Tag Archives: hadits

3 Doa Saat Mendengar Petir Sesuai Ajaran Rasulullah SAW



Jakarta

Petir adalah salah satu tanda kekuasaan Allah SWT. Suara petir yang menggelegar kerap kali membuat orang yang mendengarnya akan merasa takut dan khawatir. Dalam Islam, terdapat anjuran untuk berdoa ketika mendengar petir.

Termaktub dalam surah Al Baqarah ayat 20 , Allah SWT berfirman,

يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ اَبْصَارَهُمْ ۗ كُلَّمَآ اَضَاۤءَ لَهُمْ مَّشَوْا فِيْهِ ۙ وَاِذَآ اَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوْا ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَاَبْصَارِهِمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ࣖ ٢٠


Artinya: “Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu) menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) itu. Apabila gelap menerpa mereka, mereka berdiri (tidak bergerak). Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia menghilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Petir merupakan bentuk tasbih kepada Allah SWT. Termaktub dalam surah Ar Ra’d ayat 13, Allah SWT berfirman,

وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهٖ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ مِنْ خِيْفَتِهٖۚ وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيْبُ بِهَا مَنْ يَّشَاۤءُ وَهُمْ يُجَادِلُوْنَ فِى اللّٰهِ ۚوَهُوَ شَدِيْدُ الْمِحَالِۗ ١٣

Artinya: “Guruh bertasbih dengan memuji-Nya, (demikian pula) malaikat karena takut kepada-Nya. Dia (Allah) melepaskan petir, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Sementara itu, mereka (orang-orang kafir) berbantah-bantahan tentang kekuasaan Allah, padahal Dia Mahakeras hukuman-Nya.”

Ketika mendengar petir, Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk berdoa. Hal ini bertujuan untuk melindungi diri dan mengurangi rasa takut.

Lantas, bagaimana doa mendengar petir? Berikut beberapa doa mendengar petir sesuai ajaran Rasulullah SAW.

Doa Mendengar Petir

Dikutip dari kitab Al-Adzkar oleh Al-Imam An-Nawawi, berikut beberapa doa yang diajarkan Rasulullah SAW ketika mendengar petir:

Doa Pertama

Jika mendengar suara guruh dan petir, Rasulullah SAW berucap,

اللَّهُمَّ لَا تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ، وَلَا تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ، وَعَافِنَا قَبْلَ ذُلِكَ

Bacaan latin: Allahumma laa taqtulnaa bighadhabika wala tuhlikna biadzabika waafina qobla dzalika

Artinya: “Ya Allah, janganlah Engkau membunuh kami dengan murka-Mu, dan jangan binasakan kami dengan azab-Mu, serta selamatkanlah kami sebelum itu” (HR Ahmad dan lainnya)

Doa Kedua

Jika mendapati petir, kilat, dan hujan lalu mengucapkan doa ini tiga kali, maka ia akan selamat dari petir tersebut.

سُبْحَانَ الَّذِي يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ.

Bacaan latin: Subhaanalladzii yusabbikhurra’du bihamdihii wal malaa-ikatu min khiifatih

Artinya: “Mahasuci Allah yang petir bertasbih dengan memuji-Nya dan juga para malaikat karena takut kepada-Nya.” (HR Thabrani)

Doa Ketiga

سُبْحَانَ مَنْ سَبَّحَتْ لَهُ.

Bacaan latin: Subhaana man subhatlahu

Artinya: “Mahasuci Allah yang petir itu bertasbih kepada-Nya.” (HR Asy-Syafi’i dan lainnya)

Dirangkum dari buku Pasti Terkabul oleh Thoriq Anwar, menurut sains, petir merupakan gejala alam karena pelepasan medan listrik yang menembus lapisan-lapisan udara sehingga menimbulkan listrik. Petir terbentuk dari muatan-muatan yang dibawa oleh awan.

Dalam pandangan Islam, petir memiliki banyak istilah, seperti Ar Ra’d, Ash Shawa’iq, dan Al Barq. Ar Ra’d digunakan untuk menyebut geledek atau suara petir, sedangkan Ash Shawa’iq dan Al Barq digunakan untuk menyebut kilatan petir.

Terdapat perbedan dalam pembentukan petir antara sains dan Islam.Dalam hadits marfu’, Rasulullah SAW mengatakan bahwa Ar Ra’d adalah malaikat pengatur awan dan bersamanya ada pengoyak api yang bertugas memindahkan awan sesuai dengan kehendak Allah SWT.

Meski berbeda pendapat, keduanya memiliki kesamaan yaitu sama-sama suara yang ditimbulkan karena sebuah gerakan. Sebagai seorang beriman, hendaknya membaca doa dan memohon perlindungan kepada Allah SWT.

Petir juga bertasbih kepada Allah SWT. Artinya, petir merupakan ciptaan Allah SWT, sama seperti manusia. Maka tidak dibenarkan jika petir dianggap sebagai Yang Maha Adidaya, apalagi menjadikan petir sebagai sesembahan.

Wa’allahu a’lam.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Niat Berpengaruh pada Kehidupan Dunia dan Akhirat, Ini 10 Hadits tentang Niat



Jakarta

Niat yang terlintas ketika seseorang hendak melakukan perbuatan ternyata memiliki pengaruh besar. Dalam Islam, semua niat akan memberi pengaruh dalam kehidupan seorang muslim di dunia dan akhirat.

Mengutip buku Hadits Pilihan (Materi Hafalan, Kultum dan Ceramah Agama) karya Muh. Yunan Putra, Lc., M.HI. dijelaskan niat secara bahasa adalah keinginan. Niat juga berarti sengaja untuk melakukan sesuatu. Sedangkan menurut istilah niat adalah keinginan yang kuat untuk melaksanakan atau meninggalkan sesuatu karena Allah SWT.

Niat terletak dalam setiap hati seorang hamba. Rasulullah SAW berpesan kepada seluruh muslim untuk menjaga hati agar senantiasa bersih dari niat buruk. Karena segala perbuatan dinilai berdasarkan niatnya.


Dari Umar bin Khattab radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits tentang Niat

Sangat banyak hadits Rasulullah SAW yang menjelaskan tentang hubungan niat perbuatan. Setiap niat baik akan mendapatkan balasan keutamaan yang bisa dirasakan di dunia dan akhirat. Demikian juga setiap niat buruk yang akan berbalas dosa.

Merangkum buku Keikhlasan Niat dan Tentang Ketaqwaan oleh Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarif An-Nawawi Ad-Dimsyaqi, berikut beberapa hadits Rasulullah SAW tentang niat.

1. Niat baik membawa kebaikan dunia akhirat

Dari Ibnu Mas’ud, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Siapa yang menjadikan seluruh tujuannya menjadi satu cita-cita, yaitu cita-cita akhirat, Allah mencukupi tujuan dunianya. Siapa yang tujuannya bercabang-cabang dalam berbagai masalah dunia, Allah tidak akan peduli di lembah mana ia meninggal.” (HR Ibnu Majah, sanad haditsnya hasan li ghairih)

2. Niat buruk akan berbalas keburukan

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah SWT mengampuni umatku dari apa saja yang terbesit dalam hatinya, selagi belum terucap atau belum terlaksana.”

3. Niat lebih penting daripada amal

Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, Rasulullah SAW bersabda:

“Niat seorang mukmin lebih utama daripada amalnya.” (HR Al-Baihaqi)

4. Niat dapat meluaskan rezeki

Rasulullah SAW bersabda,

“Barangsiapa yang mengambil harta orang lain (berhutang) dengan maksud mengembalikannya, maka Allah akan membayarkannya. Siapa yang mengambil harta orang lain dengan maksud untuk merusaknya, maka Allah akan merusak orang itu.” (HR. Bukhari)

5. Niat baik akan mendapat pahala berlipat

Dari Ibnu ‘Abbas RA, Nabi Muhammad bersabda:

“Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa berniat melakukan kebaikan tetapi dia tidak (jadi) melakukannya, Allah tetap menuliskanya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga 700 kali lipat sampai kelipatan yang banyak.

Barangsiapa berniat berbuat buruk tetapi dia tidak jadi melakukannya, Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan barangsiapa berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allah menuliskannya sebagai satu kesalahan.” (HR Bukhari dan Muslim)

6. Balasan pahala sesuai niat

Rasulullah SAW bersabda,

“Allah telah memberikan balasan kepadanya sesuai dengan kadar niatnya.”

Hadits ini disabdakan ketika beberapa orang sahabat tertinggal pada Perang Tabuk, mereka sangat ingin ikut berperang bersama Rasulullah SAW dalam peperangan itu, akan tetapi mereka mendapatkan rintangan, sebagian di antara mereka tidak memiliki perbekalan dan tidak mempunyai unta.

Rasulullah SAW tidak dapat membawanya, ada di antara mereka yang mungkin sakit, ada di antara mereka yang tidak dapat ikut karena mengatur urusan di Madinah, dia menjaga Madinah. Rasulullah SAW memberitahukan bahwa mereka yang tidak dapat ikut berperang karena ada halangan, mereka tetap mendapatkan balasan pahala.

7. Niat berbalas kebaikan

Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahihnya dari Ma’n bin Yazid dia berkata,”Yazid ayahku mengeluarkan beberapa Dinar untuk bersedekah, dia memberikannya kepada seseorang di masjid, aku datang dan mengambilnya dan memberikannya kembali kepada ayahku, dia berkata, “Demi Allah, apakah yang engkau inginkan”.

Ia mengadukanku kepada Rasulullah, beliau berkata, “Engkau memperoleh apa yang engkau niatkan wahai Yazid, dan engkau mendapatkan apa yang telah engkau ambil wahai Ma’n.”

Sang ayah tidak berniat memberikan harta yang telah dia keluarkan itu untuk anaknya, akan tetapi Allah SWT membalasnya dengan niatnya yang benar, dia mendapatkan balasan meskipun hartanya kembali.

8. Niat dapat mengubah yang buruk menjadi baik

Rasulullah SAW berkata, bahwa seseorang berkata, “Aku akan bersedekah malam ini, dia pun keluar dan memberikan sedekah ke tangan pezina. Orang banyak berkata, ‘Malam ini dia bersedekah untuk seorang wanita pezina.’ Dia berkata, ‘Ya Allah, segala puji bagimu atas pezina ini.’

Kemudian dia berkata lagi akan bersedekah malam ini. Ia memberikan sedekah pada orang kaya. Mereka berkata, ‘Dia telah bersedekah kepada orang kaya.’ Dia berkata, ‘Ya Allah, segala puji bagimu atas orang kaya.

Selanjutnya ia berkata ‘Aku akan bersedekah.’ Dia keluar untuk bersedekah, dia bersedekah kepada seorang pencuri, dia berkata, ‘Ya Allah, segala puji bagimu, atas pezina, orang kaya dan pencuri.’

Ada yang berkata kepadanya, “Pezina itu, semoga dia menjaga dirinya dari perbuatan zina dengan sedekah itu, semoga orang kaya itu mengambil pelajaran darinya hingga dia mau menginfakkan harta yang telah diberikan Allah SWT kepadanya, dan semoga pencuri itu berhenti mencuri.”

9. Niat seperti ruh dalam jasad

Ibadah mendekatkan diri kepada Allah SWT yang dilakukan seseorang tidak akan diterima kecuali dengan dua perkara. Pertama, ada niat yang tulus dan benar. Kedua, perbuatan yang dilakukan tersebut sesuai menurut syariat.

Dalam masalah ini Ibnu Mas’ud berkata, “Ucapan tidak memberikan manfaat kecuali dengan amal, ucapan dan perbuatan tidak bermanfaat kecuali dengan niat, ucapan, perbuatan dan niat tidak bermanfaat kecuali sesuai dengan sunnah.”

Setiap ibadah yang kosong dari niat maka tidak bernilai sama sekali, sama halnya seperti jasad tanpa ruh.

10. Niat adalah amalan yang paling afdhal

Niat itu merupakan amal yang paling afdhal, dalam sebuah hadits disebutkan, “Niat seorang mukmin lebih baik daripada amalnya dan perbuatan orang munafik lebih baik daripada niatnya, semua manusia berbuat berdasar niatnya.”

Dalam hadits yang lain disebutkan, “Niat seorang mukmin itu lebih sampai daripada amalnya.”

Itulah beberapa hadits yang menjelaskan tentang niat. Semoga dengan penjelasan ini bisa membuat kita menjadi seorang muslim yang senantiasa istiqomah dan memiliki niat baik dalam segala amal perbuatan.

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

8 Hadits tentang Kebersihan yang Jadi Anjuran Rasulullah


Jakarta

Kebersihan merupakan hal penting dalam Islam sebagaimana diterangkan dalam sejumlah hadits. Bahkan sebelum beribadah kaum muslimin harus suci dari kotoran, baik itu hadats kecil maupun besar.

Mengutip buku Pendidikan Akhlak Berbasis Arba’in An-Nawawiyah susunan Dr Saifudin Amin MA, kebersihan adalah tolak ukur kehidupan umat Islam. Rasulullah SAW sangat menganjurkan kepada umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan.

