Tag Archives: hikmah

Kisah Nabi Nuh AS yang Menangis selama 300 Tahun



Jakarta

Nabi Nuh AS pernah menangis selama 300 tahun setelah ditegur Allah SWT. Beliau diutus untuk berdakwah kepada Bani Rasib selama ratusan tahun

Semasa kenabiannya, Nuh AS memperoleh kurang lebih 70 orang pengikut beserta 8 anggota keluarganya. Nabi Nuh AS memiliki kesabaran dan ketabahan yang luar biasa, karenanya ia termasuk rasul Ulul Azmi, seperti disebutkan dalam buku Sang Rasul Terkasih oleh Khalid Muhammad Khalid terjemahan Ganny Pryadharizal Anaedi.

Bani Rasib memperlakukan Nuh AS dengan sangat hina. Mereka bahkan tak segan menyekutukan Allah SWT dan memiliki sifat congkak sekaligus zalim.


Adapun, teguran yang diperoleh Nabi Nuh AS dari Allah SWT berkaitan dengan sang anak yang bernama Kan’an. Melansir buku Menengok Kisah 25 Nabi & Rasul susunan Ustaz Fatih, Kan’an adalah putra pertama Nuh AS. Ia sangat durhaka dan menyembunyikan rasa benci pada ayahnya.

Kan’an bahkan tak segan untuk pura-pura beriman. Kala itu, saat Nabi Nuh AS diminta untuk mengumpulkan seluruh umatnya di bahtera besar, ia memanggil Kan’an agar ikut dengannya.

Kan’an yang angkuh menolak ajakan sang ayah, ia tidak ingin beriman kepada Allah SWT begitu pula untuk ikut sang nabi naik ke bahtera. Sebagai seorang ayah, Nuh AS terus membujuk Kan’an meski air bah sudah mulai meninggi.

Percakapan keduanya termaktub dalam surah Hud ayat 43,

قَالَ سَـَٔاوِىٓ إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِى مِنَ ٱلْمَآءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ ٱلْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ إِلَّا مَن رَّحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا ٱلْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ ٱلْمُغْرَقِينَ

Artinya: “Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang.” Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang yang ditenggelamkan.”

Saat keduanya sedang berdebat, muncul gelombang besar yang memisahkan antara bahtera Nuh AS dan anaknya, Kan’an. Gelombang itu melenyapkan Kan’an dari pandangan Nabi Nuh AS.

Sang nabi memohon kepada Allah SWT untuk menyelamatkan putra sulungnya itu. Lalu Allah SWT berfirman dalam surah Hud ayat 46,

قَالَ يٰنُوْحُ اِنَّهٗ لَيْسَ مِنْ اَهْلِكَ ۚاِنَّهٗ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْـَٔلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنِّيْٓ اَعِظُكَ اَنْ تَكُوْنَ مِنَ الْجٰهِلِيْنَ ٤٦

Artinya: “Dia (Allah) berfirman, “Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu karena perbuatannya sungguh tidak baik. Oleh karena itu, janganlah engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui (hakikatnya). Sesungguhnya Aku menasihatimu agar engkau tidak termasuk orang-orang bodoh.”

Bunyi ayat itu merupakan teguran Allah SWT terhadap Nabi Nuh AS. Setelah itu, Nuh AS menangis berkepanjangan hingga 300 tahun lamanya, seperti dikisahkan dalam riwayat Imam Ahmad dalam Kitab Az-Zuhud yang dikutip dari buku Tuhan Izinkan Aku Menangis Padamu: 200 Kisah Air Mata yang Menetes karena Takut pada Allah tulisan Majdi Fathi Sayyid terbitan Mirqat Publishing Group.

Saking sayangnya Nabi Nuh AS terhadap Kan’an, tangisannya selama ratusan tahun itu menyebabkan kedua matanya seperti ada garis bekas aliran air mata.

Wallahu a’lam

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Perjuangan Maryam Melahirkan Nabi Isa di Bulan Dzulhijjah


Jakarta

Nabi Isa AS adalah salah satu dari 5 nabi bergelar Ulul Azmi (Nabi Muhammad SAW, Nabi Musa AS, Nabi Ibrahim AS, dan Nabi Nuh AS) karena keimanan dan ujian yang mereka dapatkan.

Dilansir dalam buku Ulul Azmi: 5 Kisah Nabi yang Luar Biasa karya Nurul Ihsan disebutkan bahwa Nabi Isa AS merupakan keturunan dari Daud. Beliau dilahirkan tanpa adanya seorang ayah. Nabi Isa AS lahir dari rahim seorang wanita bernama Maryam. Banyak orang menuduh kalau Maryam berbuat zina karena lahirnya Nabi Isa AS.

Proses kelahiran Nabi Isa AS terabadikan dalam Al-Qur’an surah Maryam ayat 22-26:


فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا (22) فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَى جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا (23) فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا (24) وَهُنِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا (25) فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِي عَيْنًا فَإِمَّا تَرَينَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا (26)

Artinya: “Maryam pun mengandung (Nabi Isa), kemudian ia pergi ke tempat yang jauh. Saat ia ditimpa sakit akan melahirkan, ia bersandar di batang pohon kurma seraya berkata: Duhai seandainya aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang dilupakan. Makhluk yang berada di bawahnya berseru: Janganlah engkau bersedih. Rabbmu telah membuatkan aliran sungai kecil di bawahmu. Goyangkanlah pohon kurma itu, niscaya akan berjatuhan kurma-kurma muda yang mudah dijangkau. Silakan makan, minum, dan senangkan hatimu. Apabila ada seseorang yang melihatmu, isyaratkanlah dengan menyatakan bahwa aku bernadzar puasa kepada ar-Rahmaan (Allah Yang Maha Penyayang) sehingga aku tidak berbicara (dahulu) dengan manusia siapapun.” (Q.S Maryam ayat 22-26).

Kelahiran Nabi Isa AS

M. Faizi dalam buku Kisah Nyata 25 Nabi dan Rasul menjelaskan bahwa kelahiran Nabi Isa AS adalah pertanda berakhir seorang nabi diutus dari Bani Israil dan tanda berawalnya tahun Masehi.

Nabi Isa AS lahir sekitar tahun 622 tahun sebelum hijrahnya Rasulullah SAW dari kota Makkah ke kota Madinah. Beliau lahir di Baitlahm (Betlehem), dekat Baitul Maqdis, daerah Palestina di bulan Dzulhijjah.

