Tag Archives: Hamil

Apakah Berhubungan Intim Pakai Kondom Masih Bisa Hamil? Ini Penjelasannya

Jakarta

Tak sedikit pasangan suami istri yang mungkin ingin menunda memiliki momongan, sehingga menggunakan kondom saat berhubungan intim.

Dikutip dari Cleveland Clinic, kondom adalah alat kontrasepsi eksternal yang dapat membantu mengurangi risiko kehamilan. Tak hanya itu, kondom juga dapat melindungi seseorang dari risiko penyakit menular.

Kondom sudah ditemukan sejak 1.000 masehi. Namun, saat itu kondom masih terbuat dari bahan alami dan bukan bahan sintetis seperti sekarang.


Umumnya, penggunaan kondom bertujuan agar air mani dan sperma tidak masuk ke rahim, sehingga mencegah kehamilan. Namun, apakah alat kontrasepsi ini benar-benar efektif untuk mencegah kehamilan?

Apakah Kondom Efektif Mencegah Kehamilan?

Faktanya, tidak ada satupun alat kontrasepsi yang 100 persen efektif mencegah kehamilan. Dikutip dari Medicine Net, tingkat efektivitas kondom dalam mencegah kehamilan adalah 98 persen. Namun, kebanyakan orang mengatakan kondom hanya efektif sekitar 85 persen. Artinya, 15 dari 100 wanita bisa saja hamil meski sudah menggunakan kondom saat berhubungan intim.

Ada beberapa hal yang memengaruhi tingkat efektivitas kondom. Pertama, ada atau tidaknya alat kontrasepsi tambahan yang digunakan bersama kondom. Jika kondom dikombinasikan dengan alat kontrasepsi lain, seperti pil KB atau IUD, tentu efektivitasnya semakin tinggi dan peluang kehamilan lebih kecil.

Faktor lain yang memengaruhi adalah cara penggunaannya tepat atau tidak. Dikutip dari Planned Parenthood, kehamilan bisa terjadi jika cairan preejakulasi atau precum mencapai sel telur sebelum kondom dipasang dengan benar.

Begitu pula dengan penggunaan kondom yang rusak, robek, atau bocor. Karenanya, kualitas dan pemakaian kondom harus diperhatikan.

(ath/suc)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Berapa Lama Waktu yang Dibutuhkan untuk Hamil Setelah Berhubungan?

Jakarta

Setelah menikah, banyak pasangan yang berharap untuk segera memiliki momongan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui jarak kehamilan setelah berhubungan. Apalagi kehamilan kadang terjadi dalam beberapa hari.

Lantas, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk hamil setelah berhubungan? Simak penjelasannya berikut ini.

Berapa Lama Waktu yang Dibutuhkan untuk Hamil Setelah Berhubungan?

Dikutip dari situs Planned Parenthood, kehamilan tidak dimulai di hari saat berhubungan seks. Sebenarnya, dibutuhkan waktu sekitar 2-3 minggu setelah berhubungan seks untuk hamil.


Sperma memerlukan waktu hingga 6 hari untuk bergabung dengan sel telur setelah bercinta. Jika sel sperma dan sel telur bergabung, maka hal ini disebut dengan pembuahan. Sel telur akan sampai di rahim sekitar 3 sampai 4 hari setelah pembuahan.

Selanjutnya, sel telur dapat bertahan hidup di dalam rahim selama beberapa hari. Kehamilan dimulai pada tahap implantasi, ketika telur yang telah dibuahi menempel pada rahim.

Di tahap implantasi, hormon yang dibutuhkan untuk mendukung kehamilan mulai dilepaskan. Dibutuhkan waktu sekitar 3-4 hari bagi sel telur yang telah dibuahi untuk menanamkan diri sepenuhnya di rahim.

Kapan Pembuahan Terjadi?

Dikutip dari Healthline, pembuahan terjadi ketika sel telur dan sperma bertemu di tuba falopi. Agar hal ini terjadi, seorang wanita harus berada dalam masa subur. Hal ini berarti, sel telur mendekati atau telah mencapai masa ovulasi yang siap dilepaskan dari indung telur.

Sel telur hanya dapat dibuahi antara 12 sampai 24 jam sejak dilepaskan. Setelah itu, sel telur akan mulai terurai, hormon akan berubah. Akhirnya, menstruasi akan memulai siklus berikutnya.

