Tag Archives: Imam Ahmad

5 Syarat Wajib Sholat bagi Muslim, Ini Bedanya dengan Syarat Sah


Jakarta

Syarat wajib sholat harus dipahami oleh muslim. Syarat ini harus dipenuhi sebelum mengerjakan sholat, jika tidak sholatnya belum wajib dilaksanakan.

Dalam Islam, sholat adalah ibadah wajib dan termasuk rukun Islam yang kedua. Allah SWT berfirman dalam surah An Nisa ayat 103,

فَأَقِيمُوا الصَّلُوةَ إِنَّ الصَّلوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَبًا مَّوْقُوتًا…


Artinya: “…Maka dirikanlah sholat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”

Syarat Wajib Sholat bagi Muslim

Mengutip dari buku Panduan Sholat untuk Perempuan yang disusun Nurul Jazimah, berikut beberapa syarat wajib sholat bagi muslim.

1. Islam

Syarat wajib sholat yang pertama adalah beragama Islam. Sebagaimana diketahui, perintah sholat hanya ditujukan kepada muslim, karenanya orang yang bukan termasuk muslim tidak diwajibkan sholat.

2. Baligh

Syarat wajib sholat selanjutnya yaitu baligh atau telah menginjak usia dewasa. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Orang-orang yang tidak dibebankan tanggung jawab hukum ada tiga golongan, yaitu; orang yang tidur hingga bangun, anak kecil hingga bermimpi (baligh) dan orang gila hingga sembuh.” (HR Ahmad dan lainnya)

Dengan demikian, anak-anak tidak diwajibkan sholat. Namun, tak ada larangan jika anak-anak ingin sholat. Orang tua juga diwajibkan mendidik anaknya untuk sholat sejak dini sebagai bentuk pembelajaran.

Nabi SAW bersabda,

“Ajarilah anak-anakmu sholat ketika usianya tujuh tahun.” (HR Imam Ahmad, Abu Dawud dan Al Hakim)

3. Berakal

Berakal menjadi syarat wajib sholat bagi muslim. Maksud berakal di sini berarti ia dapat membedakan perbuatan baik dan buruk, pantas dan tidak pantas. Karenanya, orang gila tidak wajib sholat karena dianggap tidak berakal.

4. Mampu Sholat

Sholat tidak boleh ditinggalkan dalam kondisi apa pun, selama keadaan memungkinkan. Ketika sehat, sholat bisa dikerjakan secara sempurna dengan tata cara yang sudah ditetapkan.

Ketika sakit, muslim bisa sholat dengan posisi duduk atau berbaring. Bahkan, ketika tidak mampu bergerak pun, sholat bisa dilakukan dengan isyarat.

5. Suci dari Haid dan Nifas

Syarat wajib lain dari sholat adalah suci dari haid dan nifas. Artinya, muslimah yang sedang haid dan nifas tidak diperbolehkan untuk sholat.

Mereka baru boleh mengerjakan sholat setelah mandi wajib. Rasulullah SAW bersabda,

“Apabila seorang muslimah mendapatkan haid, maka tinggalkanlah sholat da apabila telah selesai masa haidnya, maka mandilah dan bersihkan (sisa-sisa) darahnya, kemudian sholatlah.” (HR Abu Daud)

Apa Perbedaan Syarat Wajib Sholat dengan Syarat Sah?

Masih dari sumber yang sama, syarat wajib sholat berbeda dengan syarat sah. Syarat wajib adalah syarat yang harus dipenuhi sebelum hendak sholat. Jadi, jika syarat tidak terpenuhi maka ia tidak wajib sholat.

Sementara itu, syarat sah adalah syarat yang harus dipenuhi karena menjadi penentu sah atau tidaknya sholat yang dikerjakan seseorang.

Syarat Sah Sholat

Menukil dari buku Tuntunan Bersuci dan Sholat: Madzhab Imam Asy Syafi’i karya Humaidi Al Faruq, berikut beberapa syarat sah sholat.

  1. Suci dari hadats kecil dan besar
  2. Suci dari najis
  3. Menutup aurat
  4. Menghadap kiblat
  5. Telah masuk waktu sholat

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Kemuliaan Salat Berjamaah



Jakarta

Salat lebih utama jika dilakukan secara berjamaah ketimbang sendirian. Meski terlihat sebagai amalan yang mudah, faktanya banyak yang lebih memilih salat sendiri dengan berbagai alasan, seperti ingin cepat menyelesaikan salat karena ada kesibukan.

Rasulullah SAW bersabda,

“Salat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada sholat sendiri,” (HR Bukhari).


Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom pada Minggu (16/4/2023) menjelaskan bahwa salat berjamaah perbandingannya 1 : 27 jika di luar Ramadan.

“Tapi kalau dalam Ramadan itu dikali 10,” katanya menjelaskan.

Allah SWT pun kagum kepada hambanya yang mengerjakan salat berjamaah, ini sesuai dengan Imam Ahmad yang meriwayatkan dari Abdullah bin Amru RA, beliau berkata:

“Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Sungguh Allah Ta’ala kagum pada salat yang dikerjakan secara berjamaah,'” (HR Thabrani).

Selain itu, mereka yang menunggu salat berjamaah akan dianggap berada dalam salat. Para malaikat bahkan memohon ampunan baginya dan mendoakan rahmat untuknya. Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda:

“Salah seorang di antara kalian jika duduk menunggu waktu sholat, selama tidak berhadats, maka malaikat akan berdoa baginya: ‘Wahai Allah, ampunilah ia, wahai Allah rahmatilah ia,'” (HR Muslim).

Pada bulan suci Ramadan, segala sesuatu dilakukan secara berjamaah atau bersama. Tidak hanya salat, bahkan buka puasa dan sahur sekali pun.

Karenanya, Ramadan disebut sebagai bulan penuh berkah. Sebab, ada kebahagiaan tersendiri dengan mengerjakan segala sesuatu secara bersama.

“Bulan suci Ramadan ini masyaAllah, bulan kebersamaan, bulan keberkahan,” lanjut Prof Nasaruddin Umar.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Sholat Berjamaah dapat disaksikan DI SINI.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Ujaran Kasih Sayang, Mengubah Kabut Menjadi Terang



Jakarta

Imam Ahmad meriwayatkan dalam sebuah alHadits, bahwa waktu itu muncul seorang pemuda yang menghadap Rasulullah SAW. Dengan berterus terang ia pamit mohon dijinkan melakukan zina. Berzina dengan seorang perempuan.

Waktu itu Rasulullah bersama para sahabat beliau. Terbayang betapa suasana pada saat pemuda itu melapor begitu membuat para sahabat geram. Sangat marah, walau tidak berani lancang melangkahi Rasulullah. Mereka bahkan, ada yang hendak memenggal saja kepala pemuda itu. Pada waktu itu pedang dan senjata yang serupa memang biasanya dibawa tanpa ijin kepolisian.

Namun apa yang mereka perhatikan pada wajah Rasulullah. Beliau tenang. Tidak sekali pun tampak wajah marah, geram sebagaimana para sahabat yang emosional.
Rasulullah menasihati pemuda itu dengan penuh kasih sayang. Rasulullah bertutur dengan lembut dan bijaksana. Rahasia bertutur yang wajib dijadikan tauladan. Bagi setiap kita apalagi yang berjuang menjadi pimpinan. Pemimpin yang semestinya menjadi panutan.


