Tag Archives: imam baihaqi

Bolehkah Puasa di 1 Muharram Tanpa Puasa Asyura? Begini Penjelasannya


Jakarta

Puasa 1 Muharram merupakan salah satu amalan yang bisa dikerjakan muslim saat Tahun Baru Islam. Sebagaimana diketahui, puasa pada bulan Muharram dianjurkan oleh Rasulullah SAW melalui haditsnya.

Beliau bersabda,

“Sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadan adalah puasa bulan Muharram dan sebaik-baik salat setelah salat wajib adalah salat malam.” (HR Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad)


Selain puasa 1 Muharram, ada juga puasa Tasua dan Asyura pada bulan Muharram. Kedua puasa tersebut memiliki keutamaan yang luar biasa.

Lantas, bolehkah muslim hanya melaksanakan puasa 1 Muharram tanpa puasa Asyura?

Hukum Mengerjakan Puasa 1 Muharram Tanpa Puasa Asyura

Puasa yang dikerjakan pada bulan Muharram hukumnya sunnah. Diterangkan dalam buku Dahsyatnya Puasa Sunah karya H Amirulloh Syarbini dkk, puasa di bulan Muharram menjadi puasa yang paling baik setelah Ramadan sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW.

Sementara itu, puasa Asyura dikerjakan setiap 10 Muharram. Biasanya, amalan tersebut diikuti dengan puasa Tasua sehari sebelumnya yaitu pada 9 Muharram.

Sejatinya, puasa Tasua dimaksudkan sebagai pembeda dengan puasa bangsa Yahudi yang berlangsung pada 10 Muharram. Namun, Rasulullah SAW tidak mewajibkan kedua puasa tersebut harus beriringan. Muslim bisa melaksanakan puasa Asyura tanpa Tasua.

Kesunnahan puasa Asyura mengacu pada hadits berikut,

“Hari ini hari Asyura, tidak diwajibkan atas kalian puasa. Dan aku berpuasa. Maka barangsiapa yang ingin puasa maka berpuasalah, dan barangsiapa yang tidak maka berbukalah.” (HR Bukhari)

Melalui hadits di atas, Nabi Muhammad SAW menekankan bahwa puasa Asyura hukumnya sunnah dan tidak wajib. Muslim tidak mendapatkan dosa jika tidak mengerjakan amalan sunnah.

Meski begitu, puasa Asyura memiliki keutamaan yang luar biasa dan sayang jika dilewatkan. Diterangkan dalam buku Puasa Jadikan Hidup Penuh Berkah yang ditulis Syukron Maksum, puasa Asyura disebut dapat menghapus doa setahun yang lalu.

Rasulullah SAW pernah ditanya terkait puasa Asyura dan beliau menjawab:

“Menebus dosa tahun yang lalu.” (HR Muslim)

Selain itu, Imam Baihaqi dalam kitab Fadha ‘Ilul Quqat (Edisi Indonesia) terjemahan Muflih Kamil mencantumkan hadits pahala puasa Asyura setara dengan 10 ribu orang berhaji.

Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa berpuasa pada hari Asyura, ditulis untuknya pahala ibadah enam puluh tahun termasuk di dalamnya ibadah puasa dan salatnya; barangsiapa berpuasa pada hari Asyura akan diberi pahala sepuluh ribu malaikat; barangsiapa berpuasa di hari Asyura akan diberi pahala yang setara dengan pahala seribu orang yang haji dan umrah; barangsiapa berpuasa di hari Asyura akan diberi pahala sepuluh ribu mati syahid; barangsiapa berpuasa Asyura sesungguhnya ia seperti orang yang memberi makan seluruh orang fakir dari umat Muhammad SAW dan membuat mereka semua kenyang; barangsiapa membelai anak yatim dengan tangannya pada hari Asyura, maka akan diberikan untuknya untuk setiap rambut satu derajat di surga.”

Buya Yahya melalui ceramahnya yang ditayangkan dalam YouTube Al Bahjah TV juga mengatakan hendaknya muslim tidak melewatkan puasa pada 10 Muharram.

“Tapi di antara (tanggal) 10 pada 1 bulan (Muharram) itu ada hari istimewa yang harus anda tekankan yaitu tanggal 10 Muharram. Jangan puasa di (tanggal) 1,2,3,4,5,6,7,8,9 (tapi tanggal) 10-nya buka (tidak puasa). Jangan gitu,” katanya. detikHikmah telah mendapat izin mengutip tayangan tersebut.