Berhubungan seks dalam waktu 5 hari setelah ovulasi dapat menyisakan cukup banyak sperma yang menunggu dan siap untuk membuahi. Dengan kata lain, seseorang dapat hamil setelah berhubungan seks sekitar seminggu sebelum ovulasi jika sperma yang sehat sudah berada di tempat tujuan akhirnya.

Sebaliknya, pembuahan juga dapat terjadi segera setelah berhubungan seks. Para ahli mengatakan bahwa sperma dapat menavigasi rahim dan tuba falopi untuk mencapai sel telur sesegera mungkin dalam waktu 30 menit setelah ejakulasi.

Kapan Implantasi Terjadi?

Setelah pembuahan, zigot baru bergerak ke tuba falopi dan mengalami perubahan. Zigot berkembang menjadi morula dan kemudian menjadi blastosis.

Setelah mencapai tahap blastokista, ia siap untuk berimplantasi dalam lapisan rahim selama menstruasi.Biasanya, implantasi terjadi antara enam sampai 10 hari setelah pembuahan.

Gejala Awal Kehamilan

1. Terlambat Datang Bulan

Jika menstruasi terlambat, kamu mungkin saja hamil. Hormon yang dihasilkan oleh embrio yang sedang tumbuh memberi sinyal pada otak untuk mempertahankan lapisan rahim.

2. Perubahan pada Payudara

Salah satu gejala awal kehamilan adalah payudara mungkin akan terasa lembut atau bengkak saat disentuh. Hal ini terjadi karena perubahan hormon.

3. Mual di Pagi Hari

Umumnya, gejala ini dimulai sekitar satu bulan atau lebih setelah implantasi. Namun, gejala ini juga dapat terjadi lebih cepat pada beberapa wanita. Kamu mungkin mengalami mual dengan atau tanpa muntah.

4. Sering ke Kamar Mandi

Ginjal bekerja lebih keras selama kehamilan. Hal ini karena ginjal ditugaskan untuk memproses cairan ekstra akibat peningkatan volume darah. Hal tersebut berarti peningkatan buang air kecil.

5. Kelelahan

Kamu mungkin akan merasa mudah lelah saat awal kehamilan. Hal ini terjadi karena hormon progesteron dapat membuatmu sangat kelelahan.

Apabila kamu mengalami gejala-gejala ini atau merasa mungkin hamil. Sebaiknya lakukan tes kehamilan sendiri di rumah.

Waktu yang Tepat untuk Tes Kehamilan

Dikutip dari jurnal berjudul Pemeriksaan HCG (Human Chorionic Gonadotropin) untuk Deteksi Kehamilan Dini secara Imunokromatografi yang ditulis Agnes Sri Harti, Estuningsih, Heni Nurkusumawati, kehamilan akan ditandai dengan meningkatnya kadar HCG dalam urin pada trimester I.

HCG disekresikan 7 hari setelah ovulasi. Tes kehamilan di rumah bekerja dengan cara mencari hormon HCG dalam urin. Kamu dapat membeli alat tes ini di supermarket, toko obat, atau secara online.

Ikuti semua petunjuk dan tindak lanjuti dengan dokter jika kamu mendapatkan hasil yang positif, atau jika mendapatkan hasil negatif tetapi menstruasi tidak kunjung dimulai. Tentunya perkiraan ini tidak berlaku untuk semua pasangan suami istri. Namun informasi ini bisa menjadi perkiraan pasangan suami istri untuk lebih waspada dan menyiapkan diri menyambut momongan.

(row/row)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Menelan Sperma, Apakah Bisa Hamil? Begini Faktanya


Jakarta

Beberapa pasangan tanpa sengaja pernah menelan sperma saat berhubungan seks. Hal itu terkadang mengundang tanya di benak sejumlah pasangan, apakah menelan sperma bisa menyebabkan kehamilan?

Dikutip dari Planned Parenthood, sperma yang ditelan ketika seks oral tidak menyebabkan wanita hamil. Sebab, air mani yang tertelan akan masuk ke sistem pencernaan, bukan reproduksi. Jadi, Kehamilan hanya bisa terjadi ketika sperma masuk ke dalam vagina dan bertemu dengan sel telur.

Di samping itu, kehamilan yang diakibatkan tertelan sperma merupakan kasus langka yang sangat jarang terjadi. Kasusnya pernah terjadi pada 1988 oleh gadis berusia 15 tahun yang kemudian diteliti lebih lanjut oleh para ahli medis.


