Tag Archives: hr thabrani

Salat Syuruq dan Dhuha Apakah Sama?


Jakarta

Salat sunnah Syuruq yang juga dikenal dengan nama salat Isyraq adalah salat sunnah yang dilakukan pada pagi hari setelah terbitnya matahari. Waktu pelaksanaannya dimulai ketika matahari sudah naik setinggi satu tombak di atas ufuk.

Dalam buku Fiqih Salat Sunah karya Ali Musthafa Siregar dan tim, dijelaskan bahwa waktu terbit matahari yang dimaksud adalah ketika matahari telah berada pada posisi setinggi satu tombak di atas ufuk. Salat Syuruq bisa dikerjakan sekitar 15-20 menit setelah matahari terbit, atau setelah waktu syuruq yang tertera di jadwal salat.

Menariknya, salat Dhuha juga ditunaikan di pagi hari dan dapat dimulai pada waktu yang sama dengan salat Syuruq Lantas, apakah salat Syuruq dan salat Dhuha sebenarnya adalah salat yang sama atau justru dua ibadah sunnah yang berbeda?


Apakah Salat Syuruq dan Dhuha Sama?

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai salat Syuruq, sebagian ulama berpendapat bahwa salat ini merupakan salat sunnah yang berdiri sendiri dengan keutamaan dan waktu khusus, sementara sebagian lainnya menganggapnya sebagai bagian dari salat Dhuha.

Sebagaimana dijelaskan oleh David Muhammad dalam buku Shalat-shalat Tathawwu’, sejumlah ulama berpendapat bahwa salat Syuruq tidak berbeda dengan salat Dhuha.

Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Al-Hakim dalam Al-Mustadrak serta didukung oleh Tafsir Imam Ath-Thabari dan Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Liqa Al-Bab Al-Maftuh. Menurut mereka, salat Syuruq adalah salat Dhuha itu sendiri yang dikerjakan segera setelah matahari terbit dan naik setinggi tombak.

Jika salat tersebut dilakukan di pertengahan atau akhir waktu pagi, maka disebut salat Dhuha. Namun secara keseluruhan tetap tergolong salat Dhuha.

Berbeda dengan itu, Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa salat Syuruq dan salat Dhuha adalah dua ibadah sunnah yang terpisah.

Perbedaannya terletak pada waktu pelaksanaannya, salat Syuruq dimulai tepat setelah waktu terlarang salat usai, yakni ketika matahari baru saja terbit, sementara waktu salat Dhuha dimulai ketika matahari sudah lebih tinggi hingga menjelang waktu zuhur.

Tata Cara Salat

Salat Dhuha atau Syuruq adalah ibadah sunah yang dikerjakan secara mandiri (tidak berjamaah), dengan jumlah rakaat minimal dua dan maksimal dua belas. Saat memulai salat, niat dibaca dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram.

Mengutip buku Keberkahan Sholat Dhuha, Raih Rezeki Sepanjang Hari karya Ustadz Arif Rahman, berikut tata cara pelaksanaannya:

  1. Membaca niat
  2. Takbiratul ihram
  3. Membaca doa iftitah
  4. Membaca surah Al-Fatihah
  5. Membaca surah Asy-Syams
  6. Rukuk
  7. I’tidal
  8. Sujud pertama
  9. Duduk di antara dua sujud
  10. Sujud kedua
  11. Bangkit dan mengerjakan rakaat kedua
  12. Membaca surah Al-Fatihah
  13. Membaca surah Ad-Dhuha
  14. Rukuk
  15. I’tidal
  16. Sujud
  17. Duduk di antara dua sujud
  18. Tasyahud akhir
  19. Salam

Tata cara ini dapat diulang sesuai jumlah rakaat yang diinginkan. Contoh, empat rakaat dapat dilakukan dalam dua kali salat (2-2), atau enam rakaat dalam tiga kali salat (2-2-2).

Keutamaan Salat Syuruq

Salat Syuruq memiliki sejumlah keutamaan istimewa bagi siapa pun yang menunaikannya dengan penuh keikhlasan. Salah satu keutamaannya adalah ganjaran pahala yang sebanding dengan ibadah haji dan umrah yang sempurna, sebagaimana disampaikan dalam salah satu hadits Nabi Muhammad SAW.

مَنْ صَلَّى صَلاةَ الصُّبْحِ فِي مَسْجِدِ جَمَاعَةٍ يَثْبُتُ فِيهِ حَتَّى يُصَلِّيَ سُبْحَةَ الضُّحَى، كَانَ كَأَجْرِ حَاجٍّ، أَوْ مُعْتَمِرٍ تَامًّا حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ

Artinya: “Siapa yang salat Subuh berjamaah, lalu duduk berzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian salat dua rakaat, ia akan mendapatkan pahala haji dan umrah sempurna (diulang tiga kali).” (HR Tirmidzi)

Dari Abu Umamah RA, Rasulullah SAW bersabda,”Barang siapa yang mengerjakan salat Subuh dengan berjamaah di masjid, lalu dia tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan salat sunnah Dhuha (di awal waktu, syuruq), maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumrah secara sempurna.” (HR Thabrani)

Wallahu a’lam.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Hati-Hati, Kebiasaan Sepele Ini Bisa Menutup Pintu Rezeki


Jakarta

Setiap rezeki sudah Allah SWT jamin bagi setiap makhluk ciptaan-Nya. Hal ini disebutkan dalam surah Hud ayat 6.

Allah SWT berfirman,

۞ وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ


Artinya: “Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).”

Meski begitu, terdapat beberapa kebiasaan yang dapat menyebabkan pintu rezeki seseorang tertutup. Seperti apa kebiasaan yang dimaksud?

