Tag Archives: hollywood

Nuansa Islami di Hollywood (1)



Jakarta

Jika kita berbicara tentang Hollywood biasanya assosiasi kita adalah sebuah dunia yang gemerlapan, glamour, manusia cantik dan tampan, film-film besar, dan sebuah dunia yang sulit dihubungkan dengan agama, terutama Islam.

Belakangan ini, terutama pasca peristiwa 9/11 di New York dan Washington DC, AS, komunitas Hollywood tidak mau gegabah di dalam memproduksi karya-karyanya, terutama berupa film-film dan videos yang akan diedarkan ke dalam masyarakat. Trend baru Hollywood cenderung lebih dekat atau respek kepada agama, termasuk agama Islam meskipun agama ini masih agama minoritas di AS. Bukan saja ditandai dengan tampilnya sejumlah artis yang beragama Islam tetapi juga semua produk yang akan dilempar kepada masyarakat luas terlebih dahulu didiskusikan ke sebuah lembaga khusus bernama Muslim Public Affairs Council (MPAC) di Los Angeles. Lembaga ini dimintai bantuan untuk menganalisis kualitas industry intertain seperti produk film, program TV, dan produk-produk seni lainnya yang akan di-launching di dalam masyarakat.

MPAC ini kebetulan dipimpin oleh Salam Al-Marayati, meskipun usianya relatif muda tetapi ia pakar Islam yang sudah beberapa kali berkunjung ke Indonesia. Kami sempat berkunjung ke kantornya dan ia menjelaskan peran lembaganya terhadap berbagai produk seni yang dihasilkan oleh komunitas Hollywood. Ia juga sepertinya menguasai ilmu-ilmu keagamaan secara komperhensif, termasuk perbandingan mazhab dalam Islam. Meskipun usianya masih relatif muda tetapi ia keliling dunia diundang dalam berbagai seminar mengenai Islam dan Peradaban Modern.


Tema-tema diskusi lembaga tersebut dengan komunitas Hollywood ialah pihak Hollywood tidak ingin produk-produknya menyinggung perasaan atau keyakinan umat Islam. Bukan saja khawatir akibatnya akan diprotek oleh pasar pandsa muslim yang sudah berjumlah satu miliar tetapi mereka tidak ingin produknya merusak tatanan kebudayaan dan peradaban yang sudah mapan. Sebagai contoh, sejumlah sutradara film menulis cerita tentang teroris dengan melibatkan tokoh pemeran antagonistic. Mungkin artis itu terkenal sebagai artis porno di dalam berbagai film tetapi tiba-tiba diminta memerankan peran antagonis sebagai tokoh muslimah. Hal ini ditanyakan apakah melanggar etika atau menyinggung perasaan umat Islam. Contoh lain, bisakah divisualisasi sabda Nabi walaupun itu dalam bentuk efek cahaya atau animasi, yang samasekali tidak menampilkan sosok Nabi Muhammad Saw.

Termasuk juga sejumlah istilah agama dan sejarah Islam, apakah tidak bertentangan dengan fakta sejarah yang sesungguhnya. Demikian pula mereka ingin tahu denominasi atau mazhab-mazhab dalam Islam. Jangan sampai produknya sudah Islam menurut versi sunny tetapi menyinggung perasaan kaum Syi’ah, demikian pula sebaliknya. Ketika sang artis akan memerankan peran-peran yang berhubungan dengan Islam Lembaga ini diminta memberi masukan. Seperti apa yang terbaik dilakukan tanpa mengurangi aspek bisnis dari sebuah produk. Sebelumnya pertimbangan seperti ini jarang dilakukan. Tidak heran jika dahulu banyak film-film Hollywood menuai kontroversi di dalam masyarakat muslim. Sampai kepada kepatutan kostum pemain secara komperhensif diminta untuk dinilai dan diberi masukan. Misalnya bolehkah mendendangkan sebuah lagu yang mengandung lirik agama tetapi dengan kostum perempuan tanpa hijab atau memperlihatkan lekuk atau dada.