“Apakah kamu rela kalau ibumu dizinai orang?” tanya Rasulullah.
Pemuda itu langsung menjawab,” pasti tidak.”
“Demikian juga orang lain, tidak suka bila ibu-ibu mereka dizinai.”
“Apakah engkau suka bila perbuatan zina menimpa anak gadismu?” lanjut Rasulullah.
“Tidak, sungguh demi Allah,” jawab sang pemuda.
“Demikian pula orang lain, tidak suka bila itu dilakukan pada anak gadis mereka.”
“Apakah engkau suka bila saudarimu yang dizina?”
Dengan tegas pemuda itu mengatakan tidak sembari bersumpah.
“Demikian juga orang lain tidak suka bila itu menimpa saudari mereka,”
“Apakan engkau suka bila perbuatan zina dilakukan kepada saudari ibumu?”
Pemuda itu menjawab dengan jawaban yang sama, bahkan bersumpah dengan nama Allah tidak menginginkannya.
“Demikian juga orang lain tidak suka bila itu menimpa saudari ibu mereka.”
Setelah itu, Rasulullah berdoa dan meletakkan tangannya di dada pemuda itu, “Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan lindungilah kemaluannya.”
Nasihat Rasulullah ditutup dengan doa kepada Allah. Doa tulus dari Rasul pilihan. Dikabulkan Tuhan.
Pemuda tersebut akhirnya menjadi orang yang paling membenci zina.

Pada masa menjadi Ibu Negara, Ibu Tien Soeharto pernah berpesan. Yang intinya agar jangan membiasakan putra-putri yg masih kecil. Mendengarkan kosa kata/ujaran kurang baik dari para orang tuanya. Biasakan mereka selalu menerima pelajaran cinta dan kasih sayang. Melalui percakapan keseharian di dalam rumah-rumah tempat mereka tinggal. Nanti mereka akan berkembang menjadi generasi penerus yang ujarannya selalu mengarah kepada kebaikan, pujian, ujaran penuh kasih sayang. Mereka sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya menghina orang. Bahkan mereka tak pernah memiliki selera berucap yang bermakna makian.
Semoga nasihat bu Tien kita praktikkan!

Terpapar kisah seorang Lurah Mbah Singo yang hanya memiliki putra semata wayang.
“Cah bagus (Anak baik/ganteng), mari ke sini ke pendopo.”

Terbayang panggilan sebutan, bukan panggilan nama. Ialah sebutan penuh kasih sayang, penuh rasa kepemilikan yang sangat dalam. Panggilan lembut seorang bapak kepada putranya.

Sebelum itu, boleh jadi sebagian sidang pembaca menduga bahwa putra semata wayang Mbah Lurah anaknya ngganteng, pinter dan shaleh.

Sabar tunggu dulu! Putra Mbah Lurah tidak pernah sekolah, pun tidak pernah mengaji. Tumbuh menjadi dewasa. Menjadi pencuri! Padahal bapaknya pimpinan kelurahan.

“Ada apa Pak,” yang dipanggil menjawab sekenanya. “Aku ini sumpek (saya ini sedang kesal).”
“Sumpek opo (kesal karena apa)?” sambut Mbah Lurah.
“Aku ini kan maling. Setiap malam dikepung orang, malam berikutnya dikepung orang lagi. Saya ini ingin menjadi sakti. Supaya saya bisa mengamati seluruh orang sedang orang-orang tidak satu pun yang bisa melihat saya.” Dia meluncurkan maksudnya melalui kata-kata lalu berhenti.
“Gampang, ya cari saja tempat yang gelap sehingga tidak terlihat,” Mbah Lurah menjawab datar.
“Sudah Pak, tapi disenter,” putranya menjawab seraya mendesak bapaknya agar mengabulkan permintaannya.
Ketika itu waktu ba’da shalat Ashar menuju Maghrib.
“Oh, kalau gitu hayo mandi dulu. Bersihkan badan lalu ganti baju. Nanti diberitahu bagaimana caranya.”
Setelah putranya sudah bersih dan berpakaian rapi, Mbah Lurah melanjutkan pembicaraan.
“Gini loh, kalau kamu ingin sakti gampang. Pokonya hari ini ikut saya sowan (berkunjung) ke Ndresmo. InsyaAllah kamu akan menjadi sakti.”
“Iya Pak,” berangkatlah mereka berdua.
Sampai di Ndresmo Mbah Yai dawuh (berkata),
“Mbah Lurah,”
“Njih Mas,” sambut Mbah Lurah.
“Tidak biasanya ke sini bersama putranya?”
Lanjut Mbah Yai.
“Begini Mas, putra saya ini maling. Setiap malam dikejar-kejar orang. Dia ingin menjadi orang sakti. Sekiranya dia tidak dilihat orang sedang dia mampu mengawasi setiap orang.”

Stop! Sampai di sini sebagian kita mungkin tak pernah menyangka dengan keterbukaan Mbah Lurah. Meminta pemuka agama Mbah Yai pewaris Nabiy mengabulkan perbuatan yang tidak dihalalkan agama. Tidak persis sama dengan kisah pemuda yang ijin berzina. Namun beda-beda tipis. Bahkan ijin mengajak berbuat ‘maksiyat’ berjemaah. Mendukung pekerjaan mencuri yang pastinya haram.

Tapi sekali lagi sabar. Rupanya Mbah Yai tipe pemimpin yang meneladani Nabiy.
“Baik. Pokoknya tolong tinggallah di sini dulu. Nanti pulang akan menjadi orang sakti,” ujar Mbah Yai seolah tidak perduli apakah kesaktiannya akan digunakan untuk maslahat atau untuk sebaliknya.

Selanjutnya, Mbah Yai ternyata mendidik, membina putra Mbah Lurah dengan penuh kasih sayang. Melalui masa yang cukup panjang, pelan, disiplin. Diiringi doa kepada Tuhan, sambil terus mendahulukan utamanya kasih sayang, akhirnya sang pemuda memang sakti betulan.

Dulunya yang bercita-cita menjadi maling tampa bisa kelihatan. Setelah dibina oleh Mbah Yai, putra Mbah Lurah berubah menjadi pelopor agama yang berilian.

Putra Mbah Lurah Singo itu kemudian terkenal dengan sebutan Mbah yai Mustofa. Wali Allah yang karomahnya diketahui banyak orang. Cita-cita menjadi maling, berubah menjadi Mbah Yai yang alim. Subhaanallah.

Semoga kita pun selalu membiasakan ujaran yang bermakna kasih-sayang. Betapa indahnya jika itu bisa mengubah kabut menjadi terang. Dari maksiat betulan menjadi maslahat sungguhan.

Hayo kita sama bermohon kepada Tuhan. Agar selamanya mendahulukan ujaran yang berisikan makna kasih sayang. Meneladani kasih sayang Tuhan, aamiin!

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya

Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

5 Teks Kultum Singkat tentang Sabar Menghadapi Ujian Hidup


Jakarta

Sabar jadi salah satu tema yang sering dibahas dalam kultum. Topik ini menjadi pengingat agar muslim senantiasa bersabar dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan dari Allah SWT.

Umumnya materi kultum disertai dalil Al-Qur’an maupun hadits yang mendukung topik pembahasan. Dengan begitu, pendengar akan memahami isi dari kultum yang diberikan.

Kalau detikers ditunjuk untuk menyampaikan kultum, bisa cek contoh teks kultum tentang sabar di bawah ini.


Kultum Singkat tentang Sabar

Berikut sejumlah ceramah singkat tentang sabar yang dapat dijadikan referensi:

1. Sabar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmatnya yang telah diberikan kepada kita semua. Nikmat sehat, nikmat taufik hidayah inayah, dan nikmat yang paling besar adalah nikmat Iman & Islam. Sholawat serta salam tak lupa kita sanjungkan Nabi Besar, Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini saya akan memaparkan sedikit tentang “sabar”. Sabar berasal dari kata “sobaro yasbiru” yang artinya menahan. Menurut istilah, sabar adalah menahan diri dari kesusahan dan menyikapinya sesuai syariah dan akal, menjaga lisan dari celaan, dan menahan anggota badan dari perbuatan dosa.

Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba, karena dengan kesabaran seseorang akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Sabar merupakan ajaran yang banyak sekali disinggung dalam Al-Qur’an maupun hadis, sehingga manusia senantiasa diarahkan untuk selalu bersabar dalam kehidupannya.

