Tag Archives: hisab

Bagaimana Ulama Menentukan 1 Muharram? Ini Metodenya


Jakarta

Tahun Baru Islam jatuh pada 1 Muharram. Penentuan 1 Muharram menggunakan beberapa metode, hal ini memungkinkan adanya perbedaan di sejumlah wilayah.

Kerajaan Arab Saudi menetapkan 1 Muharram 1447 H jatuh pada Kamis, 26 Juni 2025. Sementara itu, Indonesia baru memasuki Tahun Baru Islam pada Jumat, 27 Juni 2025.

“Mahkamah Agung hari ini mengeluarkan pernyataan yang mengumumkan bahwa Kamis, 26 Juni 2025, akan menandai hari pertama Muharram 1447 H,” lapor SPA, Rabu (25/6/2025).


Cara Ulama Menentukan 1 Muharram

Secara garis besar, ada dua metode yang digunakan dalam menentukan awal bulan Hijriah, termasuk 1 Muharram. Para ulama menggunakan metode hisab dan rukyat. Berikut penjelasannya.

1. Menggunakan Metode Hisab

Metode hisab adalah metode penentuan awal bulan berdasarkan perhitungan astronomi. Dijelaskan dalam buku Hisab & Rukyat karya Riza Afrian Mustaqim, penganut hisab bersandar pada surah Ar Rahman ayat 5 dan Yunus ayat 5 bahwa Allah SWT menahkikkan benda langit seperti Bulan dan Matahari berotasi pada orbitnya secara tetap sesuai ketentuan-Nya. Para ahli hisab memandang peredaran benda langit dapat diperhitungkan secara pasti dan memiliki akurasi yang baik.

Selain itu, penggunaan metode hisab juga mengacu hadits nabi yang memerintahkan penggenapan (istikmal) 30 hari.

Metode hisab digunakan dalam menyusun kalender Hijriah. Beberapa di antaranya Kalender Ummul Qura yang digunakan di Arab Saudi dan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) yang resmi digunakan PP Muhammadiyah mulai tahun ini.

2. Menggunakan Metode Rukyat

Para ulama juga menggunakan metode rukyat untuk menentukan awal bulan Kamariah. Dalam ilmu falak, rukyat merujuk pada pengamatan hilal setelah terjadinya ijtimak (konjungsi). Proses rukyatul hilal dilakukan secara langsung baik dengan mata telanjang maupun alat bantu optik.

Dalil penggunaan metode rukyat mengacu pada sejumlah hadits, salah satunya sabda Rasulullah SAW,

صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ عُبِيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ

Artinya; “Berpuasalah (Ramadan) karena melihat tanggal (1 Ramadan). Dan berbukalah (mengakhiri puasa Ramadan) karena melihat tanggal (1 Syawal). Apabila kamu terhalangi, sehingga tidak dapat melihatnya maka sempurnakanlah bilangan Sya’ban tiga puluh hari”. (HR Bukhari Muslim dari Abu Hurairah)

Pemerintah Indonesia menggunakan metode ini dalam menentukan awal bulan Hijriah dengan tetap mempertimbangkan data hisab. Metode rukyat juga digunakan Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU).

(kri/dvs)



Sumber : www.detik.com

5 Golongan Manusia yang Masuk Surga Tanpa Hisab, Siapa Mereka?



Jakarta

Terdapat sebuah hadits mengenai golongan manusia yang masuk surga tanpa hisab. Hadits ini berasal dari Asma binti Abu Bakar RA yang merupakan putri Abu Bakar Ash Shiddiq RA

Menukil dari buku Fadhail Namaz susunan Syaikhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi RA yang diterjemahkan Tim Penerjemah Kitab Fadhilah Amal Masjid Jami Kebon Jeruk Jakarta, Asma binti Abu Bakar RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Pada hari kiamat, semua orang akan dikumpulkan di suatu tempat. Suara yang diumumkan oleh malaikat pasti akan terdengar oleh semua orang.”


Malaikat mengumumkan, “Di mana orang yang selalu mengingat dan memuji Allah SWT dalam keadaan senang atau susah? Mendengar pengumuman itu, sekelompok manusia berdiri dan masuk surga tanpa hisab.”

Kemudian, malaikat mengumumkan lagi, “Di mana orang yang sibuk beribadah pada malam hari dan menjauhkan diri dari tempat tidurnya? Sekelompok manusia bangun dan masuk surga tanpa hisab.”

Malaikat mengumumkan lagi, “Di mana orang yang perdagangan dan jual belinya tidak melalaikannya dari mengingat Allah SWT? Kemudian sekelompok manusia bangun dan masuk surga tanpa hisab.”

Kisah dalam hadits ini juga diriwayatkan dalam hadits lainnya dengan tambahan bahwa akan diumumkan, “Penduduk Mahsyar akan melihat siapakah orang yang mulia?” Kemudian akan diumumkan lagi, “Mereka adalah orang yang kesibukan perdagangannya tidak menghalangi dia dari mengingat Allah SWT dan dari mendirikan salat.” (dari Kitab Durrul Mantsur)

Mengacu pada hadits di atas, maka golongan manusia yang masuk surga tanpa hisab adalah:

  • Orang yang selalu mengingat dan memuji Allah SWT dalam keadaan senang maupun susah
  • Orang yang sibuk beribadah pada malam hari
  • Orang yang perdagangan dan jual belinya tak melalaikannya dari mengingat Allah SWT

Selain itu, diterangkan dalam Jinanul Khuldi: Na’imuha wa Qushuruha wa Huruha oleh Mahir Ahmad Ash-Shufiy terjemahan Badruddin dkk, orang yang masuk surga tanpa hisab adalah orang-orang yang bertakwa dan beramal saleh. Salah satu dari golongan itu adalah orang yang mati syahid.

Dari Abu Hurairah RA berkata Nabi SAW bersabda,

“Ditampakkan kepadaku tiga golongan orang yang pertama kali masuk surga, yaitu orang-orang yang mati syahid, orang-orang yang suci dan menjaga kesuciannya dan hamba-hamba sahaya yang beribadah kepada Allah dengan baik serta memberi nasihat kepada tuannya.” (HR Ahmad)

Selain itu, ada juga orang-orang yang senantiasa bertawakal kepada Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam surah At Thalaq ayat 3,

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا

Artinya: Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

Wallahu a’lam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com