Menjaga kebersihan sama artinya dengan menjaga kesehatan. Dengan begitu, kaum muslimin akan terhindar dari berbagai penyakit.


Terkait kebersihan juga dijelaskan dalam sejumlah hadits. Seperti apa? Berikut bahasannya yang dikutip dari Kitab Ihya Ulumuddin susunan Imam Al Ghazali yang diterjemahkan oleh ‘Abdul Rosyad Siddiq.

Kumpulan Hadits tentang Kebersihan

1. Tempat Bersih Disukai Allah SWT

Allah SWT menyukai tempat-tempat yang bersih. Hal ini disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW yang berbunyi,

إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ يُحِبُّ الطَّيِّبَ , نَظِيفٌ يُحِبُّ النَّظَافَةَ , كَرِيمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ , جَوَادٌ يُحِبُّ الْجُودَ , فَنَظِّفُوا أَفْنِيَتَكُمْ

Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Mahabersih yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai kemuliaan, Dia Mahaindah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu.” (HR Tirmidzi)

2. Kebersihan Diri saat Hendak Salat

Sebelum melaksanakan salat Jumat, para laki-laki disunnahkan untuk mandi dan memakai wewangian. Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّهَذَايَوْمُعِيدٍجَعَلَهُاللَّهُلِلْمُسْلِمِينَ،فَمَنْجَاءَإِلَىالْجُمُعَةِفَلْيَغْتَسِلْ،وَإِنْكَانَطِيبٌفَلْيَمَسَّمِنْهُ،وَعَلَيْكُمْبِالسِّوَاكِ

Artinya: “Hari ini (Jumat) adalah hari raya yang dijadikan Allah SWT untuk umat Islam. Bagi siapa yang ingin melaksanakan salat Jumat, hendaklah mandi, memakai wangi-wangian kalau ada, dan menggosok gigi (siwak).” (HR Ibnu Majah)

3. Pahala Menjaga Kebersihan

Mengutip buku Fiqih Thaharah karya Ibnu Abdullah, Rasulullah mengatakan bahwa Allah SWT menjanjikan surga bagi yang membersihkan dahan pohon di jalanan,

مرَّ رجُلٌ بِغُصْنِ شَجَرَةٍ عَلَى ظَهْرِ طَرِيْقٍ فَقَالَ : وَاللَّهِ لَأُنَحِّيَنَّ هذَا عَنِ الْمُسْلِمِيْنَ لَا يُؤْذِيْهُمْ، فَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ

Artinya: “Ada seorang lelaki yang membuang dahan pohon yang menghalangi jalan, lalu ia berkata, ‘Demi Allah, aku akan singkirkan dahan ini agar tidak mengganggu dan menyakiti kaum muslimin,’ maka Allah pun memasukkannya ke surga.” (HR Muslim)

4. Kebersihan Sebagian dari Iman

Rasulullah SAW menjadikan kebersihan separuh dari keimanan, sebagaimana bunyi sabdanya:

الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ

Artinya: “Kesucian itu adalah setengah dari iman.” (HR Muslim)

5. Anjuran Membersihkan Halaman

Riwayat lainnya mengenai hadits tentang kebersihan ialah anjuran membersihkan halaman rumah. Berikut haditsnya:

طَهِّرُوا أَفْنِيَتَكُمْ ، فَإِنَّ الْيَهُودَ لَا تُطَهِّرُ أَفْنِيَتَهَا ” . أخرجه الطبراني في “المعجم الأوسط” (4057) ، وحسنه الشيخ الألباني في “السلسلة الصحيحة”

Artinya: “Sucikanlah halamanmu, karena orang Yahudi tidak menyucikan halamannya.” (HR Thabrani dalam Al Mu’jam Al-Awsat) (4057), digolongkan sebagai hasan oleh Syekh Al-Albani dalam Al-Silsilah Al-Sahihah

6. Pentingnya Menjaga Kebersihan Tempat Ibadah

Selain menjaga kebersihan lingkungan, penting sekali untuk kita menjaga kebersihan tempat ibadah seperti masjid dan musala. Sebagai tempat untuk beribadah, sudah seharusnya dalam keadaan bersih dan bebas dari najis.

Adapun bunyi hadits kebersihan ini adalah sebagai berikut:

أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وسلم ببنيان المساجد في الدور ، وأمر أن تنظف وتطيب “. أخرجه أحمد في “المسند” (26386) ، وصححه الشيخ الألباني في السلسة الصحيحة (2724)

Artinya: “Rasulullah SAW memerintahkan agar masjid-masjid dibangun di dalam rumah-rumah, dan beliau memerintahkan agar rumah-rumah tersebut dibersihkan dan diberi wewangian.” (HR Ahmad dalam Al Musnah) (26386) dan disahkan oleh Syekh Al-Albani dalam Al-Silsilah Al-Sahihah (2724)

7. Islam Dibangun dari Kebersihan

Dalam sebuah riwayat, Aisyah Radhiallahu Anha menyebutkan bahwa, Rasulullah pernah bersabda, “Agama itu dibangun berasaskan kebersihan.” (HR Muslim)

Rasulullah SAW juga pernah berkata, untuk membersihkan segala sesuatu karena Islam dibangun atas kebersihan.

تَنَظَّفُوْا بِكُلِّ مَا اِسْتَطَعْتُمْ فَاِنَ اللهَ تَعَالَي بَنَي الاِسْلاَمَ عَلَي النَظَافَةِ وَلَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ اِلاَ كُلُّ نَظِيْفٍ

Artinya: “Bersihkanlah segala sesuatu semampu kamu. Sesungguhnya Allah Ta’ala membangun Islam ini di atas dasar kebersihan dan tidak akan masuk surga kecuali setiap yang bersih.” (HR Ath-Thabrani)

8. Menjaga Kebersihan Tubuh

Kaum muslimin juga berkewajiban menjaga kebersihan tubuhnya, salah satunya dalam hadits Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa kaum Muslim hendaknya memuliakan rambut dengan cara merawatnya.

“Siapa yang memiliki rambut, maka muliakanlah ia.” (HR Abu Dawud)

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Danau Thabariyah Disebut Mengering Jelang Kiamat karena Ya’juj dan Ma’juj


Jakarta

Danau Thabariyah disebut akan mengering karena diminum rombongan Ya’juj dan Ma’juj. Peristiwa ini disebut-sebut dalam hadits tentang kiamat.

Danau Thabariyah atau juga dikenal Danau Tiberias dan Danau Galilea adalah danau di Israel. Danau ini menjadi muara Sungai Yordania.

