Tag Archives: hikmah

Cerita Qabil dan Habil, Anak Nabi Adam AS yang Membunuh Saudara Kembarnya



Jakarta

Qabil dan Habil merupakan anak kembar laki-laki dari Nabi Adam AS. Siti Hawa melahirkan dua pasang anak kembar laki-laki dan perempuan, yaitu Qabil, Habil, Iqlima dan Labuda.

Menukil dari Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid dkk, Qabil adalah saudara kembar dari Iqlima. Sementara itu, Habil merupakan saudara kembar dari Labuda.

Ketika mereka sudah baligh, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Adam AS agar menikahkan anak-anaknya yang tidak sekandung. Jadi, Habil dinikahkan dengan Iqlima sementara Qabil dengan Labuda.


Namun, Qabil merasa dengki terhadap Habil. Sebab, paras Labuda tidak secantik Iqlima yang mana merupakan saudara kembar Qabil.

Setan dengan segala tipu daya dan bisikannya menghasut Qabil untuk membunuh Habil. Karena tidak mau mengalah dan hatinya dipenuhi rasa iri, akhirnya Adam AS meminta kedua putranya untuk berkurban agar mendapat pilihan terbaik. Langkah ini dilakukan Nabi Adam AS agar tidak melanggar anjuran dari Allah SWT.

Qabil mempersembahkan kurban berupa hasil pertanian yang buruk, sementara Habil memberikan kurban berupa seekor kambing gemuk dengan kualitas baik. Atas kuasa Allah SWT, muncul api menyambar kurban Habil yang menandakan kurbannya diterima sang Khalik. Sebaliknya, kurban Qabil ditolak karena api membiarkan miliknya begitu saja.

Melihat hal itu, Qabil menjadi marah dan berkata ingin membunuh Habil jika benar-benar menikahi Iqlima. Jawaban Habil atas gertakan Habil diceritakan dalam surah Al Maidah ayat 28,

لَئِنۢ بَسَطتَ إِلَىَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِى مَآ أَنَا۠ بِبَاسِطٍ يَدِىَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ ۖ إِنِّىٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلْعَٰلَمِينَ

Artinya: “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.”

Qabil yang gelap mata akhirnya memutuskan untuk membunuh Habil. Ulama berpendapat bahwa Qabil memanggul jenazah Habil selama satu tahun setelah membunuh saudaranya.

Ulama lain ada yang mengatakan selama 100 tahun sampai akhirnya Allah SWT mengutus dua ekor burung gagak yang bertarung hingga salah satunya mati. Burung gagak yang masih hidup menggali tanah dan memasukkan bangkai burung gagak yang telah mati ke dalamnya, ketika itu Qabil menyaksikan pergulatan kedua burung gagak tersebut dan meniru apa yang dilakukan mereka.

Ada lagi yang berpendapat bahwa Qabil membunuh Habil dengan batu yang dilempar hingga mengenai kepalanya ketika ia terlelap. Pendapat lain menyebutkan Qabil mencekek leher Habil sekuat-kuatnya dan menggigitnya seperti layaknya binatang buas hingga Habil meninggal dunia.

Sewaktu Qabil menyaksikan Habil yang terkapar tidak berdaya, ia bingung dan menyesali perbuatannya. Qabil teringat bahwa Habil merupakan saudara yang baik.

Allah SWT tidak langsung mengazab Qabil di dunia, namun ia menanggung dosa besar. Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya,

“Tidaklah seorang jiwa dibunuh secara zalim, kecuali anak Adam yang pertama (Qabil) ikut menanggung darahnya, karena ia adalah orang yang pertama mencontohkan pembunuhan.” (HR Bukhari)

Wallahu a’lam

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Cerita Uzair Hidup Lagi setelah Mati 100 Tahun



Jakarta

Ada satu kisah dalam Al-Qur’an yang menceritakan sosok Uzair hidup lagi usai 100 tahun mati. Kisah ini menjadi bukti tanda-tanda kebesaran Allah SWT.

Kisah mengenai Uzair diceritakan dalam Al-Qur’an surah Al Baqarah ayat 259. Allah SWT berfirman:

أَوْ كَٱلَّذِى مَرَّ عَلَىٰ قَرْيَةٍ وَهِىَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىٰ يُحْىِۦ هَٰذِهِ ٱللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۖ فَأَمَاتَهُ ٱللَّهُ مِا۟ئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُۥ ۖ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۖ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۖ قَالَ بَل لَّبِثْتَ مِا۟ئَةَ عَامٍ فَٱنظُرْ إِلَىٰ طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۖ وَٱنظُرْ إِلَىٰ حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ ءَايَةً لِّلنَّاسِ ۖ وَٱنظُرْ إِلَى ٱلْعِظَامِ كَيْفَ نُنشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا ۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُۥ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ


Artinya: “Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?” Ia menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari”. Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Menukil buku Ia Hidup Kembali Setelah Mati 100 Tahun yang ditulis Ustaz Ahmad Zacky El-Syafa, Uzair adalah seorang pemuda saleh dan bijak. Suatu hari ia pulang ke kampung halamannya setelah mengembara.

Saat Uzair melewati sebuah bangunan yang sudah rusak, ia memutuskan masuk ke dalam bangunan itu untuk beristirahat. Setelah itu, Uzair memeras anggur dan meletakkannya dalam bejana, ia juga mengeluarkan roti dan memasukkannya dalam bejana yang isinya perasan anggur lalu memakannya.