Nabi Isa AS lahir dari seorang ibu bernama Maryam binti Imran. Lahir tanpa seorang ayah dalam artian bahwa Allah SWT memberikan mukjizatnya kepada Maryam dalam keadaan perawan dapat melahirkan seorang anak tanpa ayah.

Saat Maryam hamil dia merasa cemas dan khawatir, karena di masa itu hamil tanpa suami adalah aib yang dapat mencoreng nama baiknya, maka mendekati kehamilannya, Maryam pun meninggalkan rumahnya. Di bawah sebatang pohon kurma kering, jauh dari rumahnya, Maryam melahirkan Isa AS.

Sekalipun sudah berusaha meninggalkan rumahnya, berita kelahirannya tetap sampai di telinga para penduduk, hingga dia dituduh berzina oleh mereka.

Mukjizat pertama dari Allah SWT pun turun kepada Nabi Isa AS yang saat itu masih balita. Ketika seharusnya manusia seumur nya belum mampu berbicara, Isa AS kecil diberikan kemampuan untuk mengucapkan kebenaran.

Perkataan Nabi Isa AS disebutkan dalam surah Maryam ayat 30-34:

قَالَ إِنِّى عَبْدُ ٱللَّهِ ءَاتَىٰنِىَ ٱلْكِتَٰبَ وَجَعَلَنِى نَبِيًّا

Artinya: 30. “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,”

وَجَعَلَنِى مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَٰنِى بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ مَا دُمْتُ حَيًّا

Artinya: 31. “dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.”

وَبَرًّۢا بِوَٰلِدَتِى وَلَمْ يَجْعَلْنِى جَبَّارًا شَقِيًّا

Artinya: 32. “dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.”

وَٱلسَّلَٰمُ عَلَىَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

Artinya: 33. “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”

ذَٰلِكَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ ۚ قَوْلَ ٱلْحَقِّ ٱلَّذِى فِيهِ يَمْتَرُونَ

Artinya: 34. “Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.”

Isa AS mengatakan bahwa ibunya (Maryam) tidak melakukan kesalahan apapun, kelahirannya semata-mata karena kemampuan dan izin dari Allah SWT.

Bagaimana Maryam Hamil?

Mengutip buku Nabi Isa Dan Bunda Maryam dalam Pandangan Ulama Islam karya Abu Utsman Kharisman dijelaskan proses kehamilan Maryam tanpa peran seorang pria.

Dari Wahb bin Munabbih (Seorang Tabi’i):”Kemudian (Malaikat Jibril) meniupkan di kerah baju Maryam hingga sampailah tiupan itu ke rahimnya, hingga ia hamil.” (Diriwayatkan oleh AtThobariy dalam tafsirnya)

Percakapan Maryam dengan Yusuf an-Najjar yang sama-sama mengurus rumah ibadah pada zaman itu. Yusuf yang mengathui bahwa Maryam adalah wanita sholehah lagi baik imannya bertanya dengan kata-kata kiasan kepada Maryam.

· Apakah mungkin tumbuh tanaman tanpa adanya benih?

· Apakah mungkin tumbuh pohon tanpa adanya hujan yang mengiringinya?

· Apakah bisa terlahir seorang anak tanpa ada ayahnya?

Maka terjadilah percakapan antara Maryam dan Yusuf.

Maryam menjawab, “Ya, tidakkah Anda mengetahui bahwasanya Allah Ta’ala menumbuhkan tanaman pada hari penciptaannya tanpa didahului dengan benih? Sedangkan benih yang ada saat ini adalah berasal dari tanaman yang Allah tumbuhkan tanpa bermula dari benih sebelumnya.”

Selanjutnya Maryam berkata, “Tidakkah Anda mengetahui bahwasanya Allah dengan kekuasaan-Nya menumbuhkan pohon tanpa hujan. Dan Dia dengan kekuasaan itu menjadikan hujan sebagai penyebab kehidupan bagi pohon setelah Dia menciptakan masing- masing secara tersendiri. Ataukah Anda berkata: Allah tidak menumbuhkan pohon hingga harus minta pertolongan pada air, yang kalau tanpa air Dia tidak mampu menumbuhkannya?”

Yusuf an-Najjar berkata, “Aku tidak berkata demikian. Namun aku mengetahui bahwasanya Allah Tabaroka Wa Ta’ala dengan Maha Berkehendak sesuai kekuasaan-Nya, Dia berfirman: Jadilah, maka akan terjadi.”

Maryam pun menjawab, “Tidakkah Anda mengetahui bahwasanya Allah Tabaroka Wa Ta’ala menciptakan Adam dan istrinya tanpa ada induk wanita maupun laki (sebelumnya)?”

Yusuf pun yakin bahwa apa yang terjadi pada Maryam adalah sesuai kehendak dan kekuasaan Allah. Ia pun tidak bertanya lebih lanjut.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Harun, Sosok Pendamping Nabi Musa yang Pandai Berbicara



Jakarta

Kisah Nabi Harun AS berkaitan dengan Nabi Musa AS. Keduanya merupakan saudara yang usianya tidak berbeda jauh.

Nabi Harun AS dianugerahi mukjizat pandai dalam berbicara. Kemampuannya ini juga ia gunakan untuk membantu Nabi Musa AS berdakwah.

Menukil dari buku Mengenal Mukjizat 25 Nabi susunan Eka Satria dan Arif Hidayah, baik Musa AS maupun Harun AS sama-sama berjuang menyampaikan ajaran tauhid. Mereka juga memerangi Firaun, seorang raja yang mengingkari keberadaan Allah SWT.


Suatu hari, Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk menemui Firaun. Ia lantas menyampaikan kepada sang Khalik agar dibantu oleh Harun AS sebagaimana termaktub dalam surah Thahaa ayat 29-34,

وَاجْعَلْ لِّيْ وَزِيْرًا مِّنْ اَهْلِيْ ۙ ٢٩ هٰرُوْنَ اَخِى ۙ ٣٠ اشْدُدْ بِهٖٓ اَزْرِيْ ۙ ٣١ وَاَشْرِكْهُ فِيْٓ اَمْرِيْ ۙ ٣٢ كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيْرًا ۙ ٣٣ وَّنَذْكُرَكَ كَثِيْرًا ۗ ٣٤

Artinya: “Jadikanlah untukku seorang penolong dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku. Teguhkanlah kekuatanku dengannya, dan sertakan dia dalam urusanku (kenabian) agar kami banyak bertasbih kepada-Mu, dan banyak berzikir kepada-Mu.”

Benar saja, kepandaian Nabi Harun AS dalam berbicara membuat Firaun kalah telak. Nabi Musa AS lalu membawa kaumnya bani Israil ke Mesir.

