Tag Archives: hadits

Manusia Urusi Aib Orang Lain tapi Lupa Aibnya Sendiri



Jakarta

Ada sejumlah perilaku manusia yang membuat Allah SWT heran terhadapnya. Salah satunya manusia suka mengurusi aib orang lain tapi melupakan aibnya sendiri.

Perkara tersebut disebutkan dalam hadits qudsi yang dihimpun Imam Ghazali dalam kitab Mawaidz Fi Ahaditsil Qudsiyyah yang diterjemahkan Kaserun. Kitab ini berisi kumpulan nasihat yang terdapat dalam hadits qudsi.

Pada nasihat pertama, Imam al-Ghazali memaparkan hadits qudsi tentang sepuluh perilaku manusia yang membuat Allah SWT heran. Dikatakan, Allah SWT heran terhadap manusia yang meyakini datangnya maut sementara mereka bisa bergembira. Kemudian, Allah SWT juga heran pada manusia yang meyakini hari perhitungan tapi ia terus mengumpulkan harta.


Pada akhir hadits dikatakan Allah SWT heran terhadap manusia yang suka mengumbar aib orang lain tapi dia melupakan aibnya sendiri. Berikut selengkapnya.

Allah SWT berfirman,

يَابْنَ آدَمَ، عَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ رة و بِالْمَوْتِ كَيْفَ يفرح، وَعَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالْحِسَابِ كَيْفَ يَجْمَعُ الْمَالَ، وَعَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالْقَبْرِ كَيْفَ يَضْحَكُ، وَعَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالْآخِرَةِ كَيْفَ يَسْتَرِيحُ، وَعَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بالدُّنْيَا وَزَوَالِهَا كَيْفَ يَطْمَئِنَّ إِلَيْهَا، وَعَجِبْتُ لِمَنْ هُوَ عَالِمُ بِاللِّسَانِ جَاهِلُ بِالْقَلْبِ، وَعَجِبْتُ لمَنْ يظهرُ بِالْمَاءِ وَهُوَ غَيْرُ طَاهِرِ بِالْقَلْبِ، ووه ور وَعَجِبْتُ لِمَنْ يَشْتَغِلُ بِعُيُوبِ النَّاسِ وَهُوَ غَافِلُ عَنْ عُيُوبِ نَفْسِهِ، أَوْ لِمَنْ يَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى مُطَّلِعُ عَلَيْهِ كَيْفَ يَعْصِيهِ، أَوْ لِمَنْ يَعْلَمُ أَنَّهُ ورو يَمُوتُ وَحْدَهُ، وَيَدْخُلُ الْقَبْرَ وَحْدَهُ، وَيُحَاسَبُ وَحْدَهُ، كَيْفَ يَسْتَأْنِسُ بِالنَّاسِ، لَا إِلَهَ إِلَّا رروه أَنَا حَقًّا، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدِى وَرَسُولِي.

Artinya: “Wahai manusia, aku heran terhadap orang yang yakin terhadap maut, tetapi bagaimana ia bisa bergembira. Aku heran pada orang yang meyakini hari perhitungan, tetapi ia terus menerus mengumpulkan harta. Aku heran terhadap orang yang meyakini kubur, tetapi dapat tertawa. Aku heran kepada orang yang meyakini akhirat, bagaimana ia bisa merasa tenang. Aku heran terhadap orang yang meyakini dunia dan kesirnaannya, namun ia merasa tenang di sisinya. Aku heran pada orang yang alim lisannya, tetapi bodoh hatinya. Aku heran terhadap orang yang bersuci dengan air, tetapi tidak suci hatinya. Aku heran pada orang yang sibuk mengurus aib orang lain, tetapi lupa terhadap aib diri sendiri; atau terhadap orang yang mengetahui bahwa Allah SWT melihatnya, tetapi ia tetap berbuat maksiat; atau terhadap orang yang mengetahui bahwa dirinya akan mati seorang diri, masuk kubur sendirian, dihisab sendiri; tetapi ia merasa tenang bersama orang lain. Sungguh, tiada Tuhan selain Aku dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Ku.”

Menutup aib orang lain termasuk hal yang diperintahkan dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam surah Al Hujurat ayat 12,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ ١٢

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”

Menurut Tafsir Al-Qur’an Kementerian Agama RI, ayat tersebut berisi perintah untuk tidak berburuk sangka terhadap orang-orang yang beriman. Ayat tersebut juga dijadikan dalil dalam menutup aib.

Menutup aib memiliki keutamaan yang besar. Disebutkan dalam kitab Riyadhus Shalihin Imam an-Nawawi yang disyarah Musthafa Dib al-Bugha dkk dan diterjemahkan Misbah, balasan orang yang menutupi aib seseorang di dunia adalah ditutup aibnya pada hari kiamat. Hal ini bersandar pada hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, yang bersabda,

لا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Artinya: “Tiada seorang hampa pun yang menutupi cela seseorang hamba yang lainnya di dunia, melainkan ia akan ditutupi celanya oleh Allah pada hari kiamat.” (HR Muslim dalam Shahih-nya)

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Allahumma Bariklana Fi Rajaba, Potongan Doa Sambut Rajab


Jakarta

Salah satu potongan doa yang kerap beredar jelang memasuki bulan Rajab adalah allahumma bariklana fi rajaba. Doa tersebut juga dikenal sebagai doa untuk menyambut bulan Ramadan.