Kemudian, Uzair merebahkan punggungnya dan meletakkan kedua kakinya pada dinding bangunan. Seraya memandangi atap rumah dan sekitarnya, Uzair menyaksikan bahwa penghuni rumah itu sudah hancur dan binasa, karena di sana terdapat tulang belulang manusia yang berserakan.

Uzair berpikir, bagaimana cara Allah SWT menghidupkan kembali negeri yang sudah hancur? Pikiran tersebut bukan keraguan, melainkan wujud kontemplasi atas kekuasaan Sang Khalik. Sebab, Allah SWT adalah Tuhan yang Maha Kuasa.

Mendengar pikiran Uzair, maka Allah SWT memerintahkan malaikat maut untuk mencabut nyawa Uzair. Pemuda itu lalu tertidur selama seratus tahun lamanya.

Setelah bangun, Allah SWT kembali menghidupkan Uzair. Malaikat lalu bertanya kepadanya, “Berapa lamakah engkau tinggal di sini?”

Uzair menjawab, “Aku tinggal di sini sehari atau setengah hari,”

Malaikat berkata, “Sesungguhnya engkau telah tinggal di sini selama seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu,”

Makanan yang berupa roti dan minuman itu masih berupa seperti semula, tidak mengalami perubahan meski seratus tahun telah berlalu. Ini sesuai dengan firman Allah SWT pada surah Al Baqarah ayat 259.

Selanjutnya, malaikat meminta Uzair melihat ke arah keledainya atau hewan yang ia tunggangi. Hewan tersebut telah berubah menjadi tulang belulang.

Kemudian, malaikat menyeru kepada tulang belulang keledai itu sampai akhirnya kembali hidup atas kuasa Allah SWT. Uzair yang menyaksikan hal itu sangat terkejut.

Setelah itu, Uzair bersama keledainya berjalan menuju rumahnya yang lama. Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, Uzair melihat banyak orang asing yang tidak mengenalnya.

Sesampainya di rumah, Uzair menemui seorang wanita tua yang usianya sekitar 120 tahun. Berbeda dengan Uzair yang usianya 140 tahun tapi wujud tubuhnya masih seperti pemuda berusia 40 tahun.

Uzair bertanya kepada wanita tua itu apakah benar ia berada di rumahnya. Wanita itu menjawab, “Benar, ini memang rumah Uzair,”

Ia lalu menangis dan berkata, “Aku tidak pernah menemukan seorang pun yang masih mengingat Uzair.”

“Akulah Uzair. Allah SWT mematikan aku selama seratus tahun, kemudian Dia membangkitkan aku kembali,” ujar Uzair.

Wanita itu berkata, “Maha Suci Allah. Sesungguhnya kami telah kehilangan Uzair sejak seratus tahun lalu dan kami tidak pernah mendengar namanya.”

“Aku ini adalah Uzair,” kata Uzair menegaskan.

Wanita itu mengatakan, “Sesungguhnya Uzair adalah orang yang doanya dikabulkan oleh Allah. Ia senantiasa mendoakan untuk kesembuhan bagi orang yang tengah sakit. Maka doakan aku agar Allah menyembuhkan dan mengembalikan pandangan mataku sehingga aku dapat melihatmu. Jika engkau benar-benar Uzair, tentu aku akan mengenalmu.”

Uzair pun lantas berdoa kepada Allah dan mengusapkan tangannya pada kedua kelopak mata wanita itu. Dengan kuasa Allah SWT, mata wanita tersebut yang sebelumnya tidak bisa melihat tiba-tiba sembuh dan melihat kembali. Uzair berkata, “Bangunlah dengan izin Allah.”

Wanita itu bangkit dan berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau benar-benar Uzair.”

Dikisahkan dalam buku Agar Doa Dikabulkan Allah karya Manshur Abdul Hakim, wanita tua itu pergi ke tempat bani Israil berkumpul dan bermain. Anak Uzair sudah berusia 118 tahun dan cucu-cucunya sudah tua.

“Ini Uzair telah datang kepada kalian,” kata wanita tersebut.

Mulanya, mereka tidak percaya. Wanita tua itu kembali berkata, “Aku budak perempuan kalian. Ia telah berdoa untukku kepada Tuhan sehingga penglihatanku kembali seperti sedia kala dan kakiku dapat berjalan kembali. Ia mengaku bahwa Allah telah mematikannya selama 100 tahun dan menghidupkannya kembali.”

Mendengar itu, orang-orang melihat Uzair dengan takjub. Sebab, wujud Uzair kembali muda padahal usianya sudah seratus lebih.

Lalu, salah satu anak Uzair berkata, “Bapakku memiliki tanda hitam di antara dua bahunya.”

Uzair kemudian menyingkap bahunya dan tanda itu ada. Akhirnya, Uzair hidup dalam keadaan muda bersama anak-anak dan cucu-cucunya yang sudah tua.

Sebagian mengatakan Uzair seorang nabi. Namun disebutkan dalam Ensiklopedia Al-Qur’an & Hadis Per Tema susunan Yusni Amru Ghazali dkk, terdapat hadits yang menyebut bahwa Nabi Muhammad SAW tidak tahu menahu mengenai apakah Uzair seorang nabi atau bukan.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Aku tidak tahu apakah Tubba’ adalah orang yang terlaknat atau tidak, dan aku tidak tahu apakah Uzair adalah seorang nabi atau bukan.” (HR Abu Daud)

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ya’qub AS Kehilangan Penglihatan setelah Menangisi Yusuf AS



Jakarta

Nabi Ya’qub AS merupakan ayah dari Nabi Yusuf AS. Ia sangat menyayanginya hingga menimbulkan kecemburuan di antara saudara-saudara Yusuf AS.

Menukil dari buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya Ridwan Abdullah Sani, saudara-saudara Yusuf AS lantas memiliki rencana buruk. Mereka menjebloskan Yusuf AS kecil ke dalam sebuah sumur.

Allah SWT berfirman dalam surah Yusuf ayat 15,


فَلَمَّا ذَهَبُوْا بِهٖ وَاَجْمَعُوْٓا اَنْ يَّجْعَلُوْهُ فِيْ غَيٰبَتِ الْجُبِّۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِاَمْرِهِمْ هٰذَا وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ١٥

Artinya: “Maka, ketika mereka membawanya serta sepakat memasukkannya ke dasar sumur, (mereka pun melaksanakan kesepakatan itu). Kami wahyukan kepadanya, ‘Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan mereka ini kepada mereka, sedangkan mereka tidak menyadari.'”

Setelah itu, para saudara Yusuf AS berbohong dan mengatakan bahwa Nabi Yusuf AS telah tewas akibat diterkam binatang buas. Mendengar cerita itu, Nabi Ya’qub AS sedih bukan main hingga terus menerus menangis sampai-sampai kedua matanya buta.

Meski demikian, Allah SWT memberi kekuatan kepada Ya’qub AS untuk tetap tegar melewati ujian. Padahal, putra-putranya berbohong karena sebetulnya Nabi Yusuf AS masih hidup.

Dikisahkan dalam Qashash Al Anbiya oleh Ibnu Katsir terjemahan Umar Mujtahid dkk, setelah sekian lama waktu berlalu, ia dapat mencium aroma baju Yusuf AS. Seperti diketahui, Ya’qub AS dikaruniai mukjizat indra penciuman yang tajam.

Setelah mencium aroma baju Nabi Yusuf AS, tiba-tiba Nabi Ya’qub AS dapat melihat kembali. Ini terjadi ketika baju tersebut diusapkan ke wajah sang nabi.

Mengetahui hal itu, Nabi Ya’qub AS memohon ampunan atas perbuatan anak-anaknya seperti tertuang dalam surah Yusuf ayat 98,

قَالَ سَوْفَ اَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّيْ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ٩٨

Artinya: “Dia (Ya’qub) berkata, “Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Saudara-saudara Yusuf AS juge memohon ampun kepada Allah SWT atas kejahatan yang pernah mereka perbuat. Sang Khalik yang Maha Pemaaf, memberi mereka ampun dan mengabulkan permohonan mereka.

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Sejarah Perang Uhud dan Tewasnya Pasukan Muslim



Jakarta

Perang Uhud adalah salah satu peristiwa bersejarah dalam Islam. Pertempuran ini juga menjadi pembelajaran bagi kaum muslimin karena lalai.

Perang ini berlangsung pada 15 Syawal 3 Hijriah atau 625 Masehi. Peristiwa tersebut berlangsung satu tahun setelah Perang Badar.

Menukil dari buku Biografi Rasulullah: Sebuah Studi Analitis Berdasarkan Sumber-sumber yang Otentik oleh Mahdi Rizqullah Ahmad dkk, kala itu pihak Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan membawa 3.000 tentara serta beberapa wanita pelayan.


Sementara itu, pasukan muslim terdiri dari 1.000 gabungan penduduk Makkah dan Madinah. Namun, dalam perjalanan menuju Gunung Uhud salah seorang pemimpin bani terbesar Quraisy yang bernama Abdullah bin Ubay membelot hingga membawa 300 pasukan muslim. Artinya, sisa prajurit Islam hanya 700 orang.

Dikisahkan dalam buku Sang Panglima Tak Terkalahkan Khalid bin Walid susunan Hanatul Ula Maulidya, pasukan muslim harus terus maju dan mengalahkan kafir Quraisy. Perang Uhud sendiri dijadikan senjata balas dendam besar-besaran akibat kekalahan kafir Quraisy pada Perang Badar.

Akhirnya, Rasulullah SAW menempatkan sebanyak 50 pasukan pemanah di atas Gunung Uhud untuk melakukan serangan apabila pasukan berkuda kafir Quraisy menyerbu. Ia berpesan agar prajurit yang berada di atas gunung tidak meninggalkan tempat apa pun yang terjadi.

Pasukan kafir Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan bin Harb mulanya terkalahkan. Pasukan muslim mengungguli awal pertempuran.

Namun, ketika pasukan pemanah di atas bukit melihat harta rampasan perang maka kondisi langsung berbalik. Kala itu, beberapa prajurit berkata sambil teriak,

“Harta rampasan. Kita sudah menang! Apalagi yang kita tunggu?”

Hal tersebut menyebabkan pasukan pemanah lainnya ikut turun mengambil harta rampasan perang. Akhirnya, komandan pasukan pemanah Abdullah bin Jubair mengingatkan prajuritnya akan pesan Nabi SAW kepada mereka.

Alih-alih mendengarkan sang komandan, prajurit pemanah itu justru tetap mengambil harta rampasan. Akhirnya, kesempatan tersebut dijadikan senjata bagi pasukan kafir Quraisy untuk menyerang pasukan muslim.

Pada Perang Uhud, Hamzah yang merupakan paman Rasulullah SAW terbunuh. Ini disebabkan salah seorang budak bernama Wahsyi yang mengintainya dan menombak beliau hingga mengenai perutnya.

Mengutip dari Sirah Nabawiyah oleh Ibnu Hisyam yang diterjemahkan Fadhli Bahri, Ibnu Ishaq mengatakan bahwa para sahabat Nabi SAW yang terbunuh di Perang Uhud sekitar 60 orang.

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Burung Elang, Nabi Sulaiman AS dan Pemilik Pohon



Jakarta

Para nabi diberikan mukjizat oleh Allah SWT, termasuk Nabi Sulaiman AS yang dapat mengerti bahasa hewan. Ia pernah mendengar keluhan dari seekor burung elang.

Kisah ini diceritakan dalam buku Dahsyatnya Taubat: 42 Kisah orang yang Bertobat karya Isnaini Fuad.

Diceritakan, seekor burung elang mengadu kepada Nabi Sulaiman AS. Ia berkata, “Seorang pemilik pohon bernama Fulan telah merampas anak-anakku di tempat aku bersarang di pohon miliknya itu.”


Pengaduan burung elang ini diterima oleh Nabi Sulaiman AS. Selanjutnya, pemilik pohon tersebut dipanggil serta diberi peringatan untuk tidak lagi mengganggu anak-anak burung elang yang bersarang di pohonnya.

Nabi Sulaiman AS juga memerintahkan dua setan untuk menjaga anak-anak burung elang itu dari gangguan pemilik pohon. Jika pemilik pohon mengulangi perbuatannya dengan mengambil anak-anak burung elang tadi, kedua setan ini hendaknya tidak segan-segan untuk membantingnya ke tanah dan membelah tubuhnya menjadi dua. Satu bagian dibuang ke arah timur sedangkan bagian tubuh yang lain dibuang ke arah barat.

Untuk sementara waktu, peringatan Nabi Sulaiman ini dipatuhi si pemilik pohon. Namun, pada tahun berikutnya pria tersebut melanggar peringatan Nabi Sulaiman. Ia kembali mengambil anak-anak burung elang yang bersarang di pohonnya. Tiap kali sebelum ia melaksanakan niatnya, tiba-tiba datang seorang fakir miskin yang meminta sedekah darinya.

Si pemilik pohon ini merasa kasihan kepada fakir miskin itu. Akhirnya, ia memberikan sepotong roti kepada fakir miskin tadi. Setelah memberikan sedekah, si pemilik pohon kembali melaksanakan niatnya untuk mengambil anak-anak burung elang itu hingga selesai.

Akibat perbuatannya ini, untuk kedua kalinya burung elang mengadu kepada Nabi Sulaiman tentang perampasan anak-anaknya oleh si pemilik pohon.

Berdasarkan laporan burung elang itu, Nabi Sulaiman memanggil dua setan yang disuruhnya menjaga anak-anak burung elang yang bersarang dipohon tersebut. Ia heran mengapa mereka sampai teledor berjaga, sehingga si pemilik pohon dapat mengambil anak-anak burung elang.

Dengan teguran keras Nabi Sulaiman berkata kepada kedua setan itu,”Kenapa kalian mengabaikan tugas dariku?”

Kedua setan menjawab, “Wahai Khalifah Allah, maafkanlah kami. Kami telah melihat perbuatan si pemilik pohon itu dan hendak melaksanakan tugas untuk membunuh orang itu. Namun, sebelum melaksanakannya, kami keburu ditangkap oleh dua malaikat yang disuruh Allah SWT.

Kedua malaikat ini melemparkan kami secara terpisah, satu dilemparkan ke timur dan yang lain dilempar ke barat. Rencana kami untuk membelah tubuh si pemilik pohon pun jadi gagal.

Ini semua akibat sepotong roti yang disedekahkan si pemilik pohon kepada seorang fakir miskin sebelum ia memanjat pohon yang ada sarang burungnya.”

Nabi Sulaiman lalu memanggil si pemilik pohon itu dan menceritakan kejadian yang diceritakan dua setan tadi. Setelah mendengar keterangan dari Nabi Sulaiman, dengan penuh penyesalan si pemilik pohon menyatakan tidak akan mengulangi perbuatannya mengambil anak burung dari sarangnya.

Ia baru menyadari tentang hikmah yang terkandung dalam sedekah yang begitu agung. Dengan kejadian tersebut ia semakin dermawan dan banyak bersedekah untuk jalan yang makruf, juga semakin menyayangi binatang.

Wallahu a’lam.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Syuaib AS dan Dahsyatnya Azab bagi Penduduk Madyan yang Ingkar



Jakarta

Nabi Syuaib AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui oleh muslim. Dia diutus untuk membawa penduduk Madyan ke jalan yang benar.

Menukil dari Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid, Madyan merupakan penduduk bangsa Arab yang tinggal di perbatasan Syam dan Hijaz yaitu wilayah Mu’an. Kaum Madyan biasa disebut bani Madyan bin Ibrahim Al-Khalil.

Allah SWT menganugerahi penduduk Madyan dengan tanah yang subur. Pekerjaan penduduk Madyan sehari-harinya adalah berdagang di pasar.


Sayangnya, mereka berbuat curang dalam berbisnis. Mulai dari mengurangi timbangan, meminta lebih tetapi mengurangi ketika memberi dan sebagainya.

Selain itu, penduduk Madyan enggan menyembah Allah SWT. Penduduk Madyan tunduk kepada berhala dan menganggap benda-benda itu sebagai pemberi kehidupan sekaligus berkah bagi masyarakat Madyan.

Oleh karenanya, Nabi Syuaib AS diutus untuk memperbaiki akhlak dan membawa penduduk Madyan untuk patuh kepada Sang Khalik. Allah SWT berfirman dalam surah Al A’raf ayat 85,

وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۗ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥ ۖ قَدْ جَآءَتْكُم بَيِّنَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ ۖ فَأَوْفُوا۟ ٱلْكَيْلَ وَٱلْمِيزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا۟ ٱلنَّاسَ أَشْيَآءَهُمْ وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

Artinya: “Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.”

Sebagai seorang Nabi, Syuaib AS dianugerahi mukjizat. Ia memiliki kemampuan berbicara yang luar biasa hebatnya.

Karena memiliki tutur kata yang baik, Nabi Syuaib AS memiliki julukan khatibul anbiya atau juru bicara para nabi. Ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA ketika Rasulullah SAW menyebut Nabi Syuaib AS, “Dia adalah khatibul anbiya”.

Kemampuannya dalam berbicara digunakan oleh Syuaib AS untuk berdakwah. Dengan gigih ia memberi nasihat agar kaum Madyan tidak terjerumus ke dalam kesesatan.

Dikisahkan dalam buku Dahsyatnya Doa Para Nabi susunan Syamsuddin Noor, Nabi Syuaib AS terus berdakwah. Berbagai rintangan dan cobaan ia hadapi demi memperjuangkan ajaran tauhid dan membawa kaumnya ke jalan yang benar.

Setelah berjuang dengan sangat sabar, beberapa kaum Madyan percaya terhadap Syuaib. Namun, banyak juga yang tetap ingin musyrik dan tidak mempercayainya.

Akhirnya, Nabi Syuaib AS berdoa kepada Allah SWT agar kaumnya diberi azab. Sang Khalik mendengar doa dari utusan-Nya dan memintanya Syuaib AS untuk pindah dari wilayah tersebut agar tidak terkena petaka yang akan ditimpakan oleh Allah SWT.

Dengan berat hati dan perasaan sedih, Nabi Syuaib AS meninggalkan wilayah Madyan dengan pengikutnya yang beriman. Atas izin Allah SWT, menurunkan azab kepada kaum Madyan dengan membuat hembusan udara menjadi sangat panas.

Saking panasnya, sekujur tubuh penduduk Madyan dibanjiri keringat. Tanaman-tanaman mereka juga mengering, begitu pula dengan air yang mendidih hingga membuat mereka terus kepanasan dan kehausan.

Syuaib AS berkata kepada kaumnya yang ingkar sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al A’raf ayat 93,

فَتَوَلّٰى عَنۡهُمۡ وَقَالَ يٰقَوۡمِ لَقَدۡ اَبۡلَغۡتُكُمۡ رِسٰلٰتِ رَبِّىۡ وَنَصَحۡتُ لَـكُمۡۚ فَكَيۡفَ اٰسٰی عَلٰى قَوۡمٍ كٰفِرِيۡنَ

Artinya: “Wahai kaumku! Sungguh, aku telah menyampaikan amanat Tuhanku kepadamu dan aku telah menasihati kamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang kafir?”

Tak sampai di situ, azab lain yang Allah SWT timpakan adalah suara halilintar dan gempa bumi yang dahsyat. Penduduk Madyan merasa sangat tersiksa pada azab-azab itu, namun mereka tetap tidak ingin beriman kepada Allah SWT.

Setelahnya, muncul angin hitam seperti mendung di langit. Mulanya, kaum Madyan merasa gembira akan turunnya hujan namun ternyata Allah SWT menurunkan semburan api panas dari awan hitam tersebut hingga mematikan penduduk Madyan.

Padahal, mereka sudah berbondong-bondong keluar rumah dan berkumpul di bawah awan hitam. Mereka mengira penderitaan akan segera berakhir.

Allah SWT berfirman dalam surah Hud ayat 94,

وَلَمَّا جَآءَ اَمۡرُنَا نَجَّيۡنَا شُعَيۡبًا وَّالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَهٗ بِرَحۡمَةٍ مِّنَّا ۚ وَاَخَذَتِ الَّذِيۡنَ ظَلَمُوا الصَّيۡحَةُ فَاَصۡبَحُوۡا فِىۡ دِيَارِهِمۡ جٰثِمِيۡنَۙ‏ ٩٤

Artinya: “Maka ketika keputusan Kami datang, Kami selamatkan Syuaib dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami. Sedang orang yang zalim dibinasakan oleh suara yang mengguntur, sehingga mereka mati bergelimpangan di rumahnya.”

Wallahu a’lam

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Musa AS yang Menentang Firaun dan Para Pengikutnya



Jakarta

Nabi Musa AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang kisahnya tercantum dalam Al-Qur’an. Semasa hidupnya, ia berdakwah menegakkan ajaran tauhid.

Menurut Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid, Nabi Musa AS lahir ketika Firaun memerintahkan rakyatnya untuk membunuh bayi laki-laki yang lahir. Meski demikian, ibu Musa AS mendapat ilham untuk meletakkannya di dalam peti dengan diikat tali.

Rumah Nabi Musa AS kala itu berada di hulu Sungai Nil. Setelah menyusui Musa kecil, ibunya kembali meletakkannya di dalam peti khawatir akan ada orang yang mengetahui keberadaan si bayi.


Peti tersebut diletakkan di lautan dengan tali. Ketika semua orang pergi, ibu Nabi Musa AS kembali menarik petinya.

Dikisahkan dalam buku Kisah Nabi Musa AS oleh Abdillah, singkat cerita peti yang biasanya ditarik oleh ibu Nabi Musa AS terhanyut. Atas izin Allah SWT, peti itu ditemukan oleh permaisuri Firaun yang bernama Asiyah. Melihat Nabi Musa AS kecil di dalam peti tersebut, Asiyah akhirnya membujuk Firaun untuk mengadopsi Musa bayi.

Ketika kecil, Musa AS menolak untuk menyusu pada siapa pun. Dengan kuasa Allah SWT, hanya ibu Nabi Musa AS yang tidak ditolak susunya oleh Musa kecil. Ini bermula ketika kakak Musa AS memperkenalkan ibu kandungnya kepada para dayang,

Ibu Nabi Musa AS menyusui sang nabi dan diberi upah. Ia juga turut berperan merawatnya sampai dewasa.

Menginjak dewasa, Nabi Musa AS dijadikan sebagai rasul. Musa AS diutus untuk berdakwah dan akhirnya berhadapan dengan Firaun.

Ia meminta agar Firaun kembali ke jalan yang benar. Atas perintah Allah SWT, Nabi Musa AS berdakwah bersama saudaranya, Nabi Harun AS untuk membimbing Firaun.

Mengutip buku Pengantar Sejarah Dakwah oleh Wahyu Ilaihi, pendamping dakwah Nabi Musa AS yakni saudaranya Harun AS. Allah memerintahkan Musa dan Harun untuk berangkat menemui Firaun dan mendakwahinya dengan kata-kata lembut.

Alih-alih bertobat, Firaun justru membangkang. Musa AS dan Harun AS memerintahkan agar Firaun melepaskan bani Israil dari genggamannya dan membiarkan mereka beribadah kepada Allah SWT.

Atas izin Allah SWT, Nabi Musa AS menunjukkan mukjizat berupa tongkat yang berubah menjadi ular dan tangan yang bercahaya. Namun Firaun tetap murka kepada Nabi Musa AS.

Tanpa ragu, Firaun meminta tukang sihirnya menunjukkan kemampuannya di depan Musa AS. Mereka lalu melempar tali yang bisa berubah menjadi ular.

Walau begitu, ular-ular tukang sihir dilahap oleh ular milik Musa AS. Peristiwa tersebut membuat pengikut Firaun akhirnya percaya kepada Allah SWT dan beriman, begitu pun sang istri yang bernama Asiyah.

Semakin murka, ketimbang bertobat Firaun justru menyiksa seluruh pengikut Nabi Musa AS. Istrinya yang menyatakan beriman kepada Allah SWT juga disiksa sampai meninggal dunia.

Akhirnya, Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk meninggalkan Mesir. Meski demikian, pengikut Firaun yang belum beriman terus mengejar Nabi Musa AS.

Tiba saatnya Nabi Musa AS menghadapi jalan buntu, Allah memerintahkan agar ia memukulkan tongkatnya ke laut. Dengan izin Allah SWT, tongkat tersebut dapat membelah lautan dan menciptakan jalur agar Musa AS dan pengikutnya dapat melewati.

Setelah pengikut Musa AS selesai menyeberangi lautan, sang nabi kembali memukulkan tongkatnya sesuai perintah Allah SWT. Tiba-tiba, laut kembali ke kondisi semula hingga menenggelamkan Firaun beserta pasukannya.

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Zulkifli AS, Sosok Raja yang Penyabar dan Bijaksana


Jakarta

Nabi Zulkifli AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul utusan Allah SWT yang kisahnya termaktub dalam Al-Qur’an. Ia memiliki nama asli Basyar dan merupakan keturunan dari Nabi Ayyub AS.

Nabi Zulkifli AS merupakan raja yang dikenal penyabar dan bijaksana. Simak kisah lengkapnya dalam artikel berikut.

Nabi Zulkifli Diangkat Menjadi Raja Menggantikan Raja Ilyasa

Zulkifli AS merupakan sosok raja yang bijaksana, adil, dan sederhana. Diperkirakan, Nabi Zulkifli AS hidup pada 1500 atau 1425 SM dan memiliki dua orang putra.


Menukil dari buku Kisah Menakjubkan 25 Nabi dan Rasul yang ditulis Nurul Ihsan, Nabi Zulkifli AS diangkat menjadi nabi sekitar tahun 1460 SM. Beliau diutus kepada kaum Amoria di Damaskus.

Gelar raja yang diperoleh Nabi Zulkifli AS diperoleh karena sosoknya yang rendah hati. Kala itu, seorang raja bernama Ilyasa sudah tidak dapat menjalankan pemerintahan karena usianya yang sudah tua.

Sang raja membutuhkan pemimpin pengganti, namun dirinya tidak memiliki putra pewaris kerajaan. Akhirnya, raja Ilyasa mengumpulkan rakyat untuk meminta kesediaan menggantikannya sebagai pemimpin Bani Israil.