Walau begitu, setelah mereka dibebaskan dari perbudakan Firaun, bani Israil kembali mengingkari Allah SWT. Kala itu, Nabi Musa AS beribadah di Bukit Sinai selama 30 hari.

Pada periode itu, bani Israil mengikuti ajaran Samiri seorang penyembah patung sapi emas. Sekembalinya Musa AS, patung sapi emas itu lantas ia bakar dan bani Israil kembali beriman kepada Allah SWT.

Sebagai seorang nabi dan rasul, Nabi Harun AS juga dianugerahi mukjizat lainnya. Menurut buku Iman dan Takwa Peraih Muflihun tulisan Nasikin Purnama, Harun AS juga dimukjizati janggut yang terdiri atas dua warna yaitu putih dan hitam.

Dikatakan, mukjizat itu muncul setelah Musa AS melakukan perjalanan mengambil kitab Taurat. Ia menitipkan pengikutnya kepada Nabi Harun AS.

Sewaktu para pengikut Musa AS memilih untuk mendengarkan Samiri, Nabi Musa AS yang baru pulang dari perjalanannya menjadi marah. Ia menarik janggut Nabi Harun AS dan secara tiba-tiba, janggut yang ditarik itu berubah warna menjadi putih.

Selain itu, Nabi Harun AS juga memiliki mukjizat tongkat yang berbunga. Ini bermula ketika bani Israil melakukan pengangkatan pemimpin.

Pada saat itu, belum ada sosok yang dinilai pantas memimpin bani Israil yang mana berujung timbulnya perdebatan. Allah SWT lalu memerintahkan setiap pemimpin suku bani Israil meletakkan tongkatnya di tempat suci, begitu pula dengan tongkat Harun AS.

Esoknya, Musa AS melihat tongkat Nabi Harun AS bertunas dan berbunga. Hal tersebut menandakan Allah SWT memilih Nabi Harun AS sebagai pemimpin bani Israil.

Wallahu a’lam bishawab.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Rasulullah SAW Mengajarkan Adab Merawat Masjid


Jakarta

Masjid adalah tempat ibadah umat Islam yang wajib dijaga dan dimakmurkan oleh setiap muslim. Menjaga masjid menjadi salah satu adab yang diajarkan Rasulullah SAW.

Masjid bukan hanya sebatas tempat salat, tetapi juga menjadi wadah untuk dakwah, tempat pendidikan dan juga tempat untuk melakukan musyawarah. Sebagai tempat untuk menjalankan berbagai amalan, masjid harus dijaga kebersihannya.

Dalam sebuah hadits dari Abu Darda’ bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Masjid adalah rumah setiap orang bertakwa dan Allah memberi jaminan kepada orang yang menganggap masjid sebagai rumahnya bahwa ia memberinya ketenangan, rahmat, dan kemampuan untuk melintasi shirath menuju ridha Allah, yakni surga.” (HR. Thabrani dan Bazzar)


Terkait adab menjaga masjid, ada kisah di zaman Rasulullah SAW di mana para sahabat dan orang-orang mukmin berlomba-lomba menjaga masjid.

Merangkum buku 115 Kisah Menakjubkan Dalam Hidup Rasulullah oleh Fuad Abdurrahman dikisahkan bahwa para sahabat Rasulullah SAW sangat memahami adab di masjid. Mereka selalu mempelajarinya, dan kukuh menjalankannya.

Mereka sangat tekun dan berlomba-lomba memelihara kebersihan masjid.

Suatu hari, para sahabat melihat Rasulullah SAW membersihkan dahak di masjid dengan ujung ranting, lalu beliau meminta minyak wangi kepada jemaah yang hadir. Lalu seorang pemuda memberikan parfum jenis “khaluq”, dan beliau langsung memercikkannya ke bekas dahak tadi.

Setelah kejadian itu, beliau berbicara di depan jemaah dan mengajarkan bagaimana mengatasi masalah mulut.

“Siapa di antara kalian yang ingin dibelakangi Allah?” tanya Rasulullah SAW.

Para sahabat diam, terkejut mendengar pertanyaan beliau. Namun, setelah beliau mengulangi pertanyaannya, mereka menjawab, “Tidak ada, wahai Rasulullah!”

“Ingatlah,” lanjut beliau, “ketika kalian berdiri salat, Allah SWT ada di hadapan kalian. Maka, jangan meludah ke depan dan ke kanan. Jika mendesak ingin meludah, ” Rasulullah SAW lalu melipat pakaian satu di atas yang lain.

“Usaplah dengan pakaianmu, seperti ini,” ujar Rasulullah SAW mengajarkan.

Kemudian beliau juga memerintahkan agar masjid diberi harum-haruman dan dupa bakar, “Harumkanlah masjid kalian dengan asap dupa.”

Kemudian beliau berpesan agar masjid dibersihkan dari kotoran seraya bersabda, “Dipampangkan kepadaku seluruh pahala umatku, sampai pahala orang yang membuang kotoran dari masjid.”

Perempuan Penjaga Masjid

Dikisahkan bahwa suatu ketika seorang perempuan berkulit hitam tinggal di salah satu pojok masjid. Ia mendirikan sebuah kemah kecil di sana.

Ia adalah seorang budak milik seorang penduduk Makkah. Suatu hari, sang majikan kehilangan barang, dan mereka menuduh budak itu sebagai pencurinya.

Perempuan ini diperiksa dan ditelanjangi lalu dihina sejadi-jadinya. Setelah diketahui bahwa ia bukan pelakunya, budak wanita ini mereka tinggalkan sehingga akhirnya ia pergi ke Madinah.

Perempuan ini sangat rajin menyapu dan membersihkan masjid. Rasulullah SAW menyukai pekerjaan wanita itu hingga ketika suatu hari beliau tidak melihatnya, beliau bertanya kepada para sahabat.

“Ia sudah meninggal, wahai Rasulullah,” jawab para sahabat.

Rasulullah SAW menegur keras mereka karena dianggap memandang remeh masalah ini. “Apakah (dengan tidak peduli terhadap perempuan itu) kalian merasa tidak menyakitiku? Tunjukkan kepadaku, mana kuburannya?” tanya Rasulullah SAW.

Para sahabat mengantarkan Rasulullah SAW ke kuburan perempuan itu, kemudian beliau mendirikan salat di dekat kuburan wanita itu dan berdoa untuknya. MasyaAllah.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Hilangnya Hajar Aswad Selama 22 Tahun hingga Haji Dihentikan


Jakarta

Hajar Aswad diyakini sebagai batu mulia yang berasal dari surga. Menurut sejarah, hajar Aswad pernah dicuri dan hilang selama 22 tahun. Siapa pelakunya?

