Tag Archives: HR Ibnu

Alasan Hukum Islam Menetapkan Laki-laki Menerima Warisan Lebih Besar


Jakarta

Pembagian warisan diatur dalam Al-Qur’an dan hadits. Warisan sendiri dimaknai sebagai peninggalan yang diberikan ketika seseorang meninggal dunia.

Mengutip dari buku Hukum Kewarisan Islam oleh Amir Syarifuddin, apabila pembagian waris tidak mengikuti ketentuan maka akan terjadi sengketa antara ahli waris. Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Pelajarilah faraid dan ajarkanlah kepada manusia (orang banyak), karena dia (faraid) adalah setengah ilmu dan dia (faraid) itu akan dilupakan serta merupakan ilmu yang pertama kali tercabut (hilang) dari umatku.” (HR Ibnu Majah)


Turut dijelaskan dalam buku Panduan Praktis Pembagian Waris susunan Kementerian Agama RI, Islam mengenal ilmu waris atau Al Mawarits. Isi dari Al Mawarits atau biasa dikenal juga Al Faraidh adalah masalah-masalah pembagian harta warisan.

Laki-laki menerima warisan lebih besar dibanding perempuan. Hal ini tercantum dalam surah An Nisa ayat 11,

يُوصِيكُمُ ٱللَّهُ فِىٓ أَوْلَٰدِكُمْ ۖ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ ٱلْأُنثَيَيْنِ ۚ فَإِن كُنَّ نِسَآءً فَوْقَ ٱثْنَتَيْنِ فَلَهُنَّ ثُلُثَا مَا تَرَكَ ۖ وَإِن كَانَتْ وَٰحِدَةً فَلَهَا ٱلنِّصْفُ ۚ وَلِأَبَوَيْهِ لِكُلِّ وَٰحِدٍ مِّنْهُمَا ٱلسُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ إِن كَانَ لَهُۥ وَلَدٌ ۚ فَإِن لَّمْ يَكُن لَّهُۥ وَلَدٌ وَوَرِثَهُۥٓ أَبَوَاهُ فَلِأُمِّهِ ٱلثُّلُثُ ۚ فَإِن كَانَ لَهُۥٓ إِخْوَةٌ فَلِأُمِّهِ ٱلسُّدُسُ ۚ مِنۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِى بِهَآ أَوْ دَيْنٍ ۗ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ لَا تَدْرُونَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعًا ۚ فَرِيضَةً مِّنَ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا

Artinya: “Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Lalu, apa alasan hukum Islam membagi warisan lebih besar kepada laki-laki?

Kenapa Laki-laki Dapat Warisan Lebih Banyak?

Asy Syaikh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin dalam bukunya Tashil Al Faraidh terbitan Ash-Shaf Media, alasan laki-laki mendapat warisan lebih banyak daripada perempuan karena anugerah dari Allah SWT. Maksudnya, laki-laki diberi kelebihan akal yang sempurna untuk mengatur dan kekuatan yang lebih dalam untuk berbuat serta taat kepada Sang Khalik.

Oleh karenanya, kaum laki-laki mendapat keistimewaan atas kaum wanita dengan diangkat sebagai nabi, pemimpin, menegakkan syiar-syiar Islam serta kesaksian dalam semua permasalahan. Laki-laki juga wajib jihad, sholat Jumat dan sejenisnya.

Laki-laki bahkan dijadikan ahli waris yang mendapat bagian ashobah, mendapat bagian warisan lebih dan sejenisnya. Ini dikarenakan usaha mereka sebagai laki-laki, mulai dari memberi harta kepada wanita yang dinikahi, memberi mahar serta nafkah dalam kebutuhan hidupnya.

Allah SWT berfirman dalam surah An Nisa ayat 34,

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى
بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah SWT telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.”

Abdul Syukur Al Azizi dalam buku Kitab Lengkap dan Praktis Fiqh Wanita turut menjelaskan bahwa perbedaan bagian warisan antara laki-laki dan perempuan karena memiliki dasar yang jelas. Laki-laki memiliki tanggung jawab dalam menafkahi keluarganya sehingga secara proporsional mereka mendapat porsi warisan yang lebih besar daripada perempuan.

Apabila laki-laki mendapat bagian yang sama atau lebih kecil, maka dapat menimbulkan ketidakadilan bagi mereka. Walau perempuan menerima bagian warisan lebih sedikit, hak-hak seperti mahar dan nafkah dari suami menjadi kompensasi yang menyeimbangkan ketentuan tersebut.

Wallahu a’lam.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

4 Macam Sedekah yang Paling Bermanfaat bagi Orang yang Meninggal Dunia


Jakarta

Sedekah tidak hanya bisa dilakukan kepada yang masih hidup, melainkan juga yang sudah meninggal dunia. Dalil terkait sedekah disebutkan dalam sejumlah ayat suci, salah satunya surah Ali Imran ayat 92.

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ ٩٢

Artinya: “Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya.”


Menukil dari buku Hikmah Sedekah: Menemukan Kebaikan dalam Memberi oleh Sakti Wibowo, sedekah dimaknai sebagai tindakan memberi harta atau bantuan kepada orang yang membutuhkan tanpa mengharapkan imbalan atau balasan dari penerima.

Sedekah banyak jenisnya. Namun, sedekah yang dilakukan atas nama orang yang telah meninggal dunia tergolong sebagai sedekah jariyah.

Sedekah yang Paling Bermanfaat bagi Orang yang Meninggal Dunia

Sedekah jariyah merupakan sedekah yang paling bermanfaat untuk orang yang sudah wafat. Sebab, pahala dari sedekah jariyah akan terus mengalir meski pelaku sedekah telah meninggal dunia.

Dalil mengenai sedekah jariyah tercantum dalam hadits dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali dari tiga hal ini, yakni; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakannya.” (HR Muslim)

Seperti Apa Bentuk Sedekah Jariyah?

Mengutip Buku Saku Terapi Bersedekah yang ditulis Manshur Abdul Hakim, berikut beberapa bentuk dan jenis dari sedekah jariyah.

1. Mendirikan Masjid

Membangun masjid termasuk salah satu jenis sedekah jariyah. Sebagaimana diketahui, masjid merupakan tempat ibadah yang bisa dimanfaatkan untuk salat, belajar, mengaji atau kegiatan keagamaan lain.

Ketika masjid tersebut terus digunakan untuk hal-hal yang baik, maka pahala bagi orang yang membangunnya terus mengalir tanpa terputus. Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya,

“Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membuatkan rumah di surga untuknya.” (HR Muslim)

2. Memberi Makan Orang yang Membutuhkan

Jenis sedekah jariyah yang kedua adalah memberi makan orang yang membutuhkan. Ini bisa berupa sedekah secara langsung atau penyediaan sumber pangan berkelanjutan.

Pahala bagi si pemberi sedekah akan tercatat jika makanan yang diberikan mengenyangkan perut orang yang lapar. Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Siapa memberikan makan orang mukmin sehingga dia kenyang dari kelaparannya, maka Allah SWT akan memasukkannya ke satu pintu dari pintu-pintunya surga, tidak ada lagi yang masuk melalui pintu tersebut kecuali orang yang serupa dengannya.”

3. Mengalirkan Air

Maksud dari mengalirkan air di sini yaitu menggali sumur atau membangun saluran air untuk kepentingan khalayak. Terkait hal ini turut dijelaskan dalam hadits dari Rasulullah SAW,

“Wahai Rasulullah, sungguh ibuku telah meninggal dunia, apakah boleh aku bersedekah atas namanya?” Jawab Rasulullah, “Iya, boleh.” Sa’ad bertanya lagi, “Lalu sedekah apa yang paling afdal?” Jawab Rasulullah, “Memberi minum air.” (HR An-Nasai)

4. Membantu Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Membantu pengembangan ilmu pengetahuan termasuk sedekah jariyah. Ini bisa dilakukan dengan menerbitkan buku atau Al-Qur’an, membiayai sekolah atau asrama bagi fakir miskin dan semacamnya.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

“Amal saleh dan kebaikan seorang mukmin yang tetap lestari setelah kematiannya adalah; ilmu yang diamalkan dan disebarkan, anak saleh yang di tinggalkan, buku yang diwariskan, masjid yang di bangun, rumah yang didirikan untuk ibnu sabil, saluran air yang dialirkan, atau sedekah yang ia keluarkan sewaktu masih sehat ketika masih hidup. Sedekah ini akan tetap lestari setelah ia meninggal.” (HR Ibnu Majah)

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Doa Buka Puasa Ramadan: Arab, Latin dan Artinya