Fungsi Lembaga tersebut mirip dengan Badan Sensor Film (BSF) atau Komisi Peyiaran Indonesia (KPI) di Indonesia. Bedanya, di Indonesia Lembaga ini resmi dibentuk oleh negara sedangkan MPAC Hanya merupakan Non-Government Organization (NGO/LSM). Meskipun hanya NGO tetapi Lembaga ini mendapatkan tempat yang diperhitungkan.

komunitas Hollywod. Tanpa paraf atau rekomendasinya sejumlah kalangan khawatir kalau masyarakat nanti memboikotnya, atau bahkan akan menimbulkan ketegangan di dalam masyarakat. New trend Hollywood tidak akan menimbulkan ketegangan yang bisa merusak tatanan kemanusiaan. Misi baru Hollywood ialah seni untuk kemanusiaan.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Nuansa Islam di Hollywood (2)



Jakarta

Sangat menyenangkan, hari masih pagi dan udara pun masih dingin. Kami diundang dan dijemput oleh organizer mengunjungi sebuah tempat yang sangat imajiner di Los Angeles bernama Warner Bros (WB), sebuah komplek perfileman yang amat terkenal di Hollywood. Di lereng gunung yang cantik terhampar sebuah lokasi yang amat luas dipadati menurut hitungan penulis 42 bangunan yang mirip gudang raksasa dan sejumlah bangunan dengan jalanan serta pemandangan AS tempo dulu. Ada kompleks New York tempo dulu, rumah-rumah khas Chicago, penduduk Indian, dan lain-lain. Termasuk juga gambar atau miniatur pohon tua dan pemandangan bebatuan di tengah hutan belantara. Kompleks itu mengingatkan penulis di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Selatan. Kami harus menggunakan kereta atau golf car untuk mengelilingi areal ini karena begitu luas dan banyaknya obyek menarik di dalamnya. Satu persatu obyek di kompleks itu diperkenalkan dengan ramah oleh seorang gadis berambut pirang. Ia mahir menyebut “Assalamu’alaikum” dan “Apa kabar?”. Itulah kehebatan PR AS.

Saat itu kami juga diajak memasuki sejumlah gudang yang ternyata studio raksasa yang isinya adalah sejumlah miniatur dan dekorasi tipuan dimana film-film seri di TV beredar yang di Indonesia juga sering kita lihat. Di bagian langit-langit studio itu bergelantungan kamera, lampu, dan laser dengan segala efek pencahayaannya. Bahkan ada sebuah gudang isinya benar-benar seperti di tengah hutan belantara dengan air terjun buatan. Dengan kekuatan elektrik latar dan dekorasi bisa dirancang seperti bergerak dan terkesan banyak orang berjualan di pasar atau petani sedang bercocok tanam, atau peternak sapi di pedalaman. Ternyata film-film Hollywood yang kita saksikan selama ini pengambilan gambarnya tidak semua di alam terbuka nyata tetapi di dalam studio. Termasuk rumah dan bangunan mewah ternyata juga efek monitor raksasa yang keseluruhannya tidak keluar dari gudang besar itu. Teman-teman kami ada yang nyeletuk: “Sekian lama kita menikmati sebuah kebohongan”.

Berbagai film cowboy tempo dulu dengan kandang kuda dan kendaraan mobil dan motor tua dikoleksi di dalam gudang itu. Termasuk mobil-mobil super canggih yang dipakai Batman semua tersimpan rapi di dalam gudang itu. Termasuk rumah antik dan fasilitas yang digunakan dalam film Harry Potter tersimpan rapi di dalam rumah tua itu. Lorong-lorong sempit yang menggambarkan AS tempo dulu semua terawat di kompleks WB itu. Kompleks besar yang isinya sejumlah perumahan spesifik itu tidak dihuni orang. Luaran bangunan itu dirawat sebagaimana layaknya rumah dan apartemen benaran tetapi dalamannya berantakan, langit-langitnya penuh dengan kamera dan lampu. Dekorasinya disesuaikan dengan tema film yang akan dimainkan di tempat itu. Ternyata selama ini kita bayar mahal di bioskop untuk ditipu oleh orang-orang Hollywood. Daun pintu yang sangat terkasan mahal ternyata tripleks yang dicat sedemikian rupa sehingga mirip pintu rumah mewah. Air terjun terkesan di tengah hutan rimba dengan bunyi-bunyi serangga malam ternyata semuanya kamuflase. Akhirnya penulis teringat
dalam sebuah ayat:


Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS al-Hadid/57:20).

Pesan tersirat dari Hollywood kita diminta sadar bahwa kehidupan ini hanya sandiwara seperti dilukiskan dalam ayat tersebut. Mari kita memberi arti terhadap hidup yang terus berjalan ini. Kita tidak boleh terkecoh dengan Hollywood-nya kehidupan. Setiap satu jengkal tanah di lokasi itu tidak ada yang menganggur, semuanya mempunyai fungsi dan sekaligus nilai dolar yang mahal.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com