Tag Archives: ibu hamil

Surat Yusuf untuk Ibu Hamil, Ini Bacaan dan Manfaat Membacanya bagi Janin


Jakarta

Surat Yusuf kerap dibaca oleh ibu hamil dengan harapan anak yang dilahirkannya memiliki paras setampan Yusuf AS sekaligus akhlaknya yang mulia. Selain itu, membaca Al-Qur’an ketika hamil memiliki manfaat tersendiri bagi sang ibu dan bayinya.

Menukil dari buku Doa Dzikir untuk Ibu Hamil susunan Ustaz K Akbar Salman, surat Yusuf adalah surat ke-12 dalam mushaf Al-Qur’an yang terdiri dari 111 ayat. Penamaan Yusuf pada surat ini karena berisi riwayat hidup Nabi Yusuf AS.

Biasanya, surat Yusuf yang diamalkan oleh ibu hamil adalah ayat 1-16. Berikut bacaannya dilengkapi dengan arab, latin dan arti.


Surat Yusuf Ayat 1-16 untuk Ibu Hamil: Arab, Latin dan Arti

الٓر ۚ تِلْكَ اٰيٰتُ الْكِتٰبِ الْمُبِيْنِۚ

Latinnya: Alif Lām Rā. Tilka āyātu al-kitābi al-mubīn(i).

1. Artinya: “Alif Lām Rā. Inilah ayat-ayat Kitab (Al-Qur’an) yang nyata (jelas petunjuknya).”

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ

Latinnya: Innā anzalnāhu qur’ānan ‘arabiyyan la’allakum ta’qilūn(a).

2. Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya sebagai Al-Qur’an berbahasa Arab agar kamu memahaminya.”

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ اَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ هٰذَا الْقُرْاٰنَۖ وَاِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهٖ لَمِنَ الْغٰفِلِيْنَ

Latinnya: Naḥnu naquṣṣu ‘alaika aḥsana al-qaṣaṣi bimā awḥaynā ilayka hāżā al-qur’ān(a), wa in kunta min qablihī lamina al-ghāfilīn(a).

3. Artinya: “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang-orang yang lalai.”

اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ

Latinnya: Iż qāla yūsufu li-abīhi yā abati innī ra’aitu aḥada ‘asyara kaukabaw wa asy-syamsa wa al-qamara ra’aituhum lī sājidīn(a).

4. Artinya: “(Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, ‘Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan; aku melihat mereka sujud kepadaku.'”

قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا ۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Latinnya: Qāla yā bunayya lā taqṣuṣ ru’yāka ‘alā ikhwātika fa yakīdū laka kaidā(n), innas-syaiṭān(a) lil-insāni ‘aduwwun mubīn(un).

5. Artinya: “Dia (Ya’qub) berkata, ‘Wahai anakku, jangan ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, karena mereka akan membuat tipu daya terhadapmu. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.'”

وَكَذٰلِكَ يَجْتَبِيْكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَعَلٰٓى اٰلِ يَعْقُوْبَ كَمَآ اَتَمَّهَا عَلٰى اَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْحٰقَ ۗ اِنَّ رَبَّكَ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ

Latinnya: Wa każālika yajtabīka rabbuka wa yu’allimuka min ta’wīli al-aḥādīṡi wa yutimmu ni’matahū ‘alaika wa ‘alā āli ya’qūba kamā atammahā ‘alā abawaika min qablu ibrāhīma wa isḥāq(a), inna rabbaka ‘alīmun ḥakīm(un).

6. Artinya: “Dan demikianlah, Tuhanmu memilihmu (untuk menjadi nabi), mengajarkan kepadamu sebagian dari takwil mimpi, serta menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakannya kepada kedua kakekmu sebelumnya, (yaitu) Ibrahim dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

لَقَدْ كَانَ فِيْ يُوْسُفَ وَاِخْوَتِهٖٓ اٰيٰتٌ لِّلسَّاۤىِٕلِيْنَ

Latinnya: Laqad kāna fī yūsufa wa ikhwatihī āyātul lis-sā’ilīn(a).

7. Artinya: “Sungguh, dalam kisah Yusuf dan saudara-saudaranya terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang bertanya.”

اِذْ قَالُوْا لَيُوْسُفُ وَاَخُوْهُ اَحَبُّ اِلٰٓى اَبِيْنَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ ۗاِنَّ اَبَانَا لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

Latinnya: Iż qālū layūsufu wa akhūhu aḥabbu ilā abīnā minnā wa naḥnu ‘uṣbah(tun), inna abānā lafī ḍalālin mubīn(in).

8. Artinya: “(Ingatlah) ketika mereka (saudara-saudara Yusuf) berkata, ‘Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita, padahal kita adalah satu kelompok yang kuat. Sesungguhnya ayah kita berada dalam kesesatan yang nyata.'”

اُقْتُلُوْا يُوْسُفَ اَوِ اطْرَحُوْهُ اَرْضًا يَّخْلُ لَكُمْ وَجْهُ اَبِيْكُمْ وَتَكُوْنُوْا مِنْۢ بَعْدِهٖ قَوْمًا صٰلِحِيْنَ

Latinnya: Uqtulū yūsufa awiṭraḥūhu arḍay yakhlu lakum wajhu abīkum wa takūnū mim ba’dihī qauman ṣāliḥīn(a).

9. Artinya: “Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu tempat yang jauh agar perhatian ayah kalian tertuju kepadamu saja, dan setelah itu (kalian dapat) menjadi orang-orang yang baik.'”

قَالَ قَآىِٕلٌ مِّنْهُمْ لَا تَقْتُلُوْا يُوْسُفَ وَاَلْقُوْهُ فِيْ غَيٰبَتِ الْجُبِّ يَلْتَقِطْهُ بَعْضُ السَّيَّارَةِ اِنْ كُنْتُمْ فٰعِلِيْنَ

Latinnya: Qāla qā’ilum minhum lā taqtulū yūsufa wa alqūhu fī gayābati al-jubb(i) yaltaqiṭhu ba’ḍu as-sayyārati in kuntum fā’ilīn(a).

10. Artinya: “Salah seorang di antara mereka berkata, ‘Janganlah kamu membunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dalam sumur agar dia dipungut oleh beberapa musafir jika kamu hendak berbuat (sesuatu).'”

قَالُوْا يٰٓاَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأْمَنَّا عَلٰى يُوْسُفَ وَاِنَّا لَهٗ لَنٰصِحُوْنَ

Latinnya: Qālū yā abānā mā laka lā ta’mannā ‘alā yūsufa wa innā lahū lanāṣiḥūn(a).

11. Artinya: “Mereka berkata, ‘Wahai ayah kami, mengapa engkau tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal kami benar-benar menginginkan kebaikan baginya?'”

اَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًا يَّرْتَعْ وَيَلْعَبْ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ

Latinnya: Arsilhu ma’anā gaday yarta’ wa yal’ab wa innā lahū laḥāfiẓūn(a).

12. Artinya: “Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi agar dia bersenang-senang dan bermain-main, dan sesungguhnya kami benar-benar akan menjaganya.'”

قَالَ اِنِّيْ لَيَحْزُنُنِيْٓ اَنْ تَذْهَبُوْا بِهٖ وَاَخَافُ اَنْ يَّأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَاَنْتُمْ عَنْهُ غٰفِلُوْنَ

Latinnya: Qāla innī layaḥzununī an tażhabū bihī wa akhāfu ay ya’kulahūż-żi’bu wa antum ‘anhu gāfilūn(a).

13. Artinya: “Dia (Ya’qub) berkata, ‘Sesungguhnya aku merasa sedih kamu membawanya pergi, dan aku khawatir serigala akan memakannya sementara kamu lengah darinya.'”

قَالُوْا لَىِٕنْ اَكَلَهُ الذِّئْبُ وَنَحْنُ عُصْبَةٌ اِنَّآ اِذًا لَّخٰسِرُوْنَ

Latinnya: Qālū la’in akalahuż-żi’bu wa naḥnu ‘uṣbatun innā iżal lakhāsirūn(a).

14. Artinya: “Mereka berkata, ‘Jika serigala memangsanya, padahal kami kelompok yang kuat, sungguh kami termasuk orang-orang yang merugi.'”

فَلَمَّا ذَهَبُوْا بِهٖ وَاَجْمَعُوْٓا اَنْ يَّجْعَلُوْهُ فِيْ غَيٰبَتِ الْجُبِّۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِاَمْرِهِمْ هٰذَا وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ

Latinnya: Falammā żahabū bihī wa ajma’ū ay yaj’alūhu fī gayābati al-jubb(i), wa auḥainā ilayhi latunabbi’annahum bi-amrihim hāżā wa hum lā yasy’urūn(a).

15. Artinya: “Maka ketika mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dasar sumur, Kami wahyukan kepadanya, ‘Engkau kelak pasti akan memberitahukan kepada mereka tentang perbuatan mereka ini, sedangkan mereka tidak menyadari.'”

وَجَآءُوْٓ اَبَاهُمْ عِشَآءً يَّبْكُوْنَ

Latinnya: Wa jā’ū abāhum ‘isyā’ay yabkūn(a).

16. Artinya: “(Kemudian) mereka datang kepada ayah mereka pada petang hari sambil menangis.”

Kapan Waktu Membaca Surat Yusuf untuk Ibu Hamil?

Menurut buku Muslimah Selamat Dunia Akhirat susunan Mahmud Asy Syafrowi, surat Yusuf ayat 1-16 dianjurkan dibaca oleh ibu hamil karena dipercaya memberikan ketenangan serta kebaikan bagi janin. Disarankan membaca surat ini setiap hari, terutama pada malam hari sebelum tidur sebagai bentuk ikhtiar spiritual agar anak yang lahir memiliki sifat serta ketampanan dari Nabi Yusuf AS.

Selain itu, surat Yusuf juga bisa dibaca saat usia kehamilan mencapai 20 minggu ke atas. Ini dikarenakan pada usia itu, janin sudah mendengar suara dari luar rahim. Dengan begitu, ayat-ayat yang dibaca sang ibu dapat diperdengarkan kepada janin agar terbiasa dengan bacaan ayat suci.

Manfaat Mengamalkan Surat Yusuf untuk Ibu Hamil

Menukil buku Amalan yang Paling Dicintai Allah karya Ustaz Abdul Somad, membaca surat Yusuf untuk ibu hamil juga bermanfaat bagi iman anak kelak. Harapannya, iman si anak akan kuat layaknya Nabi Yusuf AS.

Selain itu, diterangkan dalam buku Ya Allah Maaf Saya Tidak Ada Waktu Untukmu oleh Dewi Ahmad Zarkasi bahwa intonasi surat Yusuf yang menenangkan, menghibur dan indah cocok didengarkan oleh ibu hamil. Dengan begitu, ibu hamil tidak mudah stres dan perkembangan psikologi janin terjaga.

Wallahu a’lam.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Surat Maryam Ayat 1-16 dan Keistimewaannya untuk Ibu Hamil


Jakarta

Surat Maryam dikenal punya keistimewaan untuk dibaca oleh ibu yang sedang hamil. Surat ke-19 dalam Al-Qur’an ini dinamakan sesuai dengan Maryam, ibunda Nabi Isa AS.

Maryam dikenal sebagai wanita yang memiliki simbol ketakwaan, kesabaran, dan keikhlasan. Surat Maryam sering dibaca terutama oleh ibu hamil, agar diharapkan mendapatkan keberkahan dan ketenangan.

Bagi ibu hamil, membaca Surat Maryam, khususnya ayat 1-16, memiliki makna yang mendalam. Ayat-ayat ini menceritakan tentang kisah Nabi Zakaria AS yang berdoa kepada Allah untuk dikaruniai keturunan meskipun usianya sudah lanjut.


Doanya dijawab dengan kelahiran Nabi Yahya AS, sebagai bentuk kasih sayang dan kekuasaan Allah SWT. Kisah ini mengingatkan para ibu hamil untuk senantiasa berdoa, berserah diri, dan bersyukur atas karunia kehamilan yang diberikan oleh Allah.

Bacaan Surat Maryam untuk Ibu Hamil Ayat 1-16

Para ibu hamil berharap dengan membaca surat Maryam, anak yang dikandungnya akan memiliki kecantikan hati seperti Maryam. Biasanya, ayat yang dibaca adalah surat Maryam ayat 1-16. Berikut ini adalah bacaan surat Maryam ayat 1-16:

1.

كۤهٰيٰعۤصۤ ۚ

Bacaan latinnya: Kaf Ha Ya ‘Ain Shad
Artinya: “Kāf Hā Yā ‘Ain Ṣād.”

2.

ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهٗ زَكَرِيَّا ۚ

Bacaan latinnya: Zikru raḥmati rabbika ‘abdahụ zakariyyā
Artinya: “Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada hamba-Nya, Zakaria,”

3.

اِذْ نَادٰى رَبَّهٗ نِدَاۤءً خَفِيًّا

Bacaan latinnya: Iż nādā rabbahụ nida`an khafiyyā
Artinya: “(Yaitu) ketika dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.”

4.

قَالَ رَبِّ اِنِّيْ وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّيْ وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَّلَمْ اَكُنْۢ بِدُعَاۤىِٕكَ رَبِّ شَقِيًّا

Bacaan latinnya: Qaala rabbi innii wahanal-‘azmu minnī wasyta’alar-ra`su syaibaw wa lam akum bidu’a`ika rabbi syaqiyyaa
Artinya: “Dia (Zakaria) berkata, ‘Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku’.”

5.

وَاِنِّيْ خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَّرَاۤءِيْ وَكَانَتِ امْرَاَتِيْ عَاقِرًا فَهَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّا ۙ

Bacaan latinnya: Wa innii khiftul-mawaaliya miw waraa`ii wa kaanatimra`atii ‘aqiran fa hab lii mil ladungka waliyyaa
Artinya: “Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu”

6.

يَّرِثُنِيْ وَيَرِثُ مِنْ اٰلِ يَعْقُوْبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا

Bacaan latinnya: Yariṡunii wa yariṡu min aali ya’qụba waj’al-hu rabbi raḍiyyaa
Artinya: “Yang akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga Yakub; dan jadikanlah dia, ya Tuhanku, seorang yang diridai.”

7.

يٰزَكَرِيَّآ اِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلٰمِ ِۨاسْمُهٗ يَحْيٰىۙ لَمْ نَجْعَلْ لَّهٗ مِنْ قَبْلُ سَمِيًّا

Bacaan latinnya: Yaa zakariyya innaa nubasysyiruka bigulaaminismuhụ yaḥyaa lam naj’al lahụ ming qablu samiyyaa
Artinya: “(Allah berfirman), ‘Wahai Zakaria! Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak laki-laki namanya Yahya, yang Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya.’

8.

قَالَ رَبِّ اَنّٰى يَكُوْنُ لِيْ غُلٰمٌ وَّكَانَتِ امْرَاَتِيْ عَاقِرًا وَّقَدْ بَلَغْتُ مِنَ الْكِبَرِ عِتِيًّا

Bacaan latinnya: Qaala rabbi annaa yakụnu lii gulāmuw wa kānatimra`atī ‘āqiraw wa qad balagtu minal-kibari ‘itiyyaa
Artinya: “Dia (Zakaria) berkata, ‘Ya Tuhanku, bagaimana aku akan mempunyai anak, padahal istriku seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai usia yang sangat tua?’

9.

قَالَ كَذٰلِكَۗ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَّقَدْ خَلَقْتُكَ مِنْ قَبْلُ وَلَمْ تَكُ شَيْـًٔا

Bacaan latinnya: Qaala każālik, qaala rabbuka huwa ‘alayya hayyinuw wa qad khalaqtuka ming qablu wa lam taku syai`aa
Artinya: “(Allah) berfirman, ‘Demikianlah.’ Tuhanmu berfirman, ‘Hal itu mudah bagi-Ku; sungguh, engkau telah Aku ciptakan sebelum itu, padahal (pada waktu itu) engkau belum berwujud sama sekali’.”

10.

قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِّيْٓ اٰيَةً ۗقَالَ اٰيَتُكَ اَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلٰثَ لَيَالٍ سَوِيًّا

Bacaan latinnya: Qaala rabbij’al lī aayah, qāla aayatuka allaa tukalliman-nāsa ṡalāṡa layālin sawiyyaa
Artinya: “Dia (Zakaria) berkata, ‘Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda.’ (Allah) berfirman, ‘Tandamu ialah engkau tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal engkau sehat.’

11.

فَخَرَجَ عَلٰى قَوْمِهٖ مِنَ الْمِحْرَابِ فَاَوْحٰٓى اِلَيْهِمْ اَنْ سَبِّحُوْا بُكْرَةً وَّعَشِيًّا

Bacaan latinnya: Fa kharaja ‘alā qaumihī minal-miḥrābi fa auḥaa ilaihim an sabbiḥụ bukrataw wa ‘asyiyyā
Artinya: “Maka dia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu dia memberi isyarat kepada mereka; bertasbihlah kamu pada waktu pagi dan petang.”

12.

يٰيَحْيٰى خُذِ الْكِتٰبَ بِقُوَّةٍ ۗوَاٰتَيْنٰهُ الْحُكْمَ صَبِيًّاۙ ١٢

Bacaan latinnya: Yã yahya khuzil-kitäba biquwwah(tin), wa ātainähul-hukma sabiyyā(n).
Artinya: “(Allah berfirman,) ‘Wahai Yahya, ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.’ Kami menganugerahkan hikmah kepadanya (Yahya) selagi dia masih kanak-kanak.”

13.

وَّحَنَانًا مِّنْ لَّدُنَّا وَزَكٰوةً ۗوَكَانَ تَقِيًّا ۙ

Bacaan latinnya: Wa hanănam mil ladunnã wa zakäh(tan), wa kãna taqiyyā(n).
Artinya: “(Kami anugerahkan juga kepadanya) rasa kasih sayang (kepada sesama) dari Kami dan bersih (dari dosa). Dia pun adalah seorang yang bertakwa.”

14.

وَّبَرًّاۢ بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا

Bacaan latinnya: Wa barram biwälidaihi wa lam yakun jabbäran ‘asiyyā(n).
Artinya: “(Dia) orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya dan dia bukan orang yang sombong lagi durhaka. “

15.

وَسَلٰمٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوْتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا ࣖ

Bacaan latinnya: Wa salāmun ‘alaihi yauma wulida wa yauma yamütu wa yauma yub’asu hayyã(n).
Artinya: “Kesejahteraan baginya (Yahya) pada hari dia dilahirkan, hari dia wafat, dan hari dia dibangkitkan hidup kembali.”

16.

وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ مَرْيَمَۘ اِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ اَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا ۙ

Bacaan latinnya: Wazkur fil-kitäbi maryam(a), izintabazat min ahlihã makãnan syarqiyyà(n).
Artinya: “Ceritakanlah (Nabi Muhammad) kisah Maryam di dalam Kitab (Al-Qur’an), (yaitu) ketika dia mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur (Baitulmaqdis).”

Keutamaan Membaca Surat Maryam

Surat Maryam terdiri dari 98 ayat dan merupakan surat ke-19 dalam Al-Qur’an. Surat ini diturunkan di Makkah, sehingga termasuk ke dalam golongan surat Makkiyah.

Dikutip dari buku Panduan Hamil Sehat & Syar’i oleh Ustadzah Sa’idatul Nafisah, dijelaskan bahwa ketika seorang wanita mengandung, dianjurkan untuk membaca Al-Qur’an terutama surat Maryam dan surat Yusuf. Sebab surat Maryam dipercaya dapat memudahkan persalinan serta mendapatkan anak yang cantik, sabar, shalihah, dan taat seperti halnya Siti Maryam.

Diceritakan dalam surat itu, kisah hidup Siti Maryam adalah ibu dari Nabi Isa AS. Maryam adalah keturunan Nabi Daud AS dan dikenal sebagai sosok yang tekun dalam beribadah.

Surat ini menceritakan kisah ajaib saat Maryam melahirkan Isa AS. Maryam sebelumnya belum pernah bergaul dengan seorang laki-laki, apalagi berhubungan suami-istri. Kelahiran Isa AS tanpa ayah merupakan suatu bukti kekuasaan Allah SWT.

Pada surat ini, diawali dengan kisah kejadian ajaib lainnya, yaitu dikabulkannya doa Nabi Zakaria AS oleh Allah SWT. Ia ingin dianugerahi seorang putra sebagai pewaris dan pelanjut cita-cita dan kepercayaannya, sedangkan usianya sudah sangat tua dan istrinya adalah wanita yang mandul.

Sementara dalam Buku Lengkap Fiqih Kehamilan dan Melahirkan karya Rizem Aizid, disebutkan bahwa Surat Maryam diyakini memiliki banyak manfaat bagi janin. Umumnya, ketika seorang muslimah hamil rutin membaca surat ini, diyakini anak yang dilahirkan akan dianugerahi kecantikan, baik secara fisik maupun spiritual, mirip dengan sosok Maryam binti Imran yang dikisahkan dalam surat tersebut.

Mugi Rizkiana Halalia dalam bukunya yang berjudul Menyiapkan Anak Jenius sejak Dalam Kandungan, menjelaskan memang tidak ada dalil yang secara langsung dan sahih yang menyatakan bahwa membaca surat Maryam bagi ibu hamil adalah sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW untuk membuat anaknya berparas cantik.

Namun, isi dari surat ini menceritakan kisah Maryam sebAgai wanita yang taat kepada Allah SWT, bisa dipetik dan menjadi tambahan amalan bagi sang ibu. Wallahua’lam.

Itulah tadi bacaan ayat 1-16 surat Maryam. Semoga membantu dan menambah amalan kita.

(aau/fds)



Sumber : www.detik.com

Puasa bagi Ibu Menyusui, Bagaimana Hukumnya Menurut Islam?


Jakarta

Bulan Ramadan sangat dinanti umat Islam. Di bulan ini semua amalan yang dilakukan kaum muslim akan dilipat gandakan pahalanya.

Akan tetapi ibu hamil dan menyusui kadang kala merasa khawatir ketika berpuasa apakah akan berpengaruh terhadap kesehatan anaknya. Tapi bagaimana hukumnya jika muslimah yang sedang menyusui tidak berpuasa?

Hukum Puasa bagi Ibu Menyusui

Jika wanita hamil takut terhadap janin yang berada dalam kandungannya dan ibu menyusui takut terhadap kurangnya produksi ASI maka boleh baginya untuk tidak berpuasa.


Merujuk pada sabda Nabi SAW disebutkan, “Sesungguhnya Allah SWT meringankan setengah salat untuk musafir dan meringankan puasa bagi musafir, wanita hamil dan menyusui.” (HR. An Nasai no. 2275, Ibnu Majah no. 1667, dan Ahmad 4: 347, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.)

Namun untuk ibu menyusui jika tidak puasa, apakah ada qadha atau harus membayar fidyah? Inilah yang diperselisihkan oleh para ulama. Akan tetapi dilansir dalam buku Bekal Meraih Ramadhan Penuh Berkah yang ditulis Muhammad Abduh Tuasikal menuliskan pendapat terkuat adalah pendapat yang menyatakan cukup qadha saja.