Rajab adalah satu dari empat bulan haram dalam kalender Hijriah atau bulan suci sesuai firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 36. Melalui ayat ini, Allah SWT berfirman mengenai bulan-bulan yang diagungkan,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ


Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Hal ini ditegaskan Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah RA. Beliau bersabda,

وعن أبي بكرة نفيع بن الحارث رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال‏:‏ ‏”‏إن الزمان قد استدار كهيئته يوم خلق الله السموات والأرض‏:‏ السنة اثنا عشر شهرًا، منها أربعة حرم‏:‏ ثلاث متواليات‏:‏ ذو القعدة، وذو الحجة، والمحرم، ورجب مضر الذي بين جمادى وشعبان

Artinya: “Waktu telah menyelesaikan siklusnya dan telah mencapai kondisi saat Allah SWT menciptakan langit dan bumi. Tahun terdiri atas 12 bulan dengan empat bulan tidak dapat diganggu gugat. Tiga di antaranya berurutan Dhul-Qa’dah, Dhul-Hijjah dan Muharram dan Rajab, bulan Mudar (suku), yang berada di antara Jumada dan Sha’ban.” (HR Bukhari dan Muslim)

Sufyan Ats Tsauri dalam Kitab Latho-if Al Ma’arif berpendapat, empat bulan haram adalah waktu terbaik untuk mengerjakan amal ketaatan hingga para salaf menyukai puasa pada bulan tersebut.

“Pada bulan Haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya,” kata Sufyan Ats Tsauri yang diterjemahkan Tim PISS-KTB dalam buku Hasil Bahtsul Masail dan Tanya Jawab Agama Islam.

Menurut buku Dahsyatnya Puasa Sunah oleh H. Amirulloh Syarbini dan Hj. Lis Nur’aeni Afgani, bulan Rajab menjadi momentum yang tepat untuk meningkatkan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT. Termasuk memanjatkan doa allahumma bariklana fi rajaba.

Arti Potongan Doa Allahumma Bariklana Fi Rajaba

Salah satu bacaan doa yang kerap diamalkan muslim dalam menyambut Rajab adalah doa jelang Rajab yang diamalkan Rasulullah SAW. Ini bacaan doa lengkapnya yang bersumber dari riwayat Anas bin Malik RA.

أللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَان

Bacaan latin: Allahumma barik lana fi rajaba wa sya’bana wa balighna ramadhana

Artinya: “Ya Allah, berkahilah umur kami di bulan Rajab dan Syaban, serta sampaikanlah (umur) kami hingga bulan Ramadan.”

Doa tersebut mengarahkan pada dalil kuat mengenai pengabulan doa pada Rajab, selaras dengan anjuran berbuat amal-amal shalih pada bulan Rajab. Doa itu juga termaktub dalam Al-Hilyah oleh Abu Nuaim, Musnad Al-Firdaus oleh Ad-Dailami, dan Al-Azkar oleh Imam Nawawi.

Meski menurut Ustadz Yusuf Mansyur dalam arsip pemberitaan detikcom, doa tersebut memiliki derajat hadits dhaif atau ringan, tidak ada salahnya untuk membaca doa menyambut Rajab tersebut untuk meminta keberkahan dari Allah SWT sepanjang Rajab.

Berdasarkan hasil pengamatan hilal oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), ketinggian hilal baru memenuhi kriteria MABIMS pada Jumat, 12 Januari 2024 waktu Maghrib. Dengan kata lain, awal Rajab 2024 dimungkinkan akan jatuh pada Sabtu, 13 Januari 2024 mendatang.

(rah/erd)



Sumber : www.detik.com

Larangan Salat setelah Subuh dan Ashar, Ini Haditsnya


Jakarta

Mendirikan salat setelah salat Subuh dan Ashar termasuk perkara yang dilarang. Larangan ini bersifat mutlak.

Larangan salat setelah Subuh dan Ashar disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri sebagaimana dihimpun dalam kitab Bulughul Maram karya Ibnu Hajar Al-Asqalani yang diterjemahkan Irfan Maulana Hakim. Diriwayatkan, Abu Said Al Khudri mendengar Rasulullah SAW bersabda,

لا صَلَاةَ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ وَلَا صَلَاةَ بَعْدَ الْعَصْرِ حَتَّى تَغِيْبَ الشَّمْسُ


Artinya: “Tidak ada salat (sunnah) setelah salat Subuh hingga matahari terbit, dan tidak ada salat (sunnah) setelah salat Ashar hingga matahari terbenam. (HR Bukhari dan Muslim. Dalam redaksi Muslim dikatakan, “Tidak ada salat (sunnah) setelah salat Fajar.”)

Menurut penjelasan dalam At-Tadzhib fi Adillati Matnil Ghaya wa Taqrib karya Al-Qadhi Abu Syuja’ Ahmad bin Al Husain Al-Ashfahani yang diterjemahkan Abu Firly Bassam Taqiy, maksud “tidak ada salat” dalam hadits tersebut adalah dilarang salat atau dengan kata lain redaksinya, “Janganlah kalian salat pada waktu-waktu itu.”

