Tag Archives: halimah as-sa

Terpilihnya Halimah As-Sa’diyyah Menjadi Ibu Susu Rasulullah SAW



Jakarta

Halimah As-Sa’diyyah adalah ibu susu Rasulullah SAW. Seperti apa kisahnya hingga akhirnya Aminah binti Wahb memilih Halimah untuk menyusukan Rasulullah?

Semua bermula di Arab wilayah Hijaz, terutama di Makkah. Biasanya mengikuti tradisi dan kebiasaan untuk mengirim anak-anak mereka, baik itu laki-laki maupun perempuan, kepada orang lain yang tinggal di luar kota untuk dirawat dan diasuh oleh mereka.

Beberapa waktu setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW, orang Arab sering kali mengirim anak-anak mereka ke sebuah desa Badui. Mereka akan tinggal di sana hingga usia sekitar 7-8 tahun.


Dari budaya itulah pertemuan antara Baginda Nabi Muhammad SAW yang masih bayi bertemu dengan ibu susunya Halimah As-Sa’diyyah.

Terpilihnya Halimah As-Sa’diyyah

Dirangkum dari buku 99 Kisah Teladan Sahabat Perempuan Rasulullah karya Mashur Abdul Hakim mengenai pertemuan Halimah dan bayi Rasulullah. Halimah As-Sa’diyyah hadir bertemu dengan perempuan di Makkah untuk mengasuh dan menyusui anak-anak mereka. Sebab kebiasaan orang Makkah yang menitipkan anak mereka.

Halimah As-Sa’diyyah berkata, “Kami datang ke kota Makkah untuk menjadi perempuan tukang menyusui.” Pada saat itu ibu Aminah datang bersama Rasulullah SAW bayi, namun kesan pertamanya Halimah As-Sa’diyyah tidak mau menerima beliau.

Halimah menolak Nabi Muhammad SAW sebab punya suatu alasan, karena dapat informasi bahwa anak Aminah adalah anak yatim. Halimah berkata, “Saya juga yatim, padahal saya berharap kebaikan dari bapak anak itu.”

Sampai akhirnya sebelum berpisah Halimah berkata kepada suaminya, “Saya tidak menemukan anak yang mau saya susui. Demi Allah saya akan menemui anak yatim itu dan akan saya ambil.”

Suami Halimah menjawab, “Lakukanlah. Barangkali Allah memberikan berkah kepada kita dengan melakukan hal itu.”

Halimah berkata, “Ketika saya mengambil anak itu, saya membawa pulang ke kantong pelana saya, dia langsung menyambar kedua payudara saya, menyusu bersama saudara-saudara (sesusuan)nya.”

Suami Halimah berkata, “Ya Halimah, demi Allah, saya perhatikan kamu mendapatkan banyak berkah.”

Halimah As-Sa’diyyah Mendapat Keberkahan

Dari buku Meneladani Rasulullah Melalui Sejarah ditulis oleh Sri Januarti Rahayu dijelaskan ketika Halimah menggendong bayi Rasulullah, tiba-tiba hilang rasa kerepotan pada dirinya, dan ketika menyusui Rasulullah, bayi itu mampu menyedot air susu sesukanya sampai kenyang.

Anak kandung Halimah yang ikut dibawa juga bisa menyusui sampai kenyang, hingga kedua bayi tertidur pulas. Padahal ketika perjalanan menuju Makkah, Halimah dan suami tidak bisa tertidur karena bayi kandung mereka rewel.

Selain itu, keledainya yang sudah tua tidak mampu berjalan jauh apalagi membawa beban berat, tiba-tiba mampu berjalan cepat dan membawa mereka semua ke perkampungannya.

Saat tiba di daerah Bani Sa’ad, betapa terkejutnya Halimah dan suami menyaksikan sepetak tanah punya mereka menjadi sangat subur, domba yang mereka punya menjadi subur hingga bisa diperas susunya.

Demikian kisah Halimah As-Sa’diyyah saat menjadi ibu susu Nabi Muhammad SAW, hingga mendapatkan berbagai keberkahan dari Allah SWT saat mengasuh Rasulullah SAW.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad, Diwarnai Serangan Pasukan Bergajah ke Ka’bah


Jakarta

Kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah peristiwa agung yang menandai dimulainya era baru dalam sejarah peradaban manusia. Tahun kelahiran beliau, yang dikenal sebagai Tahun Gajah, diwarnai oleh peristiwa yang mengguncang Ka’bah.