Dari hadits Anas bin Malik, ia berkata, “Sesungguhnya Allah meringankan separuh salat dari musafir, juga puasa dari wanita hamil dan menyusui. Al Jashshosh ra menjelaskan, “Keringanan separuh salat tentu saja khusus bagi musafir. Para ulama tidak ada beda pendapat mengenai wanita hamil dan menyusui bahwa mereka tidak dibolehkan mengqashar salat. Keringanan puasa bagi wanita hamil dan menyusui dari sini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara wanita hamil dan menyusui jika keduanya khawatir membahayakan dirinya atau anaknya (ketika mereka berpuasa) karena Nabi SAW sendiri tidak merinci hal ini.” (Ahkamal Qur’an, Ahmad bin ‘Ali Ar Rozi Al Jashshosh, 1:224)

Ulama yang berpendapat cukup mengqadha saja (tanpa fidyah) menganggap bahwa wanita hamil dan menyusui seperti orang sakit. Sebagaimana orang sakit boleh tidak puasa ia pun mengqadha di hari lain. Ini pula yang berlaku pada wanita hamil dan menyusui sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT:

أَيَّامًا مَّعْدُودَٰتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُۥ ۚ وَأَن تَصُومُوا۟ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya: “(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Hal yang Perlu Diperhatikan Ibu Hamil yang Berpuasa

Namun jika ibu menyusui yakin untuk berpuasa maka harus diperhatikan asupan ASI untuk bayi. Melansir Huffington Post (16/3/2024), ahli gizi Fareeha Jay berpendapat ASI memberikan bayi nutrisi untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatannya.

Maka ibu perlu memastikan bahwa anak mereka mendapatkan nutrisi yang cukup selama bulan Ramadan.

“Biasanya, disarankan untuk mengonsumsi tambahan kalori sebesar 300 hingga 400 kkal setiap hari untuk menjaga wanita tetap berenergi dan menghasilkan cukup ASI. Tingkat kelaparan pada orang tua yang menyusui tergolong tinggi. Oleh karena itu, mereka perlu memastikan bahwa mereka mendapatkan makanan padat nutrisi supaya tetap berenergi dan juga menjaga pasokan ASI mereka,” ujar Fareeha.

Perhatikan Konsumsi Makanan Selama Berbuka Puasa

Fareeha menyarankan para ibu merencanakan makan kalori ekstra antara waktu berbuka dan sahur, serta memperhatikan keseimbangan antara variasinya dan kesehatan.

Ibu yang menyusui juga perlu membagi lima buah dan sayuran antara berbuka dan sahur, termasuk makanan bertepung yang berbahan biji-bijian, seperti roti utuh, nasi, dan pasta.

“Orang tua yang menyusui sebaiknya memasukkan protein seperti lentil, kacang-kacangan, tahu, ikan, telur, daging, ayam, keju susu, dan yogurt saat sahur dan berbuka puasa. Memasukkan protein akan membantu menjaga massa otot dan memberikan nutrisi yang cukup bagi bayi,” kata Fareeha.

“Kekurangan asupan nutrisi dapat menyebabkan kekurangan nutrisi, rendahnya energi, dan rendahnya produksi ASI,” ujar Fareeha lagi.

Sekalipun sebagian orang tetap bisa berpuasa tanpa sahur, dia dia menganjurkan untuk ibu menyusui melakukan hal demikian. Sebab sahur waktu yang tepat untuk kembali mengisi simpanan makanan, dan melewatkannya mungkin berdampak pada asupan ASI.

Selain itu, bisa menambahkan multivitamin ke dalam makanan, apabila tidak mendapatkan semua nutrisi dalam waktu singkat.

Apakah Ada Resiko Menyusui Saat Puasa?

Fareeha mengatakan ketika menyusui, ibu biasanya mengalami pengurangan air sebanyak 700 ml akibat keluarnya ASI, hal ini berisiko menyebabkan ibu dehidrasi.

Ia merekomendasikan minum setidaknya dua liter air per hari, waspadalah apabila ibu merasa haus, sering buang air kecil, dan juga tergantung warna urine, ini bisa menjadi indikator dehidrasi.

Selain air, untuk menjaga agar tetap terhidrasi, makanan tersebut dapat mencakup jus buah, susu, dan yoghurt, serta buah dan sayuran yang memiliki kandungan air tinggi, seperti semangka, stroberi, atau buah jeruk. Kuah daging dan sup juga akan membantu hidrasi. Kafein harus dihindari karena bersifat diuretik tetapi juga dapat mengganggu tidur bayi,” kata Fareeha.

Terakhir Fareeha berpendapat selalu dapat mengganti puasa di akhir tahun bagi ibu menyusui, sebab puasa Ramadan dikecualikan bagi mereka.