Wallahu a’lam.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Ini Dosa yang Bisa Dihapus dengan Puasa Asyura


Jakarta

Puasa Asyura yang dikerjakan pada 10 Muharram memiliki keutamaan sebagai penghapus dosa. Menurut sebuah hadits, dosa yang dihapus adalah dosa setahun yang lalu.

Keterangan tersebut bersandar pada hadits yang diriwayatkan dari Abu Qatadah RA. Ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

صَوْمُ عَاشُورَاءَ كَفَّارَةُ سَنَةٍ، وَصَوْمُ عَرَفَةَ كَفَّارَةُ سَنَتَيْنِ، سَنَةٍ قَبْلَهُ وَسَنَةٍ بَعْدَهُ


Artinya: “Puasa Asyura menghapus dosa setahun dan puasa Arafah menghapus dosa dua tahun: setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya.” (HR Muslim dan At-Tirmidzi)

Dalam redaksi lain berbunyi,

وَعَنْ أَبِي قَتَادَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ سُئِلَ عَنْ صِيَامٍ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: «يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Artinya: Dari Abu Qatadah RA bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Asyura. Beliau menjawab, “Puasa tersebut dapat melebur dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim)

Dosa yang Dihapus dengan Puasa Asyura

Imam Baihaqi menjelaskan dalam Kitab Fadha ‘Ilul Quqat yang diterjemahkan Muflih Kamil, keutamaan puasa Asyura sebagai penghapus dosa berlaku bagi yang berpuasa dan ia memiliki dosa yang harus dikaffarahkan.

Adapun, lanjut Imam Baihaqi, orang yang berpuasa tanpa membawa dosa yang harus dikaffarahkan maka akan diganjar derajat yang berlipat ganda.

Ibnu Qayyim al-Jawziyyah dalam al-Da’ wa al-Dawa’ yang diterjemahkan Fauzi Bahreisy mengatakan puasa hari Asyura memang bisa menjadi penghapus dosa secara umum sebagaimana janji Tuhan, tetapi ada syarat dan penghalangnya.

Penghalang terhapusnya dosa dengan puasa Asyura adalah terus melakukan dosa besar. Jika ia berhenti melakukannya, barulah puasa itu bisa menghapus dosanya. Hal ini juga berlaku pada puasa Ramadan dan salat lima waktu jika disertai upaya menghindari dosa-dosa kecil.

Ibnu Qayyim menyandarkan pendapat ini dengan firman Allah SWT dalam surah An-Nisa’ ayat 31,

اِنْ تَجْتَنِبُوْا كَبَاۤىِٕرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُّدْخَلًا كَرِيْمًا ٣١

Artinya: “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang (mengerjakan)-nya, niscaya Kami menghapus kesalahan-kesalahanmu dan Kami memasukkanmu ke tempat yang mulia (surga).”

“Dari sini dapat diketahui bahwa dijadikannya sesuatu sebagai sebab penghapus dosa tidak menghalanginya untuk bekerja sama dengan sebab lain dalam menghapus dosa. Dua sebab penghapus dosa tentu lebih kuat dan lebih sempurna daripada hanya satu sebab. Ketika sebab penghapus dosa semakin kuat, daya hapusnya pun menjadi lebih kuat, lebih sempurna, dan lebih luas,” jelas Ibnu Qayyim.

Umat Nabi Musa Puasa Asyura

Puasa Asyura yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW kepada umat Islam telah lebih dulu dikerjakan oleh umat Nabi Musa AS. Imam al-Ghazali dalam kitab Mukasyafatul Qulub terjemahan Jamaluddin menyebutkan sebuah hadits terkait hal ini dari Ibnu Abbas AS.

Dikatakan, ketika Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah, beliau mendapati orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Beliau kemudian bertanya tentang puasa tersebut.

Mereka menjawab, “Hari ini adalah hari di mana Nabi Musa dan bani Israil menang kepada kaum Firaun. Jadi, kami berpuasa sebagai bentuk pengagungan kepada Nabi Musa.”

Lalu Nabi SAW bersabda, “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian.”