Allah SWT menganjurkan hamba-Nya untuk mengambil pelajaran dari kisah hidup Rasulullah SAW, karena beliau adalah contoh teladan yang paling sempurna. Dalam surah Al-Ahzab ayat 21, Allah SWT berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ ۝٢١


laqad kâna lakum fî rasûlillâhi uswatun ḫasanatul limang kâna yarjullâha wal-yaumal-âkhira wa dzakarallâha katsîrâ

Artinya: “Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.”

Lalu, bagaimana sebenarnya kisah dan sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW?

Nabi Muhammad Lahir pada Tahun Gajah

Dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad karya Moenawar Chalil, disebutkan bahwa para sejarawan sepakat bahwa tahun Gajah bertepatan dengan tahun 570 atau 571 Masehi. Mayoritas pendapat menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal di tahun Gajah tersebut.

Istilah “tahun Gajah” digunakan karena terjadinya serangan pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah, seorang Gubernur Jenderal Najasyi dari Habasyah di Yaman. Sejarah jelang kelahiran Nabi Muhammad diwarnai dengan Raja Abrahah datang dengan niat menghancurkan Ka’bah. Peristiwa ini terjadi sekitar 50 hari sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Allah SWT kemudian mengirim burung ababil untuk menghancurkan pasukan gajah Abrahah. Setiap burung membawa tiga batu dari neraka yang mereka jatuhkan ke pasukan Abrahah.

Akhirnya, pasukan Abrahah dan Abrahah sendiri tewas akibat serangan batu-batu tersebut.

Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Dalam buku Keistimewaan Masa Kecil Rasulullah yang ditulis oleh Ngadiri, dijelaskan bahwa ayah Nabi Muhammad SAW bernama Abdullah dan ibunya bernama Aminah. Abdullah adalah salah satu dari sepuluh anak Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad SAW, yang merupakan sosok yang sangat dihormati di masyarakat Makkah pada masa itu.

Menurut buku A Restatement of the History of Islam & Muslim yang ditulis oleh Sayed Ali Asgher Razwy dan diterjemahkan oleh Dede Azwar Nurmansyah, Nabi Muhammad SAW lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya telah meninggal dunia saat beliau masih dalam kandungan.

Setelah dilahirkan, Nabi Muhammad SAW diasuh oleh ibu susuannya, Halimah As-Sa’diyah, di perkampungan Bani Sa’ad, yang dikenal sebagai wilayah kering dan tandus.

Namun, setelah kedatangan Nabi Muhammad SAW, keadaan perkampungan tersebut berubah menjadi subur dengan keberkahan, dan kambing-kambing Halimah menghasilkan banyak susu.

Halimah meminta izin kepada Aminah, ibu Nabi Muhammad SAW, untuk merawat Rasulullah SAW lebih lama karena keluarganya mendapat banyak berkah dari kelahiran sang nabi. Aminah menyetujui permohonan Halimah, sehingga Rasulullah SAW tinggal bersama Halimah untuk waktu yang lebih lama.

Ketika Rasulullah SAW berusia enam tahun, ibunya Aminah wafat dalam perjalanan pulang ke Makkah setelah mengunjungi pamannya dari Bani Adi bin An-Najjr di Madinah, tempat ayah Nabi juga dikuburkan.

Setelah kehilangan kedua orang tuanya, Nabi Muhammad SAW diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Namun, dua tahun kemudian Abdul Muthalib meninggal dunia, dan Nabi Muhammad SAW kemudian diasuh oleh paman ayahnya, Abu Thalib.

Bersama Abu Thalib, Nabi Muhammad SAW belajar tentang ketekunan dan kerja keras, dan sering mendampingi pamannya berdagang ke luar Makkah.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Ini Wanita yang Menyusui Nabi Muhammad SAW



Jakarta

Bangsa Arab memiliki tradisi menyusukan bayi kepada wanita lain. Hal ini juga dilakukan Siti Aminah, ibunda Rasulullah SAW, kepada wanita di desa untuk menyusui Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW disebut memiliki banyak ibu susuan. Di antara yang paling dikenal, dua wanita yang menyusui Nabi Muhammad SAW adalah Tsuwaibah dan Halimah as-Sa’diyah.

