Tag Archives: ibadah

Doa dan Dzikir setelah Sholat Tahajud agar Cepat Terkabul


Jakarta

Salah satu ibadah sunnah yang bisa dikerjakan umat Islam adalah sholat Tahajud. Selepas itu bisa melanjutkannya dengan membaca doa dan dzikir setelah sholat Tahajud.

Sholat Tahajud dilaksanakan pada malam hari sesudah tidur, tepatnya setelah sholat Isya hingga sebelum masuk waktu sholat Subuh. Dalil mengenai sholat Tahajud ini termuat dalam surah Al Isra ayat 79. Allah SWT berfirman,

وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا ٧٩


Artinya: “Pada sebagian malam lakukanlah sholat Tahajud sebagai (suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”

Sholat Tahajud yang dikerjakan pada malam hari merupakan sholat paling utama setelah sholat Fardhu. Disebutkan dalam sebuah hadits, Abu Hurairah RA mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

أَفْضَلُ الصَّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَريضَةِ صَلَاةُ اللَّيْل

Artinya: “Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa pada bulan Allah Muharram. Dan salat yang paling utama setelah sholat fardhu adalah sholat malam.” (HR Muslim dalam Shahih-nya bab Fadhlu Shaum Al-Muharram)

Salah satu waktu untuk mengerjakan sholat Tahajud adalah pada sepertiga malam terakhir. Menurut sebuah hadits, Allah SWT akan turun ke langit dunia dan mengabulkan permintaan hamba-Nya. Rasulullah SAW bersabda,

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

Artinya: “Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman, ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku-kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Ku-berikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Ku-ampuni.” (HR Bukhari dan Muslim)

Untuk itu, umat Islam bisa membaca doa dan dzikir setelah sholat Tahajud. Rasulullah SAW juga telah mencontohkan bacaan doanya.

Doa dan Dzikir setelah Sholat Tahajud

Dikutip dari buku 4 Shalat Dahsyat karya Ahmed Erkan, doa yang dapat dibaca setelah sholat tahajud menurut hadits riwayat Bukhari dan Muslim yaitu:

اَللهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْححَمْدُ اَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاءُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِييُّوْنَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ. اَللهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِيْ مَاقَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَسْرَرْتُ وَمَا اَعْلَنْتُ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ. اَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ

Latin: Allâhumma rabbana lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta malikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haq. Wa wa’dukal haq. Wa liqâ’uka haq. Wa qauluka haq. Wal jannatu haq. Wan nâru haq. Wan nabiyyûna haq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haq. Was sâ’atu haq. Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a’lantu, wa mâ anta a’lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh.

Artinya: “Ya Allah, milik-Mu segala pujian. Engkau yang mengurus langit dan bumi serta segala yang ada di dalamnya. Milik-Mu segala pujian. Milik-Mu segala kerajaan langit dan bumi serta yang ada di dalamnya. Milik-Mu segala pujian. Engkaulah cahaya langit dan bumi serta segala apa yang ada di dalamnya. Milik-Mu segala pujian. Engkaulah cahaya langit dan bumi serta segala apa yang ada di dalamnya. Milik-Mu segala pujian. Engkau adalah Raja langit dan bumi. Milik-Mu segala pujian. Engkau Maha Benar, janji-Mu benar, pertemuan dengan-Mu benar, firman-Mu benar, surga-Mu benar, neraka-Mu benar, nabi-nabi-Mu benar, Muhammad SAW benar, dan hari kiamat benar. Ya Allah, untuk-Mu aku berserah diri, kepada-Mu ku beriman, kepada-Mu aku bertawakal, dan kepada-Mu aku kembali. Demi Engkau, aku rela berseteru (dengan musuh) dan kepada-Mu aku berhukum. Maka, ampunilah dosa-dosaku yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan, yang aku sembunyikan dan aku nyatakan. Engkaulah yang mendahulukan dan mengakhirkan.Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Keutamaan Sholat Tahajud

Merangkum dari buku di atas dan buku Dahsyatnya Tahajud, Subuh, & Dhuha karya Adnan Tarsyah, sholat Tahajud memiliki berbagai keutamaan. Berikut di antaranya:

  • Mendapatkan kemuliaan dari Allah SWT
  • Mendapatkan ridha Allah SWT
  • Mendapatkan surga Allah
  • Mendapatkan jaminan ampunan dari Allah SWT
  • Dikabulkannya doa dan harapan
  • Mendekatkan diri kepada Allah SWT

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Ayat Kursi, Manfaat, dan Waktu Utama Membacanya


Jakarta

Doa Ayat Kursi merujuk pada Ayat Kursi yang ada di surat Al-Baqarah ayat 255. Ayat ini memberi manfaat bagi muslim yang membacanya, misal memperoleh perlindungan dari Allah SWT.

Ayat kursi dapat dibaca kapanpun dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Yuk simak ulasannya.

Ayat Kursi beserta Latinnya

Berikut adalah bacaan Ayat Kursi beserta tulisan latin dan artinya.


اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ

Arab-latin: allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyụm, lā ta`khużuhụ sinatuw wa lā na`ụm, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, man żallażī yasyfa’u ‘indahū illā bi`iżnih, ya’lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭụna bisyai`im min ‘ilmihī illā bimā syā`, wasi’a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ, wa lā ya`ụduhụ ḥifẓuhumā, wa huwal-‘aliyyul-‘aẓīm

Artinya: “Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahahidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Mahatinggi lagi Maha Agung.”

Manfaat Ayat Kursi

Dikutip dari buku Kaya Total dengan Ayat Kursi yang ditulis oleh Muhammad Ainur Rasyid, berikut beberapa manfaat dari membaca ayat kursi dalam beberapa hadits:

1. Berdasarkan Abu Hurairah

قُلْتُ قَالَ لِي إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ مِنْ أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ ‏{‏اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ‏}‏ وَقَالَ لِي لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ، وَكَانُوا أَحْرَصَ شَىْءٍ عَلَى الْخَيْرِ‏.‏ فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ‏”‏ أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ ‏”‏‏.‏ قَالَ لاَ‏.‏ قَالَ ‏”‏ ذَاكَ شَيْطَانٌ

Artinya: Dia berkata kepadaku, “Ketika kamu hendak tidur bacalah Ayat Kursi dari awal hingga akhir.” Kemudian dia berkata juga kepadaku, “Jika kamu melakukannya, Allah akan menunjuk penjaga yang akan bersamamu dan tidak ada setan yang mendekatimu hingga pagi.” Abu Hurairah atau periwayat lain menambahkan, penjaga ini sangat rajin melakukan perbuatan baik. Nabi SAW berkata, “Dia mengatakan yang sebenarnya, walau dia sendiri adalah penipu seutuhnya. Tahukah kau kepada siapa engkau berbicara tiga hari ini Abu Hurairah?” Abu Hurairah mengatakan, “Tidak.” Nabi SAW lantas mengatakan, “Dia adalah setan.” (HR Bukhari).