Kala itu, ia melakukan seks oral dengan seorang pria, tetapi mantannya datang sehingga memicu pertengkaran yang hebat. Dengan emosi yang membara, mantannya menusuk perut gadis tersebut.

Meski selamat, beberapa bulan kemudian gadis itu mengeluhkan nyeri di perut bagian bawah. Tanpa disadari, ternyata ia mengandung seorang bayi dan melahirkannya melalui operasi caesar.

Penulis penelitian menduga bahwa luka pisau merusak saluran pencernaan dan membuat sperma ‘bocor’ ke area reproduksi. Sebagai informasi, sperma biasanya bisa bertahan di tubuh wanita sampai lima hari.

Dengan demikian, sperma yang ‘bocor’ tersebut membuahi sel telur dan memungkinkan gadis itu untuk hamil. Namun, bagi wanita yang tidak mengalami trauma tersebut, air mani tidak dapat membuahi sel telur hanya dengan seks oral.

(suc/suc)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Berhubungan Intim Menggunakan Kondom, Apakah Bisa Hamil?

Jakarta

Berhubungan intim menggunakan kondom, apakah bisa hamil? Pertanyaan ini kerap kali ditanyakan oleh beberapa pasangan yang berencana menunda anak. Bagi sebagian pasangan mungkin beranggapan menggunakan kondom 100 persen efektif untuk mencegah kehamilan. Lantas, bagaimana faktanya?

Dikutip dari Cleveland clinic, kondom adalah alat kontrasepsi eksternal yang efektif membantu melindungi seseorang dari penyakit menular seksual dan mengurangi risiko kehamilan. Pelindung ini sudah ditemukan sejak 1000 masehi, namun bahan yang digunakan sangat itu alami dan bukan sintetis.

Setelah pil KB, kondom termasuk salah satu metode kontrasepsi yang paling umum digunakan. Masyarakat bisa mendapatkannya secara bebas di toko atau apotek terdekat. Bahkan, beberapa layanan medis memberikan secara gratis dengan syarat tertentu.


Berhubungan intim pakai kondom, apakah bisa hamil?

Dikutip dari Planned Parenthood dan Cleveland Clinic, ketika digunakan dengan sempurna, kondom sekitar 98 persen efektif mencegah kehamilan. Namun kenyataannya, kondom sekitar 85 persen efektif ketika orang menggunakannya sebagai satu-satunya alat kontrasepsi. Itu karena kondom mungkin digunakan secara tidak benar.

Apabila melakukan kesalahan saat pakai kondom, efektivitas kondom berkurang dan kemungkinan hamil menjadi lebih besar. Artinya, sperma bisa masuk ke dalam rahim dan membuahi sel telur. Jika sudah begini, kehamilan bisa terjadi. Begitu juga, kondom dapat robek, bocor, atau lepas, sehingga pemakaiannya harus diperhatikan.

Seseorang dapat meningkatkan keefektifan kondom dengan memasangkannya dengan alat kontrasepsi lain. Pilihannya termasuk spermisida (busa atau jeli yang menonaktifkan sperma), pil (kontrasepsi oral) atau diafragma. Pastikan untuk mendiskusikan opsi kontrasepsi dengan penyedia layanan kesehatan untuk mengetahui apa yang paling efektif.

(suc/suc)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Tak Kunjung Hamil? 6 Posisi Bercinta Ini Bisa Bikin Cepat Dapat Momongan!


Jakarta

Mendapatkan momongan banyak menjadi impian pasutri. Berbagai cara pun dijajal demi mencapai kehamilan. Namun, tak jarang pasangan dihadapkan berbagai hambatan sehingga sulit untuk mencapai kehamilan.

“Tidak ada cara ajaib untuk bisa mempertemukan sperma dan sel telur dan memastikan hal tersebut akan terjadi,” ucap spesialis infertilitas, dr Joshua Hurwitz, SpOG, dikutip dari Cafe Mom.

“Terdapat banyak mitos yang berkeliaran yang melakukan tindakan merugikan kepada para pasangan, karena mereka pikir mereka tidak melakukanya dengan benar dan itu yang membuat mereka tidak bisa hamil,” sambungnya.