Kebiasaan Sepele yang Bisa Tutup Pintu Rezeki

1. Tidur ketika Subuh

Mengutip dari buku Dongkrak Rezeki oleh Dedik Kurniawan, tidur ketika pagi setelah salat Subuh dilarang dalam Islam. Sebab, tidur ketika waktu tersebut bisa menjadi penghambat rezeki seseorang.

Ibnu Qayyim Al Jauziyah melalui kitab Madarijus-Salikin menjelaskan tidur setelah salat Subuh hingga matahari terbit termasuk dalam kategori makruh. Waktu tersebut menurutnya adalah saat utama turunnnya rezeki dan berkah.

Dari Ibnu Abbas RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Setelah salat fajar, janganlah tidur sehingga kamu lalai mencari rezeki.” (HR Thabrani)

2. Lalai Beribadah

Lalai dalam beribadah menjadi kebiasaan lain yang dapat menutup pintu rezeki. Allah SWT berfirman dalam surah Al Munafiqun ayat 9,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚوَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jangan biarkan harta dan anak-anakmu menyibukkanmu sehingga kamu lupa mengingat Allah. Barangsiapa yang melakukan hal ini, mereka adalah orang-orang yang merugi.”

3. Berdagang dengan Janji Palsu

Ketika berdagang, hendaknya muslim tidak memberikan janji palsu untuk menarik calon pembeli. Jika hal itu dilakukan, maka dapat menghambat rezeki dan keberkahan dalam transaksi jual beli sebagaimana tertuang dalam hadits berikut:

“Sumpah itu dapat membuat barang dagangan laku, tetapi dapat merugikan keuntungan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lainnya dikatakan hal berikut,

“Jangan sering bersumpah saat berjualan, karena sumpah dapat membuat barang dagangan laris, tetapi merugikan keuntungan.” (HR Muslim)

4. Kurang Bersyukur

Sebagai muslim, sudah sepantasnya kita mensyukuri segala pemberian Allah SWT. Orang yang kurang bersyukur dapat menutup pintu rezeki karena tidak pernah merasa cukup.

5. Sering Minum Khamar

Khamar haram dikonsumsi dalam Islam. Sering meminum khamar dapat membuat pintu rezeki tertutup. Larangan meminum khamar tercantum dalam surah Al Maidah ayat 90,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّمَا ٱلْخَمْرُ وَٱلْمَيْسِرُ وَٱلْأَنصَابُ وَٱلْأَزْلَٰمُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ ٱلشَّيْطَٰنِ فَٱجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”

6. Menyisakan Makanan

Menyisakan atau tidak menghabiskan makanan yang sudah diambil dapat menutup pintu rezeki seseorang. Apalagi jika hal tersebut sering dilakukan.

Buya Yahya melalui ceramahnya dalam YouTube Al Bahjah TV mengatakan terkait hal tersebut,

“Menyepelekan sisa-sisa makanan yang ada di piring. Makanya Buya Yahya selalu marah karena bisa saja itu jadi sebab kefakiranmu,” ungkapnya, dilihat pada Sabtu (5/7/2025). detikHikmah telah mendapat izin mengutip tayangan tersebut.

7. Hobi Pamer

Pamer atau riya adalah perbuatan tercela dalam Islam. Menurut kitab Al Fathu al-Rabbani wa al-Faydh al-Rahmani oleh Syekh Abdul Qadir Al Jailani terjemahan Kamran Asad Riyadi, riya menjadi penyebab kefakiran. Karena itu, riya bisa menutup pintu rezeki seseorang.

Wallahu a’lam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Lokasi Munculnya Dajjal Pertama Kali di Akhir Zaman Menurut Hadits


Jakarta

Dajjal merupakan salah satu tanda besar yang menandai dekatnya hari kiamat. Kemunculannya membawa fitnah dahsyat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Al-Qur’an memberikan peringatan keras terhadap orang-orang yang lalai hingga datangnya tanda-tanda tersebut.

Allah SWT berfirman dalam surah Al An’am ayat 158,

هَلْ يَنْظُرُوْنَ اِلَّآ اَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ اَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ اٰيٰتِ رَبِّكَ ۗيَوْمَ يَأْتِيْ بَعْضُ اٰيٰتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا اِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ اٰمَنَتْ مِنْ قَبْلُ اَوْ كَسَبَتْ فِيْٓ اِيْمَانِهَا خَيْرًاۗ قُلِ انْتَظِرُوْٓا اِنَّا مُنْتَظِرُوْنَ


Artinya: Yang mereka nanti-nantikan hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka, kedatangan Tuhanmu, atau sebagian tanda-tanda dari Tuhanmu. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidak bermanfaat lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu atau (belum) berusaha berbuat kebajikan dalam masa imannya itu. Katakanlah, “Tunggulah! Sesungguhnya Kami pun menunggu.”

Menurut Tafsir Ringkas Kementerian Agama, ayat ini menyatakan bahwa ketika tanda-tanda besar kiamat muncul, seperti kemunculan Dajjal, terbitnya matahari dari barat, turunnya Nabi Isa, dan keluarnya Yakjuj dan Makjuj, maka tidak akan berguna lagi iman yang baru tumbuh. Saat itu bukan lagi masa untuk memperbaiki amal, melainkan waktu menuju penghitungan. Pintu taubat pun tertutup.

Dijelaskan dalam kitab An Nihayah Fitan wa Ahwal Akhir Az Zaman (Mukhtashar Nihayah al-Bidayah) karya Ibnu Katsir, Dajjal adalah keturunan manusia yang diciptakan Allah sebagai ujian besar di akhir zaman. Ia akan datang dengan membawa kesesatan, mengaku sebagai Tuhan, dan menggoda manusia dengan berbagai kenikmatan dunia.

Imam al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah RA tentang ciri-ciri masa menjelang kiamat, termasuk munculnya para pendusta yang mengaku sebagai nabi:

“Kiamat tidak akan terjadi sebelum dua kelompok besar saling berperang, padahal tujuan mereka sama. Akan muncul hampir tiga puluh pendusta yang mengaku sebagai utusan Allah. Ilmu dicabut, banyak gempa, waktu terasa cepat, fitnah dan pembunuhan merajalela, harta melimpah sampai orang bingung mau memberi ke siapa. Orang-orang berlomba meninggikan bangunan, dan ada yang berharap menjadi seperti orang yang telah meninggal. Matahari terbit dari barat, saat itu iman tak lagi berguna bagi yang belum beriman sebelumnya. Kiamat datang tiba-tiba: dua orang sedang berjual beli tapi belum sempat menuntaskannya, seseorang memerah susu tapi belum sempat meminumnya, menghias kolam tapi belum sempat mengisinya, dan mengangkat makanan tapi belum sempat memakannya.” (HR Bukhari)

Salah satu dari “tiga puluh pendusta” yang disebut dalam hadits ini adalah Dajjal, yang akan memiliki pengaruh besar menjelang kiamat. Lantas, dari mana ia akan muncul?

Dari Mana Dajjal Muncul Pertama Kali?

Hadits-hadits Nabi Muhammad SAW memberikan beberapa petunjuk mengenai lokasi pertama kemunculan Dajjal di muka bumi. Dalam buku Kiamat karya Manshur Abdul Hakim disebutkan, Rasulullah SAW bersabda,

“Al-Masih (Dajjal) akan datang dari arah timur dan tujuannya adalah Madinah, hingga dia sampai di balik Gunung Uhud. Lalu para malaikat menghalaunya ke Syam dan dia di sana binasa.” (HR Muslim)

Sabda ini diperkuat oleh riwayat lain yang juga menunjukkan bahwa arah timur adalah sumber fitnah:

“Dari sini datang fitnah ke arah timur. Kekurangajaran, kekasaran, serta kekerasan hati adalah sifat-sifat para penggembala unta dan sapi dari kalangan suku Rabii’ah dan Mudhar.” (HR Bukhari)

Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda,

“Dia akan keluar dari sebuah jalan antara Syam dan Irak. Kemudian dia melakukan perusakan ke tempat-tempat di sekitarnya. Wahai hamba-hamba Allah, teguhlah pada keyakinan agama kalian.” (HR Muslim, Abu Dawud, dan Hakim dari an-Nawwas bin Sam’aan)

Riwayat dari Abu Bakar Ash-Shiddiq menyebut bahwa Dajjal akan muncul dari Kota Marw, wilayah yang kini berada di kawasan Irak, dan berasal dari kalangan Yahudi kota tersebut. Dalam hadits lain disebutkan bahwa tempat itu memiliki danau asin dan pohon kurma:

“Dajjal akan muncul dari Kota Marw, dari kalangan Yahudi kota itu.” (HR Thabrani)

Wilayah yang Tak Akan Disinggahi Dajjal

Walaupun Dajjal akan berkeliling ke seluruh penjuru bumi, ada dua kota suci yang tak bisa ia masuki: Makkah dan Madinah. Keduanya dijaga oleh para malaikat yang membentuk barisan penjaga di setiap pintunya.

Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Tiada suatu negeri pun melainkan akan diinjak oleh Dajjal, kecuali hanya Makkah dan Madinah yang tidak. Tiada suatu lorong pun dari lorong-lorong Makkah dan Madinah itu, melainkan di situ ada para malaikat yang berbaris rapat untuk melindunginya. Kemudian Dajjal itu turunlah di suatu tanah yang berpasir (di luar Madinah), lalu kota Madinah bergoncanglah sebanyak tiga kali goncangan. Dari goncangan-goncangan itu Allah akan mengeluarkan setiap orang kafir dan munafik (dari Makkah dan Madinah).” (HR Muslim)

Hadits-hadits ini menjadi peringatan bagi umat Islam agar senantiasa menjaga keimanan, karena fitnah Dajjal adalah ujian besar yang akan membedakan antara yang teguh di jalan Allah dan yang mudah tergelincir oleh tipu daya dunia.

Wallahu a’lam.

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com

Makna Innalillahiwainnailaihirojiun dan Kapan Harus Dibaca?


Jakarta

Setiap manusia pasti akan menghadapi ujian dan musibah dalam hidup. Musibah bisa datang dalam berbagai bentuk, mulai dari kehilangan harta, kesulitan, sakit, hingga kematian.

Saat menghadapi musibah, hati yang tenang dan kesabaran menjadi kunci untuk tetap teguh dan berserah kepada Allah SWT. Islam mengajarkan doa dan dzikir yang membantu menghadapi ujian tersebut, salah satunya bacaan istirja’ atau bacaan innalillahiwainnailaihirojiun.


Bacaan Innalillahiwainnailaihirojiun dan Maknanya

Berikut bacaan Innalillahiwainnailaihirojiun beserta maknanya:

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ

Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn(a).

Artinya: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya kami akan kembali.”

Berdasarkan buku Sukses Dunia-Akhirat Dengan Doa-Doa Harian karya Mahmud Asy Syafrowi, istilah istirja’ berasal dari kata dasar raja’a yang berarti “kembali” atau berusaha untuk kembali.