Muhyidin Ibnu Arabi mengatakan dalam kitab Al-Futuhat Al-Makkiyyah yang diterjemahkan Harun Nur Rosyid, waktu setelah salat Subuh hingga matahari adalah waktu keluarnya manusia dari alam barzakh menuju alam tampak, sedangkan salat hanya ditentukan waktunya di alam indrawi. Begitu pula dengan waktu setelah salat Ashar.

Disebutkan dalam Mausu’ah Masa’Il Al Jumhur Fi Al-Fiqh Al-Islamiy karya Muhammad Na’im Muhammad Hani Sa’i yang diterjemahkan Masturi Irham dan Asmui Taman, jumhur ulama berpendapat bahwa larangan salat sunnah setelah salat Ashar bersifat mutlak tanpa batasan matahari berwarna kuning atau terbenamnya.

Sementara itu, minoritas ulama, seperti dikatakan Ibnu Mundzir yang menukil pendapat para ahli ilmu dari kalangan sahabat maupun tabi’in, ada yang memperbolehkan salat sunnah setelah Ashar. Dalam pendapat ini, waktu larangan hanya terbatas pada terbit matahari dan terbenamnya.

Pendapat Imam Syafi’i

Imam Syafi’i juga menyampaikan pendapatnya terkait larangan salat setelah salat Subuh dan Ashar. Dijelaskan dalam buku Fatwa-Fatwa Imam Asy-Syafi’i karya Asmaji Muchtar, Imam Syafi’i mengatakan larangan tersebut berlaku bagi salat yang tidak seharusnya dilakukan pada saat itu.

“Barang siapa mengetahui bahwa Rasulullah SAW melarang salat sesudah Subuh dan Ashar, sebagaimana beliau melarang salat saat matahari terbit dan terbenam, hendaklah ia mengetahui apa yang kami katakan bahwa larangan tersebut berlaku bagi salat yang tidak seharusnya dilakukan pada saat itu,” jelas Imam Syafi’i.

Imam Syafi’i juga mengatakan adanya perbedaan pendapat dalam hal ini. Sebagian penduduk di daerahnya mengatakan salat jenazah setelah Ashar bisa dikerjakan selama matahari belum berubah dan sesudah salat Subuh sebelum matahari mendekati waktu terbitnya. Kelompok ini berpegang pada riwayat Ibnu Umar.

Imam Syafi’i menyampaikan ada tiga waktu yang diharamkan untuk salat. Di antaranya sejak mengerjakan salat Subuh sampai matahari terbit, sejak mengerjakan salat Ashar sampai matahari terbenam secara sempurna, dan ketika tengah hari sampai matahari tergelincir.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Ini Pekerjaan Terbaik Menurut Sabda Rasulullah



Jakarta

Rasulullah SAW pernah menyebutkan pekerjaan terbaik di antara umat manusia. Pekerjaan ini berkaitan dengan tindakan seseorang dan salah satunya mudah dijumpai di masyarakat.

Hadits tentang pekerjaan terbaik ini diriwayatkan Imam Ahmad, Ath-Thabrani, Al-Hakim, dan Baihaqi sebagaimana termaktub dalam kitab Jami’ al-Hadits yang dinukil Muhammad M. Reysyahri dkk dalam buku Ensiklopedia Mizanul Hikmah: Kumpulan Hadis Nabi SAW Pilihan.

Rasulullah SAW bersabda,


خَيْرُ الْكَسْبِ كَسْبُ يَدَيْ الْعَامِلِ إِذَا نَصَحَ

Artinya: “Sebaik-baik pekerjaan adalah pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri, bila dia tulus.”

Dalam redaksi lain dikatakan,

أَطْيَبُ الْكَسْبِ عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ

Artinya: “Sebaik-baik pekerjaan adalah pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya dan setiap jual beli yang baik.”

Menurut penjelasan dalam buku Sepenggal Cerita Sejuta Makna karya Abdul Wahid Al-Faizin, dalam hadits tersebut Rasulullah SAW menyebutkan dua pekerjaan terbaik, yaitu pekerjaan yang dilakukan dengan tangannya sendiri dan berdagang. Pekerjaan yang dilakukan dengan tangan sendiri menjadi pekerjaan terbaik karena terjamin kehalalannya.

Ada juga yang menafsirkan “pekerjaan yang dilakukan dengan tangannya sendiri” sebagai pekerjaan yang dilakukan dengan baik atau profesional. Pekerjaan ini membutuhkan ketelitian, tanggung jawab, jauh dari unsur penipuan, dan tidak sembarangan.

Disebutkan dalam Tanbih al-Khawathir sebagaimana dinukil Muhammad M. Reysyahri dkk dalam Ensiklopedia Mizanul Hikmah, Allah SWT menyukai orang yang bekerja dan makan dari hasil kerjanya sendiri. Hal ini bersandar pada perkataan Nabi Daud AS tatkala melewati seorang tukang sepatu,

يَا هَذَا، إِعْمَلْ وَ كُلْ، فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ مَنْ يَعْمَلُ وَيَأْكُلُ، وَلَا يُحِبُّ مَن يَأْكُلُ وَ لا يَعْمَلُ

Artinya: “Wahai Fulan! Bekerjalah dan makanlah. Sesungguhnya, Allah menyukai orang yang bekerja dan makan (hasil kerjanya) dan tidak menyukai orang yang makan namun tidak bekerja.”