Hajar Aswad terletak di salah satu sudut Ka’bah. Rasulullah SAW memiliki kebiasaan mencium hajar Aswad sehingga dianggap menjadi sunah tawaf. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah riwayat dari Abdullah bin Umar RA, ia berkata,

لَمْ أَرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَلِمُ مِنَ الْبَيْتِ إِلَّا الرُّكْنَيْنِ الْيَمَانِيَّيْنِ


Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah SAW beristilam (menyentuh) Rukun Yamani dan Hajar Aswad setiap kali beliau tawaf.” (HR Muttafaq ‘alaih).

Namun, pada suatu terjadi suatu tragedi di Makkah yang membuat hajar Aswad menghilang. Pada kurun waktu tersebut pula Ka’bah kehilangan batu hitam dari surga tersebut. Berikut kisahnya.

Abu Tahir Al Qarmuthi, Dalang Pencurian Hajar Aswad

Hajar Aswad hilang karena dicuri. Pencurian hajar Aswad dilakukan oleh kelompok syiah bernama Qarmatian yang kala itu dipimpin oleh Abu Tahir Al Qarmuthi.

Tepatnya pada tahun 317 Hijriah atau 930 Masehi, Abu Tahir dan kelompok Qarmatian yang telah berniat mencuri hajar Aswad awalnya datang dari Bahrain menuju Makkah saat sebelum waktu pelaksanaan haji.

Setibanya di Makkah, penduduk Makkah menolak mentah-mentah kedatangan Abu Tahir dan pengikutnya. Diceritakan dalam buku Jejak Sejarah di Dua Tanah Haram karya Mansya Aji Putra, kelompok Qarmatian pun membuat tipu muslihat dengan mengucapkan sumpah palsu untuk memasuki Makkah dengan damai.

Bahkan mereka berpura-pura menunaikan haji agar dibolehkan masuk ke Makkah. Kala itu, Abu Tahir membawa sekitar 600 penunggang kuda dan 900 pasukan berjalan, dikutip situs Archyde.

Mereka pun mengingkari sumpah tersebut dan tak lama kemudian, kelompok Qarmatian berhasil mengambil alih Kota Makkah. Abu Tahir dengan segera memerintahkan Ja’far bin Ilaj untuk mengambil hajar Aswad dari tempatnya secara paksa.

Tidak hanya hajar Aswad yang dicuri, mereka juga menjarah barang-barang berharga yang ada di Ka’bah. Kelompok Qarmatian merampas harta orang-orang di Ka’bah, merobek kiswah atau penutup Ka’bah, melepas pintu Ka’bah, hingga mengambil talang emasnya.

Mereka juga membantai seluruh jemaah haji di Ka’bah dan penduduk Makkah. Kelompok Qarmatian juga membantai 30 ribu jemaah haji yang sedang tawaf, iktikaf, dan salat. Waktu pembantaiannya memang bertepatan dengan puncak musim haji.

Kelompok Qarmatian membuang sekitar 3 ribu mayat pembantain tersebut ke dalam sumur air suci zamzam. Kemudian, sisanya dikubur oleh mereka tanpa memandikan, mengkafani, ataupun menyalatinya.

Kelompok tersebut bahkan melantunkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dengan nada seolah mengejek pada jemaah. Mereka juga menganggap ibadah haji sebagai sebuah ritual penyembahan berhala layaknya orang-orang di zaman jahiliyah.

Setelah tragedi berdarah di kota suci tersebut, ibadah haji pun ditiadakan selama delapan tahun berturut-turut sebab para jemaah takut akan kembalinya teror keji dari kelompok Qarmatian.

Kembalinya Hajar Aswad setelah Hilang selama 22 Tahun

Setelah berhasil mencuri hajar Aswad dari Ka’bah, Abu Tahir memerintahkan pasukannya untuk menyimpan hajar Aswad tersebut ke Masjid al Dirar yang terletak di ibu kota baru negara mereka, al Hasa di Bahrain. Hajar Aswad pun disimpan di sana selama 22 tahun.

Qutb al Din, Sejarawan Ottoman, bercerita dalam tulisannya tahun 1857, Abu Tahir ingin menjadikan masjid al-Dirar sebagai tempat suci layaknya kota suci Makkah. Namun, ia gagal mencapai impian sebab meninggal dunia.

“Pemimpin Qarmatian, Abu Tahir al-Qarmahti, meletakkan Hajar Aswad di masjidnya sendiri, Masjid al-Dirar, dengan maksud mengalihkan haji dari Makkah. Namun, ini gagal,” tulisnya yang dikutip dari World Bulletin.

Menurut catatan Imam al Juwaini dalam Historia Islamica, hajar Aswad akhirnya kembali ke Ka’bah setelah 22 tahun lamanya pada 952 Masehi setelah kondisi Kota Makkah kembali aman.

Kelompok Qarmatian menyimpan hajar Aswad sebagai tebusan dan meminta bayaran kepada Bani Abbasiyah dengan jumlah uang yang besar agar bisa mengembalikan hajar Aswad ke tempat semula.

Pada akhirnya, hajar Aswad dapat kembali namun dalam kondisi rusak dengan keretakan yang membaginya menjadi tujuh bagian. Untuk menjaga bentuknya, penjaga Ka’bah pun membingkai hajar Aswad dengan perak seperti yang dapat dilihat saat ini.

Wallahu a’lam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Kedermawanan Utsman bin Affan, Sang Pemiliki Dua Cahaya


Jakarta

Khulafaur Rasyidin adalah julukan dari empat khalifah umat Islam sepeninggal Rasulullah SAW yang mempunyai jiwa kepemimpinan dan kebijaksanaan luar biasa. Masing-masing dari mereka mempunyai sisi tauladan yang dapat diikuti.

Mengutip buku Biografi Utsman bin Affan karya Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi dijelaskan biografi singkat mengenai Utsman bin Affan.

Nama asli beliau adalah Utsman bin Affan bin Abu Al-Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah pada Abdi Manaf. Sedang ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin Habib bin Abd Syams bin Abdi Manaf bin Qushay.


Pada awalnya Utsman bin Affan sering dipanggil oleh sahabat lainnya sebagai Abu Amru, namun setelah Ruqayah binti Rasulullah (Istri Utsman) melahirkan bayi yang diberi nama Abdullah, Utsman bin Affan kemudian dipanggil sebagai Abu Abdullah.