Nabi SAW kemudian memerintahkan puasa hari Asyura. Untuk membedakannya dengan kaum Yahudi, beliau menganjurkan mengiringi puasa Asyura dengan sehari sebelum (9 Muharram) atau sehari setelahnya (11 Muharram).

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Mau Dosa Setahun Dihapus? Jangan Lewatkan Puasa Asyura!


Jakarta

Bulan Muharram adalah awal tahun baru Hijriah. Bulan ini penuh keberkahan dan kesempatan untuk mengumpulkan pahala.

Puasa Asyura yang dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram merupakan salah satu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan di bulan ini. Puasa ini punya keutamaan luar biasa sebagai penghapus dosa.

Dalam sebuah hadits riwayat oleh Abu Qatadah RA, Rasulullah SAW bersabda:


صَوْمُ عَاشُورَاءَ كَفَّارَةُ سَنَةٍ، وَصَوْمُ عَرَفَةَ كَفَّارَةُ سَنَتَيْنِ، سَنَةٍ قَبْلَهُ وَسَنَةٍ بَعْدَهُ

Artinya: “Puasa Asyura menghapus dosa setahun dan puasa Arafah menghapus dosa dua tahun: setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya.” (HR Muslim dan At-Tirmidzi)

Dalam redaksi lain, disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: “Puasa tersebut dapat melebur dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim)

Subhanallah! Ini adalah kesempatan emas untuk membersihkan diri dari kesalahan-kesalahan yang mungkin telah kita lakukan.

Dosa Apa Saja yang Dihapus dengan Puasa Asyura?

Imam Baihaqi dalam kitab Fadha’ilul Auqat (terjemahan Muflih Kamil) menjelaskan bahwa keutamaan puasa Asyura sebagai penghapus dosa berlaku bagi mereka yang menjalankannya dan memiliki dosa-dosa yang memang perlu diampuni. Namun, bagaimana jika seseorang berpuasa tanpa membawa dosa yang perlu dikaffarahkan? Imam Baihaqi menyebut bahwa mereka tetap akan memperoleh ganjaran berupa derajat yang dilipatgandakan.

Meski demikian, ada satu hal penting yang perlu dicermati. dalam kitab al-Da’ wa al-Dawa’, Ibnu Qayyim al-Jawziyyah menegaskan bahwa meskipun puasa Asyura memiliki keutamaan menghapus dosa secara umum sesuai dengan janji Allah SWT, hal itu tetap memiliki syarat dan penghalang.

Salah satu penghalang utama terhapusnya dosa dengan puasa Asyura adalah kebiasaan melakukan dosa besar secara terus-menerus. Jika seseorang belum meninggalkan dosa besar, maka puasa tidak akan memberikan efek pengampunan sebagaimana yang dijanjikan.

Hal ini juga berlaku pada puasa Ramadan dan salat lima waktu, yang baru akan menghapus dosa-dosa kecil apabila diiringi dengan usaha meninggalkan dosa besar.

Ibnu Qayyim menyandarkan pendapatnya pada Surah An-Nisa ayat 31:

اِنْ تَجْتَنِبُوْا كَبَاۤىِٕرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُّدْخَلًا كَرِيْمًا ٣١

Artinya: “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang (mengerjakan)-nya, niscaya Kami menghapus kesalahan-kesalahanmu dan Kami memasukkanmu ke tempat yang mulia (surga).”

Ibnu Qayyim menambahkan, “Dari sini dapat diketahui bahwa dijadikannya sesuatu sebagai sebab penghapus dosa tidak menghalanginya untuk bekerja sama dengan sebab lain dalam menghapus dosa. Dua sebab penghapus dosa tentu lebih kuat dan lebih sempurna daripada hanya satu sebab. Ketika sebab penghapus dosa semakin kuat, daya hapusnya pun menjadi lebih kuat, lebih sempurna, dan lebih luas.”

Ini berarti, puasa Asyura adalah pelengkap dan penyempurna bagi upaya kita dalam menjauhi dosa-dosa, terutama dosa besar.

Puasa Asyura Warisan Umat Nabi Musa AS

Puasa Asyura yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW kepada umat Islam ternyata sudah lebih dulu dilakukan oleh umat Nabi Musa AS. Dalam Mukasyafatul Qulub karya Imam al-Ghazali (terjemahan Jamaluddin), disebutkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA terkait hal ini.