Meski belum ada banyak riset mendalam terkait, terdapat sejumlah riset yang menunjukkan potensi bahwa sejumlah posisi memang bisa membantu mencapai kehamilan. Berikut adalah 6 posisi yang direkomendasikan:

1. Spooning sebelum seks

dr Hurwitz menjelaskan bahwa jumlah sperma pada pria saat berejakulasi umumnya akan meningkat jika pria mengalami rangsangan lebih banyak. Untuk itu, penting untuk melakukan ‘pemanasan’ sebelum bercinta, yakni dengan melakukan foreplay.

Foreplay tidak hanya bisa membantu meningkatkan gairah seksual dan rangsangan, tetapi juga bisa membantu meningkatkan kadar sperma saat ejakulasi.

2. Rear Entry

Penetrasi yang dilakukan dari arah belakang bisa membantu meningkatkan kemungkinan untuk hamil. Menurut riset yang dirilis dalam Journal of Sex & Marital Theraphy, posisi penetrasi dari sisi belakang bisa memudahkan penis untuk dapat mencapai bagian belakang serviks atau dinding rahim. Hal ini memungkinkan untuk sperma bisa lebih mudah masuk ke dalam serviks dan meningkatkan kemungkinan kehamilan.

3. Doggy style

Hampir mirip dengan rear entry tadi, poissi ini juga meliputi penetrasi yang dalam sehingga dapat membantu sperma untuk ‘lebih dekat’ dengan sel telur.

4. Jangan dengan posisi berdiri dan duduk

Melakukan seks dalam posisi berdiri ataupun duduk bisa menghambat sperma untuk bergerak sesuai dengan alur yang seharusnya. Lebih baik untuk menghindari posisi berdiri dan duduk agar sperma bisa benar-benar masuk ke dalam rahim. Meski tak akan sepenuhnya menghilangkan kemungkinan kehamilan, namun ada baiknya untuk mencoba posisi lain yang lebih menguntungkan.

5. Misionaris

Posisi klasik satu ini dikenal sebagai salah satu posisi terbaik bagi pasutri yang ingin cepat-cepat mendapat momongan. Ketika bercinta dalam posisi berbaik, sperma juga akan lebih mudah untuk bisa melalui serviks dan masuk ke dalam uterus.

“Meletakkan bantal di bawah pelvis atau pinggul saat berhubungan seks dalam posisi misionaris mungkin bisa meningkatkan posisi kemiringan ke atas pada vagina, sehingga berpotensi meningkatkan penerimaan semen,” jelas dr Anate Brauer, SpOG.

6. Berbaring setelah seks

“Direkomendasikan bagi wanita untuk melakukan ini (berbaring setelah seks) selama 5 sampai 10 menit,” jelas spesialis fertilitas dari Albany IVF, dr Sonia Elguero.

Pasalnya, berbaring setelah seks mungkin bisa membantu sperma bisa masuk ke dalam serviks.

(vyp/vyp)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Sering Bikin Deg-degan, Betulkan Menelan Sperma Bisa Bikin Hamil?


Jakarta

Beberapa wanita mungkin terbiasa menelan sperma ketika melakukan hubungan seks oral, kemudian pria ejakulasi di dalam mulut. Yang sering menjadi pertanyaan, apakah menelan sperma bisa menimbulkan kehamilan?

Dikutip dari Medical News Today, saat wanita menelan air mani berisi sperma, air mani mengikuti jalur yang sama melalui sistem pencernaan seperti apa pun yang dimakan atau diminum seseorang. Rute ini tidak berkaitan ke organ reproduksi sehingga tidak menyebabkan kehamilan.

Air mani yang tertelan tidak bersentuhan dengan vagina. Saat wanita buang air kecil atau buang air besar yang mengandung sisa-sisa air mani, tidak mungkin mereka hamil.


Wanita hanya bisa hamil dari kontak penis-vagina ketika air mani masuk ke dalam vagina atau organ reproduksi lainnya. Setiap kontak yang tidak disengaja antara air mani dan vagina dapat menyebabkan kehamilan. Wanita yang menelan air mani kemudian melakukan hubungan badan bisa hamil.

Bukan Hamil, tapi Bisa Memicu Risiko IMS

Meskipun tidak menyebabkan kehamilan, menelan air mani membuat wanita berisiko terkena infeksi menular seksual (IMS), sama seperti hubungan seks tanpa pengaman lainnya.

Tanpa metode KB penghalang, infeksi bakteri, seperti gonore dan klamidia dapat memengaruhi tenggorokan. Infeksi virus kulit-ke-kulit, seperti herpes dapat terjadi akibat kontak mulut dengan penis.

