Tag Archives: ilmu

Memangkas Upaya Menjadi Cerdas Melalui Shalat



Jakarta

Ketika ada Ustadz yang bisa menjawab dengan mudah, tepat, benar, dan gampang. Mudah diterima logika awam apa-apa yang ditanyakan para hadirin. Mereka berdecak kagum, walau hanya sebatas dalam dada. Ketika mereka menemukan bukti yang sama berulang-ulang tentang Ustadz itu, tidak hanya hadirin, beberapa pakar yang notabene memiliki setumpuk gelar bergengsi juga tak bisa menutupi kekagumannya.

Sayangnya mengundang Ustadz sekaliber itu belum mudah. Karena jadual yang sangat padat. Maklum, penggemarnya boleh dibilang ‘sejagad’. Tidak saja di dalam negeri, termasuk juga di beberapa negara tetangga.

Ustadz itu dikagumi masyarakat awam, masyarakat berpendidikan menengah sampai masyarakat yang berpendidikan tinggi. Bahkan para masyarakat alim pun, dibuat rela hati menjadi pengagumnya. Subhaanallaah. Ustadz yang sangat cerdas. Memahami detail persoalan sampai tuntas. Detail se detail-detailnya. Sifat kebenaran yang dihasilkan dari berpikir cerdasnya didasarkan pada kebenaran hakiki sesuai petunjuk ilahi.
Boleh jadi itulah sekelumit gambaran tentang ulul albab di dalam QS al-Imran (3):190. Allaahu a’lam.


Menguasai secara detail tentang bidang kepakarannya, ialah orang yang dinilai benar-benar pakar di bidangnya. Kepakaran tingkat tinggi. Mudah diduga sulit menggapai posisi seperti itu. Bagaimana cara belajarnya, kapan waktunya, di mana sekolahnya, siapa gurunya? Memikirkan hal seperti ini saja belum mudah, apalagi menggapai peringkat seperti itu.

Tapi sebentar, barangkali ada cara mudah yang bisa dicari di sekitar Quran Surat al-Imran (3):190 itu.
Ayat selanjutnya QS al-Imran (3): 191 menyebutkan ciri-ciri ulul albab itu.
(Ulul albab yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.

Ternyata mereka senantiasa dzikrullah dalam semua posisi tubuhnya. Jika melihat dari sudut pandang ini saja, bukankah posisi shalat menunjukkan hal itu. Shalat menjadi kebutuhan mutlak Muslim. Lima waktu dalam setiap hari. Itu pada dasarnya bertujuan untuk dzikrullah. Dan tegakkanlah shalat untuk dzikir kepadaKu QS Thaha (20):130.
Di dalam shalat, Muslim melakukan seluruh posisi sesuai ayat 191 itu. Muslim yang sedang sakit, tidak kuasa untuk berdiri atau duduk, dia diijinkan untuk shalat sambil berbaring.

Nah, sekarang mulai terbuka satu pintu memungkas jalan pintas menjadi cerdas. Ialah dengan menegakkan shalat lima waktu. Muslim yang baik pasti akan istiqamah menegakkannya. Sehingga setiap Muslim yang baik semestinya memiliki tiket menjadi cerdas melalui jalan ini.

Selanjutnya, bukankah shalat, juga akan memproduksi para penegaknya untuk mampu mencegah dirinya dari perbuatan keji dan mungkar QS al-Ankabut (29): 45. Sedangkan orang yang mampu mendidik dirinya jauh dari perbuatan keji dan munkar itu adalah golongan orang yang bertakwa kepada Allah. Kelompok orang-orang yang bertakwa ini pasti memiliki sejumlah besar fasilitas dari Allah. Fasilitas itu antara lain, Allah menjadikan mereka cerdas QS al-Anfal (7): 9. Semakin tinggi tingkat takwa kelompok ini semakin cerdas mereka.

Itu berarti semakin bagus kualitas shalat yang ditegakkan setiap Muslim, mereka akan memperoleh fasilitas untuk semakin cerdas. Cerdas proses berpikirnya, sangat detail dalam memahami persoalan. Apa yang diketahuinya sesuai dengan petunjuk ilahi, kebenaran yang ia ketahui adalah kebenaran hakiki.

Dulu pernah ada seorang mahasiswa suatu perguruan tinggi (PT) favorit secara nasional. Ia berasal dari satu kabupaten tak jauh dari lokasi PT itu. Memang, dia berhasil lulus terbaik dari SMA favorit di kotanya. Tapi, kualitas SMA nya itu jika dibandingkan dengan kualitas SMA lain yang top di Indonesia masih perlu diuji.

Setelah menamatkan SMA-nya, mahasiswa ini merantau ke kota lokasi PT dia saat itu. Sebagaimana teman-teman sesama tingkat, dia rajin belajar. Hanya saja karena dia berangkat dari keluarga pondok pesantren, maka ada kewajiban tak tertulis agar dirinya mengkaji agama lebih banyak, agar lebih faqih.

Secara perbandingan waktu, pastilah dia tidak bisa belajar seimbang dengan teman seangkatannya. Teman-temannya belajar rata-rata 6-8 jam sehari semalam. Untuk golongan yang peringkat rajin. Sedangkan dirinya paling-paling memiliki kesempatan belajar sekitar 2 jam per hari.

Mengapa demikian? Dia harus mengaji pagi dan sore di tempat yang jauh dari tempat kos-nya.
Pagi shubuh dia sudah harus berangkat. Menjelang jadual masuk kuliah pagi dia sudah harus siap ke kampus. Dia tak pernah terlambat dan tidak pernah bolos kuliah.
Dia sudah harus berangkat mengaji sore ba’da ashar. Karena dia harus sudah sampai di tempat mengaji sebelum maghrib. Setelah selesai shalat isya berjemaah di tempat ia mengaji, barulah dia kembali ke kos. Di waktu itu dia makan malam. Setelah makan malam baru ada sedikit waktu untuk belajar, antara sudah makan itu dan menjelang tidur malam. Ia memulai tidur malam pukul 21.00 WIB.