Kesabaran yang sebenarnya adalah kemampuan dalam mengendalikan sikap, sehingga bisa dengan ikhlas dan rela hati menerima kondisi yang sedang dihadapinya demi mendapat balasan yang baik di akhirat. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 153:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ – 153

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Dalam ayat tersebut, dijelaskan kepada orang-orang yang beriman bahwa Allah akan selalu beserta mereka yang menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong. Allah juga menjanjikan kedudukan yang tinggi (di surga) bagi hamba-hambanya yang bersabar. Dalam Surat Al-Furqan ayat 75, Allah berfirman:

اُولٰۤىِٕكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوْا وَيُلَقَّوْنَ فِيْهَا تَحِيَّةً وَّسَلٰمًا ۙ – 75

Artinya: “Mereka itu akan diberi balasan dengan tempat yang tinggi (dalam surga) atas kesabaran mereka serta di sana mereka akan disambut dengan penghormatan dan salam.”

Demikian pidato ini saya akhiri, kurang lebihnya mohon maaf. Kesempurnaan milik Allah, kesalahan milik saya. Wabillahi taufik wal hidayah, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(Dikutip dari catatan detikcom).

2. Bersabar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Untuk mengawali jumpa kita, marilah kita bersama-sama mengungkapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat-Nya kita semua bisa hadir perlu mengikuti kegiatan ini tanpa ada halangan suatu apapun.

Sholawat serta salam mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, karena dengan ajarannya kita bisa membedakan yang hak dan yang batil.

Manusia dalam menempuh perjalanan hidup ini, tidak lepas dari liku-liku cobaan hidup. Ujian silih berganti, baik berupa kemiskinan, kesengsaraan dan berupa penyakit. Segala sesuatu yang menimpa pada manusia, sehingga menimbulkan kesusahan dan kesengsaraan, maka tiada lain kecuali untuk menguji sampai sampai dimana kualitas iman kita.

Bila segala cobaan dihadapinya dengan penuh kesabaran, maka baginya pahala dari Allah SWT. Bila Allah mencintai kaumnya, maka diujinya lebih dahulu. Dan jangan salah paham, bila seseorang mukmin dilanda beberapa ujian, baik kesengsaraan, penyakit, dan berbagai macam masalah kehidupan, maka dalam hal ini berarti hamba itu benar-benar dicintai oleh Allah SWT, bila ujian tersebut dihadapi dengan penuh kesabaran. Jadi, bukan berarti Allah SWT membenci kemudian diberinya ujian tersebut. Karena dengan besarnya ujian yang akan diterima, jika sabar menghadapinya.

Berkaitan dengan perlunya sikap sabar yang harus diterapkan, maka Nabi SAW bersabda:

“Bahwasanya bersabar pahala itu tergantung pada besarnya ujian bala’, dan sesungguhnya Allah apabila mencintai suatu kaum, maka kaum itu diujinya lebih dahulu. Barang siapa yang rela mendapat ujian itu, maka mendapat keridhaan Allah, dan barang siapa yang benci, maka kemurkaan Allah baginya.”

Juga sabda beliau dalam Haditsnya terkait keutamaan sabar: “Sabar adalah sebagian dari iman merupakan kepala dari tubuh”.

Dengan ujian yang menimpa pada seseorang, maka haruslah kita terima penuh kesabaran. Bila seseorang mendapat cobaan kemudian dihadapi dengan rasa benci, maka kemurkaan Allah SWT yang akan menimpa.

Sabar itu ada tiga bagian:

1. Pertama sabar mematuhi ketaatan, perintah dan larangan Allah SWT.
2. Kedua sabar terhadap musibah atau cobaan yang menimpa.
3. Ketiga sabar akan ujian kesenangan.

Sabar dalam patuh kepada Allah SWT harus dalam istiqomah atau keteguhan hati. Tidak lupa bahwa hidup itu sementara dan suatu saat nanti semua akan dikembalikan kepada-Nya. Ketika melakukan ibadah perlu kesabaran, karena bila tidak maka tidak akan masuk menjadi amal sholeh.

Sabar terhadap ujian kepahitan dan musibah yang menimpa harus dengan iman yang kuat. Kita semua harus mengimani takdir yang telah digariskan. Manusia hanya berencana dan berusaha, Tuhan yang menentukan.

Terakhir, sabar saat senang. Ini bersabar yang banyak dilupakan orang. Padahal kesenangan dan kebahagiaan harus serta merta juga diiringi kesabaran. Karena kalau tidak, bisa jadi bosan dan akhirnya tidak pernah merasa puas dari apa yang telah dikaruniakan kepadanya.

Kiranya cukup sampai disini materi tentang perlunya bersabar yang bisa kami sampaikan dengan singkat, mudah-mudahan membawa manfaat bagi kita semua, amin.

Sampai jumpa pada kesempatan berikut, dan terima kasih atas perhatian saudara sekalian. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(Dikutip dari publikasi Scribd yang diunggah oleh Luluk Ambarwati).

3. Kesabaran

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dalam Islam, sabar berasal dari bahasa Arab, yaitu Ash-shabru yang berarti tahan. Dari makna kata tersebut dapat dipahami bahwa sabar adalah sikap tahan lama, tahan banting, dan tak mudah hancur. Dengan kata lain sabar dapat diartikan sebagai sikap yang tidak lemah dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi setiap ujian yang diberikan Allah SWT.

Untuk bisa sabar dibutuhkan kelapangan hati juga ketabahan, kedua hal tersebut merupakan satu kesatuan yang harus dilewati untuk bisa berada di jalan Allah.

Ali bin Abi Thalib RA, menjelaskan bahwa “kesabaran dan keimanan sangat berkaitan erat ibarat kepala dan tubuh. Jika kepala manusia sudah tidak ada, maka tubuhnya tidak akan berfungsi. Demikian pula apabila kesabaran hilang maka iman pun akan ikut hilang”. Oleh karena itu kita harus menjadi orang yang sabar Sebagaimana dijelaskan dalam Surat Ali Imran: 200:

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”

Oleh karena itu sifat sabar adalah sifat yang harus kita miliki dalam diri kita. Menurut ulama ada tiga macam sabar yang harus kita miliki:

1. Sabar dalam Ketaatan
Yaitu sabar dalam menjalankan kewajibannya, sedekahnya, dan dalam membina hubungan baik dengan sesama umat.

2. Sabar dalam Menjauhi Maksiat
Yaitu sabar dalam menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT.

3. Sabar Menerima Takdir Allah
Yaitu sabar ketika diberi ujian oleh Allah SWT. Seringkali kita menyangkal setiap hal yang telah Allah gariskan namun tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Padahal musibah dan ketidaknyamanan hidup sesungguhnya diturunkan Allah untuk menguji kesabaran hambanya.

Seperti yang disebutkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 155: “Dan Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar.”

Karena hal itu kita harus siap untuk sabar dalam menghadapi berbagai keadaan. Ada beberapa kiat yang bisa dilakukan agar kita tetap bersabar dalam berbagai keadaan:

1. Niat Karena Allah
Sebab Segala sesuatu yang diniatkan karena Allah maka akan mendapatkan ridha-Nya, dengan harapan kita akan diberi kemudahan, kelancaran dan tentunya kesabaran.

2. Mendekatkan Diri Kepada Allah
Mendekatkan diri kepada Allah bisa kita lakukan dengan berbagai macam cara salah satunya adalah membaca dan memahami Al-Qur’an. Dengan melakukannya mampu membuat kita lebih mengerti bahwa apa yang terjadi di kehidupan kita adalah atas kehendak Allah, sehingga bisa lebih menerima dan bersabar atas segala yang kita peroleh dan harus dijalani.

3. Mengambil Hikmah
Banyak hikmah tersembunyi dari setiap yang kita alami, maka kita disarankan untuk tidak mengeluh. Tetap berhusnudzon kepada Allah, tetap meyakini kita bisa melewati segalanya dengan izin Allah, berharap iman kita bertambah dan akan diganti dengan yang jauh lebih baik.