Hadis ini diceritakan Abu Hurairah saat mendapat tugas menjaga sodaqoh dari Nabi SAW. Selama melaksanakan tugas, ada setan yang datang dan mengambil sodaqoh. Abu Hurairah menangkap setan tersebut, namun melepasnya karena kasihan.

Setelah berlangsung tiga kali, Abu Hurairah ingin membawa setan tersebut pada Nabi SAW. Setan tersebut lantas menjelaskan keutamaan membaca Ayat Kursi, yang dibenarkan Rasulullah SAW.

2. Berdasarkan Kitab Al-Mathalib al-Aliyyah

فَقَالَتْ إِنِّي ذَاكِرَةٌ لَكَ شَيْئًا آيَةَ الْكُرْسِيِّ اقْرَأْهَا فِي بَيْتِكَ فَلاَ يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ وَلاَ غَيْرُهُ

Artinya: “Aku harus mengatakan padamu sesuatu. Jika kamu membaca Ayat Kursi di rumah, maka tidak ada setan atau apa pun yang akan mendekatimu.” (HR Tirmidzi).

Hadis ini berdasarkan cerita salah satu sahabat Nabi SAW Abu Ayyub Al-Ansari, yang menyimpan kurma di rumahnya. Dia bercerita pada Nabi SAW ada setan yang datang ke rumah dan mengambil kurmanya tanpa izin.

Nabi SAW memerintahkan Abu Ayyub untuk menangkapnya, yang dilakukan hingga tiga kali. Abu Ayyub melepasnya karena setan berjanji tidak akan kembali. Ketika Abu Ayyub tidak melepasnya sebelum bertemu Nabi SAW, setan tersebut menyarankan untuk membaca Ayat Kursi. Potongan surat Al Baqarah itu akan menjauhkan setan dari rumah.

3. Berdasarkan Albani

قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ ‏- صلى الله عليه وسلم ‏-{ مَنْ قَرَأَ آيَةَ اَلْكُرْسِيِّ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُولِ اَلْجَنَّةِ إِلَّا اَلْمَوْتُ }

Artinya: Rasulullah SAW mengatakan, “Siapa saja yang membaca Ayat Kursi tiap akhir sholat wajib maka tidak ada yang bisa mencegahnya masuk surga kecuali kematian (HR An Nasa’i).

4. Kitab Nuzhatul Majalis wa Muntakhabin Nafais

عن النبي صلى الله عليه وسلم من خرج من منزله فقرأ آية الكرسي يبعث الله إليه سبعين ألف ملك يستغفرون له ويدعون له فإذا رجع إلى منزله ودخل بيته وقرأ آية الكرسي نزع الله الفقر من بين عينيه

Artinya: Dari Nabi Saw, “Barasngsiapa keluar dari rumahnya, kemudian dia membaca Ayat Kursi, maka Allah akan mengutus kepadanya tujuh puluh malaikat yang akan memohonkan ampun dan mendoakannya. Kemudian ketika dia kembali ke rumahnya dan masuk rumah dengan membaca Ayat Kursi, maka Allah menghilangkan kefakiran yang ada di depan matanya.”

5. Berdasarkan Riwayat Dailami

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ “‏ لِكُلِّ شَيْءٍ سَنَامٌ وَإِنَّ سَنَامَ الْقُرْآنِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ وَفِيهَا آيَةٌ هِيَ سَيِّدَةُ آىِ الْقُرْآنِ هِيَ آيَةُ الْكُرْسِيِّ ‏”

Artinya: Seperti diceritakan Abu Hurairah, Nabi SAW mengatakan, “Segala sesuatu ada puncaknya dan puncak Al-Qur’an adalah surat Al-Baqarah, di dalamnya ada ayat yang merupakan tuan dari segala ayat. Itulah Ayat Kursi.” (HR Tirmidzi).

Membaca ayat kursi bermanfaat untuk rezeki yang lancar dan memberkahi kita dengan sifat syukur dan tidak riya’. Ayat kursi mengajarkan kita agar menjadi orang kaya yang rendah hati dan dekat dengan Allah SWT.

Waktu Utama Membaca Ayat Kursi

Dikutip dari Pusat Jurnal UIN Ar-Raniry, berikut waktu utama membaca doa ayat kursi:

1. Sebelum Tidur

Ketika seseorang membaca ayat kursi sebelum tidur, maka ia senantiasa mendapatkan penjagaan dari Allah dan setan tidak mendekatinya hingga pagi. Hal ini dijelaskan pada hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, tentang setan yang mencuri harta zakat.

2. Setelah Sholat Wajib

Ketika seseorang membaca ayat kursi saat setelah sholat wajib, maka tidak ada yang menghalanginya dari surga kecuali kematian. Rasulullah bersabda “Barangsiapa yang membaca ayat kursi saat setiap selesai sholat (fardhu), maka tidak ada penghalang antara ia dengan masuk surga, kecuali kematian.”

3. Ketika Pagi dan Sore Hari

Ayat kursi dibaca ketika pagi dan sore hari dapat melindungi dari gangguan setan. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab tentang jin yang mencuri kurmanya.

Itulah tadi bacaan doa Ayat Kursi, manfaat, dan waktu utama membacanya. Semoga bermanfaat!

(row/row)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Doa Tahiyat Akhir sebelum Salam Wasiat dari Rasulullah


Jakarta

Rasulullah SAW mewasiatkan sebuah doa tahiyat akhir sebelum salam. Doa ini berisi permohonan seorang hamba kepada Rabbnya agar mendapat pertolongan.

Wasiat Rasulullah SAW ini disampaikan kepada sahabat beliau, Mu’adz RA, dan berlaku bagi umat Islam secara keseluruhan. Rasulullah SAW bersabda,

يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ فَقَالَ أُوصِيْكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرٍ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُوْلُ : اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ


Artinya: “Wahai Mu’adz, demi Allah, aku mencintaimu.” Lalu beliau berkata, “Aku wasiatkan kepadamu, wahai Mu’adz, janganlah engkau sekali-kali meninggalkan doa ini di akhir setiap salat, ‘Allaahumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik.'” (HR Abu Daud dan an-Nasa’i. Al-Hafiz Abu Thahir mengatakan hadits ini sanadnya shahih)

Berikut bacaan doa tahiyat akhir sebelum salam yang dimaksud dalam hadits di atas dalam tulisan Arab, latin, dan artinya.

Doa Tahiyat Akhir sebelum Salam

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Allaahumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik

Artinya: “Ya Allah, tolonglah aku dalam berzikir, bersyukur, dan beribadah yang baik kepada-Mu.”

Doa tersebut dibaca setelah tahiyat akhir dan sebelum salam. Adapun, saat tahiyat akhir, umat Islam bisa membaca sholawat Nabi. Imam an-Nawawi mengatakan dalam kitab Al-Adzkar, membaca sholawat Nabi saat tahiyat akhir hukumnya wajib menurut pendapat Imam Syafi’i.

Adapun, membaca sholawat atas keluarga Nabi hukumnya sunnah dan sebagian ulama Syafi’iyah ada yang mengatakan wajib. Kata Imam an-Nawawi, bacaan sholawat yang lebih utama adalah sebagai berikut,

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي العَالَمينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Allaahumma shalli ‘alaa muhammadin ‘abdika wa rasuulikan nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa aali muhammadin wa azwaajihi wa dzurriyatih, kamaa shallayta ‘alaa ibraahiima wa ‘alaa aali ibraahiim, wa baarik ‘alaa muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa aali wa ‘alaa aali muhamma- din wa azwaajihi wa dzurriyyaatih, kamaa baarakta ‘alaa ibraahiima wa ‘alaa aali ibraahiima fil ‘aalamiina innaka hamiidum majiid

Artinya: “Ya Allah, semoga kesejahteraan untuk Nabi Muhammad, yaitu hamba-Mu dan utusan-Mu, Nabi yang (ummi) tidak bisa baca-tulis, dan untuk keluarga Nabi Muhammad, istri-istrinya dan para dzuriyah-nya. Sebagaimana kesejahteraan yang telah Engkau limpahkan untuk Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Semoga keberkahan untuk Nabi Muhammad, Nabi yang (ummi) tidak bisa baca-tulis, dan untuk keluarga Nabi Muhammad, istri-istrinya, dan para dzuruyah-nya, sebagaimana keberkahan yang Engkau limpahkan untuk Nabi Ibrahim, dan keluarga Nabi Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Mulia seru sekalian alam.”

Hukum Membaca Doa Tahiyat Akhir sebelum Salam

Imam an-Nawawi juga menjelaskan, membaca doa setelah tahiyat akhir sebelum salam hukumnya boleh. Para ulama tidak ada perbedaan pendapat dalam hal ini.

Hal tersebut mengacu pada sejumlah hadits yang salah satunya termuat dalam kitab Shahih Bukhari-Muslim dari riwayat Abdullah bin Mas’ud RA. Dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW mengajarkan bacaan tasyahud kemudian pada akhir kalimat beliau bersabda, kemudian memilih membaca bacaan doa.

Ada banyak doa tahiyat akhir sebelum salam yang bisa dibaca oleh umat Islam selain seperti doa yang diwasiatkan Rasulullah SAW dalam hadits Mu’adz di atas. Dalam kitab Shahih Bukhari-Muslim, Abu Hurairah RA mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Jika kalian telah selesai membaca tasyahud akhir, maka bacalah doa memohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara; dari pedihnya siksa neraka jahannam, dari pedihnya siksa kubur, dari kerasnya fitnah hidup dan mati, dan dari keburukan perbuatan Dajjal.”

Hadits tersebut diriwayatkan Imam Muslim. Berikut bacaan doa tahiyat akhir sebelum salam versi Arab, latin, dan artinya.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ المَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرَفِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ.

Allaahumma inni a’uudzubika min ‘adzaabi jahannam, wa min ‘adzaabil qabri, wa min fitnatil mahyaa wal mamaat, wa min syarri fit- natil masiihid dajjaal

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari pedihnya siksa neraka jahannam, dari pedihnya siksa kubur, dari kerasnya fitnah hidup dan mati, dan dari keburukan perbuatan Dajjal.”

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Niat Puasa Senin Kamis dan Doa Berbukanya


Jakarta

Umat Islam tidak hanya diperintahkan untuk melakukan puasa wajib sebagaimana puasa Ramadan, namun juga dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah. Salah satu puasa sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW adalah puasa Senin Kamis.

Sebagaimana namanya, puasa Senin Kamis adalah puasa sunah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW yang dilaksanakan pada hari Senin dan Kamis, sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.

Abu Aunillah Al-Baijury dalam bukunya yang berjudul Buku Pintar Agama Islam: Panduan Lengkap Berislam Secara Kafah mengatakan bahwasanya Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling sering melaksanakan puasa Senin Kamis.


Ketika ditanya alasannya, beliau menjawab, “Sesungguhnya, segala amal perbuatan dipersembahkan pada hari Senin dan Kamis, maka Allah akan mengampuni dosa setiap orang muslim atau setiap orang mukmin, kecuali dua orang yang bermusuhan. Maka Allah berfirman, ‘Tangguhkan keduanya.'” (HR Ahmad)

Niat Puasa Senin Kamis

Sumber yang sama mengatakan bahwa niat puasa Senin Kamis dibaca terpisah sesuai harinya. Niat masih bisa dilakukan meski sudah tengah hari dengan syarat belum melakukan hal-hal yang bisa membatalkan puasa sejak terbitnya fajar.

Ketentuan ini diambil dari apa yang pernah Rasulullah SAW lakukan, bahwasanya pada suatu waktu beliau mendatangi Aisyah RA bertepatan selain bulan Ramadan, kemudian beliau bersabda,

هَلْ عِنْدَكُمْ غَدَاء ؟ وَ إِلَّا فَإِنِّي صَائِمٌ

Artinya: “Apakah engkau punya santapan siang? Maka jika tidak ada aku akan berpuasa.” (HR Muslim)

Menurut buku Puasa Senin-Kamis karya Mahmud Ahmad Mustafa, perlu diingat bahwa niat itu tempatnya di hati bukan di lidah karena niat adalah pekerjaan hati. Oleh karena itu, apabila seseorang mengucapkan niat puasa namun di hati tidak disertai dengan niat dan keinginan yang kuat untuk puasa, maka niat puasa itu tidaklah sah.

Diambil dari buku Fikih yang ditulis oleh Ahmad Ahyar dan Ahmad Najibullah, berikut adalah niat puasa Senin dan Kamis.

Niat Puasa Senin

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ فِي يَوْمِ الْإِثْنَيْنِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

Arab-latin: Nawaitu sauma gadin fi yaumil-isnaini sunnatal lillāhi ta’ālā.

Artinya: Saya niat puasa besok pada hari Senin sunnah karena Allah Ta’ala.

Niat Puasa Kamis

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ فِي يَوْمِ الْحَمِيْسِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

Arab-latin: Nawaitu sauma gadin fi yaumil-khamisi sunnatan lillāhi ta’ālā.

Artinya: Saya niat puasa besok pada hari Kamis sunnah karena Allah Ta’ala.

Doa Berbuka Puasa Senin Kamis

Sebelum memasukkan makanan ke dalam mulut, umat Islam yang menjalani puasa Senin Kamis terlebih dahulu diperintahkan untuk mengucapkan doa berbuka puasa.

Diambil dari buku Koreksi Tuntas Buku 37 Masalah Populer oleh Abdurrahman Al-Mukaffi, berikut doa berbuka puasa yang terdapat dalam hadits shahih.

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَتِ الْعُرُوْقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Dzahabaz zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru, insyaallah.

Artinya: “Telah hilang dahaga, telah basah urat (tenggorokan), dan telah tetap pahala, insya Allah.” (HR Abu Dawud dalam Kitab Sunan Abu Dawud)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Hadits Tentang Sholat, Sebagai Penolong dan Penghapus Dosa



Jakarta

Sholat adalah ibadah wajib bagi umat muslim. Rasulullah SAW telah menjelaskan pentingnya sholat melalui beberapa hadits.

Sholat merupakan amalan yang pahalanya dihisab paling pertama. Perintah melaksanakan sholat termaktub dalam Al-Qur’an surat An Nisa ayat 103, Allah SWT berfirman

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا


Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”

Hadits tentang Sholat

Mengutip buku Sifat Shalat Nabi SAW oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin disebutkan sebuah hadits yang menjelaskan Rasulullah SAW sholat dengan menghadap Kakbah.

“Rasulullah SAW melaksanakan sholat wajib maupun sholat sunnah dengan menghadap Kakbah (kiblat). Beliau memerintahkan hal yang demikian kepada orang yang tidak benar dalam sholatnya sebagaimana sabdanya: “Apabila kamu hendak melakukan sholat, berwudhulah dengan sempurna kemudian menghadap kiblat, lalu bertakbirlah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Berikut beberapa hadits Rasulullah SAW tentang sholat dan keutamaannya:

1. Sholat sebagai penghibur jiwa

Rasulullah SAW menyebutkan bahwa sholat menjadi amalan yang bisa menjadi penyejuk hati dan penghibur jiwa. Berdasarkan hadits riwayat An-Nasa’i dan Ahmad Rasulullah SAW bersabda,

حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا النِّسَاءُ وَالطِّيبُ، وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ

Artinya: dijadikan kesenanganku dari dunia berupa wanita dan minyak wangi. Dan dijadikan lah penyejuk hatiku dalam ibadah sholat.

Selain itu, Nabi Muhammad juga meminta sahabatnya Bilal untuk mendirikan sholat. Sebab, ibadah tersebut bisa membuat diri seseorang merasa tenang.

Dalam hadist riwayat Abu Dawud, Rasulullah SAW juga bersabda,

قُمْ يَا بِلَالُ فَأَرِحْنَا بِالصَّلَاةِ

Artinya: Wahai Bilal, berdirilah. Nyamankan lah kami dengan mendirikan shalat.

2. Sholat sebagai penggugur dosa

Sebuah hadits Rasulullah SAW menyebutkan bahwa sholat bisa membersihkan dosa.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda,

أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ، هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ؟

Artinya: bagaimana pendapatmu jika di depan pintu rumahmu ada sungai, lalu Engkau mandi sehari lima kali? Apakah tersisa kotoran di badannya?

Para sahabat menjawab,

لَا يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ

Artinya: tidak akan tersisa kotoran sedikit pun di badannya

Rasulullah SAW pun bersabda,

فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ، يَمْحُو اللهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا

Artinya: itu adalah permisalan untuk shalat lima waktu. Dengan sholat lima waktu, Allah Ta’ala menghapus dosa-dosa (kecil).

3. Sholat sebagai penolong

Dalam hadist riwayat Abu Dawud, Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ، صَلَّى
Artinya: dulu jika ada perkara yang menyusahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mendirikan sholat.

Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 45 berfirman:

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ

Artinya: dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan (sholat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.

4. Sholat memberikan banyak kebaikan

Sholat juga dapat memberikan banyak kebaikan bagi umat Islam. Berdasarkan hadist riwayat Ahmad, dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah SAW mengingatkan tentang sholat pada suatu hari, kemudian berkata,

مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا، وَبُرْهَانًا، وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ، وَلَا بُرْهَانٌ، وَلَا نَجَاةٌ ، وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ، وَفِرْعَوْنَ، وَهَامَانَ، وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ

Artinya: Siapa saja yang menjaga sholat maka dia akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan pada hari kiamat. Sedangkan, siapa saja yang tidak menjaga sholat, dia tidak akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan. Dan pada hari kiamat nanti, dia akan dikumpulkan bersama dengan Qarun, Firaun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.

5. Sholat mencegah perbuatan buruk

Dalil dalam Al-Qur’an Surat Al-Ankabuut ayat 45, Allah SWT berfirman tentang keutamaan sholat untuk mencegah perbuatan buruk.

اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Artinya: bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Demikian beberapa dalil hadits dan ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang sholat. Sebagai umat Islam sudah sepatutnya menjaga dan mendirikan sholat fardhu sebagai ibadah yang diperintahkan langsung oleh Allah SWT.

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Dua Salat yang Paling Berat bagi Orang Munafik



Jakarta

Salat yang wajib atas setiap mukallaf–orang yang dikenai beban syariat–terdiri dari lima waktu. Dari jumlah tersebut, ada dua di antaranya yang disebut paling berat bagi orang munafik.

Hadits yang menyebut tentang dua salat yang paling berat bagi orang munafik ini berasal dari Abu Hurairah RA yang meriwayatkan dari Rasulullah SAW. Menukil kitab Bulughul Maram karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, berikut bunyi haditsnya.

وَعَنْهُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَثْقَلُ الصَّلَاةِ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلاَةُ الْعِشَاءِ وَصَلاَةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوا. (مُتَفَقُ عَلَيْهِ)


Artinya: “Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW telah bersabda, ‘Salat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah salat Isya dan salat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui pahala yang terdapat dalam dua salat itu, pasti mereka mendatanginya meskipun dengan merangkak.'” (Muttafaq ‘alaih)

Menurut penjelasan dalam kitab Taisirul-Allam Syarh Umdatul-Ahkam karya Abdullah bin Abdurrahman Alu Bassam, hadits tersebut menjelaskan bahwa salat Isya dan salat Subuh adalah salat yang paling berat bagi orang munafik. Orang-orang munafik suka pamer dan tidak menyebut nama Allah SWT kecuali sedikit saja, sementara salat Isya dan salat Subuh dikerjakan dalam keadaan gelap dan tidak dapat dilihat orang-orang.

Kondisi tersebut membuat orang munafik merasa berat untuk menjalankan salat Isya dan salat Subuh berjamaah karena tidak terlihat oleh banyak orang–tidak bisa pamer. Apalagi kedua salat itu dikerjakan pada saat-saat istirahat dan tidur.

“Padahal sekiranya mereka mengetahui pahala dan ganjaran pelaksanaannya bersama orang-orang muslim di masjid, tentu mereka akan mendatanginya meski dengan cara merangkak seperti merangkaknya anak kecil,” jelas Abdullah bin Abdurrahman Alu Bassam seperti diterjemahkan Kathur Suhardi.

Pahala Salat Isya dan Subuh Berjamaah

Mengerjakan salat Isya dan Subuh secara berjamaah memiliki keutamaan besar. Menurut sebuah hadits yang termuat dalam kitab Al Islam karya Said Hawwa, pahalanya seperti salat semalaman penuh.

Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ صَلَّى العِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ

Artinya: “Barang siapa menunaikan salat Isya dengan berjamaah maka seakan ia telah menjalankan salat setengah malam. Dan barang siapa menunaikan salat Subuh dengan berjamaah maka seakan ia telah menegakkan salat semalam penuh.” (HR Muslim)

Pahala salat berjamaah–tak hanya Isya dan Subuh–juga disebutkan dalam beberapa hadits. Dikatakan, Allah SWT akan melipatgandakan pahala orang yang salat berjamaah. Rasulullah SAW bersabda,

“Salatnya seseorang yang dilaksanakan dengan berjamaah (pahalanya) dilipatgandakan sebanyak dua puluh lima kali dari (pahala) salatnya yang dilakukan di rumah atau di pasar. Hal itu karena (sebelum berangkat) ia berwudhu dan menyempurnakan wudhunya kemudian ia keluar rumah berangkat ke masjid, dan ia tidak keluar rumah, kecuali hanya karena salat, setiap langkah kaki yang ia ayunkan bisa mengangkat satu derajatnya dan menghapus satu kesalahan.

Kemudian ketika ia salat maka malaikat akan selalu membacakan sholawat (doa) baginya selama ia masih berada di tempat salatnya dan selama ia tidak hadats (batal wudhunya) dengan doa, ‘Ya Allah, curahkan sholawat atasnya, ya Allah kasihilah dia, dan seseorang i antara kalian masih tetap di dalam salatnya selama ia menanti datangnya salat.'” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam redaksi lain dikatakan, “Salat jamaah mengungguli salat sendirian sebanyak 27 derajat (keutamaan).” (HR Bukhari dalam Al Jama’ah wa Al-Imamah dan Muslim dalam Al Masajid wa Mawadhi As-Shalah)

Wallahu a’lam.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Doa Nabi saat Sujud Terakhir yang Bisa Diamalkan


Jakarta

Sujud adalah sebuah gerakan dalam salat yang memiliki makna sangat dalam. Nabi Muhammad SAW selalu memanjangkan sujudnya dengan membaca sejumlah doa.

Menurut sebuah hadits yang termuat dalam buku Sifat Salat Rasulullah SAW yang Terabaikan karya Iwan Muliawan, saat sujud adalah waktu terdekat antara hamba dengan Rabbnya.

Dari Abu Hurairah RA ia mengatakan bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,


أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثَرِ الدُّعَاءَ

Artinya: “Yang paling dekat keadaan seorang hamba kepada Tuhannya adalah dalam keadaan sujud. Oleh karena itu perbanyaklah doa (di dalamnya).” (HR Muslim)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Allah SWT akan berada sangat dekat dengan hamba-Nya saat mereka sedang bersujud di salatnya. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW memerintahkan umatnya untuk memperbanyak doa pada sujud terakhirnya. Rasulullah SAW bersabda,

اَكْثَرُوا فِي السُّجُودِ مِنَ الدُّعَاءِ فَإِنَّهُ فَمِنْ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ.

Artinya: “Perbanyaklah olehmu berdoa di dalam sujud, karena doa di dalam sujud itu sangat layak diperkenankan.” (HR Ahmad dan Muslim)

Doa Nabi saat Sujud Terakhir

Ada beberapa doa yang biasa Nabi Muhammad SAW panjatkan dalam sujud terakhir atau sujud-sujudnya, di antaranya:

Masih mengambil dari sumber yang sama, doa tersebut berbunyi:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي كُلَّهُ دِقَّهُ وَجَلَّهُ وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّهُ.

Arab-latin: Allâhummaghfirlî dzambî kullahu diqqahu wa jallahu wa awwalahu wa âkhirahu wa alâ niyatahu wa sirrahu

Artinya: “Ya Allah ampunilah aku, dosaku seluruhnya, yang kecil dan yang besar, yang awal dan yang akhir, yang tersembunyi dan terang-terangan.” (HR Muslim dan Abu Dawud dari Abu Hurairah RA)

Diambil dari buku Syarah Hisnul Muslim karya Syaikh Majdi Abdul Wahab Al-Ahmad, berikut adalah doa nabi saat sujud terakhir yang kedua.

اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ.

Arab-latin: Allahumma a’uudhubi ridhaaka min sakhatika wa bi mu’aafatika min ‘uquubatika wa a’uudhubika minka laa ihsii tsanaa an ‘alaika anta atsnayta ‘ala nafsika

Artinya: “Ya Allah, dengan ridha-Mu sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari murka-Mu, dan dengan ampunan-Mu aku berlindung dari siksa-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari-Mu. Aku tidak kuasa menghitung pujian terhadap-Mu, seperti Engkau memuji diri-Mu sendiri.” (HR Muslim)

Dalam kitab Sunan an-Nasa’i juga terdapat bacaan doa nabi saat sujud terakhir dengan bacaan yang lebih pendek. Berikut bacaannya.

أَعُوذُ بِعَفْوِكَ مِنْ عِقَابِكَ، وَأَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung dengan ampunan-Mu dari siksa-Mu. Aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka- Mu. Aku berlindung dengan Zat-Mu dari sifat-Mu.” (HR Muslim)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Hasbunallah Wanikmal Wakil, Bacaan Dzikir Memohon Pertolongan Allah SWT



Jakarta

Hasbunallah wanikmal wakil dibaca agar mendapat banyak keutamaan dan manfaat. Umat Islam memegang teguh kalimat ini sebagai penguat iman di berbagai kesulitan yang menghadang.

Orang yang beriman kepada Allah SWT tidak akan pernah putus asa dalam menghadapi cobaan yang diberikan-Nya. Mereka akan selalu yakin bahwa pertolongan dan perlindungan akan datang dari-Nya apabila mau bersabar.

Sebagai penguat iman dan semangat, orang-orang mukmin memiliki sebuah kalimat yang selalu mereka pegang teguh bahkan di situasi yang sangat sulit.


Kalimat tersebut adalah hasbunallah wanikmal wakil. Dalam arsip detikHikmah disebutkan kalimat ini biasa disebut dengan “doa tawakal.”

Lalu bagaimanakah lafal kalimat hasbunallah wanikmal wakil dalam Bahasa Arab ini? Berikut penjelasan selengkapnya.

Hasbunallah Wanikmal Wakil Arab, Latin, dan Terjemahan

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الوَكِيلُ

Arab-latin: Hasbunallah wa ni’mal wakiil

Terjemahan: “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.”

Sejatinya, kalimat ini juga tertera di dalam kitab suci Al-Qur’an. Tepatnya, kalimat ini difirmankan Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 173 yang berbunyi,

اَلَّذِيْنَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ اِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوْا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ اِيْمَانًاۖ وَّقَالُوْا حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ ١٧٣

Arab-latin: Al-lażīna qāla lahumun-nāsu innan-nāsa qad jama’ū lakum fakhsyauhum fa zādahum īmānā(n), wa qālū ḥasbunallāhu wa ni’mal-wakīl(u).

Terjemahan: (yaitu) mereka yang (ketika ada) orang-orang mengatakan kepadanya, “Sesungguhnya orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan (pasukan) untuk (menyerang) kamu. Oleh karena itu, takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.”

Keutamaan Hasbunallah Wanikmal Wakil

Sebagaimana yang diambil dari buku Berlimpah Harta dengan Beragam Dzikir, Shalat, dan Puasa Khusus karya Muhammad Arifin Rahman, terdapat 13 keutamaan dalam doa tawakal ini, di antaranya:

1. Allah SWT akan memberikan pertolongan kepadanya dan ia akan mendapatkan cinta dari banyak orang

2. Allah SWT akan memberikan perlindungan dari perlindungan yang terbaik

3. Seorang muslim yang mengucapkannya akan mendapat kemuliaan yang langgeng, berkecukupan dalam kehidupan, serta mendapat pertolongan di saat mendesak

4. Membuat dirinya memiliki banyak pengikut

5. Ditolong oleh Allah SWT dengan melumpuhkan kekuatan orang zalim

6. Selalu mendapat solusi bahkan pada masalah yang berat dan buntu

7. Mendamaikan perselisihan

8. Allah SWT akan memberinya banyak rezeki dan pendapatan

9. Menolong bila diremehkan karena miskin

10. Orang-orang akan tunduk patuh kepadanya

11. Dapat meredam berbagai demonstrasi

12. Melindungi harta benda, tempat tinggal, dan barang berharga dari hama dan pencuri

13. Bermanfaat untuk keberhasilan melobi para pejabat

14. Diberi kemudahan mendapat kekayaan

15. Terlindung dari kejelekan semua makhluk, termasuk manusia

Waktu Mengamalkan Hasbunallah Wanikmal Wakil

Mengambil dari arsip detikHikmah, bacaan doa tawakal atau hasbunallah wanikmal wakil bisa dibaca setiap saat selagi memungkinkan.

Hasbunallah wanikmal wakil lebih utama diucapkan saat seorang muslim hendak bertawakal kepada Allah SWT, meminta pertolongan dan perlindungan dari-Nya.

Diharapkan, dengan membaca doa ini, Allah SWT akan mendengar permohonan hamba-Nya dan mau memberi pertolongan dan perlindungan-Nya.

Oleh sebab itu, doa hasbunallah wanikmal wakil bisa dibaca saat seorang muslim berjuang menghadapi masalah atau ditimpa kesulitan hidup. Contohnya adalah saat terpuruk, menderita, kesusahan, ketakutan, dan menghilangkan kekhawatiran.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa Sholat Dhuha Lengkap dan Bacaan Surat Pendeknya


Jakarta

Ketika selesai mengerjakan sholat, seorang muslim diperintahkan untuk memanjatkan doa dan permintaan kepada Allah SWT, termasuk ketika selesai sholat Dhuha. Bagaimanakah doa sholat Dhuha lengkap? Berikut ulasannya.

Sholat Dhuha adalah sholat sunah yang dilaksanakan pada waktu dhuha, yaitu mulai dari nampaknya matahari kurang lebih antara jam tujuh pagi, sampai bergesernya matahari (masuk waktu Zuhur).

Pengertian sholat Dhuha ini sebagaimana dijelaskan di buku Fasholatan Lengkap: Tuntunan Sholat Lengkap oleh Cepi Burhanudin.


Sholat Dhuha bisa dilakukan sebanyak dua rakaat, utamanya delapan rakaat, sampai dengan dua belas rakaat. Cara mengerjakannya adalah dengan salam setiap dua rakaat.

Disebutkan dalam buku tersebut, sholat Dhuha memiliki wasilah sebagai penambah rezeki dan menghilangkan kefakiran dari diri seorang muslim.

Lantas, apa yang dibaca pada saat sholat Dhuha?

Doa Sholat Dhuha Lengkap dan Bacaan Surat Pendeknya

Bacaan Sholat Dhuha Lengkap dengan surat pendek yang bisa dipanjatkan ketika sholat.

1. Rakaat Pertama

Surah Al Fatihah ayat 1-7, yang berbunyi:

(1) بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Artinya: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

(2) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

Artinya: Segala puji bagi Allah, Tuhan) semesta alam

(3) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ

Artinya: Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

(4) مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ

Artinya: Pemilik hari Pembalasan.

(5) اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ

Artinya: Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.

(6) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ

Artinya: Bimbinglah kami ke jalan yang lurus,

(7) صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ

Artinya: (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.

Surah Asy-Syams ayat 1-15 yang berbunyi,

(1) وَالشَّمْسِ وَضُحٰىهَاۖ

Artinya: Demi matahari dan sinarnya pada waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah),

(2) وَالْقَمَرِ اِذَا تَلٰىهَاۖ

Artinya: demi bulan saat mengiringinya,

(3) وَالنَّهَارِ اِذَا جَلّٰىهَاۖ

Artinya: demi siang saat menampakkannya,

(4) وَالَّيْلِ اِذَا يَغْشٰىهَاۖ

Artinya: demi malam saat menutupinya (gelap gulita),

(5) وَالسَّمَاۤءِ وَمَا بَنٰىهَاۖ

Artinya: demi langit serta pembuatannya,

(6) وَالْاَرْضِ وَمَا طَحٰىهَاۖ

Artinya: demi bumi serta penghamparannya,

(7) وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰىهَاۖ

Artinya: dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya,

(8) فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ

Artinya: lalu Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,

(9) قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ

Artinya: sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu)

(10) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ

Artinya: dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.

(11) كَذَّبَتْ ثَمُوْدُ بِطَغْوٰىهَآ ۖ

Artinya: (Kaum) Samud telah mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas

(12) اِذِ انْۢبَعَثَ اَشْقٰىهَاۖ

Artinya: ketika orang yang paling celaka di antara mereka bangkit (untuk menyembelih unta betina Allah).

(13) فَقَالَ لَهُمْ رَسُوْلُ اللّٰهِ نَاقَةَ اللّٰهِ وَسُقْيٰهَاۗ

Artinya: Rasul Allah (Saleh) lalu berkata kepada mereka, “(Biarkanlah) unta betina Allah ini beserta minumannya.”

(14) فَكَذَّبُوْهُ فَعَقَرُوْهَاۖ فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُمْ بِذَنْۢبِهِمْ فَسَوّٰىهَاۖ

Artinya: Namun, mereka kemudian mendustakannya (Saleh) dan menyembelih (unta betina) itu. Maka, Tuhan membinasakan mereka karena dosa-dosanya, lalu meratakan mereka (dengan tanah).

(15) وَلَا يَخَافُ عُقْبٰهَا ࣖ

Artinya: Dia tidak takut terhadap akibatnya.

2. Rakaat Kedua

Setelah membaca surah Al-Fatihah, dilanjutkan dengan membaca surah Ad-Dhuha ayat 1-11, yang berbunyi

(1) وَالضُّحٰىۙ

Artinya: Demi waktu duha

(2) وَالَّيْلِ اِذَا سَجٰىۙ

Artinya: dan demi waktu malam apabila telah sunyi,

(3) مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىۗ

Artinya: Tuhanmu (Nabi Muhammad) tidak meninggalkan dan tidak (pula) membencimu.

(4) وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰىۗ

Artinya: Sungguh, akhirat itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan (dunia).

(5) وَلَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضٰىۗ

Artinya: Sungguh, kelak (di akhirat nanti) Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu sehingga engkau rida.

(6) اَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيْمًا فَاٰوٰىۖ

Artinya: Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(-mu);

(7) وَوَجَدَكَ ضَاۤلًّا فَهَدٰىۖ

Artinya: mendapatimu sebagai seorang yang tidak tahu (tentang syariat), lalu Dia memberimu petunjuk (wahyu);

(8) وَوَجَدَكَ عَاۤىِٕلًا فَاَغْنٰىۗ

Artinya: dan mendapatimu sebagai seorang yang fakir, lalu Dia memberimu kecukupan?

(9) فَاَمَّا الْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْۗ

Artinya: Terhadap anak yatim, janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.

(10) وَاَمَّا السَّاۤىِٕلَ فَلَا تَنْهَرْ

Artinya: Terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardik.

(11) وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ ࣖ

Artinya: Terhadap nikmat Tuhanmu, nyatakanlah (dengan bersyukur).

3. Rakaat Ketiga

Setelah membaca surah Al-Fatihah, dilanjutkan dengan membaca surah Al-Ikhlas ayat 1-4, yang berbunyi,

(1) قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Allah Yang Maha Esa.

(2) اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ

Artinya: Allah tempat meminta segala sesuatu.

(3) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ

Artinya: Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan

(4) وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ࣖ

Artinya: serta tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.”

4. Rakaat Keempat

Setelah membaca surah Al-Fatihah, dilanjutkan dengan membaca surah Al-Kafirun ayat 1-6, yang berbunyi,

(1) قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَۙ

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai orang-orang kafir,

(2) لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَۙ

Artinya: aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.

(3) وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۚ

Artinya: Kamu juga bukan penyembah apa yang aku sembah.

(4وَ0 لَآ اَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْۙ

Artinya: Aku juga tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.

(5) وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۗ

Artinya: Kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.

(6) لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ ࣖ

Artinya: Untukmu agamamu dan untukku agamaku.”

Meski demikian, apabila seorang muslim hendak mengucapkan surah lain yang ada pada Al-Qur’an juga tetap diperbolehkan. Sebab semua surah yang ada di Al-Qur’an sama baiknya dengan surah-surah yang sudah disebutkan di atas.

Doa Sholat Dhuha Lengkap

Doa sholat Dhuha lengkap dianjurkan untuk dibaca setelah melakukan sholat tersebut. Menukil dari buku Doa & Dzikir Lengkap Sunnah: Prayer & Zikir Complete Sunnah. Doa tersebut berbunyi:

اَللّٰهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ

اَللّٰهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

Arab-latin: Allahumma innad-duhaa’a duhaa’uka wal bahaa’a bahaa’uka wal jamaala jamaaluka wal quwwata quwwatuka wal-qudrota qudratuka wal ‘ismata ‘ismatuka.

Allaahumma in kaana rizqii fis-samaa’i fa anzilhu, wa in kaana fil ardi fa akhrijhu, wa in kaana mu’assiran fa yassirhu, wa in kaana haraaman fa tahhirhu wa in kaana ba’iidan fa qarribhu bi haqqi duhaa’ika wa bahaa’ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatinii maa ataita ‘ibaadakash-shalihiin.

Artinya: “Ya Allah, bahwasanya waktu dhuha itu waktu dhuha-Mu, kecantikan ialah kecantikan-Mu, keindahan itu keindahan-Mu, kekuatan itu kekuatan-Mu, kekuasaan itu kekuasaan-Mu, dan perlindungan itu, perlindungan-Mu.

Ya Allah, jika rezeki masih diatas langit, turunkanlah .dan jika ada di dalam bumi, keluarkanlah, jika sukar mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hambaMu yang sholeh,”

Selain mengucapkan doa ini, seorang muslim diperbolehkan untuk mengucapkan doa apa saja sesuai yang ia kehendaki. Allah SWT pasti akan mendengar permintaan dan permohonan orang-orang yang mendekatkan diri kepada-Nya.

(rah/lus)



Sumber : www.detik.com

Salat Tidak Diterima Tanpa Bersuci, Ini Haditsnya



Jakarta

Salat adalah ibadah yang wajib bagi setiap umat Islam yang mukalaf. Kesucian menjadi kunci utama untuk memastikan diterimanya salat oleh Allah SWT. Menurut sebuah hadits, salat tidak diterima tanpa bersuci.

Hadits yang menyebut bahwa salat tidak diterima tanpa bersuci ini termuat dalam kitab Sunan At-Tirmidzi dan Imam At-Tirmidzi menyebutnya shahih.

Diriwayatkan dari Qutaibah bin Sa’id, dari Abu Awwanah, dari Simak bin Harb dan dari jalur lain dari Hannad, dari Waki, dari Israil, dari Simak, dari Mush’ab bin Sa’ad, dari Ibnu Umar, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda,


“Salat tidak diterima tanpa bersuci dan sedekah tidak diterima dari hasil pengkhianatan.” Dalam riwayat Hannad dikatakan, “Kecuali dengan bersuci.”

Imam At-Tirmidzi menukil hadits tersebut dari Sunan Ibnu Majah dan Shahih Muslim. Ia mengatakan, ini merupakan hadits yang paling kuat dan baik dalam tema ini.

Ada juga hadits serupa yang menegaskan bahwa Allah SWT tidak menerima salat tanpa bersuci. Dikutip dari buku Ensiklopedia Hadits Ibadah Bersuci dan Shalat Wajib karya Syamsul Rijal Hamid, orang yang berhadas wajib bersuci.

Rasulullah SAW bersabda, “Allah tidak menerima salat orang yang berhadas, sehingga ia berwudhu.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi dari Abu Hurairah RA)

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, “Membersihkan diri adalah sebagian dari iman.” (HR Muslim dan Abu Malik Al-Asy’ari RA)

Syarat Sah Salat

Dirangkum dari kitab Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq, syarat salat harus dipenuhi oleh setiap muslim yang hendak melakukan salat. Jika tidak dipenuhi, maka salatnya tidak sah. Berikut beberapa syarat sah salat.

1. Mengetahui Masuknya Waktu Salat

Salat tidak sah jika dilakukan tanpa mengetahui waktunya secara yakin atau secara dugaan yang didasarkan atas ijtihad. Termaktub dalam surah An Nisa ayat 103 Allah SWT berfirman,

فَاِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلٰوةَ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِكُمْ ۚ فَاِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ ۚ اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا ١٠٣

Artinya: “Apabila kamu telah menyelesaikan salat, berzikirlah kepada Allah (mengingat dan menyebut-Nya), baik ketika kamu berdiri, duduk, maupun berbaring. Apabila kamu telah merasa aman, laksanakanlah salat itu (dengan sempurna). Sesungguhnya salat itu merupakan kewajiban yang waktunya telah ditentukan atas orang-orang mukmin.”

2. Suci dari Hadats Kecil dan Besar

Cara bersuci dari hadats kecil dan besar adalah dengan berwudhu, mandi, atau tayamum. Termaktub dalam surah Al Maidah ayat 6, Allah SWT berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ٦

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki. Jika kamu dalam keadaan junub, mandilah. Jika kamu sakit, dalam perjalanan, kembali dari tempat buang air (kakus), atau menyentuh perempuan, lalu tidak memperoleh air, bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menjadikan bagimu sedikit pun kesulitan, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu agar kamu bersyukur.”

3. Badan, Baju, dan Tempat Salat Suci dari Najis yang Terlihat oleh Pancaindra

Hal ini berlaku untuk orang yang mampu membersihkannya. Jika seseorang tidak mampu menghilangkan najisnya, maka ia bisa salat dengannya dan tidak wajib mengulangi salatnya. Rasulullah SAW bersabda,

“Bersucilah kamu (dari air kencing), karena sesungguhnya, pada umumnya siksa kubur berasal darinya.” (HR Daraqutni)

4. Menutup Aurat

Menutup aurat termasuk syarat sahnya salat. Termaktub dalam surah Al Araf ayat 31 Allah SWT berfirman,

۞ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ ٣١

Artinya: “Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.”

5. Menghadap Kiblat

Menurut kesepakatan para ulama, bila melaksanakan salat maka harus menghadap ke arah Ka’bah yang terletak di Masjidil Haram, Makkah. Dalam surah Al Baqarah ayat 144 Allah SWT berfirman,

قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ ١٤٤

Artinya: “Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidil Haram) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.”

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com