“Terserah mereka mau berpuasa atau tidak, pengambilan keputusan berdasarkan apa yang mereka rasakan selama berpuasa, tapi mereka juga bisa mendiskusikannya dengan ahli kesehatan. Bagi sebagian orang, ini mungkin mudah. Bagi yang lain, hal ini mungkin sangat menantang dan dapat memengaruhi aktivitas mereka sehari-hari, membuat mereka mengalami dehidrasi dan mempengaruhi suplai ASI. Jika puasa Ramadhan menimbulkan bahaya bagi tubuh ibu, maka disarankan untuk tidak berpuasa,” ujar Fareeha.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Surah Maryam untuk Ibu Hamil Agar Dikaruniai Anak Saleh


Jakarta

Ketika para muslimah hamil, banyak dari mereka yang membaca ayat-ayat Al-Qur’an tertentu dengan tujuan supaya anaknya memiliki akhlak dan paras yang baik. Salah satunya surah Maryam.

Ada banyak surah Al-Qur’an yang direkomendasikan untuk dibaca ibu hamil. Contohnya adalah surah Lukman, Yusuf, Muhammad, Kafhfi, Ar-Rahman, Al-Waqi’ah, Al-Mulk, dan Maryam, sebagaimana dijelaskan dalam Buku Lengkap & Praktis Doa Dzikir Harian Khusus Ibu Hamil oleh Ust. Syaifurrahman El-Fati.

Seperti yang disebutkan di atas, surah yang dianjurkan untuk dibaca oleh ibu hamil adalah surah Maryam. Surah ini termasuk dalam surah Makkiyah yang terdiri dari 98 ayat. Surah Maryam merupakan surah ke-19 dalam Al-Qur’an yang menceritakan kelahiran dua orang nabi, yakni Nabi Yahya AS dan Nabi Isa AS.


Menurut buku Menyiapkan Anak Jenius Sejak Dalam Kandungan karya Mugi Rizkiana Halalia menyebutkan bahwa tidak ada dalil yang shahih tentang manfaat surah Maryam untuk janin di perut ibu hamil.

Namun buku itu menjelaskan bahwa membaca Al-Qur’an secara konsisten dan memperdengarkannya kepada janin tentu saja dapat membawa mukzijat kepada ibu sekaligus bayinya. Sebab Al-Qur’an adalah mukjizat, penyembuh, terapi segala penyakit, dan pembawa kebaikan baik bagi pembaca maupun pendengarnya.

Surah Maryam untuk Ibu Hamil Ayat 2-15

Di sumber sebelumnya, Syaifurrahman El-Fati menuliskan bahwa tidak ada ayat tertentu yang dituntunkan untuk dibaca dalam surah Maryam oleh ibu hamil. Namun, pada ayat 2-15 dari surah Maryam berisi tentang doa dan harapan Nabi Zakaria AS agar diberi momongan, sebagaimana dijelaskan Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar.

Surah Maryam untuk ibu hamil tersebut terdapat pada ayat 2-15, yang berbunyi:

(2) ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهٗ زَكَرِيَّا

Żikru raḥmati rabbika ‘abdahū zakariyyā

Artinya: (Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada hamba-Nya, Zakaria,

(3) اِذْ نَادٰى رَبَّهٗ نِدَاۤءً خَفِيًّا

Iż nādā rabbahū nidā’an khafiyyā

Artinya: (yaitu) ketika dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lirih.

(4) قَالَ رَبِّ اِنِّيْ وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّيْ وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَّلَمْ اَكُنْۢ بِدُعَاۤىِٕكَ رَبِّ شَقِيًّا

Qāla rabbi innī wahanal-‘aẓmu minnī wasyta’alar-ra’su syaibaw wa lam akum bidu’ā’ika rabbi syaqiyyā

Artinya: Dia (Zakaria) berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah, kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku tidak pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, wahai Tuhanku.

(5) وَاِنِّيْ خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَّرَاۤءِيْ وَكَانَتِ امْرَاَتِيْ عَاقِرًا فَهَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّا ۙ

Wa innī khiftul-mawāliya miw warā’ī wa kānatimra’atī ‘āqiran fahab lī mil ladunka waliyyā

Artinya: Sesungguhnya aku khawatir terhadap keluargaku sepeninggalku, sedangkan istriku adalah seorang yang mandul. Anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu.

(6) يَّرِثُنِيْ وَيَرِثُ مِنْ اٰلِ يَعْقُوْبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا

Yariṡunī wa yariṡu min āli ya’qūba waj’alhu rabbi raḍiyyā

Artinya: (Seorang anak) yang akan mewarisi aku dan keluarga Ya’qub serta jadikanlah dia, wahai Tuhanku, seorang yang diridai.”

(7) يٰزَكَرِيَّآ اِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلٰمِ ِۨاسْمُهٗ يَحْيٰىۙ لَمْ نَجْعَلْ لَّهٗ مِنْ قَبْلُ سَمِيًّا

Yā zakariyyā innā nubasysyiruka bigulāminismuhū yaḥyā, lam naj’al lahū min qablu samiyyā

Artinya: (Allah berfirman,) “Wahai Zakaria, Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak laki-laki yang bernama Yahya yang nama itu tidak pernah Kami berikan sebelumnya.”