Selain nama panggilan, Utsman bin Affan mempunyai gelar Dzunnurain (Pemilik dua cahaya). Badruddin Al-Aini saat memberikan syarah kepada Shahih Al-Bukhari menceritakan bahwa seseorang pernah bertanya kepada Al-Mahlab bin Abu Shafrah. “Mengapa Utsman dijuluki Dzunnurain?”

Al-Mahlab lantas menjawab, ” Karena kami belum mengetahui ada seseorang pun menikah dengan dua putri Nabi Muhammad SAW, kecuali Utsman.”

Kedermawanan Utsman bin Affan

1. Menyumbang Harta saat Perang Tabuk

Mengutip buku Kisah Edukatif 10 Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga karya Luthfi Yansyah disebutkan pada saat perang Tabuk, umat Islam kekurangan dana dan memerlukan bantuan dana dari hasil patungan para sahabat.

Disisi lain pasukan musuh (Romawi) telah siap dengan pasukan yang banyak, prajurit dengan perlengkapan yang lengkap, serta persediaan yang memadai. Lokasi peperangan juga berada di dekat bangsa Romawi, sehingga umat Islam perlu melakukan persiapan matang dalam perjalanan menuju lokasi perang.

Maka suatu hari Rasulullah SAW naik ke atas mimbar, beliau memuji Allah SWT, kemudian beliau menganjurkan kepada seluruh umat Islam untuk mengeluarkan segala kemampuannya dan menjanjikan mereka dengan balasan yang besar pula.

Utsman segera berdiri, seraya berkata, “Aku akan memberikan 100 unta lengkap dengan bekalnya, wahai Rasulullah”

Kemudian, Rasulullah turun satu anak tangga dari mimbarnya dan beliau terus menganjurkan umat Islam untuk mengeluarkan apa yang mereka punya.

Maka untuk kedua kalinya Utsman berdiri dan berkata, “Aku akan memberikan 100 unta lagi lengkap dengan bekalnya, wahai Rasulullah!”

Kemudian, beliau turun satu anak tangga lagi dari mimbar dan beliau masih saja menyerukan kaum Muslimin untuk mengeluarkan segala yang mereka miliki. Utsman untuk ketiga kalinya berdiri dan berkata, “Aku akan memberikan 100 unta lagi lengkap dengan bekalnya, wahai Rasulullah!”

Rasulullah SAW pun mengarahkan tangannya kepada Utsman bin Affan, beliau pun bersabda, “Utsman setelah hari ini tidak akan pernah kesulitan… Utsman setelah hari ini tidak akan pernah kesulitan.”

Ketika Rasulullah SAW belum turun dari mimbarnya, Utsman bin Affan segera lari kencang kembali ke rumahnya mengambil harta yang beliau janjikan disertai dengan 1000 dinar emas, langsung diserahkan kepada Rasulullah.

Rasulullah berkata:

“Semoga Allah SWT mengampunimu, wahai Utsman atas sedekah yang engkau berikan secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Semoga Allah juga mengampuni segala sesuatu yang ada pada dirimu, dan apa yang telah Dia ciptakan hingga terjadinya hari Kiamat.”

2. Pembelian Sumur Tua Orang Yahudi

Mengutip buku Dahsyatnya Ibadah Para Sahabat Rasulullah karya Yanuar Arifin, terdapat kedermawanan lainnya yang pernah dilakukan oleh Utsman bin Affan.

Pada zaman Rasulullah masih tinggal di Madinah, ada sebuah sumur bernama Rumata milik orang Yahudi yang dijual tinggi, menyebabkan tidak ada seorang pun yang dapat meminum air dari sumur tersebut.

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa membeli Sumur Rumata untuk kita, lalu menjadikannya sebagai shadaqah bagi kaum muslimin, niscaya Allah Swt. akan memberikan kepadanya minum yang disebabkan kehausan pada Hari Kiamat.”

Mendengar sabda Rasulullah SAW, Utsman bin Affan RA pun lantas membelinya dan kemudian ia menjadikannya shadaqah bagi kaum muslimin.

Sumur itu ia beli dengan harga yang sangat tinggi, yakni sekitar tiga puluh lima dirham. Ada juga yang mengatakan dua puluh lima dirham.

3. Shadaqah Semua Harta Dagangan

Suatu ketika pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, Madinah mengalami kekeringan, dan tumbuh-tumbuhan dan susah untuk didapat, makanya tahun ini dikenal sebagai tahun ramadah (Tahun kelabu).

Utsman bin Affan bersama rombongan dagangnya datang membawa seribu unta, dan setiap untanya telah dibebani berbagai muatan berupa gandum, minyak, anggur, atau tin yang dikeringkan.

Para pedagang di Madinah segera mengerubungi dagang Utsman untuk bernegosiasi persediaan tersebut, Utsman pun menolaknya, bukan karena negosiasi gagal dan harganya tidak cocok, melainkan Utsman berniat sedekah seluruh barang bawaannya untuk penduduk Madinah yang sedang kesulitan.

Utsman bin Affan RA berkata, “Aku bersaksi kepada Allah, aku menjadikan apa yang dibawa oleh unta- unta ini sebagai shadaqah kepada fakir miskin dari kaum muslimin. Aku tidak mengharapkan dari mereka dirham atau dinar. Namun, aku mengharapkan pahala dan ridha dari Allah.”

Belajar dari kedermawanan Utsman bin Affan, detikers tak perlu bersedekah dengan nominal besar. detikers bisa memulainya dengan langkah kecil seperti berdonasi. Sahabat baik bisa berderma melalui berbuatbaik.id yang menjamin donasi 100% tersalurkan tanpa potongan. Yuk mulai tanamkan sikap dermawan dengan berdonasi, sekarang juga!

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Sosok Sahabat Nabi yang Ingin Jadi Miskin agar Masuk Surga Lebih Awal



Jakarta

Abdurrahman bin Auf namanya, ia adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang ingin menjadi miskin. Padahal, Abdurrahman dikaruniai harta yang melimpah oleh Allah SWT.

Mengutip buku Kisah 10 Pahlawan Surga yang disusun oleh Abu Zaein, perawakan Abdurrahman bin Auf dikatakan berpostur tinggi, berkulit putih dan halus. Ia berasal dari Bani Zuhrah, keturunan paman-paman Rasulullah SAW dari pihak ibu.

Dahulu, namanya adalah Abd Amr bin Abd Auf bin Al-Harits. Setelah masuk Islam, Nabi Muhammad SAW mengganti namanya menjadi Abdurrahman bin Auf.


Selain dikenal sebagai sosok pedagang sukses dan kaya raya, Abdurrahman bin Auf memiliki keluasan ilmu. Ia bahkan menghafal Al-Qur’an dan mencatat setiap wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Tidak hanya kaya, Abdurrahman bahkan memberikan 200 uqiyah emas (1 uqiyah setara dengan 31 gram) untuk memenuhi kebutuhan logistik selama perang Tabuk. Ketika ada seruan berinfak dari Rasulullah SAW ia tidak pernah ragu menyumbangkan hartanya.

Meski memiliki harta yang berlimpah, Abdurrahman bin Auf berharap miskin. Dikutip dari buku Di Balik Takdir oleh Afsheena Moon, suatu ketika Nabi Muhammad SAW berkata bahwa Abdurrahman akan masuk surga terakhir karena terlalu kaya dan menyebabkan dirinya dihisab paling lama.

Mendengar hal itu, Abdurrahman bin Auf berpikir keras. Ia mencari cara bagaimana agar dirinya kembali menjadi miskin supaya bisa masuk surga lebih awal. Sebab, kekayaan yang dimilikinya membuat ia khawatir akan masuk surga paling akhir.

Abdurrahman bin Auf bahkan menyedekahkan separuh hartanya pada zaman nabi. Setelah itu, ia bersedekah lagi sampai 40.000 dinar yang mana kebanyakan harta bendanya diperoleh dari hasil perdagangan.

Menyadur dari buku 99+ Moslem Booster tulisan Malik al-Mughis, Abdurrahman bin Auf bertekad menjadi orang miskin. Setelah perang Tabuk, kurma di Madinah menjadi busuk karena ditinggalkan para sahabat untuk berperang. Ia berpikir ini menjadi salah satu cara untuk menjadikannya miskin.

Bahkan, Abdurrahman bin Auf menjual seluruh hartanya. Hasil dari penjualan itu ia gunakan untuk membeli kurma-kurma busuk di Madinah dengan harga yang tinggi.

Para sahabat merasa senang karena kurma-kurma busuk mereka laku dibeli. Sementara itu, Abdurrahman bin Auf merasa gembira karena mengira kali ini tujuannya untuk menjadi miskin pasti berhasil.

Tanpa disangka, datang kabar dari Negeri Yaman bahwa di sana penyakit menular yang berbahaya telah menyebar. Para tabib menganjurkan Raja Yaman mencari kurma-kurma busuk. Mereka meyakini kurma busuk itu sebagai penawar dari penyakit tersebut.

Lalu, datanglah seorang utusan Raja Yaman menghadap Abdurrahman bin Auf. Ia lalu membeli kurma-kurma busuk dari Abdurrahman. Utusan tersebut bahkan membayar Abdurrahman bin Auf 10 kali lipat dari harga kurma biasa.

Hal itu menggagalkan usaha Abdurrahman bin Auf untuk menjadi miskin. Alih-alih miskin, ia justru jadi lebih kaya 10 kali lipat dari sebelumnya.

Wallahu’alam bishawab.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Keajaiban Bismillah yang Dibacakan Istri Membuat Suami Munafik Bertobat



Jakarta

Ada kisah keajaiban basmallah yang dibacakan oleh istri hingga membuat suami munafiknya bertobat kepada Allah SWT. Kisah tersebut mengajarkan kepada kita mengenai perilaku orang-orang beriman ketika ditimpa suatu ujian.

Islam senantiasa mengajarkan kepada muslim dan mukmin untuk mencari pasangan hidup yang baik agamanya. Seperti dalil berikut ini.

Dilansir buku Nabila, Mutiara Halalku yang ditulis Taufik Shopi menuliskan cerita mengenai seorang istri shalehah yang menikah dengan wanita munafik.


Istri shalehah tidak merasa hidup dalam tahanan, tapi merasa hidup dalam perlindungan. Ada kisah wanita shalehah yang bersuami jelek akhlaknya (munafik). Suatu hari, suaminya bermaksud jahil terhadap istrinya.

Katanya, “Saya akan berbuat sesuatu yang membuatmu malu”. Setelah itu, sang suami menyerahkan sebuah kendi dan berpesan untuk disimpan dengan baik.

Waktu berlalu, ternyata sang suami tidak pernah menanyakan kendi itu. Dia memang sengaja agar sang istri lupa akan pesan suaminya. Bahkan kendi itu diambil suaminya, lalu dibuang ke dalam sumur.

Setelah itu ia pura-pura bertanya, “Mana kendi yang kamu simpan?”. Sang istri segera beranjak ke tempat dimana kendi itu disimpan.

Pertolongan Allah SWT segera datang. Malaikat Jibril datang untuk mengembalikan kendi itu ke tempat semula. Sehingga, tepat pada saat istrinya sampai ke tempat penyimpanan, kendi itu sudah ada lagi seperti semula, posisinya tidak berubah sama sekali.

Diambilnya kendi tersebut dengan membaca bismillah, lalu dibawanya ke hadapan sang suami. Sang suami geleng-geleng kepala; ia takjub atas keajaiban tersebut. Maka, setelah kejadian itu, sang suami bertobat.

Begitulah kehidupan wanita shalehah, selalu dalam lindungan Allah SWT. Jika Allah SWT meridhoi makhlukNya, maka la akan menjaganya dari kejahatan yang mengancam.

Mengutip buku Beli Surga dengan Al-Qur’an karya R. Wahidi dkk. Ketika menceritakan ulang kisah seorang istri selalu membaca Bismillah dari kitab Tuhfah Al-Ikhwan.

Kitab tersebut menceritakan seorang istri yang selalu mengucapkan bismillahir rahmanir rahim setiap akan melakukan sesuatu menikah dengan suami munafik.

Suami munafik itu tidak suka dengan keimanan istrinya, hingga dia selalu membenci setiap istrinya bertawasul kepada kalimat bismillah.

Suatu hari suaminya menguji sang istri dengan memberikannya sekantong emas kecil, “Simpanlah barang ini.” kata suami.

Istrinya pun menerimanya sambil mengucapkan bismillah, kemudian menyimpannya dalam kain sembari mengucapkan bismillah. Lalu dengan membaca bismillah, ia kembali menyimpan barang itu di tempat rahasia.

Suami munafik mengetahui tempat rahasia dan mengambil kantong emas kecil itu tanpa sepengetahuan istrinya, lalu melemparnya ke lautan.

Tujuan dari tindakannya ini supaya sang istri merasa malu, dan meragukan keyakinannya terhadap kalimat bismillah.