Dikisahkan bahwa ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi tengah melaksanakan puasa pada hari Asyura. Beliau kemudian bertanya tentang puasa tersebut.

Mereka menjawab, “Hari ini adalah hari di mana Nabi Musa dan Bani Israil menang melawan kaum Firaun. Jadi, kami berpuasa sebagai bentuk pengagungan kepada Nabi Musa.”

Mendengar itu, Nabi SAW bersabda, “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian.”

Nabi SAW kemudian memerintahkan umatnya untuk berpuasa hari Asyura. Sebagai pembeda dengan kaum Yahudi, Rasulullah SAW menganjurkan puasa Asyura diiringi dengan puasa Tasu’a sehari sebelumnya (9 Muharram) atau sehari sesudahnya (11 Muharram).

Dengan demikian, puasa Asyura bukan hanya amalan yang mulia dengan keutamaan penghapus dosa. Tetapi juga merupakan bagian dari sejarah panjang ibadah para Nabi.

Niat Puasa Asyura

Dikutip dari buku Meraih Surga dengan Puasa karya H Herdiansyah Achmad, berikut niat puasa Asyura:

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَأَ سُنَّةَ لِلَّهِ تَعَالَى

Latin: Nawaitu shauma yauma ‘asyûra-a sunnata-lillâhi ta’âla.

Artinya: “Saya berniat puasa Asyura sunnah karena Allah Ta’ala.”

Wallahu a’lam.

(hnh/inf)



Sumber : www.detik.com

3 Bacaan Doa Iftitah, Lengkap dengan Maknanya


Jakarta

Doa Iftitah adalah doa yang dibaca setelah takbiratul ihram sebagai pembukaan dalam salat. Meskipun tidak wajib, doa ini sangat dianjurkan karena maknanya yang mendalam.

Sebagaimana diterangkan Rasulullah SAW dalam sabdanya,

“Tidak sempurna shalat seseorang sebelum dia bertakbir, memuji Allah azza wa jalla, menyanjungnya, dan membaca ayat-ayat Al-Quran yang dihafalnya.” (HR. Abu dawud dan Hakim.)


Doa iftitah bukan hanya sekadar lafaz yang dihafal dan dibaca setiap kali setelah takbiratul ihram, tetapi juga harus dipahami kedalaman maknanya, sebagai renungan dalam setiap ibadah salat. Berikut adalah bacaan doa iftitah dan artinya.

Bacaan Doa Iftitah

Dikutip dari kitab Khasiat Zikir dan Doa karya Imam Nawawi terjemahan Bahrun Abu Bakar, berikut beberapa bacaan doa iftitah dan artinya.

Doa Iftitah Versi 1

اللهُ أَكْبَرَ كَبِيراً وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِماً وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَالِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Arab Latin: Allaahu akbar kabiiraw wal hamdu lillaahi katsiiraa, wa subhaanal- laahi bukrataw wa ashiilaa, wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardla haniifam muslimaw wamaa ana minal musyrikiin, inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaati lillaahi rabbbil ‘aalamiin, laa syariikalahu wa bidzalika umirtu wa ana minal muslimiin.

Artinya: “Allah Mahabesar dengan sebesar-besarnya, dan segala puji bagi Allah dengan sebanyak-banyaknya. Mahasuci Allah pagi dan petang. Aku menghadapkan diriku kepada Tuhan Yang telah menciptakan langit dan bumi dengan meluruskan ke- taatan kepada-Nya dan berserah diri, dan aku bukan termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya salatku, semua ibadahku, hidup dan matiku hanyalah bagi Allah, Rabb semesta alam; tiada sekutu bagi-Nya. Dan dengan demikianlah aku diperintahkan, dan aku adalah termasuk orang-orang yang muslim. Ya Allah, Engkau adalah Raja, tiada Tuhan selain Engkau. Engkau adalah Rabbku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku telah berbuat aniaya terhadap diriku sendiri dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah segala dosaku; tiada seorang pun yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Berilah aku petunjuk kepada akhlak yang paling baik, tiada seorang pun yang dapat memberikan petunjuk kepada akhlak yang paling baik kecuali Engkau, dan palingkanlah diriku dari akhlak yang buruk, tiada seorang pún yang dapat memalingkan dari akhlak yang buruk kecuali Engkau. Aku penuhi seruan-Mu dan aku merasa bahagia dengan menjalankan seruan-Mu. Semua kebaikan berada di tangan kekuasaan-Mu, dan kejahatan itu bukan bersumber dari-Mu, aku memohon pertolongan kepada-Mu dan berserah diri kepada-Mu, Mahaagung lagi Mahatinggi Engkau, aku memohon ampun kepada-Mu dan bertobat kepada-Mu.”