(8) قَالَ رَبِّ اَنّٰى يَكُوْنُ لِيْ غُلٰمٌ وَّكَانَتِ امْرَاَتِيْ عَاقِرًا وَّقَدْ بَلَغْتُ مِنَ الْكِبَرِ عِتِيًّا

Qāla rabbi annā yakūnu lī gulāmuw wa kānatimra’atī ‘āqiraw wa qad balagtu minal-kibari ‘itiyyā

Artinya: Dia (Zakaria) berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana (mungkin) aku akan mempunyai anak, sedangkan istriku seorang yang mandul dan sungguh aku sudah mencapai usia yang sangat tua?”

(9) قَالَ كَذٰلِكَۗ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَّقَدْ خَلَقْتُكَ مِنْ قَبْلُ وَلَمْ تَكُ شَيْـًٔا

Qāla każālik, qāla rabbuka huwa ‘alayya hayyinuw wa qad khalaqtuka min qablu wa lam taku syai’ā

Artinya: Dia (Allah) berfirman) “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku; sungguh, engkau telah Aku ciptakan sebelum itu, padahal (pada waktu itu) engkau belum berwujud sama sekali.”

(10) قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِّيْٓ اٰيَةً ۗقَالَ اٰيَتُكَ اَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلٰثَ لَيَالٍ سَوِيًّا

Qāla rabbij’al lī āyah(tan), qāla āyatuka allā tukalliman-nāsa ṡalāṡa layālin sawiyyā

Artinya: Dia (Zakaria) berkata, “Wahai Tuhanku, berilah aku suatu tanda.” (Allah) berfirman, “Tandanya bagimu ialah bahwa engkau tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama (tiga hari) tiga malam, padahal engkau sehat.”

(11) فَخَرَجَ عَلٰى قَوْمِهٖ مِنَ الْمِحْرَابِ فَاَوْحٰٓى اِلَيْهِمْ اَنْ سَبِّحُوْا بُكْرَةً وَّعَشِيًّا

Fa kharaja ‘alā qaumihī minal-miḥrābi fa auḥā ilaihim an sabbiḥū bukrataw wa ‘asyiyyā

Artinya: Lalu, (Zakaria) keluar dari mihrab menuju kaumnya lalu dia memberi isyarat kepada mereka agar bertasbihlah kamu pada waktu pagi dan petang.

(12) يٰيَحْيٰى خُذِ الْكِتٰبَ بِقُوَّةٍ ۗوَاٰتَيْنٰهُ الْحُكْمَ صَبِيًّاۙ

Yā yaḥyā khużil-kitāba biquwwah(tin), wa ātaināhul-ḥukma ṣabiyyā

Artinya: (Allah berfirman,) “Wahai Yahya, ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” Kami menganugerahkan hikmah kepadanya (Yahya)461) selagi dia masih kanak-kanak.

(13) وَّحَنَانًا مِّنْ لَّدُنَّا وَزَكٰوةً ۗوَكَانَ تَقِيًّا ۙ

Wa ḥanānam mil ladunnā wa zakāh(tan), wa kāna taqiyyā

Artinya: (Kami anugerahkan juga kepadanya) rasa kasih sayang (kepada sesama) dari Kami dan bersih (dari dosa). Dia pun adalah seorang yang bertakwa.

(14) وَّبَرًّاۢ بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا

Wa barram biwālidaihi wa lam yakun jabbāran ‘aṣiyyā

Artinya: (Dia) orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya dan dia bukan orang yang sombong lagi durhaka.

(15) وَسَلٰمٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوْتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا ࣖ

Wa salāmun ‘alaihi yauma wulida wa yauma yamūtu wa yauma yub’aṡu ḥayyā

Artinya: Kesejahteraan baginya (Yahya) pada hari dia dilahirkan, hari dia wafat, dan hari dia dibangkitkan hidup kembali.

Secara lebih lanjut dijelaskan oleh M. Syukron Maksum dalam bukunya yang berjudul Bimbingan Doa dan Wirid Ibu Hamil, penting bagi orang tua melakukan stimulasi pendidikan pralahir untuk bayi supaya bisa menjadi anak yang saleh dan sehat jasmani dan rohaninya. Hal ini turut dilakukan Nabi Zakaria AS seperti disebutkan dalam ayat di atas.

Hasilnya, ia dianugerahi anak yang memiliki kecerdasan tinggi dalam memahami hukum-hukum Allah SWT, terampil dalam melaksanakan titah Allah SWT, memiliki fisik kuat, sekaligus menjadi anak yang sangat berbakti kepada kedua orang tuanya.

Adapun, dalam ayat 12-15 surah Maryam pun juga menceritakan bahwa anak yang dikandung ibu hamil itu akhirnya menjadi seorang nabi, yakni Nabi Yahya AS.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com