Keberadaan Danau Thabariyah yang diceritakan dalam hadits disebut akan menjadi salah satu tanda kiamat. Tepatnya saat peristiwa yang terjadi antara Nabi Isa AS dan munculnya Ya’juj dan Ma’juj.


Mengutip buku Isa dan Al-Mahdi di Akhir Zaman karya Muslih Abdul Karim, hadits yang menceritakan Nabi Isa AS dan Ya’juj Ma’juj ini berasal dari Nawas bin Sam’an RA tentang keluarnya Dajjal yang sebagian riwayatnya disebutkan,

“Kemudian Isa AS datang dan Allah melindungi mereka dari Dajjal. Dan mengusap wajah mereka lalu menceritakan tingkatan mereka di surga. Sementara di dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Allah ta’ala memerintahkan Isa, ‘Kami (Allah) telah mengeluarkan hamba-hamba-Ku yang tidak ada seorang pun yang mampu memerangi mereka. Maka bawalah hamba-hamba-Ku ke Thursina.’

Allah mengeluarkan Ya’juj dan Ma’juj, sedangkan mereka keluar dari setiap dataran tinggi dengan cepat. Barisan pertama melewati Danau Thabariyah dan meminum seluruh airnya, sehingga ketika barisan terakhir melewati danau itu mereka berkata, ‘Dulu danau ini ada airnya’.”

Dalam Ma’a Qashashi as-Sabiqin fi Al-Qur’an karya Shalah Abdul Fattah al-Khalidy yang diterjemahkan Setiawan Budi Utomo, rombongan tersebut mengepung Nabi Isa AS dan orang-orang mukmin yang mengikutinya di Gunung Thur di Sinai. Pengepungan ini berlangsung lama dan terasa berat bagi para mukmin.

Allah SWT lantas memberikan jalan keluar. Dia menurunkan ulat di daerah pertahanan Ya’juj dan Ma’juj yang membuat mereka mati dalam sekejap. Kemudian, Allah SWT menurunkan hujan sehingga ulat-ulat itu terbawa air dan menghanyutkan jasad-jasad Ya’juj dan Ma’juj ke laut. Kejadian ini sekaligus mengakhiri kehidupan Ya’juj dan Ma’juj sebagai balasan atas onar yang mereka sebarkan.

Sosok Ya’juj dan Ma’juj

Yazid bin Abdul Qadir Jawas mengatakan dalam Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah (edisi Indonesia terbitan Pustaka Imam Syafi’i), Ya’juj dan Ma’juj adalah manusia biasa seperti kebanyakan manusia lainnya. Mereka adalah orang kafir yang mirip dengan orang bangsa at-Turk dengan mata sipit, berhidung pesek, berambut pirang, dan kulit yang bervariasi.

Ahlus Sunnah meyakini Ya’juj dan Ma’juj akan muncul di akhir zaman. Hal ini terjadi setelah Nabi Isa AS membunuh Dajjal dan Allah SWT membinasakan mereka (Ya’juj dan Ma’juj) dalam satu malam berkat doa Nabi Isa AS.

Keberadaan Ya’juj dan Ma’juj juga dikisahkan dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam surah Al Anbiyaa ayat 96-97,

حَتّٰىٓ اِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوْجُ وَمَأْجُوْجُ وَهُمْ مِّنْ كُلِّ حَدَبٍ يَّنْسِلُوْنَ ٩٦ وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَاِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ اَبْصَارُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۗ يٰوَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِيْ غَفْلَةٍ مِّنْ هٰذَا بَلْ كُنَّا ظٰلِمِيْنَ ٩٧

Artinya: “hingga apabila (tembok) Ya’juj dan Ma’juj dibuka dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. (Apabila) janji yang benar (yakni hari Kiamat) telah makin dekat, tiba-tiba mata orang-orang yang kufur terbelalak. (Mereka berkata,) “Alangkah celakanya kami! Kami benar-benar lengah tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang zalim.”

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa Hujan Deras dan Ketika Sudah Reda, Salah Satu Waktu Mustajab


Jakarta

Doa dapat dibaca oleh setiap hamba kapan pun dan di mana pun. Termasuk ketika hujan deras melanda.

Hujan adalah nikmat dan rahmat yang Allah SWT berikan untuk para hamba-Nya. Ada banyak ayat yang menyebutkan tentang hujan, salah satunya surah Ar Rum ayat 48. Allah SWT berfirman,

اَللّٰهُ الَّذِيْ يُرْسِلُ الرِّيٰحَ فَتُثِيْرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهٗ فِى السَّمَاۤءِ كَيْفَ يَشَاۤءُ وَيَجْعَلُهٗ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلٰلِهٖۚ فَاِذَآ اَصَابَ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖٓ اِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُوْنَۚ ٤٨


Artinya: “Allahlah yang mengirim angin, lalu ia (angin) menggerakkan awan, kemudian Dia (Allah) membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya dan Dia menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau melihat hujan keluar dari celah-celahnya. Maka, apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, seketika itu pula mereka bergembira.”

Doa hujan deras dapat dibaca oleh setiap muslim, seperti yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Begini doanya yang dikutip dari buku Tuntunan Doa & Zikir untuk Segala Situasi & Kebutuhan karya Ali Akbar bin Aqi.

Doa Hujan Deras dalam Arab, Latin, dan Artinya

اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا اللَّهُمَّ عَلَى الأَكَامِ وَالظِرَابِ وَبُطُوْنِ الأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

Bacaan latin: Allaahumma hawaa lainaa wa laa ‘alainaa, Allaahumma ‘alal-aakaami wazh-zhiroobi, wa buthuunil-awdiyati wa manaabitisy-syajari

Artinya: “Ya Allah, turunkanlah hujan ini di sekitar kami, jangan pada rumah-rumah kami. Ya Allah, turunkanlah hujan ini pada dataran-dataran tinggi. bukit-bukit, perut-perut lembah, dan tempat-tempat tumbuhnya pohon.”

Selain itu, bila hujan yang sangat deras dan tak kunjung henti, muslim bisa membaca doa agar hujan lekas reda. Dikutip dari buku Keutamaan Doa dan Dzikir untuk Hidup Bahagia Sejahtera oleh M. Khalilurrahman al Mahfani, berikut bacaan doanya.

اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَ

Bacaan latin: Allaahumma hawaalainaa walaa ‘alainaa, allaahumma ‘alal aakaami wazh zhiraab, wa buthuunil audiyati wa manaabitisy syaja

Artinya: “Ya Allah curahkanlah hujan kepada kami dan yang tidak membahayakan bagi kami. Ya Allah curahkanlah hujan di atas bukit-bukit, pegunungan, lembah-lembah, dan hutan belantara.” (HR Bukhari)

Doa setelah Turun Hujan dalam Arab, Latin, dan Artinya

Masih mengutip dari sumber sebelumnya, hendaknya setelah turun hujan, seorang muslim juga membaca doa berikut:

مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ

Bacaan latin: Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatihi

Artinya: “Kita mendapat hujan hanya karena keutamaan dan rahmat Allah semata.”

Jika seorang muslim ingin doanya dikabulkan oleh Allah SWT, hendaknya ia berdoa di waktu yang mustajab, seperti ketika turun hujan. Merujuk pada buku Amalan Pembuka Rezeki oleh Haris Priyatna dan Lisdy Rahayu, bukan hanya sebagai nikmat dari Allah SWT, hujan juga merupakan waktu terkabulnya doa. Hal ini berdasarkan dengan sabda Rasulullah SAW,

“Doa tidak tertolak pada dua waktu, yaitu ketika azan berkumandang dan ketika hujan turun.” (HR Al Hakim)

Rasulullah SAW juga bersabda, “Berdoalah pada waktu doa-doa diperkenankan Tuhan, yakni pada saat berjumpa dengan pasukan musuh, ketika akan melaksanakan salat, dan ketika turun hijan.” (HR Asy Syafi’i)

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Munculnya Binatang Melata pada Waktu Dhuha Jadi Tanda Kiamat


Jakarta

Kiamat merupakan hari yang pasti terjadi sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al Hajj ayat 7. Kedatangan hari tersebut akan didahului dengan sejumlah tanda, salah satunya munculnya binatang melata yang menemui manusia pada waktu dhuha.

Munculnya binatang melata yang menemui manusia pada waktu dhuha sebagai tanda kiamat disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahih-nya dan Abu Daud serta Ibnu Majah dari Abdullah bin Amr RA. Kemunculan binatang melata ini juga menjadi pertanda pertama menjelang kiamat.

Abdullah bin Amr RA mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya pertanda yang pertama-tama muncul (menjelang kiamat) adalah terbitnya matahari dari barat dan munculnya binatang melata menemui manusia pada waktu dhuha. Mana saja dari keduanya yang lebih dulu terjadi, maka tidak lama sesudah itu yang lainnya pun segera terjadi.”


Binatang melata yang dimaksud dalam hadits tersebut dikenal dengan dabbah.

Ahli tafsir dan takhrij hadits Ibnu Katsir dalam salah satu kitabnya, An Nihayah Fitan wa Ahwal Akhir az Zaman (Mukhtashar Nihayah al Bidayah) yang diterjemahkan Anshori Umar Sitanggal dan Imron Hasan, menjelaskan yang dimaksud pertanda dalam hadits tersebut adalah pertanda yang tidak lumrah yang berlawanan dengan kebiasaan yang dialami manusia selama ini.

Pertanda itu, kata Ibnu Katsir, adalah binatang melata yang bisa berbicara dengan manusia. Binatang itu akan menandai mana orang kafir dan mana orang mukmin. Munculnya binatang melata ini dinyatakan dalam hadits setelah terbitnya matahari dari barat.

Ibnu Katsir menukil pendapat Ibnu Abbas, Hasan, dan Qatadah bahwa binatang melata itu memang benar-benar berbicara kepada manusia. Pendapat ini turut didukung oleh Ibnu Jarir yang berhujjah dengan firman Allah SWT, “Sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (QS An Naml: 82)

Ibnu Abbas sendiri menafsirkan maksud “binatang itu berbicara kepada manusia” bahwasanya binatang itu memberitahukan identitas manusia, yakni menulis kata “kafir” pada dahi orang kafir dan kata “mukmin” pada dahi orang mukmin.

Tafsir tentang Waktu Munculnya Binatang Melata

Ada sejumlah penafsiran terkait waktu munculnya binatang melata yang berbicara pada manusia. Menurut penjelasan dalam Nihayatul ‘Alam karya Muhammad al-‘Areifi sebagaimana diterjemahkan Zulfi Askar, boleh jadi keluarnya binatang melata terjadi pada hari yang sama ketika matahari terbit dari barat.

Pendapat lain menyebut binatang tersebut akan keluar di akhir zaman ketika manusia rusak dan meninggalkan perintah-perintah Allah SWT.

Tempat Munculnya Binatang Melata atau Dabbah

Imam Syamsuddin Al-Qurthubi dalam kitab At-Tadzkirah yang diterjemahkan Anshori Umar Sitanggal menyebutkan sejumlah hadits tentang tempat munculnya dabbah. Pertama, hadits yang diriwayatkan dari Abu Abdir Rahman Hisyam Yusuf Al-Qadhi Ash-Shan’ani, dari Rabah bin Ubaidullah bin Umar, dari Shuhail bin Abu Shalih, dari ayahnya, dari Abu Hurairah RA dari Nabi SAW menyebut bahwa dabbah akan muncul di tempat yang bernama Jiyad.

Rasulullah SAW bersabda, “Seburuk-buruk kampung adalah Jiyad.”

“Kenapa, ya Rasulullah?” tanya para sahabat dan beliau menjawab, “Dabbah akan muncul dari kampung itu, lalu berteriak tiga kali, terdengar ke timur dan barat.”

Terkait hadits tersebut, Imam Syamsuddin Al-Qurthubi mengatakan Rabah tidak punya mutabi’ (pengikut) tapi hadits ini juga dikeluarkan oleh Abu Ahmad bin Adi Al-Jurjani rahimahullah.

Kedua, hadits dari Amr bin Al-‘Ash RA sebagaimana dituturkan Al-Qutaibi dalam kitabnya Uyun Al-Akhbar menyatakan bahwa dabbah akan muncul dari Makkah, dari sebatang pohon. Hal ini terjadi pada musim haji. Kepala hewan ini disebut mencapai awan, sementara kakinya belum keluar dari dalam tanah.

Para ahli tafsir menolak perkataan Amr itu. Mereka juga menyebut dabbah adalah makhluk yang sangat besar yang keluar dari celah di Bukit Shafa. Tak ada seorang pun yang bisa melarikan diri darinya.

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

5 Hadits tentang Hari Kiamat, Muslim Sudah Tahu?


Jakarta

Kiamat merupakan peristiwa besar di mana seluruh alam semesta akan mengalami kehancuran. Mempercayai adanya kiamat termasuk ke dalam rukun iman kelima.

Tidak ada yang tahu pasti terkait kapan hari akhir ini tiba. Meski demikian, dalam sejumlah ayat Al-Qur’an disebutkan mengenai tanda-tandanya, salah satunya pada surah Al Qamar ayat 1-2.

اِقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ ١


وَاِنْ يَّرَوْا اٰيَةً يُّعْرِضُوْا وَيَقُوْلُوْا سِحْرٌ مُّسْتَمِرٌّ ٢

Artinya: “Hari Kiamat makin dekat dan bulan terbelah. Jika mereka (kaum musyrik Mekkah) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, ‘(Ini adalah) sihir yang terus-menerus.”

Menukil buku Fikih Akhir Zaman oleh Dr KH Rachmat Morado Sugiarto Lc M A Al Hafizh, tanda kiamat terbagi menjadi dua yaitu kecil dan besar. Tanda-tanda kiamat kecil muncul setelah Nabi SAW wafat. Sementara itu, tanda-tanda kiamat besar adalah tanda yang akan terjadi berdekatan dengan hari kiamat.

Hadits tentang Hari Kiamat

Berikut sejumlah hadits yang menjelaskan terkait hari kiamat sebagaimana dinukil dari buku Tanda-Tanda Kiamat tulisan Mahmud Rajab Hamady.

1. Kemunculan Dajjal sebagai Tanda Kiamat

Rasulullah SAW bersabda,

وَاللهِ لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتّى يَخْرُجَ ثَلاثُونَ كَذَّابًا آخِرُهُمُ الأَعْوَرُ الدَّجَّالُ

Artinya: “Demi Allah SWT! Kiamat tidak akan terjadi hingga muncul 20 orang pendusta, yang diakhiri oleh pendusta bermata satu (Dajjal).” (HR Ahmad)

2. Rasulullah SAW Diutus di Akhir Zaman

Diriwayatkan dari Sahal ibn Sa’ad RA,

رَأَيْتُ رَسُوْلَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بِإِصْبَعَيْهِ هَكَذَا بِالْوُسْطَى وَالَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ، بُعِثْتُ وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ

Artinya: “Aku melihat Rasulullah SAW mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari Tengah yang dirapatkan, seraya berkata: ‘Aku diutus sedangkan jarak antaraku dan kiamat seperti dua jari ini.'” (HR Bukhari)

3. Banyak Orang Mengaku Utusan Allah SWT

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

لا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى كَذَّابُونَ قَرِيبٌ مِنْ ثَلاثِينَ كلهُمْ يَزْعَمُأَنَّهُ رَسُوْلُ الله

Artinya: “Kiamat tidak akan terjadi hingga muncul para pendusta. Jumlah mereka kurang lebih 30 orang dan seluruhnya mendakwakan diri bahwa mereka adalah Rasulullah (utusan Allah).” (HR Bukhari)

4. Tanda Kiamat Peperangan Dua Kelompok

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa Nabi SAW bersabda,

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَقْتَتلَ فَئَتَان تَكُونُ بَيْنَهُمَا مَقْتَلَةٌ عَظِيمَةٌ

دَعْوَتُهُمَا وَاحِدَةٌ

Artinya: “Hari Kiamat tidak akan terjadi, hingga dua kelompok berperang. Pembunuhan besar-besaran akan berlangsung dan mereka berperang dengan tuntutan yang sama.” (HR Bukhari Muslim)

5. Waktu Terasa Cepat

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Kiamat tidak akan terjadi hingga waktu terasa berjalan cepat; setahun seperti sebulan, sebulan seperti sepekan, sepekan seperti sehari dan sehari seperti sesaat, seperti cepatnya pelepah kurma yang kering terbakar.” (HR Tirmidzi)

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Anjuran Bersyahadat Jelang Ajal Menjemput, Ini Haditsnya



Jakarta

Rasulullah SAW dalam sejumlah haditsnya pernah menjelaskan tentang keutamaan dari membaca syahadat saat ajal hendak menjemput. Bahkan, Rasulullah SAW menganjurkan orang lain di sekitar orang yang sakaratul maut untuk men-talqin atau membantu mengucapkan syahadat.

Bacaan syahadat yang dimaksud adalah syahadat tauhid Laa illaaha Illallaah. Dari Mu’adz bin Jabal RA yang mengutip sabda Rasulullah SAW dalam hadits yang dishahihkan oleh Abu Muhammad Abdul Haq,

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ


Artinya: “Barang siapa yang akhir perkataannya adalah Laa illaaha Illallaah, maka dia akan masuk surga.” (HR Abu Dawud)

Menjadikan kalimat syahadat sebagai kalimat terakhir sebelum mengembuskan napas terakhir tersebut disebut menjadi penggugur dosa orang yang mengamalkannya. Hal ini pernah diceritakan oleh Abu Hurairah RA yang mengutip sabda Rasulullah SAW.

Diceritakan, saat itu Malaikat Maut mendatangi orang yang sedang sekarat. Malaikat Maut tersebut dikisahkan melihat ke dalam hati orang itu, tetapi tidak menemukan apa pun di situ.

“Malaikat itu pun lalu membuka janggut orang itu dan mendapati ujung lidahnya melekat pada langit-langit mulutnya sedang mengucapkan, ‘Tidak ada Tuhan selain Allah (syahadat tauhid).’ Dosa-dosanya diampuni karena kalimat ikhlas yang diucapkannya itu.” (HR Muslim)

Majdi Muhammad asy-Syahawi menambahkan dalam buku terjemahan Bekal Menggapai Kematian yang Husnul Khatimah, orang yang mengucapkan syahadat ‘La ilaha illallah termasuk dalam ciri orang yang meninggal dunia dalam kondisi baik atau husnul khotimah.

Pengucapan kalimat syahadat tersebut tentu lebih baik jika dibarengi penerapannya selama hidup. Rasulullah SAW pernah bersabda,

مَنْ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَابْنُ أَمَتِهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَأَنَّ النَّارَ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ شَاءَ

Artinya: Dari Ubadah bin Shamit, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya, juga bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan-Nya, dan bahwasanya Isa adalah hamba Allah dan anak dari budak wanita-Nya serta kalimat-Nya yang ia sampaikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya. Bersaksi bahwa surga dan neraka benar adanya. Allah akan masukkan ke dalam surga lewat pintu surga yang delapan sekehendaknya.” (HR Bukhari)

Bahkan, Rasulullah SAW dalam haditsnya menganjurkan muslim untuk membantu sesamanya yang sakaratul maut untuk mengucapkan kalimat syahadat tersebut. Kesunnahan ini mengacu pada hadits yang termuat dalam Shahih Muslim. Disebutkan, Abu Said al-Khudri RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ

Artinya: “Tuntunlah orang-orang yang mati di antara kalian untuk mengucapkan kalimat La Illaaha Illallaah (tiada tuhan selain Allah).” (HR Muslim)