Sesudah membuang barangnya ke laut, suami kembali ke toko. Siangnya sebelum pulang ke rumah, ia menyempatkan diri untuk membeli ikan untuk dimasak sang istri.

Kemudian, sesampainnya di rumah ia berikan ikan itu, ketika istrinya akan membelah ikan tadi, ia melihat kantong emas di dalamnya, sambil mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim. Ia mengambilnya dan menyimpannya di tempat semula.

Malam harinya, suami munafik meminta istrinya untuk mengambil kantong emas yang ia titipkan, “Ambilkan kantong emas yang aku amanahkan kepadamu.” pintanya.

Istri lantas bergegas mengambil kantong emas sembari mengucapkan bismillah ia berikan kepada suaminya.

Sang suami pun terkejut ternyata kantong emas yang ia buang di laut ada kembali, lalu ia bersujud dalam hatinya ia bertobat kepada Allah SWT dan menjadi muslim.

Demikianlah dua kisah yang serupa mengenai seorang istri shalehah dengan keyakinan dan kesabarannya mampu membuat suami yang tadinya munafik menjadi tobat dan kembali ke jalan Allah SWT.

Tag:

kisah islami

istri shalehah

hikmah

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ishaq AS, Sosok Mulia dan Lemah Lembut dalam Berdakwah



Jakarta

Nabi Ishaq AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang kisahnya tercantum dalam Al-Qur’an. Ia merupakan anak dari Nabi Ibrahim AS dan saudara dari Nabi Ismail AS.

Menukil dari Qashashul Anbiya karya Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid dkk, Ishaq AS lahir ketika Nabi Ibrahim AS berusia 100 tahun. Usianya terpaut 14 tahun dengan saudaranya, Ismail AS.

Ibu dari Nabi Ishaq AS adalah Siti Sarah yang kala itu berusia 90 tahun. Ia sangat gembira diberi kabar kelahiran Ishaq AS pada usianya yang telah senja.


Allah SWT berfirman dalam surah Ash-Shaffat ayat 112-113,

وَبَشَّرْنَٰهُ بِإِسْحَٰقَ نَبِيًّا مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ وَبَٰرَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَىٰٓ إِسْحَٰقَ ۚ وَمِن ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَظَالِمٌ لِّنَفْسِهِۦ مُبِينٌ

Artinya: “Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang Zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.”

Dikisahkan dalam Al-Aabaa wal Abnaa fil Qur’anil Karim karya Adil Musthafa Abdul Halim yang diterjemahkan Abdul Hayyie al-Kattani dan Fithriah Wardie, kelahiran Nabi Ishaq AS sudah disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Siti Sarah dari jauh-jauh hari. Meski sebelumnya Siti Sarah sebelumnya dinyatakan mandul dan tidak dapat melahirkan seorang anak, atas kuasa Allah SWT ia dan Nabi Ibrahim AS dianugerahi Ishaq AS pada usianya yang sudah renta.

Sewaktu kecil, Nabi Ishaq AS sudah menunjukkan ciri kenabian. Akhlaknya sangat mulia dan gemar membantu orang-orang yang tidak mampu di sekitarnya.

Ishaq AS tumbuh menjadi lelaki jujur dan bertanggung jawab. Beliau juga membantu Ibrahim AS berdagang serta berdakwah ke negeri Syam.

Ketika berdakwah, Nabi Ishaq AS menyampaikannya dengan lemah lembut. Ia juga dikenal pandai memikat hati orang, bersikap ramah dan ajaran yang disampaikan terasa manfaatnya.

Menginjak usia dewasa, Nabi Ishaq AS menikah dengan wanita bernama Rifqah. 10 tahun usia pernikahan, mereka dianugerahi dua orang anak yaitu Aishu dan Ya’qub.

Sebagaimana diketahui, Ya’qub AS merupakan seorang nabi yang kelak berdakwah menyebarkan ajaran tauhid.

Nabi Ishaq AS wafat pada usia 180 tahun di Hebron, Palestina. Jenazah Ishaq AS dimakamkan bersama Nabi Ibrahim AS. Ya’qub AS dan Aishu-lah yang memakamkan jenazah Nabi Ishaq AS.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah 7 Pemuda yang Tidur Selama Ratusan Tahun di Gua



Jakarta

Kisah pemuda yang tidur selama ratusan tahun di dalam gua atau yang dikenal dengan sebutan Ashabul Kahfi dalam Al-Qur’an adalah salah satu cerita penuh hikmah. Kisah ini diabadikan dalam surah Al-Kahfi ayat 9-26.

Ashabul Kahfi yang berarti “Para Penghuni Gua” adalah sekelompok pemuda beriman yang memilih bersembunyi di dalam gua untuk menghindari penguasa zalim pada masa itu. Allah SWT menidurkan mereka selama ratusan tahun sebagai bentuk perlindungan.

Dalam surah Al-Kahfi, Allah SWT menjelaskan bahwa pemuda-pemuda ini tidak hanya diselamatkan dari ancaman penguasa, tetapi juga dijadikan tanda kebesaran-Nya bagi umat manusia. Kisah ini mengajarkan tentang iman, keteguhan hati, dan kebesaran Allah SWT yang mampu menjaga hamba-hamba-Nya dalam kondisi apa pun.


Awal Mula Kisah Ashabul Kahfi

Mengutip dari buku Inspirasi Kisah Ashabul Kahfi yang ditulis oleh Muhammad Atim, kisah Ashabul Kahfi dimulai dari sekelompok pemuda yang hidup di bawah tekanan kemungkaran yang meluas di tengah kaumnya. Pada masa itu, seorang raja yang zalim bernama Dekianus menguasai salah satu negeri Romawi yang disebut Thorthus.

Dekianus memerintah dengan kekerasan, memaksa rakyatnya untuk menyembah berhala dan mengingkari Tuhan yang sebenarnya. Masyarakat yang takut akan ancaman sang raja pun mengikuti ajarannya, hingga perbuatan menyembah berhala dan meninggalkan iman menjadi hal yang lumrah.

Namun, para pemuda ini, yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai Ashabul Kahfi, bertekad untuk mempertahankan keimanan mereka dan menolak segala bentuk penyembahan berhala. Mereka merasakan kesedihan yang mendalam melihat kerusakan moral dan spiritual yang terjadi di sekitar mereka.

Pada suatu hari, saat kaumnya mengadakan sebuah perayaan besar untuk menyembah berhala, para pemuda ini tidak hanya menolak untuk bergabung, tetapi juga menyampaikan teguran kepada kaumnya. Mereka menegaskan bahwa penyembahan tersebut adalah bentuk kemungkaran yang nyata.