Di samping rajin mengaji, dia juga memiliki kesibukan dalam organisasi. Intra kampus mau pun ekstra kampus. Jadi totalitas waktunya memang perlu dijadual ketat.

Sekitar pukul satu malam dia harus bangun dan memantapkan hafalan alQuran, melalui shalat malam. Sementara beranjak pagi, dia harus mempersiapkan kitab dan lain-lainnya, untuk mengaji tafsir alQuran dan sarah alHadits shahih.

Itu kegiatan yang rutin dijalaninya. Praktis jika dikomparasi dengan teman-teman seangkatan, dia memiliki hanya sekitar sepertiga waktu mereka untuk memperdalam materi kuliah. Apakah nilai mata kuliahnya berantakan. Eh tunggu dulu!

Teryata, setiap kali pengumuman hasil evaluasi belajar (ujian), yang paling sering muncul baginya adalah nilai A. Padahal dari sekitar 160-an lebih mahasiswa yang mampu menuai nilai A pada mata kuliah tertentu berkisar 4-5 orang saja. Lumayan!

Entah karena kemampuannya atau bagaimana. Tetapi yang pasti, jika mekanisme jalan pintas menjadi cerdas sesuai dengan mekanisme petunjuk kitab suci alQuran, boleh jadi dia baru bisa cerdas karena keseriusannya menegakkan shalat. Di samping ketekunannya meningkatkan hafalan alQuran.

Bukankah alQuran juga dikenal dengan sebutan alFurqan (pembeda yang haq/benar dan bathil/keliru). Bukankah kemampuan membedakan yang benar dan yang salah itu merupakan makna cerdas. Termasuk dalam bidang ilmu yang sedang dia geluti. Jadi dia bisa menjawab dengan benar pada setiap ujian yang dihadapinya sangat mungkin karena faktor itu.

Salah atau benar satu contoh mini ini Allahu a’lam, Allah Yang Maha Mengetahui. Yang pasti apa yang dituntunkan alQuran adalah haq. AlQuran adalah kitab suci dari Tuhan pencipta alam.
Mari kita jadikan shalat, antara lain untuk menggapai potensi diri menuju tingkat ulul albab, biidznillaah!

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya.

Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih-Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Bermental Miskin



Jakarta

Seseorang yang sudah ditakdirkan fakir, haruskah ia bersyukur? Sebab tidak seorang pun di dunia ini yang tidak mendapatkan nikmat. Setiap manusia diberi limpahan kenikmatan, seperti bisa menghirup udara segar artinya ia sehat, bisa menjalankan ibadah yang merupakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Semua ini merupakan nikmat yang harus disyukuri. Sebagian orang salah menilai bahwa kenikmatan itu dalam bentuk materi. Jadi, materi menjadi ukuran dalam kehidupan. Orang yang fakir dianjurkan bersabar menghadapi keadaan yang ada. Sebab, orang fakir yang bersabar sama kedudukannya dengan orang kaya yang bersyukur.

Allah SWT memuji keduanya, jadi apa pun keadaan kita, masih dapat meraih kemuliaan di sisi-Nya. Ingatlah bahwa Allah SWT memuji orang kaya dan orang miskin, asalkan mereka tetap bersyukur dan bersabar. Hal ini sebagaimana firman-Nya:

1. Surah Shad ayat 30 yang terjemahannya, “Kami menganugerahkan kepada Daud (anak bernama) Sulaiman. Dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia sangat taat (kepada Allah).” Adapun makna ayat ini adalah: Dan tidak hanya anugerah ilmu pengetahuan dan kenabian, kepada Nabi Dawud Kami karuniakan pula seorang putra yang mengikuti jejak dan perjuangannya, yaitu Nabi Sulaiman. Dia adalah sebaik-baik hamba yang selalu beribadah dan bersyukur. Sungguh, dia sangat taat pada perintah-Nya.


2. Surah Shad ayat 44 yang terjemahannya, “Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia selalu kembali (kepada Allah dan sangat taat kepadanya).” Makna ayat ini adalah: Sesungguhnya Kami dapati dia sebagai seorang yang sabar dan ikhlas dalam menghadapi cobaan. Dialah sebaik-baik hamba yang tidak pernah putus asa. Sungguh, dia sangat taat dalam melaksanakan perintah Kami. Ujian dan cobaan bisa menimpa siapa saja. Jika hal itu dihadapi dengan sabar, tawakal, dan berusaha secara maksimal, niscaya Allah SWT akan mengganti dengan imbalan lebih banyak, bahkan terkadang tidak terduga.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita menjumpai seseorang yang selalu mengeluh merasa kekurangan padahal sejatinya dalam ukuran materi sangat cukup. Sebaliknya ada seseorang yang kehidupannya sederhana dan selalu ringan untuk membantu sesama, memberi makan saat ia melihat orang sangat membutuhkannya, membantu dana meski sedikit bagi orang-orang yang dalam perjalanan sudah kehabisan bekal. Sesungguhnya ada yang lebih menyedihkan, seseorang yang cukup materi namun sikapnya terus menerus memohon bantuan orang lain dan kadang ia meng-create (meski dilarang agama) untuk menghasilkan uang.

Bermental miskin merupakan golongan orang-orang yang sibuk dengan dunia dan selalu berurusan keduniawian.

Dikisahkan, ada seorang Syekh zuhud yang kehidupannya mengandalkan hasil tangkapan dari laut. Suatu ketika, seorang kawan Syekh hendak pergi ke suatu daerah tempat tinggal saudaranya Syekh. Lalu Syekh itu berpesan,” Jika memasuki daerah tempat tinggal saudaraku. Sampaikan salam dariku dan aku mohon didoakan olehnya. Dia seorang Wali Allah.”

Sampailah aku di rumah saudara Syekh itu, dan aku heran ia menggunakan kenderaan sangat megah dengan pakaian sangat mewah. Di dalam rumah aku melihat banyaknya pelayan dan pengawal. Aku memberanikan diri untuk mulai bicara, ‘Saudaramu Syekh menyampaikan salam untukmu.’ Lalu lelaki (wali) itu bertanya, ‘Apakah kamu bertemu dengannya?’