Doa Iftitah Versi 2

Seorang muslim juga bisa membaca doa iftitah berikut.

اللهم باعد بينِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَا عَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ تقْنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنقى الثوبُ الْأَرْضُ مِنَ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

Arab Latin: Allahumma baa’id bainii wa baina khathaayaaya kamaa baa’adta bainal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii minal khathaayaa kamaa yunaqqatsawbul abyadlu minaddanasi. Allahummaghsil khathaayaaya bil maai watstsalji walbaradi.

Artinya: Ya Allah, jauhkanlah antara diriku dan dosa-dosaku, seba- gaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah diriku dari dosa-dosaku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotorannya. Ya Allah, cucilah diriku dari dosa-dosaku dengan salju, air, dan embun.”

Doa Iftitah Versi 3

Selain doa iftitah dan artinya tersebut, ada pula doa iftitah lain yang dapat dibaca berdasarkan hadits riwayat Imam Baihaqi, dari Umar RA, yang mengatakan bahwa,

انَّهُ كَبَّرَ ثُمَّ قَالَ : سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، تَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ ، وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ.

“Beliau SAW melakukan takbiratul ihram, lalu mengucapkan doa berikut, ‘Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji kepada-Mu, Maha Agung asma-Mu dan Maha Tinggi keagungan-Mu, tidak ada Tuhan selain Engkau’.”

Disunnahkan untuk menggabungkan semua bacaan doa iftitah bagi orang yang salat sendirian, juga bagi imam, apabila para makmum menyetujuinya. Jika para makmum tidak menyetujui membaca gabungan semua doa iftitah, imam tidak boleh memperpanjang salat bersama mereka, melainkan cukup dengan sebagian dari doa iftitah tersebut.

Tetapi sudah cukup baik jika ia meringkas bacaannya hanya pada, “Aku menghadapkan diriku hingga termasuk orang-orang muslim.” Demikian pula bagi orang yang salat sendirian, jika ia memilih memperpendek bacaan iftitahnya.

Makna Doa Iftitah

Doa Iftitah, menurut buku Berdzikirlah! Pasti Hatimu akan Tenang karya Nurul Qamariyah, mengandung beberapa makna yang bisa direnungkan oleh umat Islam. Salah satunya adalah pujian kepada Allah SWT.

Doa yang dibaca setelah takbiratul ihram ini dimulai dengan pujian yang mengagungkan-Nya, yakni “Allaahu akbar kabiiraw wal hamdu lillaahi katsiraw wa subhaanallaahi bukrataw wa ashilaa” (Allah Mahabesar dengan sebesar-besarnya, dan segala puji bagi Allah dengan sebanyak-banyaknya.)

Dengan memuji Allah SWT melalui kalimat ini, seorang muslim senantiasa mengagungkan-Nya.

Selain itu, doa ini juga menunjukkan penyerahan sepenuhnya kepada Allah SWT. Ini adalah janji seorang muslim dengan tulus untuk mengikuti petunjuk-Nya. Kalimat “Wamaa ana minal musrykiin” (dan aku tidak termasuk orang-orang yang mempersekutukan-Nya) menunjukkan ketundukan dan kepatuhan yang mendalam kepada Allah SWT.

Dengan mengucapkan kalimat ini, muslim menegaskan bahwa dia telah sepenuhnya menyerahkan diri kepada-Nya, sehingga tidak ada kekhawatiran dalam menjalani kehidupan.

Selanjutnya, seorang muslim menegaskan kembali penyerahan dirinya dengan kalimat, “Innasshalaatii, wa nusukii, wa mahyaaya, wa mamaati, lillaahi rabbil ‘aalamiin” (Sesungguhnya, shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya bagi Allah semata, Tuhan Penguasa Semesta Alam). Kalimat ini menggambarkan penyerahan total yang jarang direnungkan dalam salat.

