Tag Archives: imam ghazali

Arti dan Pentingnya di Kehidupan



Jakarta

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan pada berbagai pilihan, tantangan, dan usaha untuk mencapai tujuan. Dalam Islam, konsep ikhtiar menjadi bagian penting dalam menjalani kehidupan sebagai bentuk tanggung jawab dan kepatuhan kepada Allah SWT.

Pengertian Ikhtiar

Dikutip dari buku Diabaikan Allah Dibenci Rasulullah karya Rizem Aizid, setiap manusia diwajibkan berikhtiar agar mendapat pertolongan Allah SWT. Secara sederhana, ikhtiar adalah kata lain dari usaha atau upaya.

Secara bahasa, kata ikhtiar berarti mencari hasil yang lebih baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ikhtiar diartikan sebagