisakan rasa nyeri.”

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

Sebaik-baik Manusia Adalah yang Bermanfaat bagi Orang Lain, Ini Haditsnya


Jakarta

Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Sudah sepantasnya sebagai manusia kita saling membantu dan berguna bagi satu sama lain.

Mengutip buku Kultum 23 Ramadhan susunan Heri Suprapto, berikut bunyi haditsnya:

“Seorang mukmin itu adalah orang yang bisa menerima dan diterima orang lain, dan tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak bisa menerima dan tidak bisa diterima orang lain. Dan sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR Thabrani)


Menukil dari buku Ketika Notaris Berdakwah karya H R Daeng Naja, hadits di atas menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW menganjurkan kaum muslimin untuk berbuat baik terhadap makhluk yang lain. Ini menjadi indikator bagaimana mukmin yang sebenarnya.

Keberadaan manusia sebetulnya ditentukan oleh kemanfaatannya pada yang lain. Setiap perbuatan yang dilakukan maka balasannya juga akan kembali. Begitu pula jika kita memberi manfaat kepada orang lain, maka manfaatnya akan kembali pada diri kita sendiri.

Dikatakan dalam buku Handbook Wakaf Amerta oleh Dr Tika Widiastuti dkk, hakikat manusia yang utama ialah sebagai hamba Allah SWT. Sebagai seorang hamba, mereka melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Selain itu, dalam Al-Qur’an manusia dikatakan sebagai al-nas yang maknanya merujuk pada hakikat manusia dalam hubungannya dengan sesamanya. Manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya karena mereka merupakan makhluk sosial.

Sifat manusia yang saling memerlukan membentuk pola hubungan dengan orang lain untuk saling memberi dan mengambil manfaat. Manusia terbaik akan lebih banyak memberi manfaat daripada mengambil manfaat dari hubungannya dengan manusia lainnya.

Manusia yang memberi manfaat banyak bahkan akan dicintai oleh Allah SWT seperti dijelaskan dalam hadits riwayat Ath-Thabrani,

“Ada sebuah hadits di mana seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling dicintai oleh Allah?” Beliau menjawab, ‘Yaitu, orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR Thabrani)

Selain itu, dikatakan pula manusia yang memberi manfaat sama seperti melakukan kebaikan yang besar pahalanya. Sebagaimana sabda Nabi SAW yang berbunyi,

“Seandainya aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi sesuatu kebutuhannya, maka itu lebih aku cintai daripada itikaf sebulan di masjidku ini.” (HR Thabrani)

Cara Menjadi Orang Baik dan Bermanfaat

Untuk menjadi orang baik dan bermanfaat bagi orang lain dapat dilakukan dengan dua cara. Merujuk pada sumber yang sama, berikut sejumlah caranya.

1. Mempelajari Al-Qur’an dan Mengajarkannya

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari,

“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR Bukhari)

Dalam hadits riwayat Ahmad, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Sebaik-baik kalian islamnya adalah yang paling baik akhlak jika mereka menuntut ilmu.” (HR Ahmad)

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Orang Miskin Masuk Surga Lebih Dulu dari Orang Kaya, Ini Haditsnya


Jakarta

Allah SWT memberikan keutamaan bagi orang miskin atas orang kaya. Disebutkan dalam sebuah hadits, orang miskin akan masuk surga lebih dulu daripada orang kaya.

Hadits yang menyebutkan hal itu diriwayatkan Imam Ahmad dari Abu Hurairah RA. Hadits ini dipaparkan Imam Ibnu Katsir dalam kitab An-Nihayah fi al-Fitan wa al-Malahim dan diterjemahkan oleh Ali Nurdin.

Diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, “Orang-orang muslim yang fakir lebih dahulu masuk surga daripada orang-orang kaya dengan rentang waktu setengah hari, yaitu setara dengan lima ratus tahun kehidupan dunia.”


Penerjemah membahasakan orang miskin yang disebutkan Rasulullah SAW dalam hadits tersebut adalah orang-orang muslim yang fakir.

Rentang waktu masuknya orang miskin dan orang kaya ke surga berbeda-beda. Ada riwayat lain yang menyebut jarak keduanya selama 40 musim gugur. Sebagaimana kata Abdullah bin Umar RA yang mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya, orang-orang Muhajirin yang fakir mendahului orang-orang kaya pada hari kiamat, yaitu masuk ke surga, sejauh empat puluh musim gugur.” (HR Ahmad)

At Tirmidzi dan Ibnu Majah turut meriwayatkan hadits serupa dengan redaksi yang panjang. Hadits ini juga memiliki jalur dari Abu Hurairah RA dan At Tirmidzi mengatakannya hasan shahih.

Penyebab Orang Miskin Masuk Surga Lebih Dulu

Imam Ibnu Katsir juga memaparkan hadits yang berisi alasan orang miskin masuk surga lebih dulu daripada orang kaya. Hadits ini diriwayatkan Imam Ahmad yang jalurnya sampai pada Ibnu Abbas RA. Ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Dua orang mukmin bertemu di pintu surga. Keduanya mukmin kaya dan mukmin fakir saat di dunia. Lantas mukmin fakir dimasukkan ke surga sementara mukmin kaya ditahan sesuai kehendak Allah lalu dimasukkan ke surga. Lantas orang fakir bertemu dengan orang kaya itu dan bertanya, ‘Wahai saudaraku, apa yang membuatmu tertahan? Demi Allah, engkau tertahan sehingga aku mengkhawatirkanmu.’