Maksudnya, kita berupaya kembali kepada Allah SWT, menyerahkan diri sepenuhnya, dan mengembalikan seluruh urusan kita kepada-Nya. Segala sesuatu yang kita miliki, seperti kehidupan, kesehatan, keluarga, keturunan, jabatan, dan harta, sebenarnya hanyalah titipan dari-Nya. Suatu saat, semuanya akan diminta kembali oleh Sang Pemilik. Bahkan diri kita sendiri pun bukan sepenuhnya milik kita, karena tubuh ini akan hancur dan nyawa akan kembali kepada-Nya.

Yang menarik dalam ucapan istirja’ adalah penggunaan dhamir “na” yang berarti “kita”, bukan “ni” yang berarti “saya”. Dhamir ini menunjukkan mutakallim ma’al ghair, yakni subjek yang dimaksud tidak hanya pengucap, tetapi juga orang lain. Dengan kata lain, ungkapan ini menekankan bahwa saya, Anda, kalian semua, beserta segala yang kita miliki, sejatinya adalah milik Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya.

Karena semua yang kita miliki berasal dari Allah SWT, setiap kehilangan atau pengambilan titipan-Nya disebut sebagai musibah, sekecil apa pun. Musibah tidak hanya berupa sakit atau kematian, seperti yang umumnya dipahami, tetapi mencakup segala hal yang tidak menyenangkan bagi manusia, baik besar maupun kecil. Rasulullah SAW bersabda,

“Apa yang menimpa seorang mukmin dari hal yang tidak disukainya, maka itu dinamakan musibah.” (HR Thabrani)

Oleh sebab itu, ucapan istirja’ relevan tidak hanya saat menghadapi kematian, tetapi juga dalam berbagai situasi lain, seperti ketakutan, kelaparan, kemiskinan, dan cobaan hidup lainnya.

Kapan Innalillahiwainnailaihirojiun Dibaca?

Menurut buku Fikih Basmalah (Merenda Makna, Menyelami Hukum Dan Menyusur Hikmah) karya Qosim Arsadani, bacaan istirja’ umumnya dibaca ketika seseorang terkena musibah. Musibah yang dimaksud bisa mengenai diri sendiri maupun orang lain, baik berupa kehilangan harta, kesulitan, maupun kematian.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 156,

اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

Arab latin: Allażīna iżā aṣābathum muṣībah(tun), qālū innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn(a).

Artinya: (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali).

Dari Ummu Salamah RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Siapa saja yang terkena musibah, hendaknya membaca: ‘Sesungguhnya kami kepunyaan Allah dan kepada-Nya akan kembali. Wahai Allah, di sisi-Mu saya berharap dengan musibahku, maka berilah aku pahala dan gantilah untukku sebabnya dengan sesuatu yang lebih baik’.” (HR Ahmad)

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com

Sedekah Subuh untuk Jemput Rezeki, Ini Cara Melaksanakannya


Jakarta

Subuh merupakan waktu terbaik untuk bersedekah. Muslim yang melakukan sedekah Subuh disebutkan akan memperoleh rezeki yang berlipat. Benarkah demikian?

Sebelumnya, Manshur Abdul Hakim dalam kitab al-Tadawa wa al-Syifa bi al-Shadaqah wa al-Infaq fi Sabil Allah menjelaskan sedekah adalah perbuatan mengeluarkan harta untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Sedekah hukumnya sunnah dan termasuk amalan yang begitu Nabi Muhammad SAW anjurkan. Dalam hadits, Abu Hurairah RA mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:


“Allah SWT berfirman, ‘Hai manusia, berinfaklah niscaya Aku akan berinfak kepadamu’. Beliau menuturkan, “Janji Allah SWT akan terus mengalir melimpah ruah sepanjang malam dan siang hari tanpa kekurangan sedikitpun.” (HR Muslim [3/77])

Dengan anjuran sedekah tersebut, sebagian muslim lantas kerap menanyakan kapan waktu paling utama untuk bersedekah?

Subuh Adalah Waktu Terbaik Bersedekah

Dikutip dari buku Dahsyatnya Amalan Pembuka Rezeki oleh M. Arifin Ilham dan M. Nurani, waktu terbaik bersedekah yakni pada waktu Subuh. Antara selepas sholat Subuh hingga menjelang sholat Dzuhur.

Hal ini sebagaimana sabda Rasul SAW yang diriwayatkan Abu Hurairah RA:

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

Artinya: Nabi SAW menuturkan, “Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun (datang) dua malaikat kepadanya, lalu salah satunya berdoa, ‘Ya Allah, berikanlah pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya.’ Sedangkan (malaikat) yang satunya lagi berkata, ‘Ya Allah, berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil).'” (HR Bukhari)

Dari hadits tersebut dapat diketahui bahwa muslim yang menafkahkan hartanya atau sedekah pada pagi hari atau di waktu Subuh, maka malaikat akan datang lalu mendoakan orang tersebut agar apa yang disedekahkannya diganti dengan yang lebih baik.

Ulama Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari menjelaskan riwayat tersebut dengan berkata, “Sungguh (hadits) ini memberikan semangat dan dorongan bagi yang berinfak di jalan Allah SWT. Dan adanya janji yang pasti bahwa bersedekah akan diganti dengan lebih dari yang diinfakkan. (Adapun) waktunya (sedekah) sekarang di dunia, dan balasan pahala kelak di akhirat.”

Apabila seseorang tak mampu sedekah dengan uang atau materi, bisa bersedekah dengan melaksanakan berbagai amal kebajikan,seperti sholat, puasa, dzikir (tasbih, takbir, tahlil, tahmid). Bahkan mencegah kemungkaran dan mengimbau untuk berbuat baik juga termasuk bersedekah.

Abu Dzar RA berkata bahwa para sahabat bertanya mengenai sedekah, kemudian Nabi SAW bersabda: “Bukankah Allah SWT telah menjadikan apa yang ada padamu sebagai sedekah? Sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah.”

Beliau SAW melanjutkan, “Setiap himbauan pada perbuatan baik adalah sedekah, mencegah kemungkaran juga sedekah, dan pada setiap kemaluan (mempergauli istri dengan baik) dari kamu adalah sedekah.” (HR Muslim [3/83]

Demikian, sedekah Subuh bukan hanya dengan harta tetapi juga dapat dengan melakukan banyak amalan baik.

Keutamaan Sedekah Subuh

Selain sedekah Subuh bisa membuat malaikat mendoakan lebih bagi kita, sedekah pada waktu ini juga punya sejumlah keistimewaan lain, yakni:

1. Sedekah Mampu Mengalahkan Setan

Rasul SAW menuturkan, “Ketika seseorang bersedekah, ia sejatinya sudah merontokkan jenggot 70 setan.” (Hadits dalam kitab al-Targhib wa al-Tarhib)

2. Sedekah Adalah Obat

Nabi SAW berkata, “Obatilah orang yang sakit di tengah-tengah kalian dengan sedekah.” (HR Thabrani)

3. Sedekah Akan Menghapus Dosa

Rasulullah SAW bersabda, “Sedekah bisa menghapus kesalahan seperti air memadamkan api.” (Hadits dalam kitab al-Targhib wa al-Tarhib)

4. Sedekah Merupakan Benteng dari Neraka

Nabi SAW mengatakan, “Wahai Aisya, buatlah dinding pembatas antara dirimu dengan neraka walaupun hanya dengan sebelah buah kurma. Sebab sedekah itu bisa menyangga perut orang yang kelaparan sehingga ia merasakan hal yang sama dengan orang yang kenyang.” (HR Ahmad)

5. Sedekah Sebagai Penyelamat di Akhirat

Rasul SAW bersabda, “Sungguh, sedekah dapat menyelamatkan seseorang dari panasnya hari akhirat. Pada hari kiamat, setiap mukmin berteduh di bawah naungan sedekahnya.” (Hadits dalam kitab al-Silsilah al-Shahihah)

Cara Melakukan Sedekah Subuh di Rumah

Sebagaimana penjelasan di atas, sedekah pada waktu Subuh memiliki keutamaan besar. Karena itu, hendaknya kaum muslim melaksanakan Sedekah Subuh.

Berikut cara melaksanakan sedekah Subuh dengan menyisihkan uang yang dikutip dari buku Jika Sedekah Menjadi Lifestyle oleh Bagenda Ali:

  1. Siapkan kaleng atau wadah bekas kue lalu beri label ‘Sedekah Subuh’
  2. Letakkan kaleng itu depan tempat kamu biasa sholat subuh setiap harinya supaya tidak lupa
  3. Setiap selesai sholat subuh, masukkan sejumlah uang yang diniatkan sebagai sedekah untuk mengharapkan ridha Allah SWT ke dalam kaleng atau wadah bekas kue
  4. Sambil menyisihkan uang ke dalam wadah, berdoalah kepada Allah SWT dengan doa apapun, seperti doa awal pagi atau doa lainnya
  5. Waktu utamanya sedekah Subuh yaitu ketika matahari mulai terbit (selepas sholat Subuh) dan sebelum masuk waktu syuruq. Karenanya, lakukan pada waktu tersebut
  6. Lakukan sedekah Subuh selama 40 hari dengan istiqamah
  7. Kumpulkan dan simpan terlebih dahulu uang tersebut selama kurun 40 hari
  8. Jika sudah 40 hari, setelahnya kamu bisa berikan atau bagikan uang tersebut kepada anak yatim atau siapa saja yang paling membutuhkan
  9. Kemudian, teruskan sedekah Subuh sampai hari-hari berikutnya dengan mengulang langkah-langkah di atas.

Demikian penjelasan mengenai sedekah Subuh beserta keutamaan dan cara melaksanakannya. Yuk, kita amalkan detikers!

(fds/fds)



Sumber : www.detik.com

Bolehkah Sedekah Subuh untuk Orang yang Sudah Meninggal?


Jakarta

Waktu setelah salat Subuh merupakan waktu utama untuk bersedekah. Amalan ini dikenal dengan sedekah subuh. Bolehkah sedekah subuh untuk orang yang sudah meninggal?

Sedekah menjadi salah satu amalan yang disenangi Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Ali ‘Imran ayat 134.

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ


Artinya: “(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.”

Mengutip buku Penakluk Subuh karya Muhammad Iqbal, salah satu keutamaan bersedekah adalah memadamkan panasnya kubur. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam salah satu hadits,

“Sesungguhnya sedekah itu memadamkan panasnya kubur dan hanyalah seorang Mukmin yang mendapat naungan pada hari kiamat nanti dengan sedekahnya.” (HR Thabrani dan Baihaqi)

Sedekah Subuh

Sedekah dapat dilakukan kapan saja. Akan tetapi, terdapat beberapa waktu utama untuk melakukan sedekah, salah satunya setelah salat Subuh. Sedekah seperti ini biasa disebut sebagai sedekah subuh.

Menukil buku Bahagia Tanpa Jeda karya Nurhasanah Leubu, keutamaan sedekah subuh dijelaskan dalam salah hadits Rasulullah SAW,

“Tidak ada suatu Subuh pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat. Salah satu di antara keduanya berdoa, ‘Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfak’, sedangkan yang satunya lagi berdoa, ‘Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang-orang yang menahan hartanya’.” (HR Bukhari dan Muslim)

Sedekah Subuh untuk Orang yang Sudah Meninggal

Bersedekah, termasuk pula bersedekah waktu Subuh untuk orang yang sudah meninggal merupakan hal yang diperbolehkan, bahkan dianjurkan. Ini karena pahala sedekah dapat mengalir ke orang yang sudah meninggal.

Diterangkan dalam kitab Ahkaamul Janaa’iz wa Bid’ihaa karya M. Nashiruddin al-Albani yang diterjemahkan A.M. Basalamah, hal ini bersandar pada beberapa riwayat.

Pertama, diriwayatkan dari Aisyah RA bahwa ada seorang laki-laki yang berkata, “Ibuku telah meninggal mendadak (tanpa berwasiat sebelumnya), dan aku mengira jika dia sempat berbicara sebelum meninggalnya, pastilah ia akan bersedekah. Apakah ia memperoleh pahala jika aku bersedekah atas namanya (dan pahala pula untukku)?”

Rasulullah SAW menjawab, “Benar.” Orang itu pun bersedekah atas nama ibunya. (HR Bukhari, Muslim, Malik, Abu Dawud, An-Nasa’i, Ibnu Majah, Baihaqi, dan Ahmad)

Berikutnya, diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA bahwa ibu Sa’ad bin Ubadah meninggal sedangkan ia tidak menghadirinya. Ia bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, ibuku telah wafat sedangkan aku tidak hadir pada saat kematiannya, apakah berguna baginya sedekah atas namanya?”

Rasulullah menjawab, “Ya, tentu.”

Sa’ad bin Ubadah pun berkata, “Aku persaksikan di hadapan engkau bahwa buah hasil dari kebun yang dikelilingi tembok itu akan aku sedekahkan atas namanya.” (HR Bukhari, Abu Dawud, An-Nasa’i, Tirmidzi, Baihaqi, dan Ahmad)

Terakhir, diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa terdapat seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ibuku telah meninggal dan meninggalkan harta tetapi tidak berwasiat, lalu apakah jika aku bersedekah atas namanya dapat mengganti kedudukannya?”

Rasulullah SAW menjawab, “Ya, dapat.” (HR Muslim, An-Nasa’i, Ibnu Majah, Baihaqi, dan Ahmad)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Mutiara Ramadan Ustaz Oni Sahroni: Hikmah Zakat dan Berbagi



Jakarta

Salah satu amalan yang paling dicintai Allah SWT adalah berbagi dan membantu menyelesaikan kesusahan orang lain. Hal ini diungkapkan Ustaz Oni Sahroni dalam Mutiara Ramadan detikcom, Minggu (16/4/2023).

Sebagaimana hadits Rasulullah SAW,

أَحَبُّ الناسِ إلى اللهِ أنفعُهم للناسِ


Artinya: “Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia” (HR Thabrani)

Ustaz Oni kemudian melanjutkan hadits Rasulullah SAW ini dengan pembahasan bahwa Rasulullah memberikan contoh orang-orang yang paling bermanfaat. Mereka adalah yang membantu kesusahan orang lain, berzakat, berinfak dan sebagainya.

Masih dalam hadits yang sama, Rasulullah berkata “Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani)

“Hadits ini dengan tegas memberikan pesan kepada kita betapa mulia orang yang berzakat, berinfak dan membantu saudaranya,” ujar Ustaz Oni.

Baik pemberi zakat maupun orang yang menerima, keduanya memiliki keutamaan masing-masing.

“Bagi orang yang berbagi, ia akan mendapatkan keberkahan, untuk dirinya sendiri, untuk orang tuanya, untuk keluarganya, bagi semuanya,” jelas Ustaz Oni.

Sementara keutamaan dan manfaat bagi mustahik, yakni orang-orang yang menerima zakat adalah bisa menyelesaikan sebagian masalahnya.

“Masalahnya terselesaikan, terminimalisir kesenjangan antara dhuafa dan hartawan. Mereka akan berterima kasih, memberikan apresiasi, misalnya lewat doa. Doa para dhuafa mustajab, dikabulkan oleh Allah SWT,” jelas Ustaz Oni.

Seperti apa penjelasan selanjutnya tentang berzakat dan berbagi dengan sesama? Simak selengkapnya dalam video Mutiara Ramadan: Hikmah Zakat dan Berbagi bersama Ustaz Oni Sahroni di SINI.

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Kemuliaan Salat Berjamaah



Jakarta

Salat lebih utama jika dilakukan secara berjamaah ketimbang sendirian. Meski terlihat sebagai amalan yang mudah, faktanya banyak yang lebih memilih salat sendiri dengan berbagai alasan, seperti ingin cepat menyelesaikan salat karena ada kesibukan.

Rasulullah SAW bersabda,

“Salat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada sholat sendiri,” (HR Bukhari).


Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom pada Minggu (16/4/2023) menjelaskan bahwa salat berjamaah perbandingannya 1 : 27 jika di luar Ramadan.

“Tapi kalau dalam Ramadan itu dikali 10,” katanya menjelaskan.

Allah SWT pun kagum kepada hambanya yang mengerjakan salat berjamaah, ini sesuai dengan Imam Ahmad yang meriwayatkan dari Abdullah bin Amru RA, beliau berkata:

“Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Sungguh Allah Ta’ala kagum pada salat yang dikerjakan secara berjamaah,'” (HR Thabrani).

Selain itu, mereka yang menunggu salat berjamaah akan dianggap berada dalam salat. Para malaikat bahkan memohon ampunan baginya dan mendoakan rahmat untuknya. Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda:

“Salah seorang di antara kalian jika duduk menunggu waktu sholat, selama tidak berhadats, maka malaikat akan berdoa baginya: ‘Wahai Allah, ampunilah ia, wahai Allah rahmatilah ia,'” (HR Muslim).

Pada bulan suci Ramadan, segala sesuatu dilakukan secara berjamaah atau bersama. Tidak hanya salat, bahkan buka puasa dan sahur sekali pun.

Karenanya, Ramadan disebut sebagai bulan penuh berkah. Sebab, ada kebahagiaan tersendiri dengan mengerjakan segala sesuatu secara bersama.

“Bulan suci Ramadan ini masyaAllah, bulan kebersamaan, bulan keberkahan,” lanjut Prof Nasaruddin Umar.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Sholat Berjamaah dapat disaksikan DI SINI.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Doa Awal Ramadhan Sesuai Sunnah agar Dapat Keberkahan



Jakarta

Bulan Ramadhan sebentar lagi akan tiba. Umat Islam bisa membaca doa awal Ramadhan agar senantiasa mendapat keberkahan dari Allah SWT.

Seperti yang disampaikan dalam buku Pintar Doa dan Zikir Rasulullah karya Abdullah Zaedan, bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan keutamaan dan kemuliaan. Ada banyak sekali doa dan amalan yang bisa kita lakukan untuk meraih keutamaan di bulan ini, misalnya saja dengan membaca doa awal Ramadhan.

Sementara itu, Yusuf Burhanudin dalam buku Misteri Bulan Ramadhan memaparkan mengenai makna dari bacaan doa tersebut. Doa awal Ramadhan atau doa menyambut Ramadhan ini mengandung lima permohonan. Permohonan tersebut antara lain:


  • Memohon kepada Allah SWT agar senantiasa diberi kesehatan sehingga bisa menyambut Ramadhan dengan stamina dan fisik yang prima.
  • Dijauhkan dari segala penyakit jasmani dan rohani sehingga bisa menyambut Ramadhan dengan sempurna.
  • Memohon kepada Allah SWT agar menjauhkan bulan Ramadhan dari segala bencana.
  • Supaya Ramadhan tetap dijaga kesucian dan keberkahannya.
  • Agar Allah SWT senantiasa menerima seluruh jerih payah amal perbuatan selama bulan Ramadhan.

Berikut bacaan doa awal Ramadhan sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi SAW.

Doa Awal Ramadhan Arab, Latin, dan Artinya

1. Doa Awal Ramadhan Sesuai Sunnah

اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِيْ إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـيْ رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِيْ مُتَقَبَّلاً

Allahumma sallimni li ramadhaana wa sallim lii ramadhaana wa tasallamhu minni mutaqobbalan

Artinya: “Ya Allah, selamatkanlah aku untuk bulan Ramadhan dan selamatkanlah bulan Ramadhan untukku, serta selamatkanlah Ramadhan dariku demi amal ibadah yang diterima.” (HR Thabrani dan al-Dailami)

2. Doa Melihat Hilal Ramadhan

اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالإِيمَانِ وَالسَّلامَةِ وَالإِسْلامِ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ هِلَالُ رُشْدٍ وَخَيْرٍ

Allahumma ahillahu ‘alaina bil yumni wal imani was salamati wal islam. Rabbi wa rabbukallah. Hilalu rusydin wa khairin

Artinya: “Ya Allah, perlihatkanlah hilal itu kepada kami dengan keamanan dan keimanan, keselamatan dan keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah, hilal petunjuk dan kebaikan.” (Dinukil dari Kitab Riyadhus Shalihin)

3. Doa agar Bertemu Bulan Ramadhan

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Allahumma baarik lanaa fii Rajab wa Sya’ban wa ballignaa Ramadhan

Artinya: “Ya Allah berilah keberkahan pada kami di bulan Rajab, bulan Syaban dan sampaikanlah kami di bulan Ramadhan.” (HR Ahmad)

Disebutkan dalam buku Kumpulan Tanya Jawab Islam yang disusun oleh Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah, doa menyambut Ramadhan tersebut sudah bisa dipanjatkan sejak bulan Rajab.

Dijelaskan dalam doa tersebut mengandung makna yang tersirat, di mana dua bulan sebelum Ramadhan kita sudah mengharap dan mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya Ramadhan bulan yang suci dan mulia.

Penetapan Awal Ramadhan

Masih dalam buku yang sama dijelaskan bahwa para jumhur ulama sepakat penetapan awal Ramadhan dilakukan dengan salah satu dari dua cara, yaitu:

  • Dihitung dengan melihat hilal (tanggal) bulan Ramadhan bila tidak ada yang menghalangi pandangan seperti mendung, awan, asap, debu dan lain-lain.
  • Dengan menyempurnakan bulan Syaban menjadi 30 hari, bila tanggal 29 Syaban ada penghalang rukyatul hilal.

Hal tersebut sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW,

صُوْمُوا لِرُؤْيَتِهِ وَافْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِيْنَ يَوْمًا

Artinya: “Berpuasalah kalian apabila melihat bulan, dan berbukalah (berhari raya-lah) kalian, apabila telah melihat bulan. Namun, jika pandanganmu terhalang oleh awan, maka sempurnakan bulan Syaban itu sampai dengan 30 hari” (HR Bukhari dan Muslim)

Itulah penjelasan mengenai doa awal Ramadhan lengkap dengan artinya.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Anak Yatim Golongan yang Istimewa, Disebut dalam Hadits Rasulullah SAW


Jakarta

Anak yatim memiliki kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Dalam beberapa dalil disebutkan tentang anak yatim, baik itu dalam Al-Qur’an maupun hadits Rasulullah SAW.

Yatim adalah sebutan untuk anak-anak yang tidak memiliki ayah. Mereka adalah anak-anak yang kurang beruntung karena tidak bisa merasakan kebahagiaan dengan orang tua yang lengkap. Namun dalam ajaran Islam, anak yatim termasuk golongan yang istimewa.

Golongan yang termasuk anak yatim yakni anak-anak yang ditinggal ayahnya ketika usianya belum baligh atau masih terbilang kecil. Ketika anak tersebut sudah baligh, maka tidak lagi disebut sebagai anak yatim.


Dalam Al-Qur’an kata yatim disebutkan sebanyak 23 kali. Allah SWT dalam firman-Nya menyampaikan bahwa anak yatim adalah orang-orang yang harus dipelihara, dikasihi dan diperhatikan. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 220, Allah SWT berfirman,

فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ ۗ وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْيَتَٰمَىٰ ۖ قُلْ إِصْلَاحٌ لَّهُمْ خَيْرٌ ۖ وَإِن تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَٰنُكُمْ ۚ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ ٱلْمُفْسِدَ مِنَ ٱلْمُصْلِحِ ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَأَعْنَتَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Artinya: Tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Rasulullah SAW Adalah Seorang Yatim

Mengutip buku Kasih Islam untuk Yatim yang ditulis H. Brilly El-Rasheed, S.Pd. dijelaskan bahwa Rasulullah SAW lahir sebagai seorang yatim. Beliau lahir pada tahun Gajah.

Ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib meninggal dunia ketika Nabi Muhammad SAW masih dalam kandungan.

Abdullah bin Abdul Muthalib meninggal dunia saat usia kandungan istrinya, Aminah, baru berusia dua bulan. Dengan demikian, Nabi Muhammad SAW terlahir sebagai yatim.

Amjad Rasyid dalam bukunya yang berjudul Syarah Safinatun Naja: Ringkasan Akidah, Sirah Nabawiyah, Ibadah dalam Madzhab Asy-Syafi’i menjelaskan ibunda Nabi Muhammad SAW, Aminah binti Wahab meninggal dunia saat beliau berusia enam tahun. Ada yang mengatakan empat tahun.

Semenjak ibundanya meninggal dunia, Nabi Muhammad SAW menjadi yatim piatu. Beliau kemudian dirawat oleh sang kakek Abdul Muthalib.

Hadits Rasulullah SAW Tentang Anak Yatim

Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat peduli terhadap anak yatim. Beliau mengalami sendiri bagaimana rasanya menjalani hidup sebagai seorang yatim piatu sejak usianya masih sangat kecil.

Dalam haditsnya, beliau banyak memuji kafilul yatim yakni penyantun, pemelihara, pendidik dan donatur bagi anak yatim. Menyantuni anak yatim termasuk perintah dan kewajiban bagi setiap muslim.

Kewajiban menjaga dan menyantuni anak yatim dijelaskan sebagaimana hadits Rasulullah SAW,

“Barangsiapa yang mengurus anak yatim milik orang muslim, dalam makanan dan minumannya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga kecuali ia melakukan dosa yang tidak bisa diampuni.” (HR Bukhari dan Muslim)

Kemudian dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga menegaskan keutamaan dan balasan bagi muslim yang menjaga anak yatim

“Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini,” kemudian beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya serta agak merenggangkan keduanya. (HR Ahmad)

Hadits ini menegaskan bahwa menjaga anak yatim akan berbalas surga dan sekaligus mendapatkan tempat terdekat dengan Rasulullah SAW. Masyaallah.

Berikut beberapa hadits yang menjelaskan keutamaan bagi orang yang menjaga dan menyantuni yatim:

1. Berbuat Baik Kepada Yatim

Melansir laman Baznas, sebuah hadits menjelaskan tentang anjuran berbuat baik kepada yatim. Rasulullah SAW bersabda,

“Siapa yang mengusap kepala anak yatim karena Allah, maka baginya setiap helai rambut yang diusapnya itu ada kebaikan. Dan siapa yang berbuat baik kepada anak yatim perempuan atau laki-laki yang berada di sisinya, maka aku dan dia di surga seperti ini,” Rasulullah SAW menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah serta merenggangkannya sedikit. (HR. Ahmad)

2. Pahala bagi Orang yang Menjaga Yatim

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang memberi makan dan minum anak yatim hingga merasa cukup, maka dia dijauhkan dari neraka sejauh jarak perjalanan tujuh puluh tahun.” (HR. Thabrani)

Hadits ini menegaskan bahwa menyantuni anak yatim akan menjaga dari keburukan dan dijauhkan dari api neraka.

3. Selamat dari Siksa Kiamat

M. Khalilurrahman Al Mahfani dalam bukunya yang berjudul Dahyatnya Doa Anak Yatim disebutkan hadits yang menerangkan bahwa orang yang mengasuh anak yatim akan selamat dari hari kiamat.

Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah SWT berfirman, “Demi yang mengutusku dengan Hak, Allah tidak akan menyiksa pada hari kiamat nanti orang yang menyayangi anak yatim, lemah lembut pembicaraan dengannya, menyayangi keyatiman dan kelemahannya.” (HR Thabrani)

4. Menjadi Rumah Terbaik

Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik rumah kaum muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang diperlakukan (diasuh) dengan baik, dan seburuk-buruk rumah kaum muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlakukan dengan buruk.” (HR Ibnu Majah)

5. Pahala Jariyah

Rasulullah SAW bersabda, “Jika manusia mati, terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang selalu mendoakannya.” (HR Muslim)

Memelihara dan menyantuni anak yatim merupakan salah satu bentuk ibadah sosial dalam rangka amar makruf (mengajak pada kebaikan) dan nahi mungkar (melarang berbuat maksiat).

Deretan hadits ini menegaskan bahwa Islam sangat menganjurkan untuk melindungi dan menyayangi anak yatim.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com