Karena sesungguhnya Allah tidak akan memberi ujian melampaui apa yang kita mampu sebagai manusia. Seperti yang disebutkan dalam potongan ayat Surat Al-Baqarah ayat 28, yang artinya:

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari
(kejahatan) yang diperbuatnya.”

Kehidupan yang dijalani dengan kesabaran maka akan mendapatkan hasil yang baik, menjadi penguat hati yang utama. Dengan sabar kita bisa menjadi hamba yang tangguh dan selalu dalam bimbingan Allah. Dengan sabar kita bisa menjadi hamba yang berhasil. Maka bersabarlah, karena dengan sabar kita termasuk dalam hamba yang mulia dalam pandangan Allah SWT.

Demikian yang saya dapat sampaikan kurang lebihnya mohon maaf. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(Dikutip dari publikasi Scribd yang diunggah oleh Nick J).

4. Sabar

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin wassholatu wassalamu ‘ala asyrafil anbiya’i wal mursalin sayyidina wamaulana Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in, amma ba’du.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Terutama dalam hal nikmat iman. Karena hanya dengan iman dan Islam-lah kita bisa meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Kemudian sholawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW. Dimana atas jasa beliaulah yang membawa kita dari peradaban manusia jahiliah menuju peradaban yang terang benderang dengan ilmu pengetahuan dan cahaya.

Hadirin dan hadirat rahimakumullah,

Dalam kesempatan ini saya akan menyampaikan ceramah singkat tentang sabar.

Ketahuilah bahwa di dunia ini selalu ada sesuatu yang akan singgah di kehidupan kita, yakni ujian. Mau sekuat apapun usaha kita untuk menghindarinya tentu tak akan pernah bisa. Entah bagaimanapun kita menolak dan mengeluhkan ujian itu, tetap saja ia akan singgah di kehidupan kita.

Untuk itu, agar ujian ini bisa berbuah jadi pahala dan mengangkat derajat kita, maka jalan satu-satunya adalah dengan bersabar. Karena dengan bersabar maka ujian justru akan kita maknai sebagai anugerah. Dan itulah yang menjadi penyebab kebahagiaan kita hidup di dunia dan di akhirat.

Seperti yang disebutkan dalam surah Al-baqarah ayat 155: “Dan kami akan menguji kalian dengan sebagian rasa ketakutan, kekurangan harta, jiwa, buah-buahan, dan kelaparan. Serta sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang telah bersabar.”

Hadirin hadirat rahimakumullah,

Dalam pandangan islam sendiri, sabar terbagi menjadi beberapa bagian:

Pertama, sabar dalam menjalankan segala perintah Allah. Sabar dalam hal ini maksudnya adalah agar kita selalu senantiasa bersabar dan ikhlas dalam menjalankan segala perintah Allah agar bisa istiqomah. Karena Allah telah menjanjikan surga bagi hamba-hambanya yang telah bersabar dan istiqomah dalam menjalankan segala perintah-Nya sesuai dengan syariat.

Kedua, yaitu sabar dalam menjauhi larangan Allah. Yang dimaksud disini adalah agar kita senantiasa menahan diri untuk tidak berbuat segala sesuatu yang telah diharamkan oleh-Nya.

Ketiga, sabar terhadap segala keputusan dan ketetapan Allah. Sabar yang ketiga ini juga termasuk dalam rukun iman yang terakhir, yaitu beriman kepada qada dan qadar. Kita diwajibkan bersabar atas segala sesuatu yang telah ditetapkan Allah. Mau itu baik atau buruk.

Hadirin hadirat rahimakumullah,

Demikianlah ceramah singkat yang bisa saya sampaikan. Semoga apa yang telah saya sampaikan bisa bermanfaat bagi kita semua, Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(Dikutip dari publikasi Scribd yang diunggah oleh inal2008).

5. Kesabaran adalah Cahaya

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah Rabb alam semesta. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad dan segenap keluarganya teriring salam. Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah: 153)

Allah SWT juga berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga di perbatasan (negerimu), dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS Ali Imran: 200)

Allah SWT juga berfirman:

وَاصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: “Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia- nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS Hud: 115)

Sedangkan Rasulullah SAW bersabda, “Kesucian itu separuh dari iman. Alhamdulillah itu memenuhi timbangan. Subhanallah dan Alhamdulillah keduanya memenuhi apa-apa antara langit dan bumi. Shalat itu adalah cahaya. Sedekah itu adalah bukti. Sabar itu adalah cahaya. Al-Qur’an itu menjadi pembela bagimu atau penentang atasmu. Setiap orang pergi pagi sendiri lalu menjual dirinya sehingga dia menjadi pembebasnya atau penghancurnya.” (Diriwayatkan Muslim) 280 Definisi sabar menurut arti bahasa adalah menahan. Sedangkan definisi sabar menurut istilah adalah menahan jiwa agar tidak guncang dan marah, menahan lidah agar tidak banyak mengeluh, dan menahan anggota badan agar tidak membuat berbagai gangguan.

Imam Ahmad berkata, “Sabar di dalam Al-Qur’an terdapat di 90 tempat.” Hukumnya wajib menurut ijma’. Sabar ada tiga macam:

1. Sabar dalam taat kepada Allah SWT. Ini merupakan tingkat tertinggi karena setiap manusia harus menekan jiwanya untuk taat dan mengiringnya menuju semangat melakukan apa-apa yang dicintai oleh Allah sekalipun sangat berat menurut pandangan jiwa. Oleh sebab itu, sabar dalam ketaatan kepada Allah adalah kesabaran tingkat tertinggi dan paling agung kedudukannya.

2. Sabar ketika berhadapan dengan apa-apa yang diharamkan oleh Allah. Hal itu dengan menahan nafsu dari apa-apa yang dilarang dan menahan syahwat dari segala sesuatu yang diharamkan. Maka, termasuk dengan menahannya dari perbuatan zina dan minum khamar, mencuri, menipu, dan semua perkara yang haram hukumnya dalam rangka taat kepada Allah dan mencari pahala dari-Nya.

3. Sabar menghadapi takdir Allah yang menyakitkan. Yaitu dengan menahan jiwa dari sikap marah dan gelisah yang keduanya potensial menghilangkan kesabaran, dan memerintahnya untuk ridho dengan apa-apa yang ditakdirkan atas dirinya baik berupa berbagai macam musibah.

Manusia ketika tertimpa musibah akan berada dalam empat kondisi:

1. Marah. Ini menafikan kesabaran dan bertentangan dengannya. Kemarahan ada tiga sisi:

– Marah dengan hati

Sebagaimana ketika orang yang terkena musibah ini berpandangan bahwa Rabbnya tidak peduli dengan dirinya atau Rabbnya menzaliminya dengan menurunkan musibah kepada dirinya. Ini adalah jalan yang sangat berbahaya dan tanjakan yang sangat sulit. Dengan demikian itu, maka dia melawan Allah berkenaan dengan takdir-Nya. Sedangkan Dia tidak meminta dari apa-apa yang seseorang kerjakan.

– Marah dengan lidah.

Seperti dengan meneriakkan sesuatu yang tertimpa musibah pada bagian badan, hartanya, orang kesayangannya, dan lain sebagainya dengan teriakan kemarahan dan kebinasaan. Juga dengan seruan model jahiliah, meratap, atau cara lainnya.

– Kemarahan dengan anggota badan.

Sebagaimana dengan memukul-mukul dada, menampar pipi, merobek-robek kantung, dan lain sebagainya yang wujudnya adalah perbuatan anggota badan yang menunjukkan kepada sikap marah dan tidak ridho dengan apa-apa yang ditakdirkan oleh Allah.