Raja Ilyasa mengajukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk raja pengganti. Persyaratan itu mencakup berpuasa di siang hari, beribadah di malam hari, dan tidak boleh marah.

“Adakah yang sanggup dari kalian semua?” kata Raja Ilyasa bertanya.

Tak seorang dari rakyatnya yang sanggup. Terlebih, memang tidak mudah menemukan calon pengganti raja dengan persyaratan yang begitu sulit.

Lalu, seorang pemuda yang tak lain adalah Nabi Zulkifli AS menawarkan diri untuk menggantikan raja. Mulanya, Raja Ilyasa tidak percaya bahwa Zulkifli AS dapat menyanggupi persyaratannya, namun sang nabi terus menyakinkan raja.

Akhirnya Raja Ilyasa percaya, sementara Nabi Zulkifli AS memenuhi persyaratan dan menepati janjinya. Ia sangat sabar untuk bangun salat di malam hari, berpuasa pada siang hari dan tidak marah. Zulkifli AS juga tidak pernah emosi ketika menetapkan putusan hukum.

Usai menggantikan Raja Ilyasa, Nabi Zulkifli AS tidak pernah marah. Ia sangat menjaga waktu tidurnya dan waktu-waktu lain untuk mengurus rakyat.

Meski Zulkifli AS berpuasa pada siang hari, ia tetap melayani rakyatnya dengan sepenuh hati. Tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin tidak pernah ia baikan.

Ketika malam tiba, Zulkifli AS menggunakan waktunya untuk beribadah kepada Allah SWT. Kesabaran Nabi Zulkifli AS yang luar biasa tertuang dalam surah Al Anbiya ayat 85,

وَاِ سْمٰعِيْلَوَاِ دْرِيْسَوَذَاالْكِفْلِ ۗكُلٌّمِّنَالصّٰبِرِيْنَ

Artinya : “Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris, dan Zulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang yang sabar.”

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Isa dan 3 Orang yang Serakah, Hikmah agar Tidak Cinta Dunia


Jakarta

Sifat serakah merupakan salah satu sifat yang sangat dibenci oleh Allah. Sifat ini dapat mendatangkan keburukan kepada diri seseorang, baik di dunia maupun di akhirat.

Rasulullah SAW bersabda:

لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لَابْتَغَى وَادِيًا ثَالِثًا، وَلَا يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ


“Jika anak Adam memiliki dua lembah harta, ia pasti ingin memiliki lembah ketiga. Dan tidak ada yang bisa memenuhi perut anak Adam kecuali tanah (kematian). Dan Allah akan menerima taubat siapa saja yang bertaubat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh sebab itu, sepatutnyalah setiap orang menghindari sifat tamak dan serakah.

Berikut ini kisah Nabi Isa dan tiga orang serakah yang dikutip dari kitab Qashash al-Anbiya’, karya al-Tsa’labi yang terdapat dalam buku Kumpulan Kisah Teladan susunan Prof. Dr. H.M. Hasballah Thaib, MA. Semoga dapat menjadi pengingat agar menjauhkan diri dari sifat buruk tersebut.

Kisah Nabi Isa dan Orang Serakah

Pada suatu waktu, seorang lelaki mendatangi Nabi Isa a.s. dengan niat untuk bersahabat dengannya.

Ia berkata, “Aku ingin sekali bersahabat denganmu ke mana saja engkau pergi.”

Nabi Isa pun mengabulkan permintaan itu dan berkata, “Baiklah, jika itu yang engkau inginkan.”

Suatu hari, mereka berjalan di tepi sungai dengan membawa tiga potong roti sebagai bekal. Nabi Isa memakan satu potong, lelaki itu memakan satu potong, dan satu potong sisanya diletakkan. Ketika Nabi Isa pergi ke sungai untuk minum, ia kembali dan mendapati roti yang tersisa telah hilang.

Beliau bertanya kepada pemuda tersebut, “Siapakah yang mengambil sepotong roti itu?”

Lelaki itu menjawab, “Aku tidak tahu.”

Nabi Isa tidak memperpanjang pertanyaan dan mereka melanjutkan perjalanan.

Di perjalanan, mereka bertemu seekor rusa dengan dua anaknya. Nabi Isa memanggil salah satu anak rusa itu, lalu menyembelih dan memanggangnya untuk dimakan bersama. Setelah selesai makan, Nabi Isa memohon kepada Allah agar anak rusa yang telah disembelih itu hidup kembali. Dengan izin Allah, anak rusa itu hidup kembali.

Nabi Isa kembali bertanya, “Demi Allah, yang memperlihatkan kekuasaan-Nya ini, siapakah yang mengambil sepotong roti itu?”

Namun, lelaki itu tetap bersikeras menjawab, “Aku tidak tahu.”

Mereka melanjutkan perjalanan hingga tiba di tepi sungai. Nabi Isa menggenggam tangan pemuda itu dan membawanya berjalan di atas air hingga mereka sampai ke seberang.

Nabi Isa kemudian bertanya sekali lagi, “Demi Allah, yang memperlihatkan bukti kebesaran-Nya ini, siapakah yang mengambil sepotong roti itu?”

Lagi-lagi, lelaki itu menjawab, “Aku tidak tahu.”

Ketika mereka tiba di sebuah hutan, Nabi Isa mengambil segumpal tanah dan kerikil, lalu berdoa kepada Allah agar benda itu berubah menjadi emas. Dengan izin Allah, tanah dan kerikil itu berubah menjadi emas.