Aku menjawab, ‘Ya.’ Wali itu kembali bicara, ‘Jika kamu pulang sampaikan kepadanya, hingga kapan ia sibuk dengan dunia? Sampai kapan ia berurusan dunia? Sampai kapan ia menginginkan dunia?’ Aku semakin heran dengan saudara sang Syekh ini.”

Kemudian aku kembali dari bepergian dan Syekh bertanya, ‘Apakah kamu bertemu dengan saudaraku?’ Aku mengangguk. Maka Syekh minta diceritakan apa yang ia sampaikan. Setelah aku menceritakannya, sang Syekh menangis lama dan akhirnya berkata, ‘Memang benar apa yang disampaikan saudaraku itu. Allah telah mencuci hatinya dari dunia. Allah menempatkan dunia di tangannya, sementara aku masih menempatkan dunia di hatiku.'”

Terkait kisah di atas, Ibnu Atha’illah menyatakan bahwa keadaan para wali atau kekasih Allah SWT tidak dapat diukur dengan kemiskinan atau kekayaan. Wilayah kewalian merupakan wilayah hati. Tidak ada yang mengetahuinya selain Dzat yang telah mengistimewakannya, yaitu Allah SWT. Siapa yang menghadap-Nya dengan kebaikan-Nya, maka ia wajib bersyukur atas segala karunia itu. Jika tidak, ia telah membiarkan kenikmatan dan karunia-Nya itu hilang dari dirinya.

Ingatlah bahwa dunia di hati adalah jika seseorang kehilangan harta, ia bersedih dan jika dapat anugerah harta ia bergembira ria. Jika dunia hanya di tangan, saat kehilangan harta maupun dapatkan rezeki ia hanya tersenyum karena semua bukan miliknya. Jadi orang yang bermental miskin itu dunia ada di hatinya bukan di tangannya.

Ingatlah saat berhasil meraih kenikmatan, baik nikmat dunia maupun nikmat agama, maka jangan sampai lupa dengan dua tugas:
1. Tugas Hati, ajak hati untuk menyatakan bahwa nikmat itu berasal dari Allah SWT, yang datang lewat berbagai perantara.
2. Tugas Lisan, mengungkapkan nikmat. Sebab, dengan pengakuan hati dan lisan, kita lebih terdorong untuk bersyukur dengan amal dan ketaatan kepada-Nya.

Semoga Allah SWT memberikan bimbingan pada kita semua agar dunia cukup di tangan tidak sampai masuk ke hati.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Pintu Kebangkitan


Jakarta

Dalam kitab suci umat Islam, banyak ayat yang mengajak manusia untuk memaksimalkan potensi akalnya dalam berpikir. Allah SWT seringkali berfirman,

“Apakah kamu tidak berpikir?”, “… hanya orang-orang yang berakal yang dapat mengambil pelajaran.”

Firman Allah SWT yang memerintahkan untuk mengoptimalkan kemampuan berpikirnya, konon mencapai ratusan ayat. Inilah yang memberi motivasi kaum Muslimin dan juga bangsa Arab umumnya untuk mengoptimalkan potensi otaknya.


Maka mereka berlomba-lomba mengadakan riset dan penyelidikan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka sadar bahwa pemberian-Nya berupa ilmu dipergunakan untuk kehidupan dan menjaga kelestarian bumi karena menyandang sebagai Khalifah di muka bumi.

Mereka, para ilmuwan Muslim dan Arab, tidak segan-segan mengambil ilmu peradaban bangsa lain, yaitu bangsa Yunani dan India. Mereka menerjemahkan buku-buku berbagai bidang seperti filsafat, kedokteran, sastra, dan lainnya ke dalam bahasa Arab.

Mereka dengan tekun melakukan riset dan menyelidiki hal-hal yang belum diketahui untuk dikembangkan, maka pada masa itu muncullah tokoh-tokoh seperti Ibnu Sina yang sampai saat ini penemuannya sebagai landasan dalam ilmu kedokteran. Dan masih banyak tokoh-tokoh lain di bidang ilmu bumi, optik, aljabar yang sampai sekarang berguna.

Mereka tidak mengklaim bahwa semua karya merupakan hasil murni darinya, melainkan mereka mengakui dengan lapang dada sumber ilmu mereka dari buku-buku para ilmuwan Yunani dan India.

Rasulullah SAW. bersabda, “Barang siapa yang menginginkan kebahagian dunia, maka tuntutlah ilmu dan barang siapa yang ingin kebahagian akhirat, tuntutlah ilmu dan barangsiapa yang menginginkan keduanya, tuntutlah ilmu. baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim ).

Tuntunan ini sangat jelas bahwa umat Muslimin jika menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat maka tuntutlah ilmu pengetahuan. Ilmu ini adalah pelita dunia dan menjadi cahaya di akhirat. Dengan ilmu seseorang bisa mewujudkan impian dan khayalannya.

Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) menjadi keniscayaan dalam kehidupan saat ini. Bayangkan sesuatu yang dahulu tidak mungkin dilakukan, sekarang bisa terjadi. Kita ambil contoh tentang robot, dengan dibenamkannya AI (artificial intelligence) sebuah robot bisa diajak bicara dan bisa melayani layaknya pelayan di restoran.

Perkembangan iptek ini akan terus berjalan selama manusia masih ada kehidupan, dan ingatlah bahwa Allah SWT mendorong penguasaan iptek ini melalui surat al-Mujadilah ayat 11 yang terjemahannya, “Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu ‘Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,’ lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, ‘Berdirilah,’ (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Pada ayat ini, Allah SWT memerintahkan kaum muslim untuk melakukan perbuatan yang menimbulkan rasa persaudaraan dalam semua pertemuan. Wahai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu, dalam berbagai forum atau kesempatan, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, agar orang-orang bisa masuk ke dalam ruangan itu,” maka lapangkanlah jalan menuju majelis tersebut, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu dalam berbagai kesempatan, forum, atau majelis.