Rasulullah SAW juga bersabda terkait itu,

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطَّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَ إِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

Artinya: “Tidak ada seseorang yang memakan makanan, yang lebih baik dari hasil usahanya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah, Daud AS, makan dari jerih payahnya sendiri.” (Riwayat ini terdapat dalam Kanz al-Ummal)

Hadits tersebut juga termuat dalam Riyadhus Shalihin, kitab kumpulan hadits karya Imam an-Nawawi. Hadits tersebut dikeluarkan oleh Imam Bukhari.

Menurut penjelasan dalam Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali yang diterjemahkan M. Abdul Ghoffar, hadits tersebut mengandung makna sebaik-baik makanan dan setenang-tenang hidup adalah yang dihasilkan dari usaha. Demikianlah yang dilakukan para nabi dan Allah SWT telah menjelaskan bahwa pancaran manhaj mereka adalah tidak meminta upah dari orang lain.

Dalam Sunan at-Tirmidzi juga terdapat hadits hasan shahih yang menyebut sebaik-baiknya makanan adalah hasil dari usaha sendiri. Hadits ini diriwayatkan dari Ahmad bin Mani, dari Yahya bin Zakariya bin Abi Za’idah, dari al-Ma’sy, dari Umarah bin Umari, dari bibinya, dari Aisyah RA yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya, sebaik-baik yang kamu makan adalah hasil pekerjaan kalian, dan anak-anakmu adalah termasuk hasil pekerjaan kalian.”

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa Malam Pertama Bulan Rajab 2024, Dibaca Kapan?


Jakarta

Doa malam pertama bulan Rajab 2024 dapat dijadikan sebagai amalan untuk menyambut Rajab. Melalui sistem penanggalan kalender Hijriah, sebentar lagi ada pergantian bulan dari Jumadil Akhir ke Rajab.

Menurut Kalender Hijriah Indonesia 2024 susunan Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama (Kemenag). Awal Rajab bertepatan pada Sabtu, 13 Januari 2024 besok.

Hal senada juga didapat dari hasil pantauan hilal oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menyebut ketinggian hilal baru memenuhi kriteria MABIMS pada Jumat, 12 Januari 2024 waktu Maghrib. Hasil itu menandai awal Rajab 2024 jatuh pada Sabtu, 13 Januari 2024.


Dengan kata lain, malam pertama bulan Rajab 2024 bertepatan dengan malam ini, Jumat (12/1/2024). Muslim juga bisa mulai mengamalkan doa malam pertama bulan Rajab atau doa menyambut Rajab berikut.

Doa Menyambut Bulan Rajab 2024

أللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَان

Bacaan latin: Allahumma barik lana fi rajaba wa sya’bana wa balighna Ramadhana.

Artinya: “Ya Allah, berkahilah umur kami di bulan Rajab dan Syaban, serta sampaikanlah (umur) kami hingga bulan Ramadan.”

Doa tersebut mengarahkan pada dalil kuat mengenai pengabulan doa pada Rajab, selaras dengan anjuran berbuat amal-amal shalih pada bulan Rajab. Doa itu juga termaktub dalam Al-Hilyah oleh Abu Nuaim, Musnad Al-Firdaus oleh Ad-Dailami, dan Al-Azkar oleh Imam Nawawi.

Meski menurut Ustaz Yusuf Mansyur dalam arsip detikcom, doa tersebut memiliki derajat hadits dhaif atau ringan, tidak ada salahnya untuk membaca doa menyambut Rajab tersebut untuk meminta keberkahan dari Allah SWT sepanjang Rajab.

Tidak hanya itu, dikutip dari laman Kemenag, sejumlah ulama menganjurkan untuk memperbanyak amalan di bulan Rajab atas dasar fadailul a’mal. Beberapa di antaranya, mengerjakan salat sunnah khusus sesudah salat Maghrib, berpuasa sunnah sebulan penuh, memperbanyak istighfar Rajab, dan sholawat Rajab.

Bulan Rajab memiliki makna keagungan dan mulia. Hal ini dapat dibuktikan melalui salah satu firman-Nya yang termaktub dalam surat At Taubah ayat 36 yang disebut bulan haram,

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

Artinya: “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ada dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangi lah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.”

Berdasarkan dalil di atas, bulan Rajab termasuk dalam satu dari empat bulan haram. Keempatnya adalah bulan Dzulqaidah, Dzulhijjah, dan Muharram.

Sufyan Ats Tsauri dalam Kitab Latho-if Al Ma’arif menambahkan, bulan haram merupakan waktu terbaik untuk mengerjakan amal ketaatan hingga para salaf menyukai puasa pada bulan tersebut.

“Pada bulan haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya,” kata Sufyan Ats Tsauri yang diterjemahkan Tim PISS-KTB dalam buku Hasil Bahtsul Masail dan Tanya Jawab Agama Islam.

(rah/erd)



Sumber : www.detik.com

Dzikir setelah Sholat Fardhu yang Dibaca 33 Kali


Jakarta

Salah satu amalan sunnah setelah sholat fardhu adalah membaca tiga macam dzikir sebanyak 33 kali. Dzikir yang disunnahkan dibaca setelah sholat fardhu masing-masing sebanyak 33 kali adalah tasbih, tahmid, dan takbir.