Nabi Isa membaginya menjadi tiga bagian dan berkata, “Sepertiga untukku, sepertiga untukmu, dan sepertiga untuk orang yang mengambil roti itu.”

Mendengar hal itu, lelaki itu akhirnya mengaku, “Akulah yang mengambil roti itu.”

Nabi Isa lalu berkata, “Jika begitu, ambillah semua bagian ini untukmu.”

Setelah itu, Nabi Isa meninggalkan lelaki tersebut.

Lelaki itu kemudian didatangi dua orang yang ingin merampas hartanya. Ia mengusulkan agar harta itu dibagi bertiga. Mereka pun sepakat, dan salah satu dari mereka pergi ke pasar untuk membeli makanan.

Namun, orang yang pergi ke pasar berniat licik. Ia berpikir, “Lebih baik makanan ini aku racuni, agar mereka mati, dan aku bisa mengambil seluruh harta.”

Sementara itu, dua orang yang menunggu di hutan juga memiliki niat jahat. Mereka merencanakan untuk membunuh orang yang pergi ke pasar, agar harta itu dapat dibagi berdua.

Ketika orang yang membeli makanan kembali, ia segera dibunuh oleh dua orang lainnya. Setelah itu, mereka memakan makanan yang telah diracuni tanpa tahu bahwa itu berbahaya. Akhirnya, keduanya tewas seketika, dan harta itu tetap berada di hutan tanpa pemilik, sementara mereka semua mati di sekitarnya.

Kemudian ketika Nabi Isa berjalan di hutan dan melihat kejadian tersebut, beliau memberi nasihat kepada para pengikutnya.

Beliau berkata, “Inilah gambaran dunia. Berhati-hatilah terhadap tipu daya dunia, karena ia dapat menjerumuskan manusia dalam kehancuran.”

Wallahu a’lam.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Zulkifli AS, Raja yang Tetap Sabar Meski Digoda Iblis



Jakarta

Nabi Zulkifli AS merupakan satu dari 25 nabi dan rasul yang kisahnya tercantum dalam Al-Qur’an. Ia merupakan keturunan dari Nabi Ayyub AS.

Semasa hidupnya, Zulkifli AS merupakan raja yang adil dan bijaksana. Selain itu, ia juga memiliki kesabaran yang luar biasa.

Sebelum menjadi raja, Zulkifli AS memiliki nama asli Basyar bin Ayyub AS bin Amose bin Tarekh bin Rum bin Ish bin Ishaq AS bin Ibrahim AS. Nama Zulkifli merupakan gelar yang diperoleh ia selama menjadi raja.


Menukil dari buku Mutiara Hikmah Kisah 25 Rasul karya Dhurorudin Mashad, gelar itu didapatkan Nabi Zulkifli AS karena sosoknya yang memelihara ketaatan kepada Allah SWT. Selain itu, gelar Zulkifli juga disematkan kepada sang nabi karena ia terampil dan amanah sebagai sebagai seorang raja di negerinya.

Meski merupakan seorang raja, jabatan itu tidak ia peroleh secara turun temurun. Dikisahkan dalam buku Kisah Menakjubkan 25 Nabi dan Rasul tulisan Watiek Ideo, Zulkifli AS terpilih menjadi seorang raja melalui hasil sayembara raja sebelumnya.

Ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi oleh para calon raja. Mereka diminta berpuasa pada siang hari dan beribadah di malam hari serta menahan amarah. Sang nabi memenuhi semua syarat tersebut hingga akhirnya terpilih menggantikan raja yang lama.

Sebagai seorang raja, Zulkifli AS tidak terlena akan kekuasaan dan harta yang ia miliki. Seluruh kenikmatan itu justru ia pergunakan dengan baik dan adil bagi rakyatnya.

Nabi Zulkifli AS dikenal dengan sifat sabarnya yang luar biasa. Allah SWT berfirman dalam surah Al Anbiya ayat 85-86,

وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِدْرِيسَ وَذَا ٱلْكِفْلِ ۖ كُلٌّ مِّنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Artinya: 85. “Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Zulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar.”

وَأَدْخَلْنَٰهُمْ فِى رَحْمَتِنَآ ۖ إِنَّهُم مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

Artinya: 86. “Kami telah memasukkan mereka kedalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang saleh.”

Kesabaran Zulkifli AS bahkan membuat iblis yang menggodanya heran. Kala itu, iblis tersebut datang ke kerajaan Nabi Zulkifli AS dan menyamar sebagai seorang lelaki jelata.

Zulkifli AS yang kala itu sedang beristirahat akhirnya meminta perwakilannya untuk menemui iblis yang sedang menyamar itu. Tetapi, iblis tersebut bersikukuh ingin bertemu langsung dengan Nabi Zulkifli AS.

Tanpa rasa kesal atau marah, Zulkifli AS lalu datang ke ruang pengadilan istana menunggu si lelaki jelata. Namun, ia tidak kunjung datang.

Keesokan harinya, iblis kembali datang dan mencari Nabi Zulkifli AS. Ia tetap ingin menguji kesabaran sang nabi.

Meski demikian, Zulkifli AS tidak marah sedikit pun dan kembali mendatangi si iblis. Lagi-lagi, iblis tidak ada ketika Nabi Zulkifli AS menghampirinya.

Wallahu a’lam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com