Tag Archives: ibnu katsir

Kisah Abi Talhah yang Menjamu Rasulullah SAW dan Puluhan Sahabatnya



Jakarta

Abu Talhah memiliki nama asli Zaid bin Sahal. Ia berasal dari Bani Najjar. Ia adalah sosok lelaki yang dermawan dan juga tangkas dalam memanah.

Mengutip buku Kisah-kisah Inspiratif Sahabat Nabi karya Muhammad Nasrulloh, diceritakan oleh Ibnu Katsir dalam kitab al Bidayah wan Nihayah, suatu hari Abi Talhah mendengar suara Rasulullah SAW reramat lirih. Ia mendapat informasi bahwa Nabi SAW tidak memiliki makanan sama sekali. Ia melihat perut Rasulullah SAW dibalut kain untuk menutupi rasa laparnya.

Abu Talhah lantas segera pulang dan bertanya pada istrinya, Ummu Sulaim.


“Aku mendengar suara Rasul teramat lirih, aku tahu beliau lapar. Apakah kita punya bekal makanan?”

Ummu Sulaim berkata, “kita punya gandum.”

Keduanya lalu menyiapkan makanan untuk Rasulullah SAW. Abi Talhah menumbuk gandum, sementara Ummu Sulaim menyiapkan tungku untuk membuat roti.

Anas bin Malik, putra Ummu Sulaim kemudian diminta menuju rumah Rasulullah SAW untuk mengundang beliau agar bersedia hadir. Ternyata Rasulullah SAW sedang berada di masjid bersama para sahabat.

Anas bin Malik hanya bisa berdiri di depan masjid. Ia memikirkan cara untuk mengajak Rasulullah SAW tanpa diketahui para sahabatnya. Hal ini karena makanan yang disediakan hanya cukup untuk Rasulullah SAW saja.

Kemudian Rasulullah SAW menghampiri Anas dan berkata, “Apakah kamu diutus ke sini oleh Abi Talhah.”

Anas bin Malik menjawab, “Betul wahai Rasulullah.”

“Apakah karena diundang makan?” Tanya beliau seolah-olah sudah tahu.

Anas bin Malik menjawab, “Betul wahai Rasulullah.”

Rasulullah SAW kemudian mengajak seluruh sahabatnya untuk ikut bersama beliau pergi ke rumah Abu Talhah.

Abu Talhah yang mengetahui kedatangan Rasulullah SAW bersama dengan rombongan besar sahabatnya bergegas ia pergi ke istrinya seraya berkata, “Rasulullah SAW datang bersama sahabat-sahabatnya. Padahal makanan kita tidak cukup untuk mereka semua,” ucap Abi Talhah dengan rasa khawatir dan bingung.

Ummu Sulaim, “Allah dan Rasulnya yang lebih tahu.”

Ummu Sulaim berusaha meyakinkan suaminya bahwa jika memang itu berasal dari Rasul, tentu beliau pasti punya rahasia yang tidak diketahui oleh orang-orang pada umumnya.

Rasul kemudian meminta Ummu Sulaim untuk membawa wadah roti yang telah disiapkan untuk dibawa ke hadapan beliau. Rasulullah SAW juga meminta untuk dibawakan mentega.

Rasulullah SAW kemudian mengusap wadah tersebut sambil berdoa. Setelah itu beliau meminta 10 orang sahabat masuk, kemudian masuk lagi 10 orang. Demikian seterusnya hingga diperkirakan sahabat beliau berjumlah 80 orang.

Ternyata hidangan yang telah disiapkan Abi Talhah dan Ummu Sulaim cukup untuk dinikmati bersama-sama oleh seluruh sahabat Rasulullah SAW.

Kekhawatiran Abi Talhah dan Ummu Sulaim ternyata tidak terbukti. Makanan yang dihidangkan untuk Rasulullah SAW ini membawa keberkahan bagi banyak orang.

Wallahu ‘alam

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Kaum Aikah yang Mendapat Azab Pedih di Zaman Nabi Syuaib AS



Jakarta

Kaum Aikah hidup di zaman Nabi Syuaib AS. Azab pedih menimpa mereka karena sikap dan perbuatan zalim yang dilakukan.