Terakhir, setelah menyerahkan diri sepenuhnya, muslim berjanji untuk tidak menyekutukan Allah SWT dengan ucapan: “Laa syariikalahu” (Tiada sekutu bagi-Nya). Kalimat ini adalah seorang muslim untuk hanya mengabdi dan berserah diri kepada Allah SWT.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

6 Doa Sakit Gigi agar Cepat Sembuh: Arab, Latin, dan Artinya


Jakarta

Ketika sakit, seorang muslim harus berusaha mencari obat agar bisa sembuh. Namun tak lupa, seorang muslim juga wajib berdoa dan menyerahkan kesembuhan kepada Allah SWT.

Jika sembuh, seorang muslim juga harus yakin bahwa kesembuhan itu datangnya dari Allah. Sementara obat, dokter, atau usaha lain dalam mencari kesembuhan hanyalah sebagai perantara.

Di bawah ini ada 6 pilihan doa sakit gigi agar cepat sembuh. Ada doa yang berasal dari hadits dan ada juga ayat Al-Qur’an.


Bacaan Doa Sakit Gigi

Berikut ini bacaan doa sakit gigi agar cepat sembuh, lengkap dengan tulisan Arab, latin, dan artinya.

Doa Sakit Gigi Versi 1

Dikutip dari buku Panduan Ibadah Doa dan Zikir Harian Terlengkap (Berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah) oleh H Ahmad Zacky, SAg, MA, diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, dari Abdullah bin Rawahah, bahwa dia mengadu kepada Rasulullah mengenai giginya yang sakit.

Kemudian Rasulullah meletakkan tangannya ke pipi Abdullah dan berdoa sebanyak 7 kali. Allah lantas menyembuhkan sakit giginya sebelum beliau berganjak pergi dari Rasulullah saw.

Doanya adalah sebagai berikut:

اللَّهُمَّ أَذْهِبْ عَنْهُ سُوْءَ مَا يَجدُ وفَحْشَهُ بِدَعْوَةِ نَبِيِّكَ الْمَكِيْنِ الْمُبَارَكَ عِنْدَكَ

Arab latin: Allaahumma adzhib ‘anhu suu-a maa yajidu wa fahsyahu bida’wati nabiyyikal makiinil mubaaraka ‘indaka

Artinya: “Ya Allah, dengan doa nabi-Mu yang punya kedudukan yang diberkahi di sisi-Mu, hilangkanlah keburukan dan kekejian rasa sakitnya. Allah menyembuhkannya sebelum bengkaknya membesar.” (HR Baihaqi).

Doa Sakit Gigi Versi 2

Dalam buku Doa-doa Terbaik Sepanjang Masa oleh Ust Ahmad Zacky El-Syafa, diriwayatkan oleh Humaidi, bahwa suatu ketika Fatimah binti Muhammad SAW. mengeluh sakit gigi, lalu Rasulullah memasukan dan menempelkan tangan kanannya pada gigi yang sakit dan membaca doa. Kemudian sakit gigi Fatimah sembuh.

Doanya adalah sebagai berikut. Nama Fatimah dalam doa ini dapat diganti dengan nama orang yang sedang sakit gigi.

بِسْمِ اللهِ وَبِاللهِ أَسأَلُكَ بِعِزَّتِكَ وَجَلَالِكَ وَقُدْرَتِكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِنَّ مَرْيَمَ لَم تَلِدْ غَيْرَ عِيْسَى مِنْ رُوْحِكَ وَكَلِمَتِكَ أَنْ تَكْشِفَ مَا تَلْقَى فَاطِمَةَ بِنْتَ خَدِيْجَةَ مِنَ الضُّرِّ كُلِّهِ

Arab latin: Bismillaahi wabillaahi as-aluka bi’izzatika wajalaalika waqudratika ‘alaa kulli syai-in fainna maryama lam talid ghaira ‘iisaa min ruuhika wakalimatika an taksyifa maa talqaa faathimata binta khadiiijata minadhdhurri kullihi

Artinya: “Dengan nama Allah, aku memohon kepada Allah. Dengan kegagahan, kemuliaan dan kekuasaan-Mu atas segala sesuatu, sesungguhnya, Maryam hanya melahirkan Isa dari Ruh dan Kalimat-Mu. Hilangkan seluruh bahaya penyakit yang dirasakan Fatimah binti Khadijah.” (HR Humaidi).