Tradisi yang berjalan di kalangan bangsa Arab yang relatif sudah maju, mencari wanita-wanita yang bisa menyusui anak-anaknya.


Seperti yang dijelaskan Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam Sirah Nabawiyah bahwa tradisi itu menjadi langkah untuk menjauhkan anak-anak itu dari penyakit yang bisa menjalar.

Hal itu juga dianggap supaya bayi menjadi kuat, otot-ototnya kekar, dan keluarga yang menyusui bisa melatih bahasa Arab dengan fasih.

Oleh karena itu, Abdul Muthalib mencari wanita dari bani Sa’d bin Bakr untuk menjadi wanita yang menyusui Nabi Muhammad SAW. Akhirnya ia menjatuhkan pilihan pada Halimah binti Abu Dzu’aib dengan didampingi suaminya, Al-Harits bin Abdul Uzza yang berjuluk Abu Kabsyah.

Halimah bisa merasakan barakah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Ishaq, bahwa Halimah pernah bercerita, suatu kali dia pergi dari negerinya bersama suaminya dan anaknya yang masih kecil dan disusuinya, bersama dengan beberapa wanita dari bani Sa’d.

Tujuan mereka adalah mencari anak yang bisa disusui, para wanita itu sedang mengalami kesulitan. Halimah saat itu membawa seekor keledai dan unta perempuan yang sudah tua sehingga air susunya tidak bisa diperah. Para wanita itu, tidak pernah tidur karena harus meninabobokan bayi-bayi mereka yang terus menangis. Sesampainya di Makkah, banyak yang menolak untuk menjadi wanita yang menyusui Rasulullah SAW.

Hal itu dikarenakan Rasulullah SAW adalah seorang anak yatim. Para wanita itu mengharapkan imbalan yang besar dari ayah kandung anak tersebut maka mereka menolak untuk menjadi wanita yang menyusui Nabi Muhammad SAW.

Namun, Halimah bersedia untuk menjadi wanita yang menyusui Rasulullah SAW. Tatkala menggendongnya, Halimah tidak merasakan repot karena mendapatkan beban yang lain.

Ketika ia kembali menunggangi keledai dan mulai menyusui Rasulullah SAW, air susunya kembali keluar. Bahkan, anak kandungnya pun bisa meminumnya hingga kenyang dan setelah itu keduanya tertidur pulas.

Unta miliknya yang semula tidak menghasilkan air susu pun seketika air susunya menjadi penuh, sehingga Halimah beserta suaminya bisa meminumnya hingga benar-benar kenyang.

Sejak saat itu keluarga Halimah terus dikaruniai limpahan rahmat dan rezeki dari Allah SWT.

Sementara itu, di dalam buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW: Dari Sebelum Masa Kenabian hingga Sesudahnya karya Abdurrahman bin Abdul Karim dikatakan, sebelum disusui oleh Halimah, Rasulullah SAW disusui oleh wanita lain.

Wanita pertama yang menjadi ibu susuan beliau selama beberapa hari adalah Tsuwaibah. Urwah berkata, “Tsuwaibah adalah wanita bekas budak Abu Lahab yang telah ia merdekakan, lalu ia menyusui Nabi Muhammad SAW. Setelah Abu Lahab mati, seorang keluarganya bermimpi melihatnya dalam keadaan yang sangat buruk.

Orang itu bertanya kepada Abu Lahab, ‘Apa yang engkau temui?” Abu Lahab menjawab, ‘Setelah aku meninggalkan kalian, aku tidak menemukan keadaan yang menyenangkan. Akan tetapi, aku diberi minum sebanyak ini karena dulu aku memerdekakan Tsuwaibah.”

Sebagai wanita pertama yang menyusui beliau, Nabi Muhammad SAW tidak melupakan Tsuwaibah. Selama di Makkah, beliau selalu mencarinya dan menjalin hubungan kekeluargaan.

Khadijah RA juga sangat memuliakannya. Berkali-kali ia meminta Abu Lahab untuk membeli dan membebaskan Tsuwaibah namun selalu ditolak.

Baru, setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah ia dibebaskan oleh Abu Lahab. Tidak henti-hentinya Nabi Muhammad SAW menjalin hubungan silaturahim dengannya. Dikirimnya pula segala kebutuhan, seperti makanan dan pakaian hingga sampai kepada beliau berita wafatnya pada tahun kembalinya beliau dari Khaibar.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com