Apabila dikatakan kepada kamu dalam berbagai tempat, “Berdirilah kamu untuk memberi penghormatan,” maka berdirilah sebagai tanda kerendahan hati, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu karena keyakinannya yang benar, dan Allah pun akan mengangkat orang-orang yang diberi ilmu, karena ilmunya menjadi hujah yang menerangi umat, beberapa derajat dibandingkan orang-orang yang tidak berilmu. Dan Allah Mahateliti terhadap niat, cara, dan tujuan dari apa yang kamu kerjakan, baik persoalan dunia maupun akhirat.

Keutamaan Orang Berilmu

Adapun keutamaan orang berilmu adalah:

1. Orang Berilmu Takut Kepada Allah SWT.

Dalam surat Fatir ayat 28, Allah SWT berfirman, “Dan demikian pula di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya. Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun.”

2. Orang Berilmu Diberi Kebaikan Dunia dan Akhirat

Dalam surat Al-Baqarah ayat 269, Allah SWT berfirman:

“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”

3. Orang Berilmu Diangkat Derajatnya

Allah SWT. berfirman, “…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS. Al-Mujadilah ayat 11).

Ketahuilah ajaran Islam tidak bertentangan dengan iptek dan justru mendorong perkembangannya. Adapun sumber ilmu itu ada pada Al-Qur’an dan Hadis, sehingga bisa dikatakan ilmu pengetahuan dalam Islam mendapat tempat yang tinggi dan sangat terhormat. Ingatlah bahwa inilah kunci maupun pintu menuju kebangkitan.

Seorang pemikir etik dan filosof Inggris, Bertrand Russell, berkata, “Penggunaan istilah Abad Kegelapan antara tahun 699 M sampai 1000 M itu menunjukkan bahwa kita membatasi perhatian hanya pada Barat atau Eropa. Padahal justru waktu itulah kebudayaan Islam yang cemerlang menerangi dunia, mulai dari India di Timur sampai Spanyol di Barat. Apa yang hilang di negeri-negeri Kristen waktu itu, bukanlah hilangnya kebudayaan secara umum, bahkan keadaan sangat kontras. Buat kita tampak, bahwa kebudayaan Eropa atau Barat itu memang suatu kebudayaan, akan tetapi sebenarnya adalah suatu pandangan yang sempit.”

Begitu indahnya dan cemerlang kebudayaan Islam melalui perkataan Bertrand Russel di atas. Meskipun demikian, kita tidak perlu selalu mengenang keemasan masa lalu, jadikanlah hal itu sebagai motivasi untuk bangkit dan mengejar ketertinggalan kita (kaum muslimin). Tengoklah negeri Tiongkok dalam waktu yang relatif singkat (25-30 tahun) telah merubah diri dan meloncat menuju peradaban baru yang dibangun.

Ya Allah, teguhkanlah hati kami (kaum muslimin) untuk selalu mena’ati dan melaksanakan perintah-Mu dalam menuntut ilmu pengetahuan. Kami sadari saat ini tertinggal dari kaum lainnya dan kami mohon tegakkanlah kepala kami untuk memimpin peradaban di masa mendatang.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Perumpamaan Ahli Ilmu dengan Ahli Ibadah Menurut Hadits Nabi



Jakarta

Ahli ilmu dan ahli ibadah memiliki keutamaan masing-masing. Rasulullah SAW pun menggambarkan kedudukan keduanya melalui sebuah perumpamaan yang diambil dari benda-benda langit.

Diriwayatkan dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda,

“Keutamaan ahli ilmu dibanding ahli ibadah sama seperti keutamaan bulan pada malam purnama dibanding bintang-bintang lainnya.” (HR Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan lainnya dari Abu Darda)


Dalam redaksi lain dikatakan, “Sesungguhnya keutamaan seorang alim (ulama) dibandingkan seorang ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang.”

Menurut Prima Ibnu Firdaus al-Mirluny dalam buku Seri Syarah Hadits Nabi: Keutamaan Menuntut Ilmu, hadits tersebut mengandung maksud bahwa keutamaan orang yang ahli ilmu kemudian mengamalkan ilmunya itu jauh di atas keutamaan ahli ibadah yang bukan ahli ilmu.

Ia menjelaskan, Rasulullah SAW memberikan perumpamaan bagi ahli ilmu bagaikan bulan karena cahaya bulan menerangi penjuru bumi dan meluas ke seluruh arah sehingga manusia dapat mengambil manfaat dari cahaya tersebut.

Sedangkan ahli ibadah yang diibaratkan bintang-bintang di langit, ini didasarkan karena cahaya bintang tidak melewati dirinya sendiri atau hanya menjangkau sesuatu yang dekat darinya.

“Seperti itulah ibadah seorang ahli ibadah, yang mana ibadah tersebut hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri, dan orang di sekitarnya,” jelas Ibnu Firdaus dalam bukunya.

Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr dalam Kitab adz-Dzikru wa ad-Du`a` fi Dhau`il Kitab wa as-Sunnah menyebut bahwa perumpamaan antara ahli ilmu dan ahli ibadah dalam hadits tersebut mengandung rahasia yang sangat unik seperti ditegaskan oleh banyak ulama.

Salah satunya Imam Ibnu Rajab rahimahullah. Ia mengatakan, rahasia dalam hal ini–Allah Mahatahu–adalah bahwa cahaya bintang-bintang itu hanya menyinari dirinya, sedangkan bulan pada malam purnama menerangi semua penduduk bumi.

“Rasulullah menggunakan kata kawakib (atas semua planet), bukan nujum (atas semua bintang), karena kawakib adalah bintang yang berjalan dan tidak bisa dijadikan petunjuk. Ia sama kedudukannya dengan ahli ibadah yang manfaatnya terbatas pada dirinya sendiri,” jelas Ibnu Rajab dalam Syarh Hadits Abu Dzar fii Thalabil Ilmi.

Para ulama menyimpulkan, hadits tersebut menunjukkan bahwa keutamaan ilmu lebih tinggi dari ibadah. Dalam Musnad Al-Bazzar, Al-Mustadrak Al-Hakim dan lainnya, dari Sa’id bin Abu Waqqash RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda,

“Keutamaan ilmu itu lebih aku cintai daripada keutamaan ibadah. Dan sebaik-baik keagamaan kalian adalah wara.”

Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr menjelaskan lebih lanjut, di antara perkara yang menunjukkan keutamaan ilmu atas seluruh amalan sunnah serta hal-hal yang disukai yang terdapat zikir di dalamnya, bahwa ilmu mengumpulkan semua keutamaan amal-amal yang terpencar.

Telah banyak atsar-atsar yang menyebutkan tentang keutamaan ilmu. Ats-Tsauri rahimahullah berkata, “Tidak ada sesuatu dimaksudkan untuk Allah SWT yang lebih utama daripada menuntut ilmu. Tidak ada ilmu dituntut dalam suatu masa yang lebih utama daripada hari ini.”

Adapun, Al-Hasan Al-Bashri berkata, “Orang yang berilmu lebih baik daripada orang yang zuhud terhadap dunia, dan orang yang bersungguh-sungguh dalam ibadah, dia menebar hikmah Allah, jika diterima niscaya dia memuji Allah, dan jika ditolak niscaya dia memuji Allah.”

Perumpamaan keutamaan ahli ilmu dengan ahli ibadah juga disebutkan dalam riwayat dengan redaksi berikut,

“Kelebihan ahli ilmu (‘alim) terhadap ahli ibadah (‘abid) adalah seperti kelebihanku terhadap orang yang paling rendah di antara kamu sekalian.”

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa Berangkat dan Pulang Sekolah, Amalkan agar Ilmu Berkah


Jakarta

Sekolah adalah tempat belajar dan menimba ilmu. Sebagai seorang siswa, doa berangkat dan pulang sekolah sudah seharusnya menjadi bacaan sehari-hari agar ilmu yang didapatkan menjadi berkah.

Tak hanya itu, membaca doa juga menjadi wujud seorang hamba meminta pertolongan dan perlindungan dari Allah SWT agar senantiasa diberi kemudahan dan kelancaran.

Rizem Aizid dalam buku Ibadah Para Juara menerangkan bahwa Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk senantiasa berdoa kepada Allah SWT meski dalam keadaan bahagia, lapang, dan serba kecukupan. Nabi SAW bersabda,


“Tiada sesuatu yang paling mulia dalam pandangan Allah, selain dari berdoa kepada-Nya, sedang kita dalam keadaan lapang.” (HR Al-Hakim)

Saat hendak menuntut ilmu di sekolah, umat Islam dapat mengawali dan mengakhirinya dengan membaca doa. Dilansir dari arsip detikHikmah, berikut doa berangkat sekolah yang bisa dibaca dan dihafalkan mulai dari keluar rumah sampai ketika hendak memulai pelajaran.

Doa Berangkat Sekolah

1. Doa Berangkat Sekolah saat Keluar Rumah

بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ

Latin: Bismillahi tawakkaltu ‘alallah, laa haula wa laa quwwata illaa billaah

Artinya: “Dengan nama Allah (aku keluar). Aku bertawakal (berserah diri) kepada Allah, tiada daya upaya melainkan dengan izin Allah.” (HR Tirmidzi dari Anas bin Malik)

2. Doa Memohon Keselamatan Dunia Akhirat

اَللهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ. اَللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِىْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ

Latin: Allahumma inna nas aluka salamatan fiddiini wa ‘aafiyatan fil jasadi waziaadatan fil ilmi wabarakatan firrizqi wataubatan qablal maut warahmatan ‘indal maut wamaghfiratan ba’dal maut allahumma hawwin alainaa fii sakaraatil maut wa najjata minanaari wal’afwa indal hisaab

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu keselamatan ketika beragama, kesehatan badan, limpahan ilmu, keberkahan rezeki, taubat sebelum datangnya maut, rahmat pada saat datangnya maut, dan ampunan setelah datangnya maut.”

3. Doa Naik Kendaraan

بِاسْمِ اللَّهِ .الْحَمْدُ لِلَّهِ

سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنقَلِبُون

(3x) الْحَمْدُ لِلَّهِ

(3x) اللَّهُ أَكْبَرُ

سُبْحَانَكَ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي، فَاغْفِرْ لِي، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ

Latin: Bismillah. Alhamdulillah. Subhaanal-ladzii sakh-khoro lanaa haadzaa wa maa kunnaa lahu muqriniin. Wa innaa ilaa robbinaa lamunqolibuun. Alhamdulillah (3x). Allaahu akbar (3x). Subhanaka inni zhalamtu nafsi, faghfirli, fa innahu la yaghfirudz-dzunuba illaa anta

Artinya: “Dengan nama Allah. Segala puji bagi Allah. Maha Suci Rabb yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami (di hari kiamat). Segala puji bagi Allah (3x). Allah Maha Besar (3x). Maha Suci Engkau Ya Allah, sesungguhnya aku menganiaya diriku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).

4. Doa sebelum Belajar

رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا، وَارْزُقْنِيْ فَهْمًا وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الصَّالِحِيْنَ

Latin: Robbi zidnii ‘ilmaa, warzuqnii fahmaa, waj’alnii minash-sholihiin

Artinya: “Ya Tuhanku, tambahkan lah ilmu kepadaku, dan berilah aku karunia untuk dapat memahaminya, Dan jadikan lah aku termasuk golongannya orang-orang yang soleh.”

Doa Pulang Sekolah

Adapun beberapa doa setelah belajar dan doa pulang sekolah yang bisa diamalkan, dirangkum dari buku Kitab Lengkap Shalat, Shalawat, Zikir, dan Doa karya Ibnu Watiniyah dan buku Zikir Lengkap Pagi-Sore karya Ahmad Rasyid, di antaranya:

1. Doa Pertama

اللهُمَّ انْفَعْنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا وَعَلَّمْنَا الَّذِي يَنْفَعُنَا وَزِدْنَا عِلْمًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ

Latin: Allaahumman fa’naa bimaa ‘allamtanaa wa ‘allimnaal ladzii yanfa’unaa wa zidnaa ‘ilmaan walhamdulillaahi ‘alaa kulli haalin

Artinya: “Ya Allah, berilah kami kemanfaatan bagi apa yang telah Engkau ajarkan pada kami. Ya Allah ajarkanlah pada kami sesuatu yang bermanfaat bagi kami dan tambahkanlah ilmu pada kami segala puji hanya milik Allah pada setiap saat.”