Dikutip dari Islah Gusmian dalam buku Doa Menghadapi Kematian, riwayat lain menyebutkan kalimat syahadat versi panjang yang bisa dibimbing untuk orang yang sakaratul maut bila memungkinkan. Keutamaan kalimat syahadat tersebut dapat menghapuskan dosa masa lalu. Rasulullah SAW bersabda,

“Ajarilah orang-orang yang akan meninggal membaca ‘La ilaha illallah al-halim al-karim, subhanallahi rabb al-‘arsyi al-azhim, alhamdulillahi rabb al-‘alamin. Karena kata-kata itu menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu.” (HR Ibnu Majah dan Muslim)

Seyogianya, orang yang membimbing untuk membantu talqin tersebut tidak memaksa bahkan memarahi orang sakaratul maut tersebut. Sebaliknya, Islah Gusmian dalam bukunya menyarankan, orang tersebut perlu dituntun dengan lemah lembut dan perlahan tapi penuh dengan kepastian.

(rah/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa Ziarah Kubur Orang Tua Sesuai Tuntunan Rasulullah SAW


Jakarta

Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk melakukan ziarah kubur orang tua. Sebagai anak yang berbakti, hendaknya seseorang mengamalkan doa ziarah kubur orang tua saat berziarah tersebut.

Orang tua adalah orang yang harus dihormati dan disayangi sampai kapan pun. Bahkan ketika keduanya telah meninggal dunia, anak yang berbakti masih bisa berbakti kepada mereka.

Melalui hadits yang dikutip dari buku 100 Hadits Pilihan (Materi Hadalan, Kultum, dan Ceramah Agama) oleh Muh. Yunan Putra menjelaskan, anak yang berbakti dan selalu mendoakan orang tua yang telah tiada dapat menjadi pahala jariyah yang selalu mengalir kepada mereka.


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ. رَوَاهُ وَمُسْلِم)

Artinya: Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah SAW bersabda: “Jika seseorang meninggal dunia, terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak yang shalih yang mendoakannya.” (HR Muslim)

Untuk itu, hendaknya seorang anak selalu mendoakan kedua orang tua agar mendapat perlindungan dari Allah SWT. Doa ini bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, termasuk saat ziarah kubur orang tua.

Sopian Riduan dalam Panduan Fardu Kifayah beserta Doa menjelaskan, Rasulullah SAW membolehkan umatnya untuk berziarah kubur orang tua yang sebelumnya melarang perbuatan tersebut.

عَنْ بَرِيْدَةَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَدْ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَقَدْ أُذِنَ لِمُحَمَّدٍ فِي زِيَارَةِ قَبْرٍ أُمَّةٍ فَزُوْرُوهَا فَإِنَّهَا تُذَكَّرُ الْآخِرَةِ. (رواه الترمذي. ۹۷۰)

Artinya: Dari Buraidah, ia berkata Rasulullah SAW bersabda “Saya pernah melarang kamu berziarah kubur. Tapi sekarang Muhammad telah diberi izin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang berziarahlah! Karena perbuatan itu dapat mengingatkan kamu pada akhirat.

Adapun rangkaian doa ziarah kubur orang tua yang sesuai dengan tuntunan adalah sebagaimana dinukil dari Doa dan Zikir Sepanjang Tahun oleh Hamdan Hamaedan sebagai berikut.

1. Doa Ziarah Kubur Orang Tua Pertama

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ للاحِقُونَ أَسْأَلُ اللَّهَ لَنَا وَلَكُمْ الْعَافِيَةَ.

Bacaan latin: Assalaamu ‘alaikum ahlad diyaari minal mukminiina wal muslimiina wa innaa insyaa Allaahu la-laahiquuna as-alullaaha lanaa wa lakumul ‘aafiyah.

Artinya: “Semoga keselamatan tercurah bagi penghuni (kubur) dari kalangan mukmin dan muslim dan kami insya Allah akan menyusul kalian semua. Aku memohon keselamatan kepada Allah untuk kami dan kalian.” (HR Muslim)

2. Doa Ziarah Kubur Orang Tua Kedua

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ يَا حَضْرَةَ الْمَرْحُوْمِ … وَيَا أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُوْنَ وَأَنتُمْ لَنَا فَرَطٌ وَنَحْنُ لَكُمْ تَبَعُ نَسْأَلُ اللَّهَ الْعَافِيَةَ لَنَا وَلَكُمْ اللَّهُمَّ رَبَّ الْأَرْوَاحِ الْفَانِيَةِ وَالْأَجْسَامِ الْبَالِيَةِ وَالْعِظَامِ النَّخِرَةِ الَّتِي خَرَجَتْ مِنَ الدُّنْيَا وَهِيَ بِكَ مُؤْمِنَةٌ أَدْخِلْ عَلَيْهَا رُوْحًا مِنْكَ وَسَلَامًا مِنَّا لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ حَيُّ لَا يَمُوْتُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.

Bacaan latin: Assalamu ‘alaikum yaa hadratal marhum… wa yaa ahlad diyaari minal mu’miniina wal mu’minaati wal muslimiina wal muslimaati wa innaa insyaa Allahu bikum laahiquuna wa antum lanaa farathun wa nahnu lakum taba’un. Nasalullaahal ‘afiyata lanaa wa lakum. Allaahumma rabbal arwaahil faaniyati wal ajsaamil baaliyati wal ‘izhaamin nakhiratil-latii kharajat minad dunyaa wa hiya bika mu’minatun adkhil ‘alaihaa ruuhan minka wa salaaman minnaa laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikallah, lahul mulku wa lahul hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa hayyun laa yamuutu biyadikal khair, innaka ‘alaa kulli syai-in qadiir.

Artinya: “Semoga keselamatan bagimu, keharibaan almarhum, dan keharibaan seluruh penghuni rumah-rumah (kuburan-kuburan) dari golongan orang laki-laki dan perempuan yang beriman dan golongan laki-laki dan perempuan yang beragama Islam. Sesungguhnya kami jika Allah berkehendak akan bertemu kalian. Kalian mendahului kami, dan kami akan menyusul kalian, kami memohon kesehatan kepada Allah untuk kami dan kalian. Wahai Pemilik roh-roh yang hancur, dan jasad-jasad yang remuk, serta tulang-belulang yang tergerogoti yang keluar meninggalkan dunia dalam keadaan beriman kepada-Mu. Berikanlah mereka ketenangan dan berikanlah kami keselamatan. Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, semua kerajaan dan puji-pujian milik-Nya, Dia Maha Menghidupkan dan Mematikan, segala kebaikan berada dalam kekuasaan-Nya, karena sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Hassan Ayyub dalam bukunya yang berjudul Fikih Ibadah: Panduan Lengkap Beribadah sesuai Sunnah Rasul menjelaskan ada sebuah doa untuk jenazah orang tua yang bisa diucapkan kapan pun, bahkan ketika di atas kubur atau mayat sudah di dalam liang lahat.

Diriwayatkan dari Auf ibnu Malik, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah saw berdoa ketika shalat jenazah,

اللهمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِهِ مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ

Bacaan latin: Allahummaghfir lahu warhamhu wa ‘aafihii wa’fu ‘anhu wa akrim nuzulahu wa wassi’ madkhalahu waghsilhu bil maa-i wats tsalji wal baradi wa naqqihi minal khathaayaa kamaa naqqaitats tsaubal abyadha minad danas wa abdilhu daaran khairan min daarihi wa ahlan khairan min ahlihi wa zaujan khairan min zaujihi wa adkhilhu jannata wa a’idzhu min ‘adzaabil qabri wa min ‘adzaabin nar.

Artinya: “Ya Allah! Ampuni dan rahmatilah dia, maafkan dan berilah dia keselamatan, muliakanlah tempat tinggalnya, lapangkanlah tempat masuknya, mandikanlah dia dengan air, salju dan es. Bersihkanlah dia dari kesalahan-kesalahan seperti baju putih yang dibersihkan dari kotoran. Berilah ia tempat tinggal yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, istri yang lebih baik dari istrinya dan jagalah dia dari fitnah kubur dan siksa neraka.” (HR Muslim dan Nasa’i)

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Manusia Akhir Zaman Hidup bak Binatang, Ini Haditsnya


Jakarta

Kehidupan manusia akhir zaman disebut seperti binatang. Dikatakan dalam sebuah hadits, orang-orang akan berzina di jalan-jalan.

Hadits yang menyatakan hal ini terdapat dalam kitab An Nihayah Fitan wa Ahwal Akhir az Zaman (Mukhtashar Nihayah al Bidayah) karya Ibnu Katsir yang diterjemahkan Anshori Umar Sitanggal dan Imron Hasan. Rasulullah SAW bersabda,

أَنَّهُ تَقِلُّ الرِّجَالُ وَتَكْثُرُ النِّسَاء حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةِ الْقَيِّمُ الْوَاحِدُ يَلْذَنُ بِهِ وَأَنَّهُمْ يَتَسَافَدُونَ فِي الطَّرِقَاتِ كَمَا تَتَسَافَدُ الْبَهَائِمُ


Artinya: “Kaum lelaki berkurang jumlahnya, wanita bertambah banyak, sampai seorang lelaki menanggung lima puluh wanita. Dan bahwa mereka bersetubuh di jalan-jalan seperti binatang.”

Imam Syamsuddin Al-Qurthubi dalam kitab At-Tadzkirah yang diterjemahkan Anshori Umar Sitanggal menukil sebuah riwayat tentang kehidupan manusia akhir zaman saat kelakuan mereka lebih buruk daripada keledai.

Berikut bunyi penggalan sabda Rasulullah SAW, “Mana ada kaum mukminin dan mukminat di hari itu? Manusia (pada hari itu) lebih buruk daripada keledai. Mereka bersetubuh seperti binatang, tanpa ada seorang pun di antara mereka yang menegur, ‘Jangan, jangan!” (HR Abu Nu’aim dalam Al Hilyah)

Dalam Shahih Muslim juga terdapat riwayat serupa dengan redaksi yang lebih panjang. Namun, awal hadits ini berkaitan dengan laki-laki yang mengumbar aibnya. Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya manusia yang paling hina kedudukannya di sisi Allah di hari kiamat nanti adalah suami menyetubuhi istrinya dan istri menyetubuhi suaminya, kemudian sang suami menyebarkan rahasia istrinya. Mereka berdua ini seperti setan laki-laki yang bertemu dengan setan perempuan. Kemudian mereka berdua bersetubuh di tengah jalan umum.” (HR Muslim)

Lebih Buruk daripada Binatang

Hujjatul Islam Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin yang diterjemahkan Purwanto menjelaskan bahwa kedudukan manusia yang memiliki nafsu syahwat binatang sesungguhnya lebih buruk daripada binatang itu sendiri.

Imam al-Ghazali menjelaskan, binatang tidak memiliki kemampuan yang demikian sedangkan manusia diciptakan dengan kemampuan tapi tidak menggunakannya dan mengkufuri nikmat Allah SWT yang diberikan padanya.

“Mereka itu seperti hewan, bahkan mereka itu lebih sesat jalannya,” jelas Imam al-Ghazali.

Merebaknya Zina Jadi Tanda Kiamat

Merebaknya zina juga termasuk salah satu tanda kiamat. Anas bin Malik RA mengatakan, Rasulullah SAW bersabda,

“Di antara tanda-tanda kiamat adalah ilmu diangkat, kebodohan merebak, zina merajalela, meminum khamar, kaum lelaki banyak yang meninggal, sedangkan kaum wanita masih bertahan (atau bertambah) sehingga selisih antara perempuan dan lelaki lima puluh dibandingkan satu.” (HR Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah)

Disebutkan dalam redaksi lain, “Di antara tanda kiamat adalah diangkatnya ilmu, kebodohan muncul, khamar diminum, zina dilakukan dengan terang-terangan, serta kaum laki-laki menjadi sedikit dan kaum perempuan menjadi banyak, hingga di tengah lima puluh perempuan hanya ada seorang laki-laki yang mengayomi.”

Syaikh Ali Ahmad Ath-Thahthawi dalam Iltiqa’ Al-Masihain fi Akhir Az-Zaman yang diterjemahkan Misbahul Munir mengatakan bahwa hadits tersebut disepakati keshahihannya.

Imam Bukhari mengeluarkan hadits tersebut dalam kitab An-Nikah bab Yaqillu Ar-Rajulu wa Yaktsuru An-Nisa’, kitab Al-Ilm bab Raf’u Al-Ilm wa Zhuhur Al-Jahl, kitab Al-Asyribah bab Tatihatuhu, kitab Al-Muharibin bab Itsmu Az-Zina.

Merebaknya perzinaan sebagai tanda kiamat turut dikatakan dalam riwayat yang berasal dari Abu Hurairah RA, dari Rasulullah SAW yang bersabda, “Akan datang kepada manusia, tahun-tahun yang menipu, … beliau berkata, ‘Dan fakhisyah (perbuatan keji, perzinaan) menyebar luas.” (HR Bukhari dan Muslim)

Wallahu a’lam.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com