2. Sabar

Ini adalah wajib, sehingga seseorang menahan nafsunya dan menekannya untuk sabar dengan penuh harap mendapatkan apa-apa yang telah dijanjikan oleh Allah yang dijanjikan untuk orang-orang sabar.

3. Ridho

Ini lebih tinggi daripada kedudukan (maqam) sabar, yakni berlapang dada ketika tertimpa berbagai musibah. Seseorang ridho dengan qadha dan qadar dari Allah.

4. Bersyukur

ang demikian ini adalah bagian dari petunjuk Rasulullah SAW. Karena beliau selalu memuji Tuhannya ketika dalam keadaan suka maupun dalam keadaan duka. Jika beliau menyaksikan apa-apa yang beliau benci, beliau mengucapkan, “Alhamdulillahi ‘alaa kulli haal.” Wallahu a’lam.

Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada Engkau rasa takut kepada Engkau dalam keadaan tertutup atau dalam keadaan terbuka. Kami memohon kepada Engkau kalimat hak ketika dalam keadaan marah maupun ridhao Kami juga memohon kepada Engkau kemampuan untuk hemat dalam keadaan fakir maupun kaya. Kami juga memohon kepada Engkau kenikmatan yang tidak ada habisnya dan penyejuk mata yang tidak pernah terputus. Kami juga memohon rasa ridhao setelah qadha dan kehidupan yang sejuk setelah kematian. Kami juga memohon kepada Engkau kelezatan menyaksikan wajah-Mu. Kami juga memohon tumbuhnya rasa rindu pertemuan dengan-Mu bukan dalam keadaan sempit yang berbahaya atau dalam keadaan fitnah yang menyesatkan. Ya Allah, hiasilah kami dengan hiasan iman dan jadikanlah kami para pemberi petunjuk yang mendapatkan petunjuk.

Ya Allah, curahkanlah sholawat dan salam kepada Muhammad, segenap keluarganya, dan para sahabatnya teriring dengan salam. Dan segala puji bagi Allah Rabb alam semesta.

(Dikutip dari buku Kumpulan Kultum Setahun karya Fuad bin Abdul Aziz Asy-Syalhub).

(azn/row)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Ayat Kursi, Ini Waktu yang Disunnahkan untuk Membacanya


Jakarta

Ayat Kursi adalah penggalan dari surah Al-Baqarah ayat 255. Sebagian besar umat Islam umumnya sudah hafal dengan Ayat Kursi karena banyak keutamaannya.

Tafsir Ibnu Katsir terjemahan M. Abdul Goffar dkk menjelaskan bahwa sebutan Ayat Kursi untuk Al-Baqarah 255 merujuk pada kedudukannya yang tinggi. Hadits shahih yang mendukung penafsiran ini semakin menguatkan pandangan bahwa ayat ini adalah yang paling utama dalam Al-Qur’an.

Imam Ahmad meriwayatkan:


حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ سَعِيدٍ الْجَرِيرِيِّ عَنْ أَبِي السَّلِيلِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَبَاحٍ، عَنْ أُبَيٍّ -هُوَ ابْنُ كَعْبٍ-أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَهُ: “أَيُّ آيَةٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ أَعْظَمُ”؟ قَالَ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. فَرَدَّدَهَا مِرَارًا ثُمَّ قَالَ أُبَيٌّ: آيَةُ الْكُرْسِيِّ. قَالَ: “لِيَهْنك الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ لَهَا لِسَانًا وَشَفَتَيْنِ تُقَدِّسُ الْمَلِكَ عِنْدَ سَاقِ الْعَرْشِ”

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Sa’id Al-Jariri, dari Abus Salil, dari Abdullah ibnu Rabah, dari Ubay ibnu Ka’b, bahwa Nabi SAW pernah bertanya kepadanya, “Ayat Kitabullah manakah yang paling agung?” Ubay menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Nabi SAW mengulang-ulang pertanyaannya, maka Ubay menjawab, “Ayat Kursi.” Lalu Nabi SAW bersabda, “Selamatlah dengan ilmu yang kamu miliki, hai Abul Munzir. Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya ayat Kursi itu mempunyai lisan dan sepasang bibir yang selalu menyucikan Tuhan Yang Mahakuasa di dekat pilar Arasy.”

Ayat Kursi: Arab, Latin dan Artinya

Berikut ini adalah bacaan ayat kursi:

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ

Arab latin: Allāhulaa ilāha illā huwal-ḥayyul-qayyūm(u), lāta’khużuhū sinatuw walā naum(un), lahūmā fissamāwāti wamā fil-arḍ(i), mandżalladżī yasyfa’u ‘indahū illā bi’idżnih(ī), ya’lamumā baina aidīhim wamā khalfahum, walā yuḥīṭūna bisyai’im min ‘ilmihī illā bimāsyā'(a), wasi’a kursiyyuhussamāwāti wal-arḍ(a), walā ya’ūduhū ḥifẓuhumā, wahuwal-‘aliyyul-‘aẓīm(u).

Artinya: Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahahidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Mahatinggi lagi Mahaagung.

Waktu Disunnahkan Membaca Ayat Kursi

Sebenarnya, tidak ada larangan waktu bagi seseorang untuk membaca Ayat Kursi. Meski demikian, dalam buku Rahasia Dahsyat Al-Fatihah, Ayat Kursi dan Al-Waqiah Untuk Kesuksesan Karier dan Bisnis karya Ustadz Ramadhan AM, ada beberapa waktu di mana kita disunnahkan membaca ayat kursi, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Usai Salat Fardhu

Hal ini bersandar pada hadits Nabi Muhammad SAW, “Barang siapa yang membaca Ayat Kursi setiap selesai mengerjakan salat, maka tidak ada yang akan menghalanginya memasuki surga kecuali kematian.” (HR an-Nasa’i)

2. Saat Akan Tidur

Hal ini dijelaskan secara eksplisit dalam hadits shahih yang berbunyi, “Jikalau engkau menghampiri tempat tidurmu, maka bacalah Ayat Kursi dari awalnya hingga akhir ayat, engkau akan selalu mendapat penjagaan dari Allah Ta’ala dan tidak akan didekati setan sampai pagi.” (HR Bukhari)

3. Menjelang Pagi dan Sore

Hal ini sesuai dengan hadits Ubay bin Ka’ab ra, bahwa ia memiliki kumpulan kurma dan jumlahnya terus berkurang karena diambil jin. Beliau berkata,

“Ayat ini yang terdapat dalam surah Al-Baqarah; Allahula ilaha illa huwalhayyul qoyyum. Barangsiapa yang mengucapkannya saat sore, maka ia akan mendapatkan pahala hingga pagi. Barang siapa yang mengucapkannya saat pagi, maka ia akan mendapatkan pahala hingga sore.” (HR an-Nasa’i)

Keutamaan Ayat Kursi

Ayat Kursi memiliki kedudukan yang agung dan tempat yang tinggi karena ia mengandung dzikir yang mulia dan pengetahuan yang utama berupa pengesahan Allah, keagungan dan sifat-sifat-Nya. Mengutip buku Fadhilah dan Tafsir Ayat Kursi karya Dr. Fadhl Ilahi, berikut keutamaan dari Ayat Kursi:

  • Ayat Kursi memiliki kedudukan yang sangat agung di antara seluruh ayat Al-Qur’an.
  • Di dalam Ayat Kursi terkandung nama-nama Allah yang maha indah dan agung.
  • Membaca Ayat Kursi secara rutin dapat melindungi diri dari gangguan dan godaan setan.
  • Allah SWT akan senantiasa melindungi orang yang membaca Ayat Kursi setelah salat fardhu hingga salat berikutnya.
  • Tidak ada jarak yang memisahkan antara orang yang membaca Ayat Kursi setelah salat fardhu dan surga kecuali kematian.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Wafatnya Pendiri Mazhab Hanbali, Digoda Setan Jelang Ajalnya



Jakarta

Ahmad bin Hanbal adalah salah satu tokoh imam besar dalam Islam. Menjelang wafatnya, pendiri Mazhab Hanbali ini diketahui menderita penyakit keras. Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, ia sempat diganggu setan kala menghadapi sakaratul mautnya.

Saat itu bertepatan dengan Rabiul Awal 241 Hijriah atau 855 M. Imam Ahmad sudah menderita sakit yang amat parah yang membuat suhu tubuhnya memanas, napasnya tersengal-sengal, hingga tubuhnya terus melemah.

Shalih bin Ahmad, putranya memberikan kesaksian kondisi ayahnya yang saat itu kurang dari lima puluh hari menjelang ajal. Dikutip dari Rab Man Maata Wahua Yushalli oleh Mahmud bin Abul Malik Al-Zugbi terjemahan Yusni Amru dan Fuad Nawawi. Imam Ahmad bahkan tidak mengeluh kesakitan sekali pun. Raut wajahnya tetap tenang meski berada di puncak kesakitan.


Kemudian, Shalih bin Ahmad bercerita, Imam Ahmad tiba-tiba mengeluarkan beberapa keping uang di selembar sapu tangan yang disimpannya. Sang imam pun berwasiat kepada putranya untuk menginfakkan uang tersebut atas nama dirinya.

Beberapa hari setelahnya, sakaratul maut pun menghampiri Imam Ahmad. Shalih bin Ahmad turut menceritakan kesaksiannya saat sang ayah melalui detik-detik sebelum kematiannya.

Shalih bin Ahmad mengatakan, ayahnya kerap kali mengucapkan, “Tidak akan!” pada saat sakaratul maut. Shalih bin Ahmad maupun Abdullah bin Ahmad–putra kedua Imam Ahmad–heran dan bertanya kepada ayahnya.

“Wahai Ayah, apa maksud dari perkataan yang selalu engkau ucapkan ini?”

Imam Ahmad menjawab, “Wahai anakku, sesungguhnya iblis berdiri di pojok rumah ini. Dia sedang menggigit jarinya seraya berkata, ‘Apakah engkau akan terkecoh olehku, wahai Ahmad?’ maka, aku berkata demikian.”

Setelahnya, Imam Ahmad memberi isyarat pada para ahli warisnya untuk mewudhukan dan membersihkan sela-sela jemarinya. Tak lama seusai Imam Ahmad sempurna diwudhukan oleh kedua putranya, ia pun mengembuskan napas terakhirnya tepat pada Jumat pagi.

Kabar duka itu pun tak lama tersiar cepat. Umat Islam berbondong-bondong melayatnya, bahkan seketika jalanan pun menjadi sempit karena dijejali oleh iring-iringan para pelayat dari berbagai penjuru untuk mengantarkan sang imam besar tersebut.

Berdasarkan cerita wafatnya Imam Ahmad, saat ajal manusia sudah dekat atau saat sakaratul maut pun, manusia tidak lepas dari gangguan setan. Keterangan ini juga ternyata pernah disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya. Setan menggoda manusia pada saat sekarat karena saat itu adalah waktu hajat.

Ibnu Taimiyah dalam Majmu Al Fatawa menyebutkan gangguan setan menjelang ajal tidak berlaku sama bagi tiap orang. Menurutnya bahkan ada yang ditawarkan lebih dari dua agama oleh setan di saat-saat menjelang ajalnya.

Keadaan tersebut termasuk dengan fitnah kehidupan dan kematian. Sebab itu, muslim dianjurkan untuk senantiasa memohon perlindungan Allah SWT dari gangguan setan.

(rah/lus)



Sumber : www.detik.com

Perjalanan Rasulullah SAW Hijrah ke Madinah, Sedih Tinggalkan Makkah



Jakarta

Nabi Muhammad melakukan hijrah dari kota Makkah ke Madinah.

Diriwayatkan oleh ‘Abd bin Humaid, Abu Ya’la, Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Mardawaih dari Ibnu ‘Abbas, ketika Nabi Muhammad SAW akan meninggalkan Mekkah, sebelum hijrah ke Madinah, beliau menoleh ke belakang melihat negeri Mekkah.

Rasulullah SAW bersabda, “Demi Allah, engkau adalah sebaik-baik negeri Allah, dan negeri yang paling Allah cintai, kalaulah bukan karena aku dikeluarkan dari negeri ini, tidak akan aku meninggalkanmu.” (HR. At-Tirmidzi, Kitab Al-Manaqib, Bab Fadhl Makkah (5/722).)


Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya kaum musyrikin mengejar Rasulullah dengan mengikuti jejak beliau, hingga akhirnya mereka tiba di bukit Tsur, di sana mereka menjadi bingung, lalu mereka menaiki bukit tersebut dan berjalan melintasi gua, namun di depan pintu gua mereka melihat banyak terdapat jaring laba-laba, lalu mereka berkata, “Kalau ada orang yang masuk ke dalam gua ini, pastinya jaring laba-laba ini tidak akan bergelayutan di mulut gua.” (Musnad Imam Ahmad)

Dalam buku Sejarah Lengkap Rasulullah SAW Jilid 1 yang ditulis Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi disebutkan bahwa laba-laba tersebut salah satu dari tentara Allah yang siap mengalahkan kebatilan dan menolong kebenaran.

Karena sesungguhnya tentara Allah tidak dapat diukur dalam ukuran materi atau non-materi. Jika bentuknya materi, maka tidak perlu diukur besar atau kecilnya, boleh jadi tentara yang besar akan dikalahkan oleh kuman-kuman kecil jika Allah menghendaki.

Allah berfirman, “Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan dia sendiri. dan (Sagar) itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia,” (Al-Muddattsir: 31).

Karena saking banyaknya tidak ada yang dapat mengetahui berapa kuota tentara Allah. Karena sesungguhnya tentara Allah tiada habis- habisnya.

Dalam Tafsir Ar-Razi disebutkan sebagaimana tidak ada seorang pun yang dapat membatasi kemungkinan-kemungkinan, mengawasi hakikatnya dan sifatnya, sekalipun secara global, terlebih lagi untuk mengetahui keadaannya, jumlahnya dan persentasenya.

Untuk mengobati kesedihan Rasulullah SAW, Allah SWT menurunkan ayat Al-Qur’an Muhammad ayat 13:

“Dan betapa banyak negeri yang (penduduknya) lebih kuat dari (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu. Kami telah membinasakan mereka; maka tidak ada seorang pun yang menolong mereka.” (QS Muhammad: 13)

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Orang Masuk Surga dan Neraka gegara Seekor Lalat


Jakarta

Ada sebuah kisah menarik yang menjadi bahan renungan banyak orang tentang bagaimana tindakan kecil bisa membawa dampak besar dalam kehidupan akhirat. Kisah ini menceritakan tentang dua orang yang mendapatkan nasib berbeda, satu masuk surga dan yang lain masuk neraka hanya karena seekor lalat.

Meskipun lalat terlihat sebagai makhluk kecil dan sepele, kisah ini mengajarkan bahwa keputusan manusia dalam menghadapi ujian, sekecil apa pun, dapat menentukan masa depannya di akhirat.

Masuk Surga dan Neraka karena Lalat

Dikutip dari buku Keindahan Surga dan Kengerian Siksa Neraka oleh Abu Utsman Kharisman, seekor lalat bisa menjadi penyebab masuknya seseorang ke dalam surga, bisa juga menjadi penyebab masuknya seseorang ke neraka.


Dikisahkan ada dua orang yang melewati suatu kaum yang sedang beribadah kepada berhala. Kaum ini tidak memperbolehkan seorang pun untuk lewat di hari itu kecuali dengan memberikan persembahan untuk berhala, walaupun hanya seekor lalat.

Satu orang tetap menjaga tauhidnya dengan tidak mau memberikan persembahan apa pun kepada berhala tersebut. Karena keteguhannya, ia akhirnya dimasukkan ke dalam surga.

Sementara itu, satu orang lagi ingin selamat dari kaum tersebut sehingga bersedia untuk mempersembahkan seekor lalat untuk berhala. Dia pun menjadi masuk neraka hanya karena seekor lalat.

Dikutip dari kitab Ad-Daa’ wad Dawaa’ karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah yang ditahqiq Ali bin Hasan Abul Harits al-Halabi al-Atsari, kisah mengenai dua orang yang masuk surga dan neraka karena seekor lalat diceritakan dalam sebuah riwayat.

Al-Imam Ahmad berkata: “Kami diberitahu Abu Mu’awiyah; kami diberitahu al-A’masy; dari Salman bin Maisarah, dari Thariq bin Syihab, ia me-marfu-kannya, bahwasanya Nabi SAW bersabda:

ﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓِﻲْ ﺫُﺑَﺎﺏٍ , ﻭَﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓِﻲْ ﺫُﺑَﺎﺏٍ، ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ : ﻭَﻛَﻴْﻒَ ﺫَﻟِﻚَ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﻣَﺮَّ ﺭَﺟُﻼَﻥِ ﻋَﻠَﻰ ﻗَﻮْﻡٍ ﻟَﻬُﻢْ ﺻَﻨَﻢٌ ﻻَ ﻳَﺠُﻮْﺯُﻩُ ﺃَﺣَﺪٌ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻘَﺮِّﺏَ ﻟَﻪُ ﺷَﻴْﺌًﺎ، ﻓَﻘَﺎﻟُﻮْﺍ ﻷَﺣَﺪِﻫِﻤَﺎ : ﻗَﺮِّﺏْ، ﻗَﺎﻝَ : ﻟَﻴْﺲَ ﻋِﻨْﺪِﻱْ ﺷَﻲْﺀٌ ﺃُﻗَﺮِّﺏُ، ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﻟَﻪُ : ﻗَﺮِّﺏْ ﻭَﻟَﻮْ ﺫُﺑَﺎﺑًﺎ، ﻓَﻘَﺮَّﺏَ ﺫُﺑَﺎﺑًﺎ ﻓَﺨَﻠُّﻮْﺍ ﺳَﺒِﻴْﻠَﻪُ ﻓَﺪَﺧَﻞَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ، ﻭَﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﻟِﻶﺧَﺮِ : ﻗَﺮِّﺏْ، ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻣَﺎ ﻛُﻨْﺖُ ﻷُﻗَﺮِّﺏَ ﻷﺣَﺪٍ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﺩُﻭْﻥَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓَﻀَﺮَﺑُﻮْﺍ ﻋُﻨُﻘَﻪُ ﻓَﺪَﺧَﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ

“Ada seseorang yang masuk surga karena seekor lalat dan ada yang masuk neraka karena seekor lalat pula.”

Para sahabat bertanya: “Bagaimana itu bisa terjadi ya Rasulullah?

Rasul menjawab: “Ada dua orang berjalan melewati sebuah kaum yang memiliki berhala, yang mana tidak boleh seorang pun melewatinya kecuali dengan mempersembahkan sesuatu untuknya terlebih dahulu, maka mereka berkata kepada salah satu di antara kedua orang tadi: “Persembahkanlah sesuatu untuknya!”

Ia menjawab: “Saya tidak mempunyai apa pun yang akan saya persembahkan.”

Mereka berkata lagi: “Persembahkan untuknya walaupun seekor lalat!” Maka ia pun mempersembahkan untuknya seekor lalat, maka mereka membiarkan ia untuk meneruskan perjalanannya, dan ia pun masuk ke dalam neraka.

Kemudian mereka berkata lagi kepada seseorang yang lain: “Persembahkalah untuknya sesuatu!” Ia menjawab: “Aku tidak akan mempersembahkan sesuatu apa pun untuk selain Allah, maka mereka pun memenggal lehernya, dan ia pun masuk ke dalam surga.” (HR Ahmad)

Dari kisah tersebut diketahui setiap tindakan sekecil apa pun memiliki dampak yang sangat besar di mata Allah SWT. Orang yang mempersembahkan lalat menunjukkan bahwa kompromi dalam hal prinsip dan tauhid, bahkan dalam bentuk kecil, bisa membawa seseorang pada kesesatan dan hukuman.

Sebaliknya, orang yang menolak mempersembahkan sesuatu kepada selain Allah SWT menunjukkan keteguhan iman dan keberanian dalam mempertahankan keyakinan. Meskipun harus mengorbankan nyawa, kesetiaan kepada Allah SWT justru membawanya ke surga, menunjukkan bahwa keimanan sejati akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Wallahu a’lam.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Tentang Usia Nabi Daud AS, Benarkah Dapat Tambahan dari Nabi Adam AS?



Jakarta

Nabi Daud AS disebut memiliki usia yang lebih panjang dari ketetapan awalnya. Menurut riwayat, ia mendapat tambahan usia dari Nabi Adam AS.

Merujuk pada Qashash al-Anbiyaa’ yang ditulis Ibnu Katsir dan diterjemahkan Saefulloh MS, kisahnya bermula ketika Allah SWT mengeluarkan anak-anak keturunan Nabi Adam AS dari punggungnya, lalu beliau melihat di antara mereka ada yang menjadi para nabi.

Nabi Adam AS melihat di antara anak-anak keturunannya seorang laki-laki yang bercahaya. Kemudian Nabi Adam AS bertanya, “Wahai Tuhanku, siapakah dia?” Allah SWT menjawab, “Ia adalah anak keturunanmu yang bernama Daud.” Nabi Adam AS kembali bertanya, “Wahai Tuhanku, berapa umurnya?” Allah menjawab, “Enam puluh tahun.”


Kemudian Nabi Adam AS berkata, “Wahai Tuhanku, tambahkanlah umurnya.” Allah menjawab, “Tidak, Aku tidak akan menambah umurnya, kecuali Aku tambah umurnya dengan mengambil dari umurmu.”

Umur Nabi Adam AS adalah seribu tahun. Lalu dari umurnya itu diambil 40 tahun untuk ditambahkan kepada salah satu anak keturunannya, yaitu Nabi Daud AS. Ketika ajalnya tiba, malaikat maut datang kepadanya. Nabi Adam AS bertanya keheranan, “Bukankah umurku masih tersisa empat puluh tahun lagi?”

Rupanya, Nabi Adam AS lupa kalau umurnya telah berkurang karena telah dikurangi untuk menambah umur salah satu anak keturunannya, yaitu Daud AS. Akan tetapi, kemudian Allah SWT menyempurnakan usia Nabi Adam AS tetap seribu tahun dan usia Nabi Daud AS seratus tahun.

Kisah tersebut berasal dari hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Ibnu Abbas. Tirmidzi juga meriwayatkannya dari Abu Hurairah dan ia mengatakan bahwa hadits tersebut berkedudukan shahih.

Ibnu Jarir berkata, “Ahli Kitab berpendapat bahwa usia Daud adalah 77 tahun.” Ibnu Katsir menanggapi, “Ini pendapat yang keliru dan tidak bisa diterima.” Mereka juga berkata, “Masa pemerintahan kerajaannya adalah empat puluh tahun.” Pendapat ini bisa saja diterima atau tidak karena memang tidak ada dalil yang harus menolak atau menerimanya. Wallahu a’lam.

Nabi Daud AS Dijemput Malaikat Maut

Imam Ahmad menyebutkan di dalam kitab Musnad-nya tentang kisah Nabi Daud AS didatangi malaikat maut. Riwayat ini jalurnya sampai pada Abu Hurairah yang meriwayatkan dari Rasulullah SAW.

Beliau SAW bersabda, “Daud adalah seorang nabi yang memiliki kecemburuan sangat besar. Apabila beliau keluar rumah, beliau selalu mengunci pintu-pintu rumahnya, sehingga tidak seorang pun yang dapat masuk menemui keluarga (istrinya), hingga beliau kembali pulang.

Pada suatu hari, beliau keluar rumah dan beliau segera menutup pintu rumahnya. Istrinya mnelihat-lihat di dalam rumahnya. Tiba-tiba terdapat seorang laki-laki berada di dalam rumahnya. Lalu ia bertanya-tanya (di dalam hatinya): ‘Siapa yang ada di dalam rumah? Dari mana laki-laki itu bisa masuk ke dalam rumah, padahal semua pintu sudah terkunci rapat? Sungguh, aku aku melaporkannya kepada (suamiku) Daud.”

Kemudian Daud datang dan laki-laki itu tiba-tiba ada di tengah-tengah rumahnya. Lalu Daud bertanya kepada laki-laki itu: ‘Siapa engkau?’ Ia menjawab: ‘Aku adalah makhluk yang tidak takut sedikitpun kepada raja dan tidak ada suatu dinding pun yang dapat menghalangiku.’ Daud berkata: ‘Kalau begitu, engkau adalah malaikat maut.

“Selamat datang dengan perintah Allah yang engkau bawa,” ujar Daud.

Beberapa saat selanjutnya, malaikat maut mencabut nyawa Daud.

Ketika beliau dimandikan dan dikafani, tiba-tiba suasana berubah dengan munculnya matahari yang menyinarinya. Lalu, Sulaiman berkata kepada burung: Naungilah (jenazah) Daud.’ Burung pun segera menaunginya, sehingga keadaan bumi menjadi terlihat gelap.

Setelah itu, Sulaiman berkata kepada burung: Lepaskan naungan kedua sayapmu.

Abu Hurairah berkata, “Pada jenazah Rasulullah juga diperlakukan hal yang sama oleh para burung. Ketika Rasulullah wafat, saat itu tempat penguburan jenazah beliau dinaungi oleh seekor burung yang panjang sayapnya.” (HR Ahmad)

Imam Ahmad meriwayatkan hadits di atas secara tunggal (sendirian) dengan sanad-sanadnya yang baik, kuat, dan hadits yang tepercaya.

Adapun maksud dari kata-kata Abu Hurairah “Saat itu jenazah beliau (Rasulullah) dinaungi oleh seekor burung yang panjang sayapnya” adalah kedua sayap burung itu dapat menaungi tempat penguburan jenazah. Burung itu sejenis elang yang bertubuh sangat besar dan bersayap sangat panjang hingga kedua sayapnya dapat menaungi tempat penguburan jenazah sekaligus.

Kisah Wafatnya Nabi Daud

Menurut sejumlah riwayat, Nabi Daud AS wafat secara mendadak. As-Saddi meriwayatkan dari Abu Malik, dari Ibnu Malik, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Daud wafat secara mendadak pada hari Sabtu. Jenazahnya dinaungi oleh sayap burung.”

As-Saddi juga meriwayatkan dari Abu Malik dan dari Sa’id Bin Jubair, ia berkata, “Daud wafat pada hari Sabtu secara mendadak.”

Ishaq bin Basyar meriwayatkan dari Sa’id bin Abi Arubah, dari Qatadah, dari al-Hasan, ia berkata, “Daud wafat dalam usia seratus tahun. Beliau wafat pada hari Rabu secara mendadak.”

Abu Sakan al-Hijri berkata, “Ibrahim al-Khalil wafat secara mendadak. Begitu pula Daud juga wafat secara mendadak. Demikian juga putranya, Sulaiman yang wafat secara mendadak.”

Sebagian para perawi hadits meriwayatkan bahwa malaikat maut datang menemui Nabi Daud AS sementara beliau sendiri sedang turun dari mihrabnya. Lalu, Nabi Daud AS berkata kepada malaikat maut, “Tunggu sebentar, sampai aku naik atau turun lebih dulu.” Malaikat maut berkata, “Waktu (ajal)-mu telah habis.”

Setelah itu, Nabi Daud AS tersungkur sujud dan nyawanya dicabut dalam kondisi bersujud.

Ishaq bin Basyar berkata, “Wafir bin Sulaiman memberitahu kami, dari Abu Sulaiman al-Filisthini, dari Wahab bin Munabbih, ia berkata: ‘Sesungguhnya, masyarakat ramai-ramai menghadiri jenazah Daud. Mereka duduk di bawah terik matahari di musim panas.

Jennazah Nabi Daud AS diusung oleh 40.000 rahib, di antaranya rahib yang bernama al-Baranis dan lain-lainnya dari kalangan masyarakat. Tidak ada seseorang yang wafat dari kalangan bani Israil setelah Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS yang membuat mereka sangat bersedih dan kehilangan, selain Nabi Daud AS.

Wallahu a’lam.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Saat Rasulullah Pingsan Lihat Wujud Malaikat Jibril Turun dari Langit


Jakarta

Rasulullah SAW sempat dibuat pingsan usai melihat wujud Malaikat Jibril. Peristiwa ini terjadi saat Allah SWT mengutus Jibril menyampaikan wahyu kepada Rasulullah SAW.

Kisah tersebut diceritakan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad dan diterjemahkan Anshari Taslim. Imam Ahmad meriwayatkannya dari Abdurrazzaq, dari Ma’mar, dari Az-Zuhri, dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Jabir bin Abdullah.

Jabir kala itu mendengar Rasulullah SAW menceritakan fase penerimaan wahyu. Rasulullah SAW bercerita mendengar suara dari langit. Beliau lantas menengadah ke langit dan melihat sosok yang pernah mendatanginya di Gua Hira.


Jibril, kata Rasulullah, duduk di kursi yang ada di antara langit dan bumi. Saat melihatnya Rasulullah SAW langsung pingsan karena ketakutan.

“Ketika aku sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit maka aku dongakkan kepalaku, ternyata dia adalah malaikat (Jibril) yang pernah mendatangiku di Gua Hira dalam kondisi duduk di atas kursi yang ada di antara langit dan bumi. Hingga aku pun pingsan karena ketakutan. Lalu aku berkata kepada istriku, ‘Selimuti aku, selimuti aku!’ Maka mereka menyelimutiku dan Allah pun menurunkan ayat, ‘Hai orang-orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah’.”

Wahyu yang turun ini adalah surah Al Mudatsir ayat 1-5.

Gambaran Wujud Malaikat Jibril

Sosok Jibril digambarkan sangat besar. Dalam ‘Alam al-Mala’ikah al-Abrar & Alam al-Jinn wa asy-Syayathin karya Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar yang diterjemahkan Kaserun AS. Rahman terdapat sebuah riwayat yang menyebut besarnya tubuh Jibril menutupi antara langit dan bumi.

Rasulullah SAW menceritakan tentang Jibril, “Aku melihat Jibril turun dari langit. Besarnya tubuh Jibril menutupi antara langit dan bumi.” (Sunan at-Tirmidzi dengan sanad shahih)

Baginda Nabi SAW juga pernah melihat Jibril memiliki 600 sayap. Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya dari Ibnu Mas’ud, dia berkata, “Rasulullah SAW pernah melihat Jibril AS dalam wujud aslinya. Jibril memiliki 600 sayap dan setiap satu sayap mampu menutupi cakrawala.”

Terkait hadits tersebut, Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah menyatakan sanadnya jayyid (baik).

Gambaran Jibril turut dijelaskan dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam surah At-Takwir ayat 19-21,

اِنَّهٗ لَقَوْلُ رَسُوْلٍ كَرِيْمٍۙ ١٩ ذِيْ قُوَّةٍ عِنْدَ ذِى الْعَرْشِ مَكِيْنٍۙ ٢٠ مُّطَاعٍ ثَمَّ اَمِيْنٍۗ ٢١

Artinya: “sesungguhnya (Al-Qur’an) itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril) yang memiliki kekuatan dan kedudukan tinggi di sisi (Allah) yang memiliki ʻArasy, yang di sana (Jibril) ditaati lagi dipercaya.”

Wallahu a’lam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com