Orang kaya itu menjawab, ‘Wahai saudaraku, sesungguhnya aku tertahan setelahmu dengan penahanan yang mengerikan dan tidak disukai. Aku sampai kepadamu dengan kondisi bercucuran keringat sehingga jika ada seribu unta yang seluruhnya makan tumbuhan masam lalu minum keringat itu, niscaya unta-unta itu keluar dari keringat tersebut dalam keadaan kenyang’.”

Terkait hadits tersebut, Syaikh Ahmad Syakir menilai isnad-nya mengandung persoalan (bermasalah).

Mayoritas Penghuni Surga Adalah Orang Miskin

Selain disebut akan mendahului orang kaya masuk surga, orang miskin juga akan menjadi mayoritas penghuni surga. Hal ini disebutkan dalam kitab Ash Shahihain dari hadits Abu Utsman an-Nahdi dari Usamah bin Zaid bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Aku berdiri di pintu surga. Ternyata, mayoritas orang yang memasukinya adalah orang-orang miskin. Selanjutnya, aku berdiri di pintu neraka. Ternyata, mayoritas orang yang memasukinya adalah perempuan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam Shahih Bukhari juga terdapat riwayat serupa dari jalur Maslamah bin Zarir, dari Abu Raja’, dari Imran bin Hushain. Abdurrazzaq turut meriwayatkan hadits tersebut dari Ma’mar, dari Qatadah, dari Abu Raja’, dari Imran bin Milhan, dari Imran bin Hushain bahwa pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,

“Aku memandang ke surga, ternyata aku lihat mayoritas penghuninya orang-orang fakir. Aku memandang ke neraka, ternyata mayoritas penghuninya perempuan.” (HR Bukhari)

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Tanah Arab Menghijau Disebut Jadi Tanda Kiamat, Ini Haditsnya



Jakarta

Islam meyakini datangnya hari kiamat meski hanya Allah SWT yang tahu waktu persisnya. Namun demikian, Rasulullah SAW telah menjelaskan sejumlah tanda-tanda dekatnya kiamat, salah satunya tanah Arab menghijau atau kembali subur.

Menghijaunya tanah Arab sebagai tanda kiamat ini dikatakan dalam hadits yang dikeluarkan Imam Muslim. Rasulullah SAW bersabda,

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَعُودَ أَرْضُ الْعَرَبِ مُرُوجًا وَأَنْهَارًا


Artinya: “Hari kiamat tidak berlaku sehingga tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan padang-padang rumput dan sungai-sungai.” (HR Muslim)

Abu Hurairah RA meriwayatkan hadits serupa dengan redaksi lebih panjang bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Tidak akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah ruah, hingga seorang laki-laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya, tetapi dia tidak mendapatkan seorang pun yang bersedia menerima zakatnya itu. Dan sehingga tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan padang-padang rumput dan sungai.” (HR Muslim)

Hadits-hadits tersebut termuat dalam kitab Shahih Muslim dan kitab kumpulan hadits Misykat Al-Mashabih serta dinukil para ulama dalam kitab tentang kiamat. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar turut menukilnya dalam Al-Madkhal ila Dirasah Al-Akidah Al-Islamiyyah dan diterjemahkan Muhammad Misbah.

Ulama ahli hadits dan sejarawan Imam Ibnu Katsir dalam kitab An-Nihayah Fi Al-Fitan wa Al-Malahim yang diterjemahkan Ali Nurdin juga menyampaikan hadits serupa dari Sufyan ats-Tsauri, dari Suhail, dari ayahnya, dari Abu Hurairah RA, dari Rasulullah SAW yang bersabda,

“Siang dan malam tidak akan hilang sampai tanah Arab kembali menjadi kebun-kebun dan sungai-sungai sehingga Sungai Furat mengeluarkan gunung emas dan orang-orang berperang karenanya. Setiap seratus orang, tewas 99 orang dan satu orang selamat.” (HR Muslim)

Menurut penjelasan dalam Asyratus Sa’ah karya Yusuf bin Abdullah bin Yusuf al-Wabil sebagaimana diterjemahkan Atho’illah Umar, hadits menghijaunya tanah Arab dan dipenuhi sungai-sungai sebagai salah satu tanda kiamat tersebut menunjukkan bahwa dulu tanah Arab adalah daerah yang membentang luas dan memiliki banyak sungai. Keadaan ini akan kembali ketika kiamat sudah dekat.

Tanah Arab berada dalam kondisi tandus dan gersang pada era Nabi Ibrahim AS. Dijelaskan dalam Ih Fadzillah Yahfadzka karya ‘Aidh Abdullah al-Qarny yang diterjemahkan Masrukhin, pada masa itu, tanah Arab yang dikenal dengan Jazirah Arab, adalah tanah yang gersang, tidak ada pohon, kebun maupun tanaman. Air dan tempat berteduh juga tak dijumpai di sana.

Kemudian, Nabi Ibrahim AS berdoa dengan doa yang diabadikan dalam Al-Qur’an surah Ibrahim ayat 37.

رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ ٣٧

Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanamannya (dan berada) di sisi rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (demikian itu kami lakukan) agar mereka melaksanakan salat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan anugerahilah mereka rezeki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur.”

Tanah Arab masih tandus pada era Nabi Muhammad SAW, tepatnya saat Perang Tabuk. Hal ini diceritakan dalam riwayat yang dikeluarkan Imam Muslim melalui Muadz bin Jabal. Imam Muslim menyampaikan hadits ini dengan redaksi yang cukup panjang dan pada akhir hadits Rasulullah SAW bersabda,

“Wahai Muaz, jikalau umur kamu panjang, barangkali kamu akan melihat tempat ini dipenuhi kebun-kebun dan bangunan-bangunan.” (HR Muslim)

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com