Jakarta

Doa buka puasa Ramadan bisa dipanjatkan saat azan Magrib. Ada beberapa doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Menurut Abu Aunillah Al-Baijury dalam Buku Pintar Agama Islam, puasa adalah rukun Islam ketiga. Puasa diartikan sebagai menahan diri dari makan, minum, nafsu, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Dalil hukum menjalankan ibadah puasa terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 183, yang berbunyi sebagai berikut,


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Arab-Latin: Ya ayyuhalladzina amanu kutiba ‘alaikumus-siyamu kama kutiba ‘alalladzina mingqablikum la’allakum tattaqụn

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”

Setiap muslim yang berpuasa memiliki kesempatan untuk mendapatkan pahala, bahkan saat berbuka puasa, sesuai yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits. Dalam riwayat Tirmidzi, dari Abdullah bin Amr bin al-Ash, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Bagi orang yang berpuasa ketika sedang berbuka, doanya tidak akan ditolak.”

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW menganjurkan untuk menyegerakan berbuka puasa. Waktu buka puasa jatuh saat matahari terbenam. Rasulullah SAW bersabda,

إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ مِنْ هَا هُنَا، وَجَاءَ اللَّيْلُ مِنْ هَا هُنَا، فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ

Artinya: “Jika telah terbenam matahari dari sini dan malam telah tiba, orang yang berpuasa telah berbuka.” (HR Bukhari dan Muslim dalam Shahih-nya)

Doa Buka Puasa

Mengutip buku Ramadan Bersama Rasul: Panduan Ibadah di Bulan Suci Ramadan oleh Alvian Iqbal Zahasfan, berikut beberapa doa buka puasa Ramadan yang bisa dibaca.

Doa Buka Puasa 1

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Bacaan latin: Dzahabadh dhoma-u wabtalatil uruqu watsabatal ajru insyaallah.

Artinya: “Telah hilang dahaga, telah basah urat-urat, dan telah tetap pahala insyaallah.” (HR Abu Dawud)

Doa Buka Puasa 2

اَللّٰهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

Bacaan latin: Allaahumma lakasumtu wa’alaa rizqika afthortu

Artinya: “Ya Allah untuk-Mu aku berpuasa dan atas rezeki-Mu aku berbuka (puasa).” (HR Abu Dawud)

Doa Buka Puasa 3

الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذي أعانَنِي فَصَمْتُ، وَرَزَقَنِي فأفْطَرْتُ

Bacaan latin: Alhamdulillahilladzi a’aananii fashamtu, wa razaqanii faafthartu

Artinya: “Segala puji bagi Allah yang menolongku maka aku dapat berpuasa, dan yang telah memberiku rezeki sehingga aku dapat berbuka.” (HR Ibnu Sunni)

Doa Buka Puasa 4

اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ أَنْ تَغْفِرَ لِي

Bacaan latin: Allahumma inni asaluka birahmatikallatii wasi’at kulla syaiin antaghfira lii

Artinya: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu, agar Engkau mengampuniku.” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Sunni)

Doa Buka Puasa 5

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْنَا وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْنَا، فَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Bacaan latin: Allaahumma laka shumnaa wa ‘ala rezekika aftharnaa fataqabbal minnaa innak antas samii’ul ‘aliim

Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu kami berpuasa dan atas rezeki-Mu kami telah berbuka, maka terimalah dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Bacaan doa buka puasa di atas terdapat dalam kitab Al-Adzkar karya Imam an-Nawawi yang diterjemahkan Ulin Nuha. Imam an-Nawawi menukilnya dari kitab Ibnu Sunni.

Cara Berbuka Puasa Ala Rasulullah SAW

Dalam bukunya yang berjudul Dahsyatnya Puasa Wajib & Sunah: Rekomendasi Rasulullah, Amirulloh Syarbini & Sumantri Jamhari menyebutkan beberapa cara Rasulullah SAW ketika berbuka puasa. Begini urutannya:

1. Menyegerakan Berbuka Puasa

Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Sahl bin Sa’ad, Rasulullah SAW bersabda,

لا يَزَالُ النَّاسُ بِغَيْرِ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

Artinya: “Manusia selalu dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Darami, Malik, Baihaqi, Ahmad dan Tirmidzi)

2. Berdoa sebelum Berbuka Puasa

Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak; 1) orang yang berpuasa hingga ia berbuka, 2) pemimpin yang adil, 3) dan orang yang terdzalimi.” (HR Ibnu Majah, Ahmad dan Tirmidzi)

3. Buka Puasa dengan Kurma atau Air Putih

Rasulullah SAW menganjurkan untuk berbuka puasa dengan menyantap kurma. Jika tidak tersedia buah tersebut, beliau akan meneguk air putih.

Hal itu berdasarkan riwayat Anas bin Malik, ia berkata, “Rasulullah SAW berbuka dengan beberapa kurma yang masih basah sebelum salat (Magrib). Jika tidak ada, beliau berbuka dengan beberapa kurma kering. Jika tidak ada, beliau berbuka dengan meminum air.” (HR Abu Dawud, Ahmad, Tirmidzi & Hakim)

Mengapa Rasulullah SAW memilih kurma sebagai santapan berbuka puasa? Ternyata ada dalil yang menjelaskan hal itu.

Ibnu Hajar Al-Asqalani Rahimahullah dalam kitabnya Bulugh al-Maram, menyebutkan sebuah hadits yang artinya: Dari Salman bin ‘Amir Adh Dhobbi radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian berbuka, maka berbukalah dengan tamar (kurma kering). Sebab, kurma mendatangkan berkah. Jika tidak ada kurma, maka berbukalah dengan air karena air itu menyucikan.”

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Buka Puasa Asyura 10 Muharram: Arab, Latin dan Artinya


Jakarta

Umat Islam Indonesia tengah menjalankan puasa Asyura pada hari ini. Waktu buka puasa tinggal hitungan jam. Sebelum berbuka, muslim bisa membaca doa buka puasa Asyura terlebih dahulu.

Puasa Asyura adalah ibadah sunnah yang dikerjakan pada 10 Muharram. Pemerintah Indonesia menetapkan 1 Muharram 1446 H jatuh pada 7 Juli 2024. Dengan demikian, puasa Asyura dilaksanakan pada hari ini, Selasa (16/7). Jadwal puasa Asyura ini selaras dengan kalender Hijriah Indonesia 2024 terbitan Kementerian Agama RI.

Dalil puasa Asyura mengacu pada hadits yang menyebut Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura (10 Muharram) dan memerintahkan umat Islam berpuasa pada hari itu.


وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Artinya: “Dari Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh untuk berpuasa pada hari itu.” (HR Bukhari dan Muslim dalam Shahih-nya)

Doa Buka Puasa Asyura

Puasa Asyura dikerjakan sejak terbit fajar hingga terbenam matahari, seperti puasa sunnah lainnya. Dalam sejumlah hadits disebutkan, Rasulullah SAW membaca doa ketika buka puasa.

Doa buka puasa yang dipanjatkan Rasulullah SAW beragam. Imam an-Nawawi memaparkan beberapa di antaranya dalam kitab Al-Adzkar yang diterjemahkan Ulin Nuha. Berikut bacaan doa buka puasa Rasulullah SAW,

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ

Dzahabaz zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru, insyaallah

Artinya: “Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala telah tetap, insya Allah.” (HR Abu Dawud)

Rasulullah SAW juga pernah membaca doa buka puasa dengan lafaz berikut,

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

Allahumma laka shumtu a ‘alaa rezekika afthartu

Artinya: “Ya Allah, untukmu aku berpuasa dan atas rezeki-Mu aku berbuka.”

Doa buka puasa di atas termuat dalam kitab Sunan Abu Dawud dari riwayat dari Muadz bin Zuhrah. Adapun, dalam kitab Ibnu Sunni terdapat bacaan buka puasa Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan Ibnu Abbas RA, sebagai berikut:

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْنَا وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْنَا، فَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Allaahumma laka shumnaa wa ‘ala rezekika aftharnaa fataqabbal minnaa innak antas samii’ul ‘aliim

Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu kami berpuasa dan atas rezeki-Mu kami telah berbuka, maka terimalah dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Jadwal Buka Puasa Asyura Hari Ini

Wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya akan memasuki waktu buka puasa pukul 17.56 WIB. Adapun jadwal imsak dan sholat sebagai berikut,

  • Imsak: 04.35 WIB
  • Subuh: 04.45 WIB
  • Dzuhur: 12.02 WIB
  • Ashar: 15.24 WIB
  • Maghrib: 17.56 WIB
  • Isya: 19.09 WIB

detikers bisa melihat jadwal buka puasa dan jadwal sholat wilayah Indonesia lainnya di sini.

Sunnah Buka Puasa

Rasulullah SAW mencontohkan beberapa hal terkait buka puasa. Hal ini kemudian disebut dengan sunnah berbuka puasa. Berikut di antaranya.

1. Menyegerakan Berbuka

Sunnah buka puasa yang pertama adalah menyegerakan berbuka ketika tiba waktunya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits,

لا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

Artinya: “Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan waktu berbuka.” (HR Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi)

2. Membaca Doa Buka Puasa

Membaca doa buka puasa juga termasuk sunnah Rasulullah SAW. Hal ini telah dijelaskan dalam sejumlah hadits terkait doa yang beliau baca ketika berbuka. Selain itu, doa orang yang berbuka puasa disebut mustajab.

Mustajabnya doa orang yang berpuasa ini diterangkan dalam Ihya 345 Sunnah Nabawiyah, Wasa’il wa Thuruq wa Amaliyah karya Raghib As-Sirjani yang diterjemahkan Andi Muhammad Syahrir yang bersandar pada hadits Abdullah bin Amru bin Al Ashr RA, ia mengatakan mendengar Rasulullah SAW bersabda,

إِنَّ لِلصَّابِمِ عِنْدَ فِطْرِهِ لَدَعْوَةً مَا تُرَدُّ

Artinya: “Sesungguhnya bagi orang yang berbuka puasa ketika ia berbuka: doa yang tidak akan ditolak.” (HR Ibnu Majah dalam kitab Ash-Shiyam. Al-Bushiri mengatakan sanadnya shahih dan Ibnu Asakir menyatakan hadits ini hasan)

3. Berbuka dengan Kurma atau Air Putih

Sunnah bagi muslim berbuka puasa menggunakan kurma atau air putih. Kesunnahan ini bersandar pada hadits berikut,

“Rasulullah SAW berbuka dengan kurma basah sebelum salat, bila tidak ada (beliau berbuka) dengan kurma kering dan bila tidak ada beliau berbuka dengan seteguk air.” (HR Abu Dawud, Hakim, dan Daruquthni. Daruquthni menyatakan hadits ini sanadnya shahih dan At-Tirmidzi menyatakan hasan gharib)

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Tips Memilih Jodoh Menurut Hadits, Pilih yang Baik Akhlaknya


Jakarta

Jodoh adalah takdir dan ketetapan Allah SWT. Meskipun sudah ditentukan, setiap orang wajib berikhtiar mencari dan menjemput jodohnya.

Dalam buku Kenali Bahasa Wajah Jodohmu: Bahasa Wajah Pria dan Wanita yang Disenangi karya Ahmad Zainal Abidin dijelaskan jodoh dicatat bersamaan dengan takdir yang akan dihadapi oleh manusia yang hidup di dunia.

Dalam rangka memilih jodoh, Rasulullah SAW telah memberikan tips dan panduan melalui beberapa haditsnya.


Melalui sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Perempuan itu dinikahi karena empat hal. Hartanya, keturunannya, kecantikannya dan karena agamanya. Pilihlah perempuan yang beragama. Jika tidak, kedua tanganmu akan lengket ke tanah.”

Arti dari “Taribat yadaka” kedua tanganmu akan lengket dengan tanah artinya akan menderita di dunia dan akhirat.

Hadits Memilih Jodoh

Berikut beberapa hadits Rasulullah SAW yang berisi tips dan panduan dalam memilih jodoh:

1. Orang yang Bertakwa

Suatu hari Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat ketika seorang yang kaya lewat di hadapan beliau, “Bagaimana pendapat kalian tentang orang itu?”

Sahabat menjawab, “Pasti jika ia meminang perempuan akan diterima. Jika menolong orang akan berhasil dan jika berbicara akan didengar orang.”

Rasulullah SAW diam. Lalu, lewat seorang miskin di hadapan beliau. Sambil memandang para sahabatnya beliau bertanya, “Kalau orang ini, bagaimana pendapat kalian?”

Sahabat menjawab, “Ia pasti akan ditolak kalau meminang perempuan. Jikaa menolong tidak akan berhasil dan jika berbicara tidak akan didengar.”

Rasulullah SAW pun memberi penjelasan, “Orang ini lebih baik dari orang yang tadi sebanyak isi bumi ini.” (HR. Bukhari)

Dalam buku Jodoh: Memilih Jodoh dan Meminang dalam Islam oleh Husein Muhammad Yusuf hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah SAW ingin mengajarkan kepada para sahabatnya bahwa penampilan tidak menjamin keaslian, jangan sampai tertipu dengan penampilan fisik.

Rasulullah SAW juga menerangkan bahwa fakir miskin yang bertakwa dan sering diperolok-olok dan diasingkan oleh masyarakat karena penampilannya, lebih berharga berjuta kali daripada orang kaya yang tidak beriman.

Kemudian Rasulullah SAW kembali bersabda, “Mungkin orang yang tampak kusut, berdebu, kumal pakaiannya dan tidak diacuhkan orang, kalau ia memohon kepada Allah SWT pasti akan dipenuhi-Nya.” (HR. Ahmad dan Muslim)

2. Asal Usulnya Baik

Dalam memilih jodoh, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk memilih perempuan baik dari keturunan yang baik.

Rasulullah SAW bersabda, “Pilihlah untuk nutfahmu, nikahilah orang-orang yang serasi dan nikahilah mereka.” (HR Ibnu Majah)

Hadits ini menegaskan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya agar memilih istri yang salihah dengan asal usul yang baik. Akhlak perempuan sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan tempat ia dibesarkan dan diasuh.

Kelak dalam membina rumah tangga dan mendidik anak, warisan akhlak ini pula yang akan diturunkan. Kecantikan akhlak, jauh lebih penting dari kecantikan paras.

Rasulullah SAW bersabda,

“Janganlah kalian menikahi perempuan karena kecantikannya, mungkin kecantikannya itu bisa mencelakakan. Jangan pula kamu nikahi perempuan karena hartanya, mungkin hartanya itu bisa menyombongkannya. Akan tetapi, nikahilah mereka karena agamanya. Sesungguhnya, seorang hamba sahaya yang hitam warna kulitnya, tetapi beragama itu lebih utama.” (HR Ibnu Majah)

3. Orang yang Berhati Lembut

Rasulullah SAW memberi petunjuk kepada umatnya terkait memilih istri yang berakhlak baik. Rasulullah SAW bersabda,

“Sebaik-baik perempuan Quraisy ialah yang paling kasih sayang kepada anak di waktu kecilnya dan yang paling teliti mengurusi suaminya.” (HR Bukhari)

Hadits tersebut menjelaskan bahwa perempuan yang paling baik dan paling utama adalah perempuan yang memiliki naluriah mencintai dan menyayangi anak-anak kecil.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Saat Rasulullah Urungkan Niat Kabarkan Waktu Lailatul Qadar



Jakarta

Malam lailatul qadar adalah malam yang sangat diagungkan dalam Al-Qur’an dan hadits. Menurut sebuah riwayat, Rasulullah SAW sempat ingin memberitahukan kapan waktu persis jatuhnya lailatul qadar, namun beliau mengurungkan niatnya.

Perihal lailatul qadar telah disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al Qadr. Allah SWT berfirman,

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ١ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ ٢ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ ٣ تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ ٤ سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ࣖ ٥


Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an pada malam lailatul qadar, tahukah engkau apakah malam Lailatulqadar itu ? Malam lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah malaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala urusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar.” (QS Al Qadr: 1-5)

Imam Ibnu Katsir mengatakan dalam kitab tafsirnya, malam lailatul qadar sebagaimana disebutkan dalam surah di atas adalah malam yang penuh dengan keberkahan. Hal ini turut dijelaskan dalam ayat lain melalui firman-Nya,

إِنَّا أَنْزَلْناهُ فِي لَيْلَةٍ مُبارَكَةٍ

Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi (lailatul qadar).” (QS Ad Dukhan: 3)

Disebutkan dalam sebuah hadits yang termuat dalam Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari yang disusun oleh M. Nashiruddin al-Albani, lailatul qadar terletak pada 10 malam terakhir Ramadan. Tidak ada yang mengetahui kapan waktu persisnya kecuali Allah SWT.

Dari Aisyah RA, ia berkata,

كَانَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجَاوِرُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ ، وَيَقُولُ : تَحَرَّوا (وَفِي رِوَايَةٍ : الْتَمِسُوا) لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya: “Rasulullah SAW beritikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, dan beliau mengatakan, ‘Carilah lailatul qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan.” (HR Bukhari)

Dalam Shahih Bukhari juga terdapat riwayat yang menyebut bahwa Rasulullah SAW sempat akan memberitahukan waktu lailatul qadar. Namun, beliau mengurungkan niatnya.

Diriwayatkan dari Ubadah bin Shamit bahwa Rasulullah SAW pergi untuk menemui para sahabatnya untuk mengabarkan tentang lailatul qadar, akan tetapi di sana terdapat perselisihan antara dua orang muslim.

Rasulullah bersabda,

إِنِّيْ خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ القَدْرِ، فتلاحَى فُلَانٌ وَفُلاَنٌ، فَرُفِعَتْ، فَعَسَى أَنْ يَكُوْنَ خَيْرًا لَكُمْ، فَالْتَمِسُوْهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ

Artinya: “Aku datang kemari untuk mengabarkan tentang lailatul qadar, tetapi si Fulan dan si Fulan berselisih, maka kabar itu (tanggal turunnya) pun telah diangkat, mungkin itu yang lebih baik bagi kalian carilah ia (lailatul qadar) pada tanggal tujuh, sembilan, atau kelima (maksudnya pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan).”

Doa Malam Lailatul Qadar

Shabri Shaleh Anwar dalam buku 10 Malam Akhir Ramadhan, menjelaskan mengenai sunah untuk memperbanyak doa pada malam tersebut. Diriwayatkan dari Aisyah RA, dia bertanya kepada Rasulullah SAW,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Artinya: “Wahai Rasulullah, bagaimana bila aku mengetahui malam lailatul qadar, apa yang harus aku ucapkan?” Beliau (Rasulullah SAW) menjawab, “Ucapkanlah, Allahuma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni (Ya, Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan suka memberi maaf, maka maafkanlah aku).'” (HR At-Tirmidzi dengan sanad shahih)

Bacaan doa malam lailatul qadar dalam hadits tersebut adalah sebagai berikut,

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Allahuma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni

Artinya: “Ya, Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan suka memberi maaf, maka maafkanlah aku”

Rasulullah SAW juga menggambarkan bahwa paginya malam lailatul qadar agar seorang muslim mengetahuinya dari Ubai RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Pagi hari malam lailatul qadar, matahari terbit tidak menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi.” (HR Muslim)

Ibnu Abbas RA juga meriwayatkan, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Malam lailatul qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas, dan tidak juga dingin, dan keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan.” (HR Ibnu Khuzaimah)

Lailatul Qadar Disebut Malam Penentuan

Ibnul Qayyim al-Jauziyyah mengatakan dalam Kitab Syifa’ul ‘Alil fi Masa’ilil Qadha wal Qadar wal Hikmah wat Ta’lil, kata al-qadar merupakan bentuk masdar dari kata qadara. Kata qadara asy-syai’a artinya seseorang menentukan sesuatu sementara kata yuqaddiruhu qadran artinya seseorang akan menentukan sesuatu dengan ukuran tertentu. Jadi, lailatul qadar artinya malam penetapan dan penentuan.

Sufyan meriwayatkan dari Ibnu Abi Najih dan dari Mujahid bahwa lailatul qadar adalah malam penentuan. Sufyan juga meriwayatkan dari Muhammad Ibn Sauqah, dari Sai’is ibn Jubair, ia berkata, “Diserukan kepada orang-orang yang menunaikan ibadah haji pada malam lailatul qadar kemudian ditulislah nama-nama mereka juga nama-nama ayah mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ketinggalan, ditambah atau dikurangi.”

Sementara itu, Ibnu Aliyyah berkata, “Telah menceritakan kepada kami Rabi’ah ibn Kultsum, ia berkata: ‘Ada seorang laki-laki bertanya kepada Hasan dan kebenaran saat itu aku mendengarkannya: ‘Menurutmu, apakah lailatul qadar turun di setiap bulan Ramadan?’ Hasan menjawab: ‘Ya benar. Demi Allah, Dzat yang tiada Tuhan selain Dia, sungguh lailatul qadar itu turun di setiap bulan Ramadan. Pada malam itu juga Allah menentukan setiap ajal, perbuatan, dan rezeki seorang hamba’.”

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com