Nabi Syuaib AS hadir sebagai utusan Allah SWT yang membawa ajaran kebenaran. Sayangnya, kaum ini enggan menyembah Allah dan bersikap buruk. Azab pedih kemudian menimpa kaum ini dan kisahnya diabadikan dalam Al-Qur’an.

Mengutip buku Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Kehidupan Para Nabi sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad oleh Ibnu Katsir, dikisahkan bahwa Allah SWT menimpakan gempa yang sangat dahsyat kepada mereka sehingga semua aktivitas kehidupan menjadi terhenti seketika.


Azab bagi kaum Aikah ini berupa gempa dahsyat yang menghancurkan seluruh negeri.

Ketika bencana datang dalam bentuk guncangan dan suara yang menggelegar dahsyat, semua kehidupan menjadi terhenti dan semua makhluk-Nya menjadi binasa.

Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 91,

فَأَخَذَتْهُمُ ٱلرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا۟ فِى دَارِهِمْ جَٰثِمِينَ

Artinya: Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka.

Azab dan hukuman yang ditimpakan kepada kaum Nabi Syuaib itu merupakan balasan atas kedurhakaan dan permusuhan yang telah mereka lakukan kepada Nabi Syuaib dan para pengikut beliau.

Azab bagi kaum Aikah ini terjadi karena mereka mengingkari ajaran yang dibawa Nabi Syuaib AS. Hal ini diterangkan dalam surat Hud ayat 87,

قَالُوا۟ يَٰشُعَيْبُ أَصَلَوٰتُكَ تَأْمُرُكَ أَن نَّتْرُكَ مَا يَعْبُدُ ءَابَآؤُنَآ أَوْ أَن نَّفْعَلَ فِىٓ أَمْوَٰلِنَا مَا نَشَٰٓؤُا۟ ۖ إِنَّكَ لَأَنتَ ٱلْحَلِيمُ ٱلرَّشِيدُ

Artinya: Mereka berkata: “Hai Syu’aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal”.

Allah SWT menurunkan azab berupa suara keras yang menggelegar itu untuk menghentikan mulut mereka yang senantiasa melontarkan hinaan dan ejekan kepada Nabi Syuaib AS.

Sebagian ahli tafsir seperti Qatadah beranggapan bahwa penduduk Aikah berbeda dengan kaum Madyan.

Dalam buku Situs-situs dalam Al-Qur’an karya Syahruddin El-Fikri disebutka Nabi Syuaib AS diutus kepada kaum Aikah dan juga Kaum Madyan. Dua penduduk ini sama-sama ingkar pada ajaran Allah SWT sehingga azab pedih menimpa keduanya.

Allah SWT menyebut azab bagi penduduk Aikah dengan sebutan yaum azh-zhillah (azab pada hari mereka dinaungi awan), sedangkan azab bagi penduduk Madyan disebut ar-rajfah (gempa) atau ash-shaihah (suara keras menggelegar).

Adapun hadis yang diriwayatkan oleh al-Hafizh Ibnu Asakir ketika menjelaskan tentang biografi Nabi Syuaib melalui jalur riwayat Muhammad bin Utsman bin Abi Syaibah, dari ayahnya, dari Mu’awiyah bin Hisyam, dari Hisyam bin Sa’ad, dari Syafiq bin Abi Hilal, dari Rubaiah bin Saif, dari Abdullah bin Amr yang diriwayatkan secara marfu’ disebutkan: “Sesungguhnya, kaum Madyan dan penduduk Aikah merupakan dua umat (yang berbeda). Allah mengutus Nabi Syuaib kepada kedua umat itu.”

Allah SWT menyebutkan perbuatan tercela yang dilakukan oleh penduduk Aikah sebagaimana Allah SWT menyebutkan perbuatan buruk kaum Madyan, yaitu mengurangi takaran dan timbangan.

Wallahu a’lam

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

3 Mukjizat Nabi Sulaiman AS: Bisa Mengendarai Angin


Jakarta

Nabi Sulaiman AS merupakan salah satu nabi yang dianugerahi banyak keistimewaan luar biasa oleh Allah SWT. Sebagai putra Nabi Daud AS, beliau tidak hanya dilimpahkan tahta kerajaan dan kekuasaan, tapi juga dikaruniai mukjizat-mukjizat yang menakjubkan.

Meski demikian, Nabi Sulaiman AS tidak menghendaki kerajaan atau kekuasaannya untuk bertindak sewenang-wenang, atau memperlihatkan kesombongan, serta menebarkan kerusakan.

Mengutip buku Sulaiman: Raja Segala Makhluk yang ditulis oleh Human Hasan Yusuf, kekuasaan dan kerajaan yang Nabi Sulaiman miliki hanya bertujuan untuk menyebarkan agama Allah SWT dan membawa kemakmuran bagi umat manusia di bawah naungan-Nya.


Kerajaan itu bukan untuk tujuan duniawi, melainkan sebagai sarana untuk memperlihatkan nikmat Allah SWT, mengingat-Nya, dan menyeru untuk beribadah kepada-Nya. Itulah mengapa Nabi Sulaiman AS dianugerahi keistimewaan yang berlimpah oleh Allah SWT atas ketaatan-Nya, seperti 3 mukjizat Nabi Sulaiman AS berikut ini yang Allah SWT anugerahkan khusus untuknya.

3 Mukjizat Nabi Sulaiman AS

Dari banyaknya keistimewaan yang dimiliki Nabi Sulaiman AS, inilah 3 mukjizat Nabi Sulaiman AS yang dianugerahkan Allah SWT, yang dirangkum dari Qashash Al-Anbiya Ibnu Katsir.

1. Menguasai Bahasa Hewan

Salah satu dari 3 mukjizat Nabi Sulaiman AS adalah kemampuannya dalam memahami bahasa hewan. Mukjizat ini diabadikan dalam sebuah kisah ketika Nabi Sulaiman dan pasukannya melewati lembah semut.

Dalam perjalanan tersebut, seekor semut bernama Jarsa dari kabilah Bani Syaishaban, memberikan peringatan kepada pasukannya agar tidak terinjak oleh Nabi Sulaiman AS dan pasukannya. Allah SWT berfirman dalam surah An-Naml ayat 18:

حَتّٰىٓ اِذَآ اَتَوْا عَلٰى وَادِ النَّمْلِۙ قَالَتْ نَمْلَةٌ يّٰٓاَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوْا مَسٰكِنَكُمْۚ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمٰنُ وَجُنُوْدُهٗۙ وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ۝١٨

Artinya: “Hingga ketika sampai di lembah semut, ratu semut berkata, “Wahai para semut, masuklah ke dalam sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadarinya.”

Peristiwa ini terjadi ketika Nabi Sulaiman AS sedang memimpin parade militer dengan menunggangi kendaraan, yang diikuti oleh pasukan berkuda. Kemampuan Nabi Sulaiman AS dalam memahami bahasa semut ini merupakan bukti nyata mukjizat yang Allah SWT berikan kepadanya secara khusus.

Menariknya, Nabi Sulaiman AS tidak hanya sekadar memahami bahasa hewan, tetapi juga dapat menangkap makna dari percakapan semut tersebut. Beliau tersenyum gembira melihat hal ini sebagai wujud syukur atas ilmu istimewa yang Allah SWT karuniakan kepadanya.

2. Ditundukkannya Angin sebagai Kendaraan

Mukjizat selanjutnya yang Allah SWT anugerahkan kepada Nabi Sulaiman AS adalah kemampuan menundukkan angin sebagai kendaraannya.

Mukjizat ini diberikan setelah beliau meninggalkan kuda-kudanya demi mencari rida Allah SWT. Sebagai gantinya, Allah SWT memberikan sarana transportasi yang jauh lebih cepat, lebih kuat, lebih besar, dan tidak menguras tenaga dalam penggunaannya.

Mukjizat Nabi Sulaiman AS ini diabadikan dalam firman Allah SWT surah Sad ayat 36:

فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيْحَ تَجْرِيْ بِاَمْرِهٖ رُخَاۤءً حَيْثُ اَصَابَۙ ۝٣٦

Artinya: “Maka, Kami menundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut perintahnya ke mana saja yang ia kehendaki.”

Disebutkan pula bahwa Nabi Sulaiman AS memiliki hamparan yang terbuat dari papan, untuk menyimpan apa pun yang diperlukan, mulai dari rumah, istana, tenda, perabotan, kuda, unta, alat-alat berat, pasukan dari golongan manusia dan jin, hewan, dan juga burung.

Ketika Nabi Sulaiman AS hendak bepergian, rekreasi, atau menghadapi perang melawan raja, maupun musuh di negeri mana pun yang dikehendaki Allah SWT, beliau membawa semua itu di atas hamparan papan lebar tersebut, lalu beliau memerintahkan angin untuk membawanya terbang, dan angin pun dengan cepat menyelinap ke bawah papan dan mengangkatnya ke udara.

Setelah berada di atas langit, Nabi Sulaiman AS memerintahkan angin untuk terbang membawanya dengan cepat, lalu meletakkannya di tempat mana pun seperti yang ia kehendaki.

Seperti ketika Nabi Sulaiman AS pergi pada pagi hari dari Baitul Maqdis, angin tersebut membawanya terbang hingga ke Istakhar. Jarak yang jika ditempuh melalui perjalanan darat akan memakan waktu satu bulan.

3. Ditundukkannya Bangsa Jin untuk Bekerja

Mukjizat terakhir dari 3 mukjizat Nabi Sulaiman AS adalah kemampuan menundukkan dan memerintah bangsa jin. Berdasarkan firman Allah SWT, bangsa jin diperintahkan untuk bekerja di bawah kekuasaan Nabi Sulaiman AS dengan tanpa lelah, dan mereka tidak menyimpang dari ketaatan. Jika di antara mereka menyimpang dari perintahnya, ia akan disiksa dan dihukum.

Allah SWT berfirman dalam surah Saba ayat 12-13:

وَمَنْ يَّزِغْ مِنْهُمْ عَنْ اَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيْرِ ۝١٢
يَعْمَلُوْنَ لَهٗ مَا يَشَاۤءُ مِنْ مَّحَارِيْبَ وَتَمَاثِيْلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُوْرٍ رّٰسِيٰتٍۗ اِعْمَلُوْٓا اٰلَ دَاوٗدَ شُكْرًاۗ وَقَلِيْلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ ۝١٣

Artinya: “Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi,” yaitu tempat-tempat yang baik dan bagian-bagian depan majelis, “Patung-patung,” yaitu gambar-gambar di dinding. Ini dibolehkan dalam syariat dan agama mereka, “Piring-piring yang (besarnya) seperti kolam.”

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Sosok Kan’an, Putra Nabi Nuh AS yang Durhaka dan Pura-pura Beriman



Jakarta

Kan’an adalah salah putra dari Nabi Nuh AS. Ia merupakan anak yang durhaka dan menyembunyikan kebencian terhadap sang ayah dengan berpura-pura beriman.

Menukil dari buku Menengok Kisah 25 Nabi & Rasul karya Ustaz Fatih, Nuh AS memiliki empat orang putra. Putra pertamanya bernama Kan’an, putra kedua bernama Yafith, ketiga bernama Sam dan keempat bernama Ham.

Suatu hari, Nabi Nuh AS memerintahkan kaumnya untuk naik ke bahtera. Ia juga membawa hewan-hewan naik ke bahtera tersebut agar selamat dari azab yang Allah SWT ditimpakan.


Kala itu, Allah SWT mengazab kaum Nabi Nuh AS yaitu bani Rasib seperti dijelaskan dalam Qashash al-Anbiyaa oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid. Mereka memperlakukan Nuh AS dengan kasar dan menyekutukan sang Khalik hingga akhirnya Allah SWT menurunkan banjir bandang yang luar biasa dahsyatnya.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Ankabut ayat 14-15,

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَلَبِثَ فِيْهِمْ اَلْفَ سَنَةٍ اِلَّا خَمْسِيْنَ عَامًا ۗفَاَخَذَهُمُ الطُّوْفَانُ وَهُمْ ظٰلِمُوْنَ ١٤
فَاَنْجَيْنٰهُ وَاَصْحٰبَ السَّفِيْنَةِ وَجَعَلْنٰهَآ اٰيَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ ١٥

Artinya: “Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian, mereka dilanda banjir besar dalam keadaan sebagai orang-orang zalim. Maka, Kami selamatkan Nuh dan para penumpang bahtera serta Kami jadikannya sebagai pelajaran bagi alam semesta.”

Kan’an enggan ikut dengan sang ayah meski Nabi Nuh AS sudah memintanya. Ini diceritakan dalam firman Allah SWT dalam surah Hud ayat 42-43,

وَهِىَ تَجْرِى بِهِمْ فِى مَوْجٍ كَٱلْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ٱبْنَهُۥ وَكَانَ فِى مَعْزِلٍ يَٰبُنَىَّ ٱرْكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلْكَٰفِرِينَ قَالَ سَـَٔاوِىٓ إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِى مِنَ ٱلْمَآءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ ٱلْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ إِلَّا مَن رَّحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا ٱلْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ ٱلْمُغْرَقِينَ

Artinya: “Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir,”

Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!”

Nuh berkata: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang.”

Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (QS. Hud: 42-43)

Dikisahkan dalam buku Insan Pilihan Tuhan tulisan M Arief Hakim, Kan’an tidak mendengar sang ayah dan mendaki ke atas gunung untuk menyelamatkan diri tanpa rasa takut. Air terus mengejarnya sampai ke puncak gunung.

Putra Nuh AS berpikir dia akan selamat namun nyatanya air bah menelan Kan’an dan ia tenggelam dalam pusaran air yang dahsyat bersama kaum Nuh AS yang zalim. Dalam keadaan seperti itu, Nabi Nuh AS memohon kepada Allah SWT agar putranya diselamatkan seperti disebutkan pada surah Hud ayat 45,

وَنَادَىٰ نُوحٌ رَّبَّهُۥ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ٱبْنِى مِنْ أَهْلِى وَإِنَّ وَعْدَكَ ٱلْحَقُّ وَأَنتَ أَحْكَمُ ٱلْحَٰكِمِينَ

Artinya: “Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.”

Lalu, Allah SWT menjawab dalam firman-Nya pada surah Hud ayat 46,

قَالَ يَٰنُوحُ إِنَّهُۥ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ ۖ إِنَّهُۥ عَمَلٌ غَيْرُ صَٰلِحٍ ۖ فَلَا تَسْـَٔلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۖ إِنِّىٓ أَعِظُكَ أَن تَكُونَ مِنَ ٱلْجَٰهِلِينَ

Artinya: “Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.”

Kisah Kan’an, putra Nabi Nuh AS, yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah SWT semoga menjadi pelajaran bagi kita semua. Semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang ingkar. Naudzubillah min dzalik.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Kisah Malaikat Datangi Orang-orang Pilihan Allah dalam Wujud Manusia



Jakarta

Para malaikat dikisahkan pernah mendatangi orang-orang pilihan Allah SWT untuk menjalankan tugasnya. Mereka biasa menampakkan diri dalam wujud manusia.

Kisah tersebut diceritakan dalam ‘Alam al-Mala’ikah al-Abrar dan Alam al-Jinn wa asy-Syayathin karya Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar yang diterjemahkan Kaserun AS. Rahman. Manusia pilihan ini berasal dari kalangan para nabi.

Dikisahkan, Nabi Ibrahim AS pernah didatangi beberapa malaikat dalam wujud manusia. Beliau tidak mengetahui sosok tersebut sampai akhirnya para malaikat menjelaskan jati dirinya.


Menurut riwayat dari Sa’id bin Jubair, As-Suddi, Qatadah, dan Muhammad bin Ishaq yang dinukil Ibnu Katsir dalam Qashash al-Anbiyaa, kala itu Nabi Ibrahim AS terus mendesak para malaikat yang datang ke rumahnya dengan berbagai pertanyaan.

“Apakah kalian mau menghancurkan suatu negeri yang di dalamnya masih ada orang-orang yang beriman, tiga ratus orang mungkin?” tanya Nabi Ibrahim AS.

Para malaikat menjawab, “Tidak sampai sebanyak itu.”

Nabi Ibrahim AS bertanya lagi, “Empat puluh orang mungkin”

“Tidak sampai sebanyak itu,” jawab malaikat.

Nabi Ibrahim AS terus bertanya, “Empat belas orang mungkin?”

Para malaikat menjawab, “Tidak sampai sebanyak itu.”

Menurut Ibnu Ishaq, Nabi Ibrahim AS terus bertanya tentang jumlah orang beriman dalam negeri itu. Kaum dari suatu negeri yang dimaksud dalam percakapan Nabi Ibrahim AS dan malaikat itu adalah kaum Nabi Luth AS.

Para malaikat juga pernah mendatangi Nabi Luth AS dalam wujud pemuda-pemuda tampan. Kedatangan mereka membuat Nabi Luth AS gelisah dan khawatir takut akan diganggu kaumnya. Diketahui, kaum Nabi Luth AS adalah kaum yang jahat dan gemar melakukan hubungan sesama jenis.

Hal tersebut diceritakan dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam surah Hud ayat 77,

وَلَمَّا جَاۤءَتْ رُسُلُنَا لُوْطًا سِيْۤءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَّقَالَ هٰذَا يَوْمٌ عَصِيْبٌ ٧٧

Artinya: Ketika para utusan Kami (malaikat) itu datang kepada Lut, dia merasa gundah dan dadanya terasa sempit karena (kedatangan) mereka. Dia (Lut) berkata, “Ini hari yang sangat sulit.”

Ibnu Katsir mengatakan dalam Al-Bidayah wa an-Nihayah, para malaikat itu menampakkan diri dalam wujud pemuda tampan. Kedatangan mereka untuk menghancurkan kaum Nabi Luth AS. Setelah itu, Allah SWT menimpakan hukuman pada kaum itu.

Selain mendatangi Nabi Ibrahim AS dan Nabi Luth AS, para malaikat juga mendatangi Nabi Muhammad SAW. Ini terjadi berkali-kali dan dalam wujud beragam.

Malaikat Jibril pernah mendatangi manusia dalam wujud Dihyah bin Khalifah al-Kalbi, seorang sahabat yang begitu tampan. Kala itu, Aisyah RA melihat Rasulullah SAW meletakkan tangan pada kuda Dihyah al-Kalbi dan berbicara padanya. Ketika Aisyah RA bertanya tentang orang itu, Rasulullah SAW menjawab, “Ia adalah Jibril dan ia menyampaikan salam kepadamu.” (HR Ahmad dalam Musnad)

Terkadang Jibril mendatangi Rasulullah SAW dalam rupa seorang Badui. Banyak sahabat yang melihat ketika Jibril datang dalam wujud manusia. Dalam Shahih Bukhari dan Muslim terdapat hadits yang berasal dari Umar bin Khaththab, ia menceritakan melihat laki-laki berpakaian putih dan berambut hitam. Laki-laki itu duduk di dekat Rasulullah SAW dan bertanya tentang suatu hal.

“Ketika kami sedang duduk di sisi Rasulullah SAW, muncullah seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan berambut sangat hitam. Pada dirinya tidak tampak bekas melakukan perjalanan dan tidak seorang pun dari kami yang mengenalnya. Laki-laki itu duduk di dekat Rasulullah, menyandarkan kedua lututnya pada lutut beliau dan meletakkan kedua telapak tangan di atas paha beliau. Laki-laki itu berkata, ‘Wahai Muhammad, beri tahukanlah aku tentang Islam’.”

Dalam hadits tersebut, malaikat yang menyamar manusia itu menanyakan perihal iman, ihsan, dan kiamat beserta tanda-tandanya. Setelah itu, Rasulullah SAW memberitahu para sahabat bahwa orang yang bertanya itu adalah Malaikat Jibril yang bertujuan mengajarkan agama pada para sahabat.

Wallahu a’lam.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com