Syaikh Abd Al-Razaq Al-Badr menyebutkan dalam bukunya yang berjudul Zikir dan Doa dalam Tuntunan Al-Kitab dan Al-Sunnah, bahwasanya Rasulullah SAW telah menuntunkan umatnya untuk membaca ketiga kalimat thayyibah itu setelah sholat.

Dari Abu Hurairah RA berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,


مَنْ سَبَّحَ اللهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، وَحَمِدَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، وَكَبَّرَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ، وَقَالَ: تَمَامَ الْمِائَةِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ . (رواه مسلم)

Artinya: “Barang siapa yang bertasbih sebanyak 33 kali, bertahmid sebanyak 33 kali, dan bertakbir sebanyak 33 kali setelah melaksanakan sholat fardhu sehingga berjumlah 99 kali, kemudian menggenapkannya untuk yang keseratus dengan ucapan:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Hanya milik-Nya kekuasaan, dan untuk-Nya pujian dan Dia Maha berkuasa di atas segala sesuatu. Maka kesalahannya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR Muslim)

Dzikir setelah Sholat Fardhu

Berikut adalah bacaan dzikir yang disunnahkan dibaca setelah sholat fardhu masing-masing sebanyak 33 beserta Arab, latin, dan artinya.

1. Tasbih (Subhanallah) 33 Kali

سُبْحَانَ الله

Latin: Subhaana Allah

Artinya: “Maha Suci Allah.”

2. Tahmid (Alhamdulillah) 33 Kali

الْحَمْدُ للهِ

Latin: Alhamdulillah

Artinya: “Segala puji bagi Allah.”

3. Takbir (Allahuakbar) 33 Kali

اللَّهُ أَكْبَرُ

Latin: Allahu Akbar

Artinya: “Allah Maha Besar.”

Keutamaan Dzikir setelah Sholat Fardhu

Dikutip dari kitab Shalatul Mu’min karya Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al-Qahthani yang diterjemahkan Abu Khadijah, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, keutamaan dzikir setelah sholat fardhu yang dibaca sebanyak 33 kali ini memiliki kedudukan yang sama dengan haji, umrah, dan sedekah.

Suatu saat ada sekelompok orang miskin dari golongan Muhajirin datang kepada Rasulullah SAW. Orang-orang itu berkata kepada beliau, “Orang-orang kaya dengan mudah dapat meraih derajat tinggi dan kenikmatan abadi (di surga).”

Mendengar hal ini, Rasulullah SAW bertanya kepada mereka, “Mengapa begitu?”

Mereka menjawab, “Mereka (orang-orang kaya) bisa sholat sebagaimana kami sholat dan berpuasa sebagaimana kami berpuasa. Sementara dengan harta lebih yang mereka miliki, mereka bisa berhaji, berumrah, berjihad, dan bersedekah.”

Rasulullah SAW bersabda, “Maukah aku ajarkan kepada kalian kalimat dzikir yang dengannya kalian dapat meraih apa yang bisa diraih oleh orang-orang yang telah mendahului kalian dan kalian dapat mendahului orang-orang ada sesudah kalian (dalam meraihnya), sementara itu juga tak ada seorang pun yang kalian amalkan ini?”

Beliau melanjutkan, “Kalian bertasbih, bertakbir, dan bertahmid sebanyak 33 kali di setiap selesai sholat.”

Lagi-lagi para Muhajirin itu berkata, “Kami telah mendengar saudara-saudara kami yang kaya itu juga mengamalkan apa yang kami amalkan.”

Rasulullah SAW pun menjawab,

ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِهِ مَنْ يَشَاءُ

Artinya: “Itulah karunia Allah yang Dia berikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.” (HR Bukhari dan Muslim)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Sungai Eufrat Mengering Disebut Jadi Tanda Kiamat, Ini Haditsnya



Jakarta

Mengeringnya Sungai Eufrat disebut jadi salah satu tanda kiamat. Setelah itu, akan muncul gunung emas di wilayah tersebut.

Sungai Eufrat adalah sungai yang terletak di Timur Tengah, memanjang melintasi tiga negara yakni Turki, Suriah, dan Irak. Menurut buku The Tigris & Euphrates River karya Shane Mountjoy, sungai ini mengalir dari dataran tinggi Turki Timur sejauh 1.739 mil.

Menjelang datangnya kiamat, Sungai Eufrat akan mengering. Hal ini dikatakan dalam hadits yang dikeluarkan Imam Muslim sebagaimana dinukil Muhammad al ‘Areifi dalam Nihayatul ‘Alam yang diterjemahkan Zulfi Askar. Imam an-Nawawi turut menukil hadits ini dalam kitab Riyadhus Shalihin.


Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab RA, ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَحْسِرَ الْفُرَاتُ عَنْ جَبَلٍ مِنْ ذَهَبٍ، يَقْتَتِلُ النَّاسُ عَلَيْهِ، فَيُقْتَلُ مِنْ كُلِّ مِائَةٍ، تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ، وَيَقُولُ كُلُّ رَجُلٍ مِنْهُمْ: لَعَلِّي أَكُونُ أَنَا الَّذِي أَنْجُو

Artinya: “Kiamat tidak akan terjadi sampai al-Furat (Sungai Eufrat) mengering sehingga muncullah gunung emas. Manusia pun saling bunuh untuk memperebutkannya. Dari setiap seratus orang (yang memperebutkannya), terbunuhlah sembilan puluh sembilan orang. Setiap orang dari mereka mengatakan, ‘Mudah-mudahan aku-lah orang yang selamat’.” (HR Muslim)

Dalam riwayat lain yang berasal dari Abu Hurairah RA dikatakan Rasulullah SAW bersabda,

عَنْ أَبِي هُرَيرَةَ قالَ: قالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: “يُوشِكُ الفُرَاتُ يَحْسِرُ عن كَنْزِ مِنْ ذّهَبِ، فَمَنْ حَضَرَهُ فَلاَ يَأْخُذْ مِنْهُ شَيْئاً .

Artinya: “Hampir terbuka al-Furat dengan (berisi) simpanan emas. Siapa yang mendatanginya jangan sekali-kali mengambilnya.” (HR At-Tirmidzi)

Imam an-Nawawi menjelaskan dalam Syarah Shahih Muslim sebagaimana dinukil Brilly El-Rasheed dalam Al-Jannah: Misteri Sugra Terungkap di Akhir Zaman, makna mengeringnya Sungai Eufrat dalam hadits tersebut adalah terbukanya dasar sungai karena airnya surut. Kata Imam an-Nawawi, bisa jadi ini karena adanya perubahan aliran sungai.

Lebih lanjut Imam an-Nawawi menjelaskan, kekayaan atau gunung emas tertimbun tanah dan tidak diketahui keberadaannya. Jika aliran sungai berubah atau karena sebab lain, maka tanah yang menimbun gunung emas itu akan terkikis dan emas pun akan tampak.

Menurut pendapat Abu ‘Ubaidah dalam ta’liq-nya terhadap kitab An-Nihayah Fi Al-Fitan wa Al-Malahim karya Ibnu Katsir, gunung emas yang disebut dalam hadits tanda kiamat ini adalah kiasan. Contohnya, gunung emas bisa saja dikiaskan dengan minyak bumi karena keduanya memiliki nilai manfaat yang sama.

Wallahu a’lam.

Selanjutnya Sungai Eufrat diprediksi mengering total pada 2040>>>

Prediksi Sungai Eufrat Mengering Sepenuhnya pada 2040

Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang turut mengkaji Sungai Eufrat menyebut Sungai Eufrat berisiko mengering akibat perubahan iklim. Suhu di timur laut Suriah mengalami peningkatan satu derajat dibandingkan 100 tahun lalu dan rata-rata curah hujan menurun sebesar 18 milimeter per bulan per abad.

Perdana Menteri Irak Mohammed Shia’ Al Sudani menyebut negara-negara di kawasan Sungai Eufrat dan Tigris akan mengalami “bencana lingkungan” yang parah jika masyarakat internasional gagal kembali ke jalur yang benar untuk mengekang perubahan iklim.

“Bencana lingkungan hidup akan lebih parah bagi Irak dan negara-negara di kawasan ini, dengan kenaikan suhu yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang membuat kehidupan normal menjadi sangat sulit, bahkan hampir mustahil,” ujar Al Sudani saat berpidato dalam Sidang Majelis Umum PBB ke-78 di New York pada 22 September 2023 lalu, lapor Arab News.

Kementerian Sumber Daya Air Irak dalam laporannya pada 2021 memperingatkan bahwa Sungai Eufrat dan Tigris akan mengering sepenuhnya pada 2040 akibat kekeringan yang berkepanjangan dan penurunan permukaan air yang disebabkan oleh perubahan iklim.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa Buka Puasa Rajab dan Keutamaannya


Jakarta

Bulan Rajab menjadi salah satu ajang mencari kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT yaitu, berpuasa sunnah di bulan Rajab.

Hal itu juga dikuatkan oleh kebiasaan Rasulullah SAW untuk berpuasa pada Rajab. Berikut bunyi haditsnya,

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا عِيسَى، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ، – يَعْنِي ابْنَ حَكِيمٍ – قَالَ سَأَلْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ صِيَامِ رَجَبَ، فَقَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ عَبَّاسٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ


Artinya: Dinarasikan ‘Uthman bin Hakim, “Saya bertanya apda Sa’id bin Jubair tentang puasa selama Rajab. Dia mengatakan: ‘Ibnu ‘Abbas berkata Rasulullah SAW biasa berpuasa selama beberapa hari hingga kami berpikir dia tidak akan berhenti, dan dia tidak berpuasa selama beberapa hari hingga kami berpikir dia tidak akan berpuasa.” (HR Abu Daud)

Bulan Rajab adalah salah satu bulan suci urutan ke-7 dalam kalender Islam. Bulan Rajab termasuk bulan yang mulia. Selain terdapat peristiwa Isra Mi’raj di bulan Rajab, perintah salat juga diwajibkan pada bulan ini. Rasulullah SAW bersabda,

“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadan adalah bulan umatku.”

Dilansir Abdullah bin Abdul Aziz At-Tuwaijiry dalam buku Ritual Bid’ah dalam Setahun, tidak ada pengamalan puasa Rajab yang secara khusus dianjurkan muslim. Sebaliknya, puasa Rajab yang dapat diamalkan muslim di antaranya puasa sunnah seperti puasa Senin Kamis dan puasa Ayyamul Bidh. Adapun bacaan doa berbukanya dapat disimak pada ulasan berikut.

Doa Buka Puasa Rajab

Dikutip dari buku Magnet Rezeki Keluarga oleh Ustadz Arifin Ibnu Jumani, berikut bacaan doa berbuka puasa sunnah:

اللهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ. ذَهَبَ الظَّمَأُ وابْتَلَتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Allaahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu. Dzahabazh-zhama-u wab-tallatil ‘uruuqu watsabatal ajru insyaa-allaah.

Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa, dan kepada-Mu aku berbuka. Telah hilang rasa haus dan telah basah urat-urat, serta telah ditetapkan pahala, insyaAllah.”

Setelah membaca doa berbuka puasa, dilanjutkan dengan membaca doa sebelum makan:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، بِسْمِ اللَّهِ

Allaahumma baarik lanaa fiimaa razaqtanaa wa qinaa adzaaban naar, bismillaah.

Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami pada apa yang telah Engkau karuniakan dan lindungilah kami dari siksa neraka. Dengan menyebut nama Allah.”

Doa tersebut penting dibaca oleh umat muslim agar Allah SWT memberikan karunia dan keberkahan-Nya kepada hamba-Nya. Bahkan, barang siapa yang membaca doa sebelum makan, niscaya ia juga akan mendapatkan perlindungan Allah SWT dari siksa neraka yang pedih.

Rasulullah SAW dalam haditsnya memberi pedoman waktu untuk berbuka puasa dapat disesuaikan pada masing-masing wilayah. Beliau menyebutkan, waktu berbuka puasa pada saat memasuki waktu Magrib atau saat awal tenggelamnya matahari.

إِذَا أَقْبَلَ اللَّيْلُ مِنْ هَا هُنَا ، وَأَدْبَرَ النَّهَارُ مِنْ هَا هُنَا ، وَغَرَبَتِ الشَّمْسُ ، فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ

Artinya: “Jika malam telah datang dari sini dan siang telah tertutup dari sini, serta matahari terbenam, itulah waktu berbuka bagi yang berpuasa.” (HR Bukhari)

Keutamaan Puasa Rajab

Merujuk pada buku Dahsyatnya Puasa Wajib & Sunah Rekomendasi Rasulullah oleh Amirulloh Syarbini & Sumantri Jamhari, salah satu cara menunjukkan cinta seorang hamba kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW pada bulan Rajab adalah dengan melaksanakan puasa sunah. Sebab, puasa sunah di bulan Rajab memiliki keutamaan yang sangat istimewa.

Rasulullah SAW menyatakan orang yang melaksanakan puasa pada bulan Rajab akan mendapatkan manisnya hidangan surga. Hal ini berdasarkan pada sebuah hadits,

“Sesungguhnya di surga ada suatu sungai yang bernama Rajab. Warnanya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis daripada manu. Barangsiapa berpuasa satu hari pada bulan Rajab, akan diberi minum oleh Allah dari sungai itu.” (HR Bukhari dan Muslim)

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Hadits tentang Sabar, Sikap Mulia yang Perlu Diteladani Muslim


Jakarta

Sabar termasuk ke dalam akhlak terpuji yang patut dimiliki oleh kaum muslimin. Terkait sabar, Allah SWT berfirman dalam surah Al Kahfi ayat 28,

وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًا

Artinya: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”


Mengutip buku Sabar dan Syukur susunan Ulya Ali Ubaid, Allah SWT mensifatkan orang-orang yang sabar dengan sejumlah sifat dan menyebutkan kata sabar sebanyak 70 kali di dalam Al-Qur’an. Sabar diartikan sebagai menahan jiwa atau diri untuk tidak galau, menahan lisan untuk tidak mengeluh dan semacamnya.

Kumpulan Hadits tentang Sabar

Selain dalil Al-Qur’an, ada juga sejumlah hadits yang menjelaskan sifat sabar. Menukil buku Hikmah Sabar oleh Pracoyo Wiryoutomo, berikut hadits tentang sabar.

1. Hadits tentang Sabar Mendatangkan Kemenangan

Sifat sabar dapat mendatangkan kemenangan, sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang berbunyi:

“Ketahuilah, sesungguhnya datangnya kemenangan itu bersama dengan kesabaran. Bersama kesempitan pasti akan ada jalan keluar. Bersama kesusahan pasti ada kemudahan.” (HR Abd Humaid)

2. Hadits tentang Sabar sebagai Sesuatu yang Baik

Sebagai akhlak mulia, tentu sabar termasuk ke dalam sesuatu yang baik. Dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadits dari Suhaib RA,

“Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar karena ia mengetahui bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR Muslim)

3. Hadits tentang Sabar Dapat Menggugurkan Dosa

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, marabahaya, dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut.” (HR Bukhari dan Muslim)

4. Hadits Orang Sabar akan Dijaga Oleh Allah SWT

Orang yang memiliki sifat sabar akan dijaga oleh Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari,