Aktivitas Seksual yang Menyebabkan Kehamilan

Sperma harus memiliki jalur menuju sel telur yang memerlukan kontak dengan vagina agar kehamilan terjadi. Sebagian besar wanita yang hamil melakukannya dari hubungan seksual tanpa pengaman. Namun, ada kemungkinan hamil dari bentuk kontak lain:

  • Hubungan seksual ketika kontrol kelahiran gagal
  • Kontak seksual manual (meraba), seseorang menyentuh vagina setelah menyentuh air mani
  • Seks anal, ketika air mani mendekati vagina
  • Seks oral, ketika pasangan memiliki air mani di mulutnya kemudian melakukan kontak dengan vagina
  • Menarik keluar penis sebelum ejakulasi untuk mengurangi risiko kehamilan dinilai tidak terlalu efektif dan dapat mengakibatkan kehamilan.

Aktivitas Seksual yang Tidak Menyebabkan Kehamilan

Beberapa aktivitas seks yang jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menyebabkan kehamilan adalah:

  • Seks oral, ketika pasangan tidak memiliki air mani di mulut atau di tangannya saat melakukan kontak dengan vagina
  • Seks anal, terutama dengan kondom atau metode penghalang lainnya
  • Kontak seks manual dengan tangan bersih yang belum menyentuh air mani
  • Seks vaginal saat menggunakan metode kontrasepsi yang tepat

(vyp/vyp)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Yakin ‘Keluar di Luar’ saat Bercinta Nggak Bikin Hamil? Padahal Ini Temuan Studi


Jakarta

Kondom atau pil kb kerap menjadi pilihan pasangan yang sedang menunda kehamilan. Meski begitu, ada pula pasangan yang lebih memilih untuk ‘keluar di luar’ saat berhubungan seksual. Faktanya, precum yang keluar tetap dapat menyebabkan kehamilan.

Precum atau pra-ejakulasi adalah cairan yang terkadang muncul di ujung penis sebelum ejakulasi. Ini bisa terjadi kapan saja selama muncul gairah seksual.

Dikutip dari Flo, precum memiliki fungsi untuk membantu uretra bersiap mengeluarkan air mani. Cairan ini dapat membuat uretra dan vagina menjadi lebih ramah bagi sel sperma yang sedang dalam perjalanan untuk membuahi sel telur. Selain itu, precum juga memberikan pelumas untuk membantu sperma dalam perjalanannya sekaligus membuat ujung penis licin dan siap untuk berhubungan.


Meskipun mirip, precum berbeda dengan air mani. Precum diproduksi di kelenjar Cowper dan terdiri dari enzim dan lender. Jadi, dalam bentuknya yang paling murni, precum sebenarnya tidak mengandung sel sperma hidup sama sekali, Namun, precum sering terkontaminasi dengan sperma saat bergairah.

Maka dari itu, precum dapat menyebabkan kehamilan. Meskipun memang secara alami tidak mengandung sperma, jika seorang pria baru saja mengalami ejakulasi maka sisa sperma dapat tetap berada di dalam uretra.

Sebuah studi pada 2013 menemukan bahwa jejak sperma hidup 41 persen orang yang melakukan survey memiliki jejak sperma hidup di precum mereka. Ingatlah bahwa hanya dibutuhkan satu sperma untuk membuahi sel telur dan memulai kehamilan.

Meskipun tidak mungkin mengetahui apakah precum pasangan mengandung sperma, yang jelas adalah metode ‘keluar di luar’ sangat berisiko dalam hal mencegah kehamilan. Faktanya, sebuah studi pada 2017 menemukan bahwa 20 persen orang yang mengandalkan penarikan untuk kontrasepsi berakhir dengan kehamilan yang tidak diinginkan.

Penting juga untuk diketahui bahwa meskipun pasangan menarik penis keluar dari vagina sebelum ejakulasi, beberapa air mani masih bisa berakhir di dekat vagina dan sperma bisa berenang ke saluran vagina.

Jika tidak berencana untuk hamil, lebih baik menggunakan metode kontrasepsi yang lebih aman. Metode pengendalian kelahiran berikut terbukti lebih efektif daripada ‘keluar di luar’, seperti:

Kehamilan juga bukan satu-satunya risiko yang datang dengan metode penarikan. Precum juga dapat menyebarkan infeksi menular seksual (IMS). Menurut WHO, IMS biasanya menyebar melalui kontak seksual. HIV, klamidia, hepatitis B, dan gonore dapat menyebar melalui cairan, termasuk precum.

(vyp/vyp)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Pasutri Merapat! Studi Ungkap Morning Sex Bisa Bikin Istri Lebih Cepat Hamil


Jakarta

Bagi pasangan yang sedang melakukan program hamil, waktu untuk berhubungan seks menjadi sesuatu yang penting. Lantas, kapan waktu terbaik berhubungan badan untuk hamil?

Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 85 persen pasangan akan hamil dalam tahun pertama mereka mencoba. Namun, untuk meningkatkan peluang hamil lebih cepat, waktu terbaik adalah di antara hari ke 13 dan 15 dari siklus menstruasi.

Pada masa ini, wanita akan mengalami lonjakan hormon yang akan memberi sinyal pada salah satu indung telur untuk melepaskan sel telur. Inilah yang disebut ovulasi. Ketika ovulasi terjadi, sel telur akan mengalir ke saluran rahim dan siap dibuahi oleh sperma.


Selain memperhatikan siklus menstruasi, pasutri juga bisa mencari waktu terbaik berhubungan seks untuk hamil. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seks di pagi hari adalah yang terbaik untuk melakukan pembuahan.

“Mungkin ada situasi potensial di mana siklus kesuburan atau siklus pembuahan lebih mungkin terjadi saat berhubungan seks di pagi hari, pada sebagian kecil pasien,” kata Daniel Kort, MD, seorang OB/GYN dan ahli endokrinologi reproduksi di Neway Fertility di New York, dikutip dari Fatherly, Rabu (10/3/2023).

Ada sejumlah alasan mengapa seks di pagi hari adalah waktu terbaik. Pada dasarnya, seorang pasangan yang sedang melakukan program hamil mungkin akan berhubungan badan tidak hanya satu atau dua kali. Untuk itu, seks di pagi hari dapat memberikan energi yang lebih banyak ketimbang di malam hari karena pasangan telah mendapatkan waktu istirahat yang cukup.

Penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar hormon seks pria berada pada titik tertinggi di pagi hari.

Salah satu keuntungan dari seks pagi adalah dapat membantu pasangan untuk hamil, bahkan ketika waktu ovulasi relatif singkat. Sperma umumnya membuahi sel telur dalam waktu 72 jam setelah berhubungan seks. Akan tetapi, jika jendela ovulasi kurang dari 72 jam, seks di pagi hari dapat membuka peluang waktu yang mungkin berakhir ketika tidur.

“Dalam kasus tersebut, hal itu berpotensi menguntungkan pria yang melakukan hubungan seks di pagi hari, hanya dari perspektif waktu, untuk mengatur waktunya dengan waktu ovulasi. Wanita tertentu akan berovulasi lebih dekat ke pagi hari dan, bagi mereka, itu mungkin membantu,” jelas Kort.

Namun, menyatakan seks pagi sebagai obat untuk kesuburan tidaklah akurat. Dokter biasanya cenderung akan merekomendasikan pasangan untuk memvariasikan waktu mereka berhubungan seks sebagai cara sederhana untuk meningkatkan peluang hamil.

(kna/kna)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Mitos atau Fakta, Bercinta saat Menstruasi Tak Bisa Hamil?


Jakarta

Salah satu mitos terkait kehamilan yang umum di kalangan masyarakat adalah seorang wanita tidak bisa hamil ketika bercinta saat masih dalam masa menstruasi.

Nyatanya, hal ini tak sepenuhnya benar. Dikutip dari Healthline, meski memang kemungkinan untuk hamil saat haid itu rendah, bukan berarti sepenuhnya tidak mungkin.

Pada dasarnya, penting untuk memahami siklus ovulasi dan masa kesuburan seorang wanita untuk mengetahui kemungkinan kehamilan.


Ovulasi adalah masa ketika ovarium melepaskan sel telur untuk pembuahan. Bila sperma terdapat di rahim pada masa ini dan bertemu dengan sel telur, maka kehamilan bisa terjadi.