Menyadari mereka berada dalam bahaya karena perlawanan mereka terhadap ajaran raja, para pemuda Ashabul Kahfi akhirnya memutuskan untuk melarikan diri demi menjaga keimanan mereka. Allah SWT mengabadikan bagian kisah ini dalam Al-Qur’an, tepatnya dalam surah Al-Kahfi ayat 9-13.

Dakwah kepada Raja yang Zalim

Selanjutnya dalam surah Al-Kahfi ayat 14-15 diceritakan para pemuda yang beriman ini berkumpul secara tak terduga di bawah sebuah pohon. Mereka datang satu per satu tanpa saling mengenal, namun hati mereka terpaut dalam keimanan yang sama.

Awalnya, mereka diam karena takut dan khawatir akan adanya perbedaan pandangan. Namun, seorang dari mereka memberanikan diri untuk berbicara tentang akidah dan keimanan dan dilanjut dengan jawaban oleh pemuda lain yang satu keimanan juga.

Hingga, kabar keberadaan mereka yang beriman kepada Allah SWT ini akhirnya terdengar oleh sang raja yang zalim. Raja yang penasaran akan keyakinan para pemuda ini lantas memerintahkan mereka untuk datang ke istananya.

Saat dihadapkan dengan sang raja, mereka dengan penuh keberanian dan tanpa keraguan mengumumkan keimanan mereka di depan penguasa yang kejam itu. Bahkan mereka menyampaikan kalimat dakwah kebenaran.

Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda tentang pentingnya menyampaikan kalimat kebenaran di hadapan penguasa yang zalim. Dalam sebuah riwayat, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW tentang jihad yang paling utama, lalu Rasulullah SAW menjawab, “Kalimat kebenaran di hadapan raja yang zalim” (HR An-Nasa’i)

Mencari Tempat Aman Lalu Tertidur Selama Ratusan Tahun

Setelah para pemuda Ashabul Kahfi berani berdakwah di hadapan raja zalim dan tetap menolak beribadah kepada selain Allah SWT, sang raja menanggapi dengan ancaman. Dia mengultimatum mereka untuk meninggalkan keyakinan atau menghadapi hukuman. Meski dihadapkan pada intimidasi untuk kembali pada ajaran kaumnya, para pemuda itu tidak gentar.

Malam itu, Allah SWT memberi kesempatan bagi mereka untuk melarikan diri, dan mereka pun memutuskan mencari tempat aman. Mereka bergerak menuju sebuah gua yang letaknya sekitar dua farsakh (sekitar 6 kilometer) dari istana, sebagai tempat perlindungan dari kejaran sang raja.

Keesokan paginya, raja mengirim pasukannya untuk mengejar mereka hingga ke pintu gua. Namun, dengan pertolongan Allah SWT, para pemuda ini terselamatkan. Allah SWT meneguhkan hati mereka dalam persembunyian tersebut, mirip dengan kisah Rasulullah SAW dan Abu Bakar saat bersembunyi di Gua Tsur dalam perjalanan hijrah ke Madinah.

Di dalam gua, Allah SWT menunjukkan kuasa-Nya dengan menidurkan para pemuda ini selama 309 tahun. Hal ini sesuai dengan penggalan dari surah Al-Kahfi ayat 16-18, yang mengisahkan bagaimana Allah SWT menjaga mereka sepanjang waktu.

Cahaya matahari yang masuk ke gua pun diatur sedemikian rupa agar tidak langsung mengenai tubuh mereka. Ketika matahari terbit, sinarnya condong ke kanan, dan ketika terbenam, condong ke kiri, menunjukkan bahwa pintu gua tersebut menghadap ke utara. Dengan demikian, tubuh mereka tetap aman dari paparan cahaya langsung yang bisa membahayakan.

Allah SWT juga menjaga tubuh mereka agar tidak kaku atau rusak. Di dalam gua yang luas, tubuh mereka dibiarkan berbalik-balik dari kanan ke kiri, menjaga mereka dari kemungkinan digerogoti tanah.

Bangun dari Tidur hingga Wafatnya

Setelah tertidur selama ratusan tahun, para pemuda Ashabul Kahfi akhirnya terbangun dalam keadaan yang tidak berubah sedikit pun pada diri mereka. Mereka tidak menyadari bahwa mereka telah tertidur selama 309 tahun. Pemuda-pemuda ini mengira mereka hanya tidur sebentar, mungkin sehari atau setengah hari saja sesuai penggalan surah Al-Kahfi ayat 19-20.

Setelah terbangun, fokus utama mereka adalah mencari makanan. Dengan rasa lapar yang mulai terasa, mereka menyuruh salah seorang di antara mereka untuk pergi ke kota terdekat, kota yang dulunya bernama Deqsus.

Mereka berpesan agar pemuda ini berhati-hati dalam melangkah. Mereka juga mengingatkan agar ia tidak mengungkapkan keberadaan mereka kepada siapa pun, sebab khawatir akan ancaman penguasa yang mungkin masih berkuasa.

Dalam kehati-hatiannya, pemuda tersebut memasuki kota dengan penuh waspada. Namun, yang ia temui justru adalah perubahan besar. Kota yang dulunya penuh dengan ketidakadilan kini berbeda. Ketika ia memberikan uang perak kuno untuk membeli makanan, penjual yang menerimanya langsung menolak dan tampak terkejut melihat bentuk uang tersebut. Pemuda ini pun mulai heran dengan reaksi orang-orang sekitar yang tampak kebingungan.

Ketika ditanya tentang asal uang tersebut, pemuda tersebut menjelaskan bahwa ia adalah penduduk kota itu dan baru saja pergi semalam dari kota di bawah kekuasaan Raja Dekianus. Namun, mendengar nama Raja Dekianus membuat orang-orang semakin heran, sebab raja tiran tersebut sudah lama tiada. Beberapa orang yang ada di sekitar bahkan berpikir bahwa pemuda itu gila. Setelah mendengar penjelasan, akhirnya mereka membawa pemuda tersebut menghadap penguasa baru yang saleh dan beriman, Raja Tedosis.

Raja Tedosis bersama rombongan pasukannya pun mendatangi gua tempat para pemuda lainnya menunggu. Saat sampai di gua, mereka menyaksikan para pemuda Ashabul Kahfi sedang melaksanakan salat, sebagai bentuk ketakwaan mereka kepada Allah SWT yang telah menjaga mereka. Setelah mereka menyelesaikan salat, Raja Tedosis pun mengajak mereka untuk berbincang hingga akhirnya Allah SWT mewafatkan mereka.

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com