Doa Sakit Gigi Versi 3

Dilansir dari buku Pasti Mustajab oleh Muhammad Lutfi Zamani, doa lain yang bisa dibaca saat sakit gigi adalah sebagai berikut:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ سُبْحَانَ مَنِ احْتَجَبَ بِجَبَرُوْتِهِ عَنْ خَلْقِهِ فَلَا عَيْنَ تَرَاهُ لَا ضِدُّ وَلَا نِد سِوَاهُ.

Arab latin: Bismillaahir rahmaniir rahiim. Subhaana man ihtajaba bijabaruutihi ‘an khalqihii falaa ‘aina taraahu laa dhiddun walaa niddun siwaahu.

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Maha suci Dzat yang menghalangi dengan kekuasaan-Nya dari makhluk- Nya. Maka, tidak ada ‘ain (pandangan jelek), kerugian, dan aib dari sisi-Nya.”

Bacalah doa tersebut sebanyak tiga kali pada sepotong bawang putih, lalu bakarlah bawang itu, kemudian gigit atau kunyahlah bawang yang dibakar itu. Langkah ini dapat dilakukan berulang-ulang sampai sakit gigi sembuh.

Doa Sakit Gigi Versi 4

Berdasarkan buku Dzikir, Wirid, Doa dan Shalawat oleh Sayyid M Dzikri, berikut ini doa sakit gigi lain yang dapat diamalkan:

بِسْمِ اللهِ وَالشَّافِي اللَّهُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ

Arab latin: Bismillaahi wasy syaafillaahu wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil azhiim.

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah. Adapun Dzat Yang Menyembuhkan hanya Allah. Tidak ada daya dan kekuatan, kecuali dengan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.”

Doa Sakit Gigi Versi 5

Ada juga ayat Al-Qur’an yang dapat digunakan sebagai doa sakit gigi. Dikutip dari buku Penyembuhan dengan Doa & Zikir Rasulullah SAW yang disusun Muhammad Abdul Ghoffar, doanya adalah bacaan surat Al An’am ayat 98. Bacalah doa sambil meletakkan jari pada gigi yang sakit.

وَهُوَ ٱلَّذِىٓ أَنشَأَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ فَمُسْتَقَرٌّ وَمُسْتَوْدَعٌ ۗ قَدْ فَصَّلْنَا ٱلْءَايَٰتِ لِقَوْمٍ يَفْقَهُونَ

Arab latin: Wa huwallażī ansya`akum min nafsiw wāḥidatin fa mustaqarruw wa mustauda’, qad faṣṣalnal-āyāti liqaumiy yafqahụn

Artinya: “Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui.”

Doa Sakit Gigi Versi 6

Yang terakhir, doa sakit gigi agar cepat sembuh juga bisa menggunakan Al-Fatihah. Hal ini dikutip dari Buku Pegangan Doa dan Zikir Keselamatan Ratibul Haddad oleh Ustaz Ahmad Zacky el-Syafa.

Muslim bisa membaca surat Al Fatihah sebanyak 41 kali di antara shalat qobliyah Subuh dan fardhu Subuh. Khususkan bacaan tersebut untuk penyembuhan gigi yang sakit.

Berikut bacaan surat Al Fatihah:

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ١ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ٢ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ ٣ مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ ٤ اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ ٥ اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ ٦ صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ ٧

Arab latin: (1) bismillâhir-raḫmânir-raḫîm. (2) al-ḫamdu lillâhi rabbil-‘âlamîn. (3) ar-raḫmânir-raḫîm. (4) mâliki yaumid-dîn. (5) iyyâka na’budu wa iyyâka nasta’în. (6) ihdinash-shirâthal-mustaqîm. (7) shirâthalladzîna an’amta ‘alaihim ghairil-maghdlûbi ‘alaihim wa ladl-dlâllîn.

Artinya: “(1) Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (2) Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, (3) Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, (4) Pemilik hari Pembalasan. (5) Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. (6) Bimbinglah kami ke jalan yang lurus. (7) (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.” (QS Al Fatihah: 1-7)

Demikian 6 bacaan doa sakit gigi agar cepat sembuh. Selain berdoa dan bertawakal, muslim juga harus bersabar dengan sakit yang dirasakan. Tentunya sambil terus melakukan pengobatan di dokter sehingga bisa menjadi pahala dan digugurkan dosanya. Wallahu a’lam.

(bai/row)



Sumber : www.detik.com