Rata-rata, siklus ovulasi wanita berkisar 28 hingga 30 hari

Hari pertama adalah awal mulainya periode menstruasi. Ovulasi biasanya terjadi pada hari ke-14, namun tidak menutup kemungkinan bisa terjadi pada hari ke-12 dan 13. Beberapa wanita juga memiliki siklus yang lebih panjang hingga 35 hari dengan ovulasi yang terjadi pada sekitar hari ke-21.

Artinya, jika seseorang berhubungan seksual kala menstruasi, kemungkinan tidak akan berovulasi selama beberapa hari setelahnya. Namun, hal ini tak berlaku pada orang yang memiliki siklus lebih pendek. Wanita dengan siklus yang lebih pendek bisa berovulasi sekitar hari ke-7. Hal ini yang menyebabkan masih adanya kemungkinan untuk seseorang mengalami kehamilan meskipun berhubungan seks saat menstruasi.

Pertimbangan lainnya adalah bahwa sel sperma bisa hidup hingga 72 jam setelah ejakulasi. Karena itu, bila seseorang berhubungan seksual di masa akhir menstruasi, masih ada peluang terjadinya kehamilan jika berhubungan seks tanpa pelindung.

Di luar dari siklus menstruasi dan ovulasi yang beragam, beberapa wanita juga seringkali keliru dalam menilai pendarahan di vagina sebagai menstruasi. Padahal, pendarahan pada vagina bisa terjadi saat masa ovulasi.

Peluang kehamilan ketika berhubungan seks pada sekitar hari ke-13 setelah mulai menstruasi diperkirakan sekitar 9 persen. Meski peluang ini tergolong rendah, tetap dianjurkan untuk menggunakan pelindung untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan.

Risiko Bahaya Berhubungan Seks saat Menstruasi

Perlu diketahui bahwa berhubungan seksual ketika dalam masa menstruasi tidak dianjurkan karena memiliki sejumlah risiko bahaya pada kesehatan. Berikut adalah sejumlah risiko bahaya yang bisa ditimbulkan.

1. Infeksi

Berhubungan seks saat dalam kondisi menstruasi bisa meningkatkan potensi penularan infeksi menular seks (IMS) yang mungkin tertular melalui darah, seperti hepatitis. Selain itu, vagina dalam masa menstruasi menjadi lebih sensitif. Jika kuman atau bakteri masuk ketika penetrasi, bisa saja membuat vagina infeksi.

2. Endometriosis

Dikutip dari HealthShots, seks saat dalam kondisi menstruasi juga bisa meningkatkan risiko terhadap endometriosis atau penebalan dinding rahim. Kondisi endometriosis ini juga bisa memicu sejumlah kondisi gangguan lainnya, seperti gangguan kesuburan atau infertilitas hingga tumor dan kanker.

(suc/suc)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

5 Cara Simpel Cegah Kehamilan saat Bercinta


Jakarta

Berhubungan intim merupakan bagian dari kehidupan pernikahan suami-istri. Selain menjadi cara untuk menyalurkan gairah kepada pasangan, seks juga bermanfaat untuk mendapat keturunan melalui kehamilan.

Sebagian pasutri mungkin hanya ingin berhubungan tanpa menyebabkan kehamilan setelahnya. Dikutip dari Parents, 5 kondisi ini memiliki peluang kehamilan lebih kecil setelah bercinta.

1. Menggunakan alat kontrasepsi (kontrol kelahiran)

Metode KB seperti patch (koyo KB), pil, cincin, implan, suntikan, atau IUD (spiral) secara signifikan mengurangi peluang wanita untuk hamil. Namun, kehamilan masih bisa terjadi meskipun kecil kemungkinannya.


Menurut Anate Brauer, MD, ahli endokrin reproduksi di Greenwich Fertility and IVF Centers, metode ini bekerja dengan berbagai cara. Misalnya IUD menghalangi sperma mencapai sel telur, sedangkan patch, pil, dan cincin mencegah ovulasi

Beberapa pil kontrasepsi berisi pil tidak aktif selama 4-7 hari dan tidak mengandung hormon apa pun. Ini mungkin cukup lama untuk memungkinkan perekrutan sel telur yang matang.

“Ini sering disebut sebagai ‘pelarian ovulasi’ dan merupakan salah satu alasan kegagalan kontrasepsi hormonal oral,” kata Brauer.

Kehilangan dosis kontrasepsi hormonal atau tidak meminumnya pada waktu yang sama setiap hari untuk pil harian dapat meningkatkan kemungkinan kehamilan yang tidak disengaja.