2. Doa Kedua

سُبْحَنَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ اسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ الَيْكَ

Latin: Subhaanaka allaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illaa anta asytaghfiruka wa atuubu ilaika

Artinya: “Maha suci Engkau, saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”

3. Doa Ketiga

اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتَّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

Latin: Allahumma arinal haqqa haqqa warzugnat tiba’ah wa arinal batila batila warzuqaj tinabah

Artinya: “Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami kebenaran sehingga kami dapat selalu mengikutinya. Dan tunjukkanlah kepada kami sesuatu yang salah (batil) sehingga kami dapat selalu menjauhinya.”

4. Doa Keempat

اللَّهُمَّ إِنِّي اسْتَوْدَعْتُكَ مَا عَلَّمْتُهُ فَرْدُدُهُ لِي عِنْدَ حَاجَتِيْ إِلَيْهِ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ

Latin: Allaahumma innii istauda’tuka maa ‘allamtuhuu faardud-hu lii ‘indaa haajatii ilaihi yaa rabbal ‘aalamiin

Artinya: “Ya Allah, aku titipkan kepada-Mu apa yang telah aku pelajari, maka aku mohon kembalikanlah kepadaku ketika aku membutuhkannya, wahai Tuhan semesta alam.”

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

5 Doa Setelah Menuntut Ilmu, Bisa Dibaca Sesudah Belajar



Jakarta

Bacaan doa setelah menuntut ilmu sudah seharusnya diketahui dan dihafalkan oleh umat Islam. Menuntut ilmu atau belajar termasuk salah satu kewajiban umat manusia.

Selain itu, setiap muslim juga dianjurkan untuk senantiasa berdoa dalam sehari-hari sebagai sarana untuk berkomunikasi dan meminta permohonan kepada Allah SWT.

Termasuk ketika hendak memulai dan mengakhiri kegiatan belajar, membaca doa sangatlah dianjurkan agar diberi kemudahan dalam menyerap ilmu yang telah dipelajari serta supaya ilmu tersebut dapat membawa keberkahan.


Hadits riwayat Ibnu Majah menunjukkan Rasulullah SAW menyatakan bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيرِ الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ

Artinya: Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim, dan siapa saja yang meletakkan ilmu tidak pada tempatnya, maka ibarat kalung permata, mutiara, dan emas yang diikatkan pada seekor babi.

Dalam hadits lain juga menerangkan pentingnya menuntut ilmu sebagai berikut.

مَنْ خَرَجَ فِى طَلَبُ الْعِلْمِ فَهُو َفِى سَبِيْل ِاللهِ حَتَّى يَرْجِعَ

Artinya: Barang siapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang. (HR. Tirmidzi)

Sebelum mulai menuntut ilmu, umat muslim dapat mengawalinya dengan membaca doa sebagaimana dikutip dari buku Kumpulan Doa Mustajab Sepanjang Hayat karya Nurdin Hasan sebagai berikut:

رَضَيْتُ بالله رَبَّ وَبِالاسْلامِ دِينًا وَبِمُحَمَّد نَبِيًّا وَرَسُوْلاً رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِّسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي رَبِّي زِدْنِي عِلْمًا

Latin: Radhiitu billaahi robba wa bil islaami diinaa wa bi muhammadin nabiyyaw warasuulaa. Robbisy rohli shadri wa yassirlii amrii wahlul ‘uqdatam mil lisaanii yafqahuu qaulii robbii zidnii ilman.

Artinya: “Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam itu sebagai agamaku, dan Nabi Muhammad iitu sebagai Nabi dan Utusan Allah. Ya Allah, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah urusanku dan lepaskanlah kekakuan lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, ya Allah tambahkanlah ilmuku.”

Sesudah belajar, umat muslim dapat mengakhirinya dengan membaca doa pula. Lantas, seperti apa bacaan doa setelah menuntut ilmu? Melansir dari berbagai sumber, berikut ini beberapa bacaan doa setelah menuntut ilmu yang bisa diamalkan.

Bacaan Doa Setelah Menuntut Ilmu

1. Doa Pertama

سُبْحَنَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ اسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ الَيْكَ

Latin: Subhaanaka allaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illaa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika.

Artinya: “Maha suci Engkau, saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”

2. Doa Kedua

اللَّهُمَّ إِنِّي اسْتَوْدَعْتُكَ مَا عَلَّمْتُهُ فَرْدُدُهُ لِي عِنْدَ حَاجَتِيْ إِلَيْهِ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ

Latin: Allaahumma innii istauda’tuka maa ‘allamtuhuu faardud-hu lii ‘indaa haajatii ilaihi yaa rabbal ‘aalamiin.

Artinya: “Ya Allah, aku titipkan kepada-Mu apa yang telah aku pelajari, maka aku mohon kembalikanlah kepadaku ketika aku membutuhkannya, wahai Tuhan semesta alam.”

3. Doa Ketiga

اللهُمَّ انْفَعْنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا وَعَلَّمْنَا الَّذِي يَنْفَعُنَا وَزِدْنَا عِلْمًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ

Latin: Allaahumman fa’naa bimaa ‘allamtanaa wa ‘allimnaal ladzii yanfa’unaa wa zidnaa ‘ilmaan walhamdulillaahi ‘alaa kulli haalin.

Artinya: “Ya Allah, berilah kami kemanfaatan bagi apa yang telah Engkau ajarkan pada kami. Ya Allah ajarkanlah pada kami sesuatu yang bermanfaat bagi kami dan tambahkanlah ilmu pada kami segala puji hanya milik Allah pada setiap saat.”

4. Doa Keempat

اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتَّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

Latin: Allahumma arinal haqqa haqqa warzugnat tiba’ah wa arinal batila batila warzuqaj tinabah.

Artinya: “Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami kebenaran sehingga kami dapat selalu mengikutinya. Dan tunjukkanlah kepada kami sesuatu yang salah (batil) sehingga kami dapat selalu menjauhinya.”

5. Doa Kelima

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Latin: Alllaahumma innii as-aluka ‘ilman naafi’an wa rizqon toyyiban wa ‘amalan mutaqobbalan.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang tidak tertolak.”