“Barangsiapa yang berusaha menjaga diri, maka Allah menjaganya, barangsiapa yang berusaha merasa cukup, maka Allah mencukupinya. Barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan menjadikannya bisa bersabar dan tidak ada seorang pun yang dianugerahi sesuatu yang melebihi kesabaran.” (HR Bukhari)

5. Hadits tentang Ganjaran Sabar bagi Orang yang Tertimpa Musibah

“Sesungguhnya sabar terhadap musibah ditulis tiga ratus derajat bagi seorang hamba, sabar dalam ketaatan ditulis enam ratus derajat bagi seorang hamba, dan sabar dari maksiat-maksiat ditulis sembilan ratus derajat bagi seorang hamba.” (Diriwayatkan Ibnu Abu Ad-Dunya dan Ibnu Jarir Ath-Thabari)

Itulah sejumlah hadits tentang sabar. Semoga kita senantiasa diberi kesabaran dalam menghadapi segala ujian hidup yang diberikan Allah SWT.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Tempat Munculnya Tanduk Setan yang Disebut dalam Hadits Nabi



Jakarta

Rasulullah SAW pernah bersabda perihal munculnya tanduk setan. Menurut sebuah hadits, fitnah akan muncul di wilayah tersebut.

Hadits yang menyebut munculnya tanduk setan ini dikeluarkan Bukhari pada kitab ke-92, kitab Fitnah-fitnah bab ke-16, bab sabda Nabi “Ujian itu dari arah timur.” Berikut bunyi haditsnya,

حَدِيثُ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُما أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُسْتَقْبِلُ الْمَشْرِقَ يَقُولُ : أَلاَ إِن الْفِتْنَةَ هَهُنَا مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ


Artinya: “Ibnu Umar RA mendengar Rasulullah SAW bersabda sambil menghadap ke timur, ‘Ingatlah sesungguhnya fitnah muncul dari sana, di tempat munculnya tanduk setan’.”

Dalam Sunan at-Tirmidzi juga terdapat hadits serupa dan At-Tirmidzi mengatakan hadits ini shahih. Diriwayatkan dari Abd bin Humaid, dari Abdurrazzaq, dari Ma’mar, dari az-Zuhri, dari Salim, dari Ibnu Umar, ia berkata bahwa Rasulullah SAW berkhutbah di atas mimbar lalu bersabda, “Di negeri itulah tempat fitnah,” seraya menunjuk ke timur (yaitu tempat munculnya tanduk setan atau tanduk matahari.”

Menurut penjelasan dalam buku Fitnah Akhir Zaman karya Rachmat Morado Sugiarto, maksud tanduk setan dalam hadits di atas adalah fitnah-fitnah yang disebarkan oleh setan dan pembuat fitnah-fitnah itu berasal dari kalangan setan manusia.

Ada juga yang menafsirkan maksud tanduk adalah sisi kepala setan yang terlihat ketika setan berdiri tegak sejajar dengan terbitnya matahari, sebagaimana sabda Nabi SAW saat melarang umatnya salat ketika terbit matahari.

Sabda Nabi SAW ini turut dinukil Imam Syafi’i saat menjelaskan waktu-waktu yang dimakruhkan salat dalam kitab Al Umm yang diterjemahkan Fuad Syaifudin Nur. Dari Zaid bin Aslam, dari Atha’ bin Yasar, dari Shanabihi mengatakan Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya matahari terbit bersama tanduk setan. Dan jika ia meninggi, ia meninggalkannya (meninggalkan tanduk setan). Ketika ia berada di tengah, ia kembali bersamanya (bersama tanduk setan). Setelah ia condong, ia meninggalkannya (meninggalkan tanduk setan). Dan ketika ia turun sampai terbenam, ia bersamanya (bersama tanduk setan). Setelah ia terbenam, ia meninggalkannya (meninggalkan tanduk setan).”

Rasulullah SAW pun melarang salat pada waktu-waktu itu.

Berkaitan dengan penafsiran tanduk setan adalah sisi kepala setan, M. Quraish Shihab mengatakan dalam buku Yang Tersembunyi bahwa kata “tanduk” ini merupakan ilustrasi dan bukan dalam arti yang hakiki.

Hadits munculnya tanduk setan ini kerap dimaknai sebagai munculnya bencana. Bencana ini dimulai dari arah timur. Dijelaskan dalam Asyrath As-Sa’ah Al-‘Alamat Ash-Shugra wa Al-Wustha karya Mahir Ahmad Ash-Shufiy yang diterjemahkan Badruddin dkk, menurut pendapat Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, permulaan bencana berawal dari timur karena di sanalah tempat kaum muslim terpecah belah. Ada sejumlah kelompok yang muncul dari sana.

Ada yang menafsirkan maksud bencana yang datang dari timur ini adalah tersebarnya kebodohan, sedikitnya pengetahuan, ditinggalkannya Islam, upaya-upaya meraih dunia, menuruti hawa nafsu, berbuat dosa, bermaksiat, dan menghalalkan apa yang diharamkan Allah SWT.

Pendapat tersebut bersandar pada riwayat Abdullah bin Mas’ud RA dan Abu Musa Al-Asy’ari RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Beberapa hari menjelang kiamat akan diturunkan kebodohan, dicabutnya ilmu pengetahuan, dan banyak terjadi al-haraj, yaitu pembunuhan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com