Tag Archives: ibrahim bin

Ketika Nabi Ibrahim Berdebat dengan Kaumnya Soal Tuhan yang Harus Disembah



Jakarta

Nabi Ibrahim AS merupakan satu dari 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui kaum muslimin. Sebagai utusan Allah SWT, banyak pelajaran dan hikmah dari kisah hidupnya selama menjadi nabi dan rasul.

Menurut Qashash al-Anbiyaa oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Saefullah MS, nama lengkap Nabi Ibrahim AS adalah Ibrahim bin Tarikh. Ia merupakan keturunan dari keluarga Nahur, Shrug, Raghu, Faligh, ‘Abir, Syalih, Arfakhsyadz, Sam, dan Nuh.

Nabi Ibrahim AS juga disebut sebagai rasul ulul azmi yang mana gelar ini diberikan bagi rasul Allah SWT yang kedudukannya tinggi. Selain itu, ia juga dijuluki Abun Anbiya yang artinya ayahanda para nabi.


Ada kisah menarik terkait Nabi Ibrahim AS yang dikisahkan dalam surah Al An’Am ayat 75-83. Ini mengenai Ibrahim AS yang berdebat dengan kaumnya terkait Tuhan yang berhak disembah.

Allah SWT berfirman,

“Demikianlah Kami memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.

Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Maka, ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam.”

Kemudian, ketika dia melihat bulan terbit dia berkata (kepada kaumnya), “Inilah Tuhanku.” Akan tetapi, ketika bulan itu terbenam dia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk kaum yang sesat.”

Kemudian, ketika dia melihat matahari terbit dia berkata (lagi kepada kaumnya), “Inilah Tuhanku. Ini lebih besar.” Akan tetapi, ketika matahari terbenam dia berkata, “Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari yang kamu persekutukan.”

Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku (hanya) kepada Yang menciptakan langit dan bumi dengan (mengikuti) agama yang lurus dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.

Kaumnya membantah. Dia (Ibrahim) berkata, “Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal Dia benar-benar telah memberi petunjuk kepadaku? Aku tidak takut kepada yang kamu persekutukan dengan-Nya, kecuali Tuhanku menghendaki sesuatu. Ilmu Tuhanku meliputi segala sesuatu. Tidakkah kamu dapat mengambil pelajaran?”

Bagaimana mungkin aku takut kepada yang kamu sekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut menyekutukan sesuatu dengan Allah yang Dia (sendiri) tidak pernah menurunkan kepadamu alasan apa pun. Maka, golongan yang manakah dari keduanya yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka) jika kamu mengetahui?”

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), merekalah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mendapat petunjuk.

Itulah keterangan yang Kami anugerahkan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan orang yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS Al An’am: 75-83)

Ibnu Katsir menafsirkan, dialog di atas dalam surah Al An’am merupakan sanggahan yang Nabi Ibrahim AS ajukan kepada kaumnya terkait keyakinan mereka yang menyembah benda-benda langit seperti bintang. Ibrahim AS menjelaskan bahwa benda-benda tersebut tidak layak dijadikan Tuhan karena mereka makhluk ciptaan Allah SWT.

Benda-benda langit itu bisa muncul dan tenggelam serta lenyap dari alam ini. Sementara Tuhan yang Maha Esa kekal dan abadi, tidak ada Tuhan yang layak disembah selain Allah SWT.

Nabi Ibrahim AS mengatakan kepada kaumnya bahwa bintang-bintang tersebut tidak mungkin dijadikan Tuhan. Ada yang menyebut bintang yang dimaksud adalah Lucifer atau Bintang Fajar.

Lebih lanjut Ibrahim AS juga menerangkan tentang bulan yang bercahaya lebih besar daripada bintang. Penjelasan ia tingkatkan lagi pada matahari yang bersinar paling terang di antara benda langit lain.

Nabi Ibrahim AS menjelaskan seluruh benda langit itu tunduk, digerakkan, dan dikuasai berdasarkan kehendak Tuhan sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Fushilat ayat 37.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah menyembah matahari maupun bulan, tetapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika hanya Dia yang pantas untuk disembah.” (QS Fushshilat: 37)

Dalam surah Al An’am ayat 78-80, Allah SWT berfirman:

“Kemudian, ketika dia melihat matahari terbit dia berkata (lagi kepada kaumnya), “Inilah Tuhanku. Ini lebih besar.” Akan tetapi, ketika matahari terbenam dia berkata, “Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari yang kamu persekutukan.”

Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku (hanya) kepada Yang menciptakan langit dan bumi dengan (mengikuti) agama yang lurus dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.

Kaumnya membantah. Dia (Ibrahim) berkata, “Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal Dia benar-benar telah memberi petunjuk kepadaku? Aku tidak takut kepada yang kamu persekutukan dengan-Nya, kecuali Tuhanku menghendaki sesuatu. Ilmu Tuhanku meliputi segala sesuatu. Tidakkah kamu dapat mengambil pelajaran?” (QS. Al-An’am: 78-80)

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, melalui ayat tersebut Nabi Ibrahim AS menyampaikan bahwa ia tidak peduli tuhan-tuhan yang kaumnya sembah kecuali Allah SWT. Ia mengatakan semua tuhan yang kaumnya sembah tidak memiliki manfaat, tidak dapat mendengar, dan tidak memiliki akal. Mereka hanyalah benda-benda yang diatur dan dikendalikan oleh Tuhan layaknya seperti bintang dan benda langit lainnya.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Pertolongan Allah Saat Raja Namrud Membakar Nabi Ibrahim Hidup-hidup


Jakarta

Nabi Ibrahim AS merupakan salah satu dari 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui umat Islam. Kisah hidupnya tercantum dalam banyak ayat Al-Qur’an.

Dalam buku Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, disebutkan bahwa nama asli Nabi Ibrahim AS adalah Ibrahim bin Tarikh. Ibunya bernama Buna binti Karbita bin Kartsi. Nabi Ibrahim AS juga termasuk rasul yang mendapatkan gelar ulul azmi, yaitu gelar untuk rasul-rasul yang memiliki kedudukan tinggi di hadapan Allah SWT.

Selain itu, Nabi Ibrahim AS juga dikenal dengan sebutan Abul Anbiya, yang berarti ayah para nabi, karena putra-putranya, Nabi Ismail AS dari pernikahannya dengan Siti Hajar dan Nabi Ishaq AS dari pernikahannya dengan Siti Sarah.


Beliau dianugerahi sejumlah mukjizat, salah satunya adalah selamat dari api saat dibakar. Peristiwa ini terjadi setelah beliau menghancurkan patung-patung berhala yang berada di dalam sebuah bangunan.

Kisah Nabi Ibrahim AS yang selamat dari api ketika dibakar oleh kaumnya menunjukkan bahwa keimanan dan keteguhan dalam membela kebenaran akan selalu mendapatkan perlindungan dari Allah SWT. Berikut ini kisah selengkapnya.

Kisah Nabi Ibrahim Dibakar Api

Diceritakan dalam buku Kisah 25 Nabi dan Rasul karya Yudho Pramoko, pada masa itu, Raja Namrud bersama para pengikutnya sedang pergi melaksanakan upacara keagamaan, sehingga gedung tempat berhala-berhala berada menjadi sepi.

Nabi Ibrahim AS memanfaatkan kesempatan ini untuk masuk ke gedung tersebut dan menghancurkan semua berhala, kecuali satu berhala besar yang sengaja ia sisakan. Setelah menghancurkan berhala-berhala, ia menggantungkan kapak yang digunakan di leher berhala besar tersebut, lalu pulang ke rumah.

Saat Raja Namrud dan para pengikutnya kembali, mereka sangat terkejut melihat berhala-berhala yang disembah telah hancur.

Setelah mengetahui bahwa Nabi Ibrahim AS adalah pelakunya, Raja Namrud segera menangkap beliau. Di pengadilan yang disaksikan oleh masyarakat, Raja Namrud bertanya kepada Nabi Ibrahim AS apakah ia yang menghancurkan berhala-berhala tersebut.

Nabi Ibrahim menjawab, “Bukan!” Tapi Raja Namrud yang geram terus mendesaknya untuk mengaku.

Nabi Ibrahim AS kemudian berkata, “Baiklah, kita sama-sama berakal. Di hadapan kita ada berhala besar yang kapak tergantung di lehernya, mungkin dialah pelakunya!”

Ucapan ini membuat Raja Namrud semakin marah. Ia berteriak bahwa patung tidak mungkin bisa bicara dan Ibrahim AS dianggap bodoh.

Namun, Nabi Ibrahim AS dengan tegas menjawab bahwa yang bodoh bukan dirinya, melainkan Raja Namrud dan rakyatnya. Ia menegaskan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah tidak bisa bicara, melihat, atau mendengar, bahkan tak mampu menyelamatkan diri mereka sendiri.

Mendengar logika Nabi Ibrahim, Raja Namrud dan rakyatnya terpojok, namun karena kemarahan mereka, Nabi Ibrahim AS akhirnya ditangkap dan hendak dibakar api secara hidup-hidup.

Ketika api besar dinyalakan, atas izin Allah SWT, api tersebut tidak membakar Nabi Ibrahim AS. Justru, api itu menjadi dingin dan sejuk baginya, sebagai salah satu mukjizat yang diberikan Allah kepada beliau.

Diceritakan dalam Al-Quran

Kisah mukjizat Nabi Ibrahim yang tidak hangus ketika dibakar api hidup-hidup juga diceritakan di dalam Al-Quran. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Anbiya’ ayat 68-70,

(68) قَالُوْا حَرِّقُوْهُ وَانْصُرُوْٓا اٰلِهَتَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ فٰعِلِيْنَ

(69) قُلْنَا يَا نَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ

(70) وَاَرَادُوْا بِهٖ كَيْدًا فَجَعَلْنٰهُمُ الْاَخْسَرِيْنَ

Artinya: “Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak”. Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”, mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi.”

Melihat kejadian luar biasa itu, Raja Namrud beserta semua orang yang hadir terpana. Akhirnya, Raja Namrud memerintahkan untuk menghentikan pembakaran dan membebaskan Nabi Ibrahim AS.

Doa Nabi Ibrahim

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Hafid Abu Ya’la, dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW menceritakan bahwa ketika Nabi Ibrahim AS akan dilemparkan ke dalam api yang berkobar, beliau berdoa dengan doa khusus kepada Allah.

اللهُمَّ أَنْتَ الْوَاحِدُ فِي السَّمَاءِ وَأَنَا الْوَاحِدُ فِي الْأَرْضِ لَيْسَ اَحَدٌ يَعْبُدُكَ غَيْرِي حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلِ

Arab latin: Allahumma antalwahidu fissama’i wa anal wahidu fil ardi laisa ahadun ya ‘buduka gairī hasbiyallahu wani’mal wakil.

Artinya: Ya Allah! Engkau Esa di langit dan aku sendirian di bumi. Tiada seorang pun yang taat kepada-Mu selain aku. Bagiku cukuplah Allah sebaik-baik tempat berserah diri.

Doa yang dibacakan Nabi Ibrahim AS tersebut juga terdapat di dalam potongan surat Ali Imran ayat 173, Allah SWT berfirman,

ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدْ جَمَعُوا۟ لَكُمْ فَٱخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَٰنًا وَقَالُوا۟ حَسْبُنَا ٱللَّهُ وَنِعْمَ ٱلْوَكِيلُ

Latin: Alladzina qaa la lahumun-nasu innan-nasa qad jama’ụ lakum fakhsyauhum fazādahum īmānaw waqālụ ḥasbunallāhu wani’mal-wakīl

Artinya: (Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ibrahim AS Hancurkan Berhala hingga Dibakar Hidup-hidup



Jakarta

Ibrahim AS adalah salah satu utusan Allah SWT yang kisahnya tertuang dalam beberapa ayat suci Al-Qur’an. Sebagai seorang nabi dan rasul, banyak rintangan yang beliau hadapi sepanjang berdakwah menegakkan agama Allah SWT.

Nama lengkapnya adalah Ibrahim bin Tarikh bin Nahur bin shrug bin Raghu bin Faligh bin Abir bin Shalih bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh, seperti disebutkan dalam Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid. Nama ibunya adalah Buna binti Karbita bin Karatsi yang merupakan keturunan Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh.

Nabi Ibrahim AS berdakwah kepada penduduk Babilonia yang menyembah berhala. Allah SWT berfirman dalam surat Al Ankabut ayat 25,


وَقَالَ إِنَّمَا ٱتَّخَذْتُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ أَوْثَٰنًا مَّوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ ثُمَّ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُم بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُم بَعْضًا وَمَأْوَىٰكُمُ ٱلنَّارُ وَمَا لَكُم مِّن نَّٰصِرِينَ

Artinya: “Dan berkata Ibrahim: “Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat sebahagian kamu mengingkari sebahagian (yang lain) dan sebahagian kamu melaknati sebahagian (yang lain); dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali-kali tak ada bagimu para penolong pun.”

Ibrahim AS menentang penyembahan berhala yang dilakukan oleh kaumnya itu. Ia bahkan bertanya kepada kaumnya apakah berhala-berhala itu dapat mendengar mereka berdoa atau memberi manfaat.

Meski begitu, mereka tetap menyembah para berhala karena mengikuti jejak nenek moyang. Ibrahim AS lantas berkata seperti tertuang dalam surat Asy-Syu’ara ayat 75-77,

“Apakah kamu memerhatikan apa yang kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang terdahulu? Sesungguhnya, mereka (apa yang kamu sembah) itu musuhku, lain halnya Rabb seluruh alam.” (QS Asy-Syu’ara: 75-77)

Demi menyadarkan kaumnya, Nabi Ibrahim AS menyusun siasat. Ketika kaumnya merayakan hari besar di luar perkampungan, Ibrahim AS tidak ikut dengan alasan dirinya sedang sakit.

Ibrahim AS lalu pergi secara diam-diam menuju tempat para berhala itu berada. Dengan tangan kanannya, Nabi Ibrahim AS menghancurkan berhala-berhala itu menggunakan kapak sampai hancur berkeping-keping.

Menurut salah satu riwayat, Ibrahim AS meletakkan kapak di tangan berhala yang paling besar untuk memberi kesan bahwa ia cemburu jika ada Tuhan kecil lainnya yang disembah bersamanya.

Benar saja, ketika kaumnya pulang dari perayaan hari besar mereka terkejut melihat kondisi berhala-berhala yang mereka sembah. Mereka kemudian menunjuk Nabi Ibrahim AS sebagai pelakunya karena beliau lah yang kerap mencemooh para berhala itu. Terlebih, Ibrahim AS tidak mengikuti perayaan hari besar di luar perkampungan.

Ketika Nabi Ibrahim AS ditanya tentang perlakuannya terhadap berhala-berhala itu, ia berkata:

“Maka tanyakanlah kepada mereka, jika mereka dapat berbicara.” (QS Al Anbiya: 62-63).

Mendengar hal tersebut, kaum Ibrahim AS menundukkan kepalanya. Menurut tafsir Qatadah, mereka bingung dan menunduk sambil berkata ‘Engkau (Ibrahim) pasti tahu bahwa (berhala-berhala) itu tidak dapat berbicara.”

Saat itulah Nabi Ibrahim AS menjawab, “Mengapa kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun, dan tidak (pula) mendatangkan mudharat kepada kamu? Celakalah kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah! Tidakkah kamu mengerti?” (QS Al Anbiya: 66-67)

Karena kalah dalam perdebatan, akhirnya kaum Nabi Ibrahim AS menggunakan kekuatan dan kekuasaan untuk membela kebodohan mereka. Ibrahim AS lantas dihukum oleh kaumnya dengan dibakar hidup-hidup.

Atas kuasa Allah SWT, api tersebut menjadi dingin. Ini sesuai dengan firman-nya dalam surat Al Anbiya ayat 69, “Kami (Allah) berfirman, ‘Wahai api! Jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim!”

Menyaksikan peristiwa itu, seluruh orang di sana tercengang. Akhirnya, pembakaran dihentikan dan Ibrahim AS dibebaskan.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Wafatnya Nabi Ibrahim AS, Dikuburkan Disamping Makam Istrinya



Jakarta

Nabi Ibrahim AS adalah salah satu utusan Allah SWT yang kisahnya termaktub dalam Al-Qur’an. Ia dijuluki sebagai bapaknya para nabi atau Abul Anbiya.

Menukil dari Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir terjemahan Umar Mujtahid dkk, Nabi Ibrahim AS memiliki nama lengkap Ibrahim bin Tarikh bin Nahur bin Shrug bin Raghu bin Faligh bin Abir bin Shalih bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh. Beliau berdakwah kepada penduduk Babilonia yang menyembah berhala.

Wafatnya Nabi Ibrahim AS disebabkan oleh sakit yang ia derita. Dikisahkan dalam buku Lentera Kematian tulisan Hakim Muda Harahap, Ibrahim AS didatangi malaikat maut di rumahnya dengan wajah rupawan.


Nabi Ibrahim AS yang melihat itu kemudian bertanya siapa yang menyuruhnya datang ke rumah. Malaikat maut mengatakan bahwa ia diminta Allah SWT untuk menyampaikan Ibrahim AS telah diangkat menjadi kekasih Allah SWT.

Kemudian, Nabi Ibrahim AS meminta kepada malaikat maut untuk menunjukkan cara dia mencabut nyawa manusia. Malaikat maut lalu menjawab bahwa Nabi Ibrahim AS tidak akan kuat melihatnya.

Ibrahim AS bersikeras kepada malaikat maut untuk memperlihatkannya.Tiba-tiba, Nabi Ibrahim AS melihat wajah yang sangat hitam, kepalanya mencapai langit dan dari mulutnya keluar jilatan api. Pada tubuhnya, tidak ada sehelai rambut kecuali api menyala-nyala.

Menyaksikan itu, Ibrahim AS pingsan. Ketika sadar, ia berkata:

“Wahai malaikat maut, seandainya orang kafir tidak mendapat siksa, dengan melihatmu saja dengan rupa demikian sudah cukup baginya itu sebagai penderitaan,”

Selanjutnya, Nabi Ibrahim AS meminta malaikat maut untuk menunjukkan bagaimana ia akan mencabut ruh muslim yang beriman. Lalu, malaikat maut menunjukkan dirinya dengan rupa yang tampan dan berpakaian putih bersih.

Ruh Nabi Ibrahim AS lalu dicabut sesudah melewati beberapa hari dari sakitnya. Ia lalu dikuburkan dalam sebuah gua di daerah Habrawan di samping istrinya, Sarah.

Sebagian berpendapat Nabi Ibrahim AS meninggal pada usia 175 tahun, ada juga yang menyebut 190 tahun. Riwayat lain mengatakan Ibrahim AS hidup selama 200 tahun.

Wallahu a’lam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com