Itulah beberapa bacaan doa setelah menuntut ilmu yang bisa diamalkan sehari-hari. Semoga bermanfaat ya, detikers!

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Berpikir Sejenak Lebih Baik dari Ibadah 60 Tahun, Ini Haditsnya



Jakarta

Ada sebuah hadits yang menyebut bahwa berpikir sejenak lebih baik daripada ibadah 60 tahun. Berpikir dalam hal ini mengarah ke tafakur.

Hadits tersebut berbunyi,

فِكْرَةُ سَاعَةٍ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سِتِّينَ سَنَةً


Artinya: “Berpikir sejenak lebih baik daripada ibadah selama 60 tahun.” Redaksi lain berbunyi, “Tafakur sesaat lebih baik daripada ibadah selama 60 tahun.”

Menurut Syaikh Al-Hifni sebagaimana dijelaskan Muhammad Nawawi al-Bantani dalam kitab Nashaihul ‘Ibad, maksud tafakur dalam hadits tersebut adalah tafakur tentang semua ciptaan Allah SWT, sakaratul maut, tentang siksa kubur, dan tentang kesulitan-kesulitan yang terjadi pada hari kiamat, itu lebih baik daripada ibadah yang banyak.

Tafakur terdiri dari lima macam, menurut jumhur. Di antaranya tafakur tentang ayat-ayat Allah SWT yang buahnya adalah tauhid dan yakin kepada Allah SWT; tafakur tentang nikmat-nikmat Allah SWT yang buahnya adalah rasa cinta dan syukur kepada Allah SWT; tafakur tentang janji-janji Allah SWT yang buahnya adalah cinta kepada kebahagiaan akhirat.

Selanjutnya tafakur tentang ancaman Allah SWT yang buahnya adalah kewaspadaan dalam menjauhi maksiat dan mengagungkan Allah SWT. Terakhir, tafakur tentang sejauh mana ketaatan kepada Allah SWT dan kebaikan yang telah diberikan Allah SWT kepada kita. Tafakur yang kelima ini buahnya adalah rasa takut kepada Allah SWT.

Ali RA juga pernah mengatakan bahwa tiada ibadah yang nilainya sebanding dengan tafakur. Sebagian ali makrifat menyebut tafakur sebagai pelita hati. Jika tafakur itu hilang, tidak ada pelita lagi di hari seorang hamba.

Dalam Mukhtashar Ihya ‘Ulumuddin karya Imam al-Ghazali diterangkan, keutamaan tafakur disebutkan Allah SWT dalam bentuk pujian, “… dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.” (QS Ali Imran: 191)

Imam al-Ghazali juga menyebut suatu riwayat tentang anjuran untuk tafakur. Diceritakan, suatu hari Nabi SAW keluar menuju suatu kaum yang sedang bertafakur. Maka, Nabi SAW bertanya, “Apa yang sedang kamu kerjakan sehingga kamu tidak berbicara?”

Mereka menjawab, “Kami sedang memikirkan ciptaan Allah SWT.” Selanjutnya Nabi SAW bersabda, “Kalau begitu, maka lakukanlah. Berpikirlah tentang ciptaan Allah, tetapi jangan kamu memikirkan tentang-Nya. Sesungguhnya di barat ini ada bumi yang putih cahayanya perjalanan matahari empat puluh hari. Di dalamnya terdapat makhluk dari makhluk-makhluk Allah. Mereka tidak pernah mendurhakai Allah sekejap mata pun.”

Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, lalu di mana setan terhadap mereka?” Beliau bersabda, “Mereka tidak tahu setan diciptakan atau tidak.”

Mereka berkata, “Bagaimana dengan anak Adam?” Beliau bersabda, “Mereka tidak tahu Adam diciptakan atau tidak.”

Namun demikian, hadits yang menyebut berpikir sesaat lebih baik daripada ibadah selama 60 tahun adalah dhaif. Hal ini diterangkan dalam buku 150 Hadits Dha’if yang Sering Dijadikan Dalil karya Abdul Bakir.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

5 Hadits Keutamaan Menuntut Ilmu, Salah Satunya Dimudahkan Masuk Surga


Jakarta

Menuntut ilmu termasuk anjuran dalam Islam. Terkait hal ini bahkan dijelaskan dalam sejumlah dalil Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Hukum menuntut ilmu sendiri bagi muslim adalah wajib sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi,

“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.” (HR Muslim)


Dijelaskan dalam buku Syarah Hadits Keutamaan Menuntut Ilmu karya Prima Ibnu Firdaus al-Mirluny, Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa warisan terbaik bukan harta yang ditinggalkan, melainkan ilmu yang bermanfaat. Begitu mulianya ilmu dalam pandangan Islam.

Merangkum arsip detikHikmah dan buku Inilah! Wasiat Nabi Bagi Para Penuntut Ilmu oleh Drs Wendi Zarman, berikut sejumlah hadits yang menyebut terkait keutamaan menuntut ilmu.

1. Termasuk Sedekah Jariyah

“Jika seorang manusia mati, maka terputuslah darinya semua amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR Muslim)

2. Mendapat Ridho Allah SWT

“Barangsiapa yang mempelajari ilmu yang dengannya dapat memperoleh keridhoan Allah SWT, (tetapi) ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan kesenangan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan harumnya surga di hari kiamat nanti.” (HR Abu Daud).

3. Dimudahkan Masuk Surga

“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim)

4. Warisan Para Nabi

“Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang siapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang cukup.” (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

5. Disambut Rasulullah SAW

“Selamat datang wahai penuntut ilmu. Sesungguhnya penutup ilmu benar-benar ditutupi para Malaikat dan dinaugi dengan sayap-sayapnya. Kemudian mereka saling bertumpuk-tumpuk hingga mencapai langit dunia (langit paling dekat dari bumi), karena kecintaan mereka (Malaikat) kepada ilmu yang dipelajarinya.” (Shahih: HR Ath-Thabrani no. 7347 dalam Al-Mu’jam Al-Kabir)

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa sebelum Belajar di Sekolah Arab, Latin, dan Artinya


Jakarta

Ketika guru sudah mengucapkan salam pembuka, biasanya akan mengarahkan muridnya untuk bersama-sama membaca doa sebelum belajar di sekolah. Doa ini diamalkan agar murid mudah mencerna memahami pelajaran dan kegiatan menuntut ilmunya menjadi berkah.

Berikut daftar doa sebelum belajar yang bisa dipanjatkan bersama-sama siswa dan guru yang tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Kumpulan Doa sebelum Belajar dalam Islam

  • Doa sebelum Belajar Versi 1

Mengutip buku Doa Harian Pilihan untuk Anak karya Muhammad Rayhan, inilah doa pendek sebelum belajar.


رَبِّي زِدْنِي عِلْمًا وَارْزُقْنِي فَحْمًا.

Arab-latin: Robbii zidnii ‘ilman warzuqnii fahman

Artinya: “Ya Tuhanku, tambahkanlah aku ilmu dan berilah aku kepahaman.”

  • Doa sebelum Belajar Versi 2

Bersumber dari buku Doa Anak Muslim Sehari-hari karya Tim Duta, bacalah doa ini sebelum memulai pembelajaran di kelas.

رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا، وَارْزُقْنِي فَهُمَا وَاجْعَلْنِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Arab-latin: Rabbii zidnii ‘ilmaa, warzuqnii fahmaa, waj’alnii minash-shaalihiin

Artinya: “Ya Allah tambahkanlah aku ilmu, dan berilah aku karunia untuk dapat memahaminya, dan jadikanlah aku termasuk golongannya orang- orang yang saleh.”

  • Doa sebelum Belajar Versi 3

Dilansir dari buku Al-Ma’tsurat dan Doa-doa Pilihan karya Tim Kreatif Qultum Media, inilah doa sebelum belajar yang lebih panjang dari doa-doa sebelumnya.

اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلَّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَأَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ

Arab-latin: Allaahumman fa’nii bimaa ‘allamtanii wa ‘allimnii maa yanfa’unii wa zidnii ‘ilmaa, alhamdulillahi ‘ala kulli haal, wa a’uudzu billahi min haali ahlin naar

Artinya: “Ya Allah, berilah kemanfaatan, pada ilmu yang telah Engkau ajarkan kepadaku dan ajarkanlah kepadaku akan ilmu yang dapat memberikan manfaat kepadaku, dan berikanlah tambahan ilmu pada diriku. Segala puji bagi Allah atas segala sesuatu, dan aku berlindung kepada Allah dari keadaan penghuni neraka.”

  • Doa Dilindungi dari Ilmu Tidak Bermanfaat

Mengutip buku Hafalan Doa Pendek Sehari-hari karya Ibnu Muslih Djuremi, ada 2 doa yang baik dibacakan sebelum mulai belajar.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَقَلْبٍ لا يَخْشَعُ وَدُعَاءِ لَا يُسْمَعُ.

Arab-latin: Allaahumma innii a’uudzubika min ‘ilmil laa yanfa’, wa qalbil laa yakhsya’, wa du’aa-il laa yusma’

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, dan doa yang tidak didengar.”

اللَّهُمَّ زِدْنِي عِلْمًا وَلاَ تُزِغْ قَلْبِيْ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنِي وَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.

Arab-latin: Allaahumma zidnii ‘ilmaa, wa laa tuzigh qalbii ba’da idzhadaitanii, wahablii mil ladunka rahmah, innaka antal wahhaab

Artinya: “Ya Allah, berilah aku tambahan ilmu dan janganlah Engkau menggeser hatiku setelah Engkau memberi petunjuk kepadaku, dan berilah aku rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya, Engkau Maha Pemberi.”

Doa setelah Belajar di Sekolah

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَوْدِعُكَ مَا عَلَّمْتَنِيْهِ فَرْدُدْهُ إِلَيَّ عِنْدَ حَاجَتِي إِلَيْهِ وَلَا تَنْسَنِيْهِ يَارَبَّ الْعَالَمِينَ.

Arab-latin: Alloohumma innii astaudi’uka maa ‘allamtaniihi fardud-hu ilayya ‘inda haajatii ilaihi wa laa tansaniihi yaa robbal’aalamiin

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku titipkan kepada-Mu atas ilmu yang telah Engkau ajarkan kepadaku, maka kembalikanlah kepadaku ketika aku membutuhkannya. Dan janganlah Engkau lupakan ilmu itu kepadaku, wahai Tuhan semesta alam.”

Adab-adab dalam Berdoa

Mengutip buku Doa Penangkal Kejahatan karya M. Syukron Maksum, sebelum berdoa sebaiknya perhatikan adab-adabnya terlebih dahulu. Berikut adab-adab yang perlu diperhatikan.

1. Keadaan yang Mulia

Doa sebaiknya diamalkan dalam keadaan yang mulia. Beberapa di antaranya seperti, ketika sujud saat salat, waktu hujan turun, sebelum dan sesudah menunaikan salat, lalu saat jiwa sedang tenang dan bersih dari gangguan setan seperti waktu belajar.

2. Merendahkan Suara, Khusyuk dan Tadharru

Berdoa dengan rendah hati ini dijelaskan dalam surah Al-A’raf ayat 55:

اُدْعُوْا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةً ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَۚ ٥٥

Artinya: Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

3. Memuji dan Memohon Ampun kepada Allah SWT

Adab selanjutnya adalah memuji dan memohonkan ampun kepada Allah SWT. Hal ini dijelaskan dalam surah An Nasr ayat 3:

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُۗ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا ࣖ ٣

Artinya: “Bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat.”

Menurut arsip detikHikmah, tafsir ayat di atas menerangkan bahwa Allah SWT menerima tobat hamba-Nya yang bertasbih memujinya dan beristigfar, dan sebelum berdoa. Sebab hakikatnya hanya Allah SWT yang akan memberikan kemudahan dan kesuksesan kepada hamba-hambanya.

Demikianlah contoh doa sebelum belajar di sekolah yang bisa dibaca oleh siswa. Semoga menuntut ilmu menjadi bekal pahala menuju surga.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com