2. Menggunakan metode ‘pull-out’

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), 22% orang akan hamil dalam setahun dengan metode ini. Ketika digunakan sendiri sebagai alat kontrasepsi, tingkat kegagalannya sedang, tetapi dapat menurunkan peluang untuk hamil, terutama bila digabungkan dengan metode lain.

Metode ini melibatkan penarikan penis keluar dari vagina sebelum ejakulasi. Satu masalah adalah pra-ejakulasi atau pre-cum, yaitu keluarnya cairan dari penis sebelum ejakulasi sebenarnya yang dapat mengandung sperma aktif.

Mark Trolice, MD, spesialis endokrinologi reproduksi dan infertilitas di Florida mengatakan kebanyakan orang tidak menyadari kapan mereka melepaskan precum ini.

“Karena sulit untuk memprediksi kapan pra-ejakulasi terjadi, metode penarikan sering penuh dengan bahaya dan tentunya bukan metode yang paling dapat diandalkan di luar sana,” katanya.

Beberapa penelitian menemukan metode ini dapat mencapai 96% efektif dengan penarikan yang sempurna. Tingkat kegagalannya dapat setinggi 24%. Oleh sebab itu, pilihlah metode kontrasepsi yang berbeda atau gabungkan dengan metode lain, seperti kondom.

3. Menggunakan kondom

Sangat penting menggunakan kondom untuk menghindari kehamilan atau infeksi menular seksual dengan benar. Penggunaan yang benar berarti kondom digulung ke penis atau dimasukkan ke dalam vagina untuk kondom wanita sebelum ada kontak antara alat kelamin dan kulit. Selain itu, penggunaan kondom lebih efektif jika memasangkannya dengan alat kontrasepsi lain, seperti IUD, pil, atau menarik penis sebelum ejakulasi.

Menurut HHS Office of Women’s Health, kemungkinan hamil dengan kondom pria adalah sekitar 18 persen 21 persen dengan kondom wanita. Penggunaan kondom yang sempurna memperkecil peluang kehamilan menjadi 2 persen.

4. Menyusui

Beberapa ibu menyusui menggunakan metode amenore laktasi (MAL) atau ‘metode menyusui’ untuk mencegah kehamilan setelah melahirkan. Meskipun ini bisa menjadi metode yang efektif, orang sering salah memahami cara kerjanya. MAL sebagai salah satu bentuk KB mengandalkan jeda sementara pada ovulasi yang seringkali menyertai menyusui pada beberapa bulan pertama pascapersalinan.

“Saat menyusui, hormon estrogen, yang bertanggung jawab untuk mendapatkan menstruasi setiap bulan, ditekan. Selain itu, hormon yang merangsang produksi ASI, prolaktin, juga mencegah terjadinya ovulasi karena menghambat hormon yang memicu indung telur tumbuh dan melepaskan sel telur,” jelas Sherry Ross, MD, OB-GYN, pakar kesehatan wanita di Santa Monica.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ada kriteria khusus dalam menggunakan metode ini:

  • Tidak mengalami menstruasi
  • ASI eksklusif
  • Bayi tidak lebih dari 4-6 jam di antara waktu menyusui
  • Kurang dari 6 bulan pasca persalinan

Menyusui mengganggu hormon seseorang dan secara efektif dapat menekan ovulasi. Namun, tidak ada menstruasi setelah melahirkan bersifat sementara. Menstruasi dapat berlanjut bahkan saat seseorang masih menyusui.

5. Berusia di atas 44 tahun

Peluang seseorang untuk hamil semakin berkurang seiring waktu. Menurut The American College of Obstetricians and Gynecologists, wanita dilahirkan dengan 1-2 juta sel telur. Saat pubertas, angka itu turun antara 300-500 ribu dan di akhir usia 30-an, mendekati 25 ribu saja. Menjelang menopause, hanya tersisa sekitar 1.000 sel telur.

Ini artinya peluang untuk hamil di usia pertengahan 40-an cukup tipis, meski bukan tidak mungkin. Antara usia 40 -45 tahun, kesuburan menurun sebanyak 95%.

Menurut Ross, orang yang berusia di atas 44 tahun memiliki peluang kurang dari 5% untuk hamil setiap bulan. Namun, usia itu bukanlah ‘metode’ yang efektif untuk menghindari kehamilan. Gunakan metode KB lainnya sebelum resmi memasuki masa menopause.

(naf/naf)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy