Tag Archives: iblis

Tentang Buah Khuldi dan Kisah Manusia Pertama di Surga



Jakarta

Nabi Adam Alaihis Salam (AS) adalah manusia pertama yang diciptakan Allah SWT dan tinggal di surga sejak saat itu. Bapak umat manusia ini lalu diturunkan ke bumi usai terkena tipu daya iblis agar mau makan buah khuldi.

Mahmud asy-Syafrowi menjelaskan dalam buku Bumi sebelum Manusia Tercipta, dalam Al-Qur’an maupun hadits tidak disebutkan nama eksplisit ‘buah khuldi’, tapi adanya ‘syajaratul khuldi’ yakni pohon khuldi. Hanya saja, kata Mahmud asy-Syafrowi, dalam adat kebiasaan manusia yang dimakan adalah buah, maka kemudian dipersepsikan sebagai buah khuldi.

Ada yang menafsirkan bahwa buah khuldi adalah buah dari pohon terlarang di surga dan setan menyebutnya sebagai pohon keabadian. Nama khuldi ini merupakan penafsiran para mufassir dari firman Allah SWT dalam surah Thaha ayat 120. Allah SWT berfirman,


فَوَسْوَسَ اِلَيْهِ الشَّيْطٰنُ قَالَ يٰٓاٰدَمُ هَلْ اَدُلُّكَ عَلٰى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلٰى

Artinya: “Maka, setan membisikkan (pikiran jahat) kepadanya. Ia berkata, “Wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon khuldi (keabadian) dan kerajaan yang tidak akan binasa?”

Menurut sebuah riwayat, pohon buah khuldi ini adalah sejenis pohon yang besar. Abdurrahman bin Mahdi menceritakan dari Syu’bah, dari Abu adh-Dhahhak, dari Abu Hurairah RA yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya, di dalam surga terdapat sebatang pohon yang jika seorang pengendara melewati naungan pohon itu selama seratus tahun, niscaya ia tidak akan dapat melewatinya, (yaitu) pohon khuldi.” (HR Ahmad)

Hadits tersebut turut diriwayatkan ad-Darimi dalam Musnad-nya pada pembahasan tentang Pelembut Hati bab Pohon-pohon Surga.

Pohon khuldi tersebut menjadi petaka bagi Nabi Adam AS. Imam Ibnu Katsir menceritakan dalam Qashash al-Anbiyaa, Nabi Adam AS dan istrinya, Hawa, dikeluarkan dari surga yang penuh kenikmatan, kemewahan, dan kebahagiaan menuju ke bumi yang penuh kejenuhan, keletihan, dan kesengsaraan karena godaan iblis yang telah menjerumuskan mereka berdua.

Hal ini dikisahkan dalam firman Allah SWT,

فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطٰنُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وٗرِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْءٰتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهٰىكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هٰذِهِ الشَّجَرَةِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَا مَلَكَيْنِ اَوْ تَكُوْنَا مِنَ الْخٰلِدِيْنَ ٢٠

Artinya: “Maka, setan membisikkan (pikiran jahat) kepada keduanya yang berakibat tampak pada keduanya sesuatu yang tertutup dari aurat keduanya. Ia (setan) berkata, “Tuhanmu tidak melarang kamu berdua untuk mendekati pohon ini, kecuali (karena Dia tidak senang) kamu berdua menjadi malaikat atau kamu berdua termasuk orang-orang yang kekal (dalam surga).” (QS Al A’raf: 20)

وَقَاسَمَهُمَآ اِنِّيْ لَكُمَا لَمِنَ النّٰصِحِيْنَۙ ٢١

Artinya: “Ia (setan) bersumpah kepada keduanya, “Sesungguhnya aku ini bagi kamu berdua benar-benar termasuk para pemberi nasihat.” (QS Al A’raf: 21)

فَدَلّٰىهُمَا بِغُرُوْرٍۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْءٰتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفٰنِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَّرَقِ الْجَنَّةِۗ وَنَادٰىهُمَا رَبُّهُمَآ اَلَمْ اَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَاَقُلْ لَّكُمَآ اِنَّ الشَّيْطٰنَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ ٢٢

Artinya: “Ia (setan) menjerumuskan keduanya dengan tipu daya. Maka, ketika keduanya telah mencicipi (buah) pohon itu, tampaklah pada keduanya auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (di) surga. Tuhan mereka menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”

Menurut tafsir Ibnu Katsir, maksud perkataan iblis dalam ayat tersebut adalah seandainya Nabi Adam AS dan Hawa memakan buah dari pohon yang ada di dalam surga tersebut, mereka akan menjadi malaikat atau akan hidup kekal di surga. Setan pun bersumpah tentang hal itu, meskipun kata-kata ini hanya tipu daya dan bertolak belakang dengan kenyataan sebenarnya.

Dalam Tafsir Al-Qur’an Kementerian Agama RI diceritakan, setan pun tak henti-hentinya membujuk Nabi Adam AS dan Hawa dengan berbagai tipu daya agar mau memakan buah pohon (khuldi) itu. Ketika mereka mencicipi dan tersingkaplah aurat keduanya.

“Ketika mereka mencicipi dan belum memakan buah pohon itu secara sempurna, tampaklah oleh mereka auratnya masing-masing dan tampak pula bagi masing-masing aurat pasangannya. Hal ini membuat keduanya merasa malu, aurat yang senantiasa tertutup kini tersingkap. Maka mulailah mereka menutupinya, yakni menutupi auratnya, dengan daun-daun surga,” terang tafsir tersebut.

Ada juga yang menafsirkan bahwa buah khuldi ini bukan buah dalam makna yang sebenarnya, melainkan sebuah kiasan.

Akibat mendekati perkara yang dilarang Allah SWT itu, Nabi Adam AS dan Hawa diturunkan dari surga ke bumi. Namun, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa pada dasarnya Nabi Adam AS diturunkan dari surga bukan karena melakukan sebuah kesalahan, melainkan karena sudah menjadi ketetapan Allah SWT. Hal ini bersandar pada sebuah hadits tentang percakapan antara Nabi Adam AS dan Nabi Musa AS.

Dari Abu Hurairah RA ia menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Musa AS pernah mendebat Adam AS. Musa berkata kepada Adam, ‘Engkau telah mengeluarkan manusia dari surga hingga membuat mereka sengsara karena kesalahanmu.’ Adam menjawab, ‘Wahai Musa, engkau telah dipilih Allah dengan risalah dan kalam-Nya. Apakah engkau mencela diriku atas suatu hal yang telah ditulis Allah sebelum Dia menciptakan aku atau yang telah ditakdirkan Allah terhadap diriku sebelum Dia menciptakan aku?'” Rasulullah SAW bersabda, “Maka Adam dapat membantah argumentasi Musa.” (HR Bukhari)

Wallahu a’lam.

(kri/nwk)



Sumber : www.detik.com

Kisah Pengusiran Iblis dari Surga yang Awalnya Taat Beribadah



Jakarta

Iblis merupakan salah satu makhluk ghaib yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Iblis identik dengan setan dan kerap dikaitkan sebagai sosok pengganggu manusia.

Menurut buku Mengungkap Rahasia Iblis susunan Muhammad Abdul Mughawiri, kata iblis merujuk pada jin bernama Azazil. Makna dari iblis bahkan tercantum dalam surat Al Kahfi ayat 50,

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَٰٓئِكَةِ ٱسْجُدُوا۟ لِءَادَمَ فَسَجَدُوٓا۟ إِلَّآ إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ ٱلْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ


Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya,”

Ketika Nabi Adam AS diciptakan sebagai manusia pertama, Allah SWT memerintahkan para makhluk untuk sujud. Makhluk yang dimaksud itu disebut sebagai al-malaa’ikah (para malaikat). Namun iblis menolak, sebutan iblis ini muncul dalam surat Al Baqarah ayat 34 yang berbunyi,

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَٰٓئِكَةِ ٱسْجُدُوا۟ لِءَادَمَ فَسَجَدُوٓا۟ إِلَّآ إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَٱسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلْكَٰفِرِينَ

Arab latin: Wa iż qulnā lil-malā`ikatisjudụ li`ādama fa sajadū illā iblīs, abā wastakbara wa kāna minal-kāfirīn

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir,”

Dalam kitab Tafsir al- Munir karya Imam an-Nawawi al-Bantani serta dinukilkan dari Hasyiyat as-Shawi atas Tafsir al-Jalalain, dalam sejumlah riwayat dikatakan, konon iblis adalah penjaga surga dalam kurun waktu 40 ribu tahun. Ia pernah hidup bersama dengan malaikat selama 80 ribu tahun dan tawaf mengelilingi Arsy bersama para malaikat selama 14 ribu tahun.

Iblis tidak merasa lelah atau mengeluh dalam menjalankan perintah Allah SWT. Iblis menjalankan dengan ikhlas, tidak ada niat apa pun kecuali karena Allah semata. Pada masa itu, malaikat dan lainnya memberi gelar al-‘Aziz (makhluk Allah yang termulia) kepada iblis, ada juga yang memberi gelar ‘Azazil (panglima besar malaikat).

Dijelaskan dalam Tafsir Qashashi Jilid 1 susunan Syofyan Hadi, sebutan tersebut lantas berubah akibat pembangkangan yang ia lakukan. Secara harfiah, iblis artinya keluar dari rahmat Allah SWT.

Hal tersebut tercantum dalam surat Al A’raf ayat 12,

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِى مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُۥ مِن طِينٍ

Artinya: “Allah berfirman: ‘Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?’ Iblis menjawab: ‘Saya lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah,”

Keangkuhan iblis itu menyebabkan dia diusir dari surga oleh Allah SWT sebagai makhluk yang hina. Sikap angkuh dan pembangkangan tidak patut berada di dalam surga.

Penyebutan madz’uman madhuran (terhina lagi terusir) menunjukkan terhinanya iblis dalam bentuk yang berlipat ganda seakan Allah SWT hendak mengatakan bahwa kehinaan iblis karena keangkuhan dan pembangkangannya tidak cukup satu penghinaan saja.

Allah SWT berfirman dalam surat Al A’raf ayat 18,

قَالَ اخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُوْمًا مَّدْحُوْرًا ۗ لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ لَاَمْلَـَٔنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ اَجْمَعِيْنَ

Artinya: “Dia (Allah) berfirman, “Keluarlah kamu darinya (surga) dalam keadaan terhina dan terusir! Sungguh, siapa pun di antara mereka yang mengikutimu pasti akan Aku isi (neraka) Jahanam dengan kamu semua,”

Lebih lanjut dijelaskan, pengusiran iblis dari surga itu menyebabkan ia dendam terhadap manusia. Iblis meminta kepada Allah SWT untuk memastikan bahwa manusia benar-benar menjadi insan yang sesat dan penghuni neraka, Allah SWT lalu memberi tenggang waktu kepada iblis untuk menyesatkan manusia dengan memanjangkan usianya. Namun, Allah SWT tidak memenuhi permohonan iblis secara sempurna.

Kala itu, iblis meminta agar tidak dimatikan sampai hari berbangkit, tetapi Allah SWT hanya memberi waktu hidup bagi mereka hingga kiamat datang. Dengan demikian, ketika kiamat berlangsung iblis juga mengalami kematian sebagaimana berlaku pada seluruh makhluk ciptaan Allah SWT.

Pada surat Al Hijr ayat 36-38, Allah SWT berfirman,

قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ . قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ . إِلَىٰ يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ

Artinya: “(Iblis) berkata, “Wahai Tuhanku, tangguhkanlah (usia)-ku sampai hari mereka (manusia) dibangkitkan.” (Allah) berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk golongan yang ditangguhkan sampai hari yang telah ditentukan waktunya (kiamat),”

Dalam Qashash Al-Anbiyaa susunan Ibnu Katsir dijelaskan, Al-Qur’an menyebut iblis membisikkan kata-kata jahat yang menjerumuskan Nabi Adam AS. Hal ini tercantum dalam surat Thaha ayat 120,

فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ ٱلشَّيْطَٰنُ قَالَ يَٰٓـَٔادَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ ٱلْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلَىٰ

Artinya: “Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?”

Lebih lanjut diterangkan, walau iblis mendapatkan kesempatan menggoda anak manusia hingga hari kiamat, Allah SWT memberikan penawarnya, yaitu dengan menjaga konsistensi bertobat nasuha, seperti penegasan dalam surat Al Baqarah ayat 160.

إِلَّا ٱلَّذِينَ تَابُوا۟ وَأَصْلَحُوا۟ وَبَيَّنُوا۟ فَأُو۟لَٰٓئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ ۚ وَأَنَا ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ

Artinya: “Kecuali mereka yang telah tobat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima tobat lagi Maha Penyayang.”

Wallahu a’lam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Sulaiman yang Berhasil Penjarakan Iblis



Jakarta

Nabi Sulaiman mendapatkan banyak mukjizat dari Allah SWT. Semasa hidup, ia bisa berkomunikasi dengan hewan dan bangsa jin, ia juga berhasil menjadi raja yang kaya. Termasuk mukjizat dari Allah SWT yakni keberhasilan Nabi Sulaiman menangkap dan memenjarakan iblis.

Mengutip buku The Leadership of Sulaiman oleh Ibnu Mas’ud, dikisahkan dalam sebuah riwayat yang menyebutkan sebutkan bahwa Nabi Sulaiman pernah memohon kepada Allah untuk menangkap iblis.

“Ya Allah, Engkau telah menundukkan bagiku manusia, jin, binatang buas, burung-burung, dan para malaikat. Ya Allah, aku ingin menangkap iblis, memenjarakan, merantai serta mengikatnya, sehingga manusia tidak melakukan dosa dan maksiat lagi,” pinta Nabi Sulaiman kepada Allah SWT.


Tujuan Nabi Sulaiman menangkap iblis hanya satu, yaitu agar tidak ada lagi yang mengganggu manusia.

Allah SWT sebenarnya melarang Nabi Sulaiman menangkap iblis, karena perbuatan tersebut tidak ada gunanya. Tetapi, Nabi Sulaiman bersikukuh ingin menangkap dan memenjarakan iblis.

Allah SWT: “Wahai Sulaiman, tidak ada gunanya jika iblis ditangkap.”

Nabi Sulaiman: “Ya Allah, keberadaan makhluk terkutuk ini tidak ada kebaikan di dalamnya.”

Allah SWT: “Jika iblis ditangkap, maka banyak pekerjaan manusia yang akan ditinggalkan.”

Nabi Sulaiman: “Ya Allah, aku ingin menangkap makhluk terkutuk ini beberapa hari saja.”

Setelah mendapat izin dari Allah SWT, Nabi Sulaiman pun menangkap iblis dan memenjarakannya. Setelah iblis ditangkap, Nabi Sulaiman memerintahkan anak buahnya pergi ke pasar untuk menjual tas hasil kerajinan kerajaan.

Uang hasil penjualan tas ini akan digunakan untuk membeli gandum. Nabi Sulaiman memang dikenal sebagai raja yang kaya raya namun ia tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhannya.

Dalam buku Perjumpaan Dengan Iblis oleh Muhammad Syahir Alaydrus, dijelaskan ada beberapa riwayat yang menyebutkan bahwa setiap hari di dapur (istana) Nabi Sulaiman dimasak 4.000 ekor unta, 5.000 ekor sapi, dan 6.000 ekor kambing. Meski demikian, Nabi Sulaiman tetap membuat tas dan menjualnya ke pasar untuk mencari makan.

Sayangnya saat hendak menjual tas, anak buah Nabi Sulaiman mendapati pagi itu pasar tutup. Tidak ada satu pun orang yang berjualan.

Atas kejadian tersebut, dilaporkanlah hal tersebut kepada Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman bertanya, “Kenapa bisa begitu? Apa yang terjadi?” Tidak ada jawaban.

Setelah peristiwa itu berlangsung beberapa hari, Nabi Sulaiman akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada Allah SWT, “Ya Allah, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa orang-orang tidak bekerja mencari nafkah?”

Dan, Allah SWT menjawab, “Wahai Sulaiman, engkau telah menangkap iblis itu, sehingga akibatnya manusia tidak bergairah bekerja mencari nafkah. Bukankah sebelumnya telah Aku katakan padamu bahwa menangkap iblis tidak mendatangkan kebaikan?”

Iblis yang ditangkap Nabi Sulaiman berhenti menggoda manusia sehingga manusia tidak lagi bersemangat mencari hal yang sifatnya duniawi.

Akhirnya, Nabi Sulaiman pun segera melepaskan iblis. Keesokan harinya, orang-orang kembali pada aktivitasnya di pasar. Membuka kios, bekerja dan mencari nafkah untuk kehidupan duniawi.

Demikianlah kisah kehebatan Nabi Sulaiman. Sebagai manusia beriman, ia diberi kelebihan oleh Allah SWT mampu menangkap iblis, menguasai jin, menundukkan angin dan binatang, dan menjadi raja atas manusia. Dengan kekuatan dan mukjizat tersebut Nabi Sulaiman tetap takwa kepada Allah SWT dan bersikap bijaksana.

(dvs/nwk)



Sumber : www.detik.com

Kesombongan Iblis yang Menolak Perintah Allah untuk Bersujud, Ini Kisahnya


Jakarta

Kesombongan iblis yang menolak untuk menolak perintah Allah juga disebutkan dalam Al-Qur’an. Diceritakan bahwa Allah SWT mengusir iblis dari surga karena tak mau sujud kepada Nabi Adam, manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT.

Allah SWT berfitman dalam surah Al-A’raf ayat 11 dan 12:

وَلَقَدْ خَلَقْنٰكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنٰكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ لَمْ يَكُنْ مِّنَ السّٰجِدِيْنَ
Artinya: “Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan kamu (Adam), kemudian Kami membentuk (tubuh)-mu. Lalu, Kami katakan kepada para malaikat, “Bersujudlah kamu kepada Adam.” Mereka pun sujud, tetapi Iblis (enggan). Ia (Iblis) tidak termasuk kelompok yang bersujud.”


قَالَ مَا مَنَعَكَ اَلَّا تَسْجُدَ اِذْ اَمَرْتُكَ ۗقَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُۚ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ

Artinya: “Dia (Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud ketika Aku menyuruhmu?” Ia (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau menciptakanku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”

Disebutkan dalam buku Yang Tersembunyi, Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini karya M Quraish Shihab, iblis menduga bahwa ia lebih mulia atau lebih baik dari Adam karena ia diciptakan dari api sedangkan Adam dari tanah.

Iblis Menolak Perintah Allah Bersujud pada Nabi Adam

Pada Al-Qur’an surah Al Baqarah disebutkan bahwa ketika Allah memerintahkan sujud, maka makhluk yang diperintahkan ada dalam satu sebutan saja yakni al-malaa’ikah (para malaikat). Baru setelah ada yang menolak dan tidak mau bersujud muncul nama dan sebutan baru yakni iblis.

Hal ini memberikan isyarat bahwa iblis sebelum memiliki sebutan itu adalah makhluk ciptaan Allah yang sangat tunduk dan patuh kepada Allah. Oleh karena itu ia dipanggail Allah dengan sebutan malaikat. Sebutan tersebut berubah akibat pembangkangan yang dilakukannya. Secara harfiah, iblis berarti keluar dari rahmat Allah SWT. Hal ini dijelaskan dalam Tafsir Qashashi Jilid I oleh Syofyan Hadi.

Allah SWT Mengusir Iblis dari Surga

Karena menolak perintah dari Allah dan berkat keangkuhannya, iblis diusir dari hadapan Allah. Penyebutan madz’uman madhuran (terhina lagi terusir) menunjukkan terhinanya iblis dalam bentuk yang berlipat ganda seakan Allah hendak mengatakan bahwa kehinaan iblis karena keangkuhan dan pembangkangannya tidak cukup satu penghinaan saja.

Bahkan saat iblis meninggalkan surga, Allah masih memberikan ancaman-Nya bahwa Dia akan memenuhi neraka Jahanam dengan iblis akibat kesombongannya.

Dendam Iblis pada Manusia

Setelah diusir dari surga, iblis kemudian mengumumkan akan berperang terhadap Nabi Adam AS dengan meminta waktu tangguh akan kematiannya hingga hari kebangkitan. Ungkapan iblis ilaa yaumi yub’atsun “sampai hari berbangkit” menunjukkan sakit hati dan dendamnya iblis kepada manusia, seakan tidak merasa cukup waktu menggoda manusia hingga kematian.

Allah SWT menjawab permintaan iblis sebagaimana yang tercantum dalam surah Al-Hijr ayat 36-38:

قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ . قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ . إِلَىٰ يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ

Artinya: (Iblis) berkata, “Wahai Tuhanku, tangguhkanlah (usia)-ku sampai hari mereka (manusia) dibangkitkan.” (Allah) berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk golongan yang ditangguhkan sampai hari yang telah ditentukan waktunya (kiamat).”

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Adam AS Saat Turun ke Bumi, Diingatkan Waktu Sholat oleh Ayam



Jakarta

Ketika Nabi Adam AS turun ke bumi, ia merasa bingung karena semuanya gelap. Berbeda dengan di surga yang terang benderang. Beliau pun berdoa kepada Allah cara supaya dibangunkan untuk ibadah. Berikut ini cerita ayam dalam kisah nabi Adam AS.

Allah SWT menciptakan Adam AS sebagai khalifah di bumi. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 30 :

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ٣٠


Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Cerita Ayam dalam Kisah Nabi Adam AS

Menurut buku 25 Kisah Hewan Bersama Para Nabi karya Dian Noviyanti, mengisahkan pertama kalinya Nabi Adam AS menginjakan kakinya di bumi.

Pada saat pertama kali Nabi Adam turun ke bumi, dunia masih diliputi oleh suasana gelap gulita, berbeda dengan surga yang terang benderang.

Lalu, Adam mulai bertanya, “Bagaimana aku tahu kapan waktu ibadah ku kepada Allah?”

Mendengar permohonan Adam, Allah turunkan seekor hewan ke bumi, binatang tersbeut ialah ayam jago.

Disebutkan bahwa ayam bukanlah hewan yang baru diciptakan, melainkan binatang yang sudah lama tinggal di surga.

Wujud asli ayam tersebut adalah malaikat Ad-dik (berbentuk mirip seperti ayam jago) di langit. Malaikat yang berada di pintu rahmat, bertubuh besar, saking besarnya kedua kakinya mencapai dasar bumi, serta sepasang sayap yang memenuhi jagat raya.

Ketika malaikat itu bertasbih menyerukan nama Allah, maka diwaktu bersamaan ayam-ayam di bumi ikut bertasbih. Setan pun lari menyembunyikan diri dan menutup telinga rapat-rapat saat mendengar tasbih dikumandangkan.

Pada saat waktu sholat tiba, malaikat akan bertasbih yang diiringi oleh ayam-ayam di bumi, maka Adam pun bangkit dari tidurnya, berwudhu, dan berdoa kepada Allah SWT.

Sebagaimana hadits di bawah ini:

“Apabila kalian mendengar ayam berkokok, mintalah karunia Allah (berdoalah), karena dia melihat malaikat. Dan apabila kamu mendengar (suara) kuda meringkik (di malam hari), maka mohonlah perlindungan Allah, karena dia melihat setan (iblis).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Larangan Mencela Ayam Jago

Menurut buku 77 Pesan Nabi untuk Anak Muslim karya Abu Alkindie Ruhul Ihsan, seorang muslim dilarang untuk mencela ayam jago ketika ia berkokok.

Ayam berkokok karena ikut membantu membangunkan orang beribadah pada saat malam dan di waktu Subuh.

Imam Nawawi dalam karyanya Kitab Induk Doa dan Zikir Terjemah Kitab al-Adzkar Imam an-Nawawi, menuliskan sebuah hadits. Kami telah meriwayatkan dalam kitab Sunan Abu Dawud dengan sanad yang shahih, dari Zaid bin Khalid RA dia berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Janganlah kalian mencela ayam jantan, karena dia membangunkan orang untuk sholat.”

Demikian pembahasannya, kisah ayam dalam kehidupan Nabi Adam AS mengajarkan kita betapa pentingnya menjaga waktu ibadah. Sejak awal penciptaan, Allah SWT telah memberikan tanda-tanda dan petunjuk bagi manusia melalui alam dan makhluk-Nya.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Saat Iblis Nyamar di Rapat Pemuka Quraisy untuk Singkirkan Rasulullah



Jakarta

Kabar kenabian Rasulullah SAW membuat geger para pemuka Quraisy di Makkah, terlebih saat sahabat nabi semakin banyak. Pemuka Quraisy pun mengadakan musyawarah untuk menyingkirkan Nabi SAW.

Diceritakan dalam Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam yang diterjemahkan Fadhli Bahri, rapat tersebut berlangsung di Daar An-Nadwah. Menurut keterangan Ibu Ishaq, tempat tersebut mulanya adalah rumah milik Qushay bin Kilab. Orang-orang Quraisy selalu mengadakan pertemuan penting di sana.

Saat kekhawatiran terhadap Rasulullah SAW semakin meningkat, mereka kembali menggelar rapat di Daar An-Nadwah pada hari Yawmu Az-Zahmah. Pada hari itu, iblis datang menjelma manusia, menyerupai orang tua yang berwibawa yang memakai mantel.


Iblis berdiri di depan pintu Daar An-Nadwah. Ketika orang Quraisy melihatnya, mereka bertanya, “Siapa Anda?”

“Aku penduduk Najed. Aku dengar kalian akan mengadakan rapat membahas Muhammad. Aku ingin menyertai rapat kalian agar kalian bisa mendengarkan pendapat dan nasihat dariku,” jawab iblis.

Orang-orang Quraisy pun mengizinkannya. Iblis pun masuk bersama mereka.

Para pemuka Quraisy dari bani Syams, bani Naufal bin Abdu Manaf, bani Abduddar bin Qushay, bani Makhzum, bani Sahm, dan bani Jumah hadir dalam rapat tersebut. Sebagian dari mereka membuka pembicaraan yang mengkhawatirkan keberadaan Rasulullah SAW.

“Sesungguhnya orang ini semakin berbahaya saja. Demi Allah, kita tidak merasa aman jika sewaktu-waktu para pengikutnya yang berasal dari selain kita menyerang kita. Oleh karena itu, apa yang harus kita lakukan pada orang ini?” kata mereka.

Salah seorang dari mereka mengusulkan memenjarakan Nabi Muhammad SAW seperti halnya yang mereka lakukan terhadap para penyair. Mendengar itu, iblis berkata, “Demi Allah, ini bukanlah sebuah pandangan yang tepat untuk kalian. Sebab, jika kalian memenjarakannya tetap saja ia bisa berkomunikasi dan memberi perintah kepada para sahabatnya, kemudian mereka menyerang kalian dan membebaskannya. Ini bukan pandangan yang tepat. Carilah pandangan lain!”

Kemudian, muncul usulan agar mengusir Rasulullah SAW dan mengasingkannya ke negeri lain. Menurut pandangan orang Quraisy, langkah ini cukup bisa membuat mereka tidak terlalu resah dan tidak terganggu olehnya.

Lagi-lagi usulan tersebut ditolak iblis dengan dalih Nabi Muhammad SAW memiliki retorika yang indah, manis, dan daya pikat bagi orang-orang Arab yang mendengarkannya. Iblis menyarankan cari solusi lain.

Tibalah Abu Jahal bersuara. “Bagaimana kalau kita kerahkan para pemuda yang tangguh dalam bertarung untuk membunuhnya sehingga kita bisa tenang setelah kematiannya. Jika para pemuda tersebut berhasil melakukannya, maka banyak kabilah yang akan mendukung mereka dan bani Abdu Manaf tidak akan kuasa membalas dendam. Jika mereka meminta uang ganti rugi, kita berikan saja.”

Tentu saja ide Abu Jahal itu dipandang brilian, sependapat dengan iblis. “Inilah pandangan yang paling tepat,” kata iblis.

Setelah itu, orang-orang Quraisy berpencar untuk merealisasikan usulan Abu Jahal agar membunuh Nabi Muhammad SAW.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Mengenal Azazil, Raja Iblis dalam Islam yang Mulia di Surga pada Masanya


Jakarta

Dalam Islam, sosok Iblis dikenal sebagai makhluk yang paling durhaka dan terkutuk. Penolakan untuk bersujud kepada Nabi Adam AS menjadi sebab terkutuk dan terbuangnya ia dari surga.

Namun, sebelum menjadi Iblis yang dikenal sekarang, ia memiliki nama yang berbeda dan memiliki kedudukan yang mulia pada masanya. Hingga kini, ia disebut sebagai rajanya iblis.

Lantas, siapa raja iblis dalam Islam yang dimaksud ini? Berikut penjelasan selengkapnya.


Azazil, Sosok Raja Iblis dalam Islam

Mengutip buku Eksistensi Dunia Roh yang ditulis oleh Sudiyono, Iblis pada awalnya dikenal dengan nama Azazil (atau Izazil). Nama Azazil berasal dari bahasa Arab Kuno yang terdiri dari dua bagian, “Aziz,” yang berarti terhormat, kuat, dan berharga, serta “Eil,” yang merujuk pada penamaan Allah SWT di zaman Arab Kuno. Secara keseluruhan, Azazil berarti makhluk yang dihormati dan kuat di hadapan Allah SWT.

Azazil juga terbentuk dari kata “al-azaz,” yang berarti hamba, dan “al-il,” yang merujuk pada Allah SWT. Kata “al-Azaz” tersebut berasal dari kata “al-‘Izzah,” yang berarti kebanggaan atau kesombongan. Hal ini menunjukkan bahwa Azazil adalah makhluk yang membawa kesombongan yang diberikan oleh Allah SWT.

Azazil, yang diciptakan dari api, merupakan nama asli Iblis, yang juga dikenal sebagai pemimpin atau raja iblis dalam Islam. Namun, ada juga pendapat lain yang menyebutkan bahwa nama asli Iblis adalah al-Harits.

Untuk menjawab siapa raja iblis dalam Islam, Azazil inilah yang menjadi pemimpin kelompok iblis dan syaitan dari kalangan jin dan manusia.

Azazil sebagai Makhluk Mulia pada Masanya

Sebelum diciptakannya Nabi Adam AS, Azazil pernah menjadi pemimpin para malaikat (Sayyid al-Malaikat) dan bendaharawan surga (Khazin al-Jannah). Ia menjabat selama puluhan ribu tahun sebelum akhirnya membangkang terhadap perintah Allah SWT.

Dalam buku Manusia (Purba) Sebelum Adam karya Arjuno Resowiredjo, dijelaskan bahwa sebelum dilaknat oleh Allah SWT, Azazil memiliki penampilan yang sangat rupawan, wajahnya bersinar cemerlang, serta memiliki empat sayap. Dia juga dikenal karena ilmunya yang luas, rajin beribadah, dan menjadi kebanggaan para malaikat. Azazil memimpin kelompok malaikat yang disebut karubiyyuun, dan masih banyak lagi.

Azazil beribadah dengan tekun selama seribu tahun, dan Allah SWT memberinya sayap yang terbuat dari manik-manik hijau. Dengan izin-Nya, ia terbang hingga mencapai langit kedua.

Selama seribu tahun, ia terus beribadah di setiap lapisan langit, hingga akhirnya mencapai langit ketujuh. Sedangkan di Bumi, telah ada penghuni lain sebelumnya, yaitu bangsa jin yang disebut “janna”.

Setelah 70.000 tahun, bangsa jin ini berkembang biak hingga menjadi anak cucu. Menurut sebagian ahli tafsir, mereka tinggal di Bumi selama 18.000 tahun, namun kemudian menjadi sombong dan ingkar.

Akibatnya, Allah SWT memusnahkan mereka dan menggantinya dengan kelompok jin yang baru, yaitu Banunal Janna, yang mendiami Bumi selama 18.000 tahun lamanya.

Setelah itu, Banunal Janna pun dimusnahkan oleh Allah SWT, dan Azazil bersama para malaikat tetap khusyuk beribadah di langit. Azazil yang dikenal sebagai Sayyidul Malaikat (Penghulu Malaikat) dan Khazinul Jannah (Bendahara Surga) mengabdi selama tujuh ribu tahun lamanya dalam beribadah. Hingga pada satu waktu, Azazil mengajukan suatu permohonan kepada Allah SWT, ia mengatakan:

“Ya tuhanku, tujuh ribu tahun hamba-Mu ini berbuat kebaikan pada-Mu dalam tujuh lapis langit ini. Jikalau dianugerahkan oleh-Mu, hamba-Mu mohon hendak turun ke bawah ke langit keenam, berbuat kebaikan kepada-Mu.”

Allah SWT pun mengabulkan permohonannya dan menjawab, “Pergilah engkau!”

Azazil bersama 700 malaikat pengikutnya pun turun ke langit keenam. Setelah merasa cukup di sana, ia memohon izin lagi kepada Allah SWT untuk turun ke langit kelima.

Begitu seterusnya, ia terus memohon untuk diturunkan ke langit yang lebih rendah hingga akhirnya mereka sampai di langit dunia. Di langit dunia, Azazil kembali mengajukan sebuah permohonan kepada Allah SWT.

“Ya Tuhanku, hambamu hendak memohon turun ke bumi dengan para malaikat. Bahwasanya hamba-Mu hendak beribadah kepadamu di bumi itu. Ya Tuhanku, betapa Bananul Janna telah banyak berbuat kerusakan di muka bumi. Anugerahkanlah atas hamba-Mu ini bersama para malaikat berbuat kebaikan ke hadirat-Mu di muka bumi itu. ” Ujar Azazil.

Allah SWT pun mengabulkan permohonan Azazil tersebut. Ia beserta tujuh ratus malaikat pengiringnya diturunkan ke bumi untuk beribadah, setelah Banunal Janna dihancurkan karena kerusakan yang ditimbulkannya.

Setelah beribadah selama 8.000 tahun, Azazil mengungkapkan bahwa bumi adalah tempat yang paling membuatnya betah, lebih dari tempat lainnya.

Sebelum mendapat laknat dari Allah SWT, Azazil pernah melaksanakan berbagai tugas mulia yang diberikan oleh-Nya, antara lain:

  1. Azazil bertugas sebagai penjaga surga selama 40.000 tahun.
  2. Azazil hidup bersama para malaikat selama 80.000 tahun.
  3. Azazil diangkat menjadi penasihat bagi para malaikat selama 20.000 tahun.
  4. Azazil memimpin para malaikat karobiyyun selama 30.000 tahun.
  5. Azazil bersama para malaikat melakukan thawaf (mengelilingi) Arsy selama 14.000 tahun.

Jadi, Azazil menjalani ibadah dan melaksanakan semua perintah Allah SWT selama lebih dari 185.000 tahun. Dalam waktu yang sangat panjang itu, ia menjalani berbagai ibadah seperti halnya umat Islam, termasuk salat, puasa, dan thawaf bersama para malaikat mengelilingi Baitul Makmur di Arsy.

Selama itu, Azazil tidak pernah merasa lelah atau mengeluh. Ia menjalankan semua perintah Allah SWT dengan penuh keikhlasan, tanpa niat selain untuk memperoleh keridhaan-Nya semata.

Pada masa itu, para malaikat dan makhluk lainnya memberikan gelar yang sangat mulia kepada Azazil. Beberapa menyebutnya sebagai Iblis al-A’ziz (makhluk Allah yang paling mulia), sementara yang lain menyebutnya sebagai Azazil (panglima besar para malaikat).

Sebab Dilaknatnya Azazil oleh Allah SWT

Dikutip dari buku Penampakan Setan Sepanjang Sejarah yang ditulis oleh Manshur Abdul Hakim, ketika Allah SWT meniupkan ruh kepada Nabi Adam AS, ia menjadi manusia sempurna dengan daging, darah, dan tubuh yang utuh.

Allah SWT kemudian memerintahkan kepada malaikat dan makhluk yang ada pada waktu itu, temasuk Iblis dan anak buahnya, untuk bersujud kepada manusia pertama ciptaannya, yaitu Nabi Adam AS.

Semuanya bersujud, termasuk anak buah Iblis. Tapi, Azazil menghasut anak buahnya agar mereka membangkang kepada perintah Allah SWT.

Merujuk kembali pada buku Eksistensi Dunia Roh, karena keengganannya bersujud kepada hakikat Nabi Adam AS itulah, ia disebut sebagai Iblis. Jika sekiranya ia akan bersujud, ia tetap disebut Azazil, yang gelarnya populer di kalangan para penduduk langit dengan sebutan Abu Marrah.

Tercantum dalam surah Shad ayat 75, saat itu Allah SWT berfirman kepada Iblis,

قَالَ يٰٓاِبْلِيْسُ مَا مَنَعَكَ اَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۗ اَسْتَكْبَرْتَ اَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِيْنَ

Artinya: “Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku, apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu merasa termasuk golongan yang lebih tinggi?”

Para makhluk alam tertinggi (al-mala’ al-a’la) itu adalah para malaikat, yang tercipta dari nur (cahaya) ketuhanan, semisal malaikat yang bernama Nun dan lain-lain. Demikian pula dengan para malaikat lainnya yang juga tercipta dari unsur tersebut, mereka semua diperintahkan bersujud kepada Nabi Adam AS.

Iblis berkata kepada Rabb-nya dalam surah Shad ayat 76,

قَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ

Artinya: “Aku lebih baik daripadanya. Karena, Engkau telah ciptakan aku dari api, sedangkan ia (Adam) Engkau ciptakan dari tanah”

Di sini terlihat dosa keangkuhan yang membuat Iblis menolak perintah Allah SWT, karena merasa dirinya yang terbaik dari manusia. Menanggapi jawaban iblis tersebut, Allah SWT berfirman dalam surah Shad ayat 77,

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَاِنَّكَ رَجِيْمٌۖ

Artinya: “Keluarlah darinya (surga) karena sesungguhnya kamu terkutuk.

Wajah dari raja Iblis dalam Islam kini sangat buruk sebagai kutukan Allah SWT karena kesombongan tidak bersujud kepada Nabi Adam AS dan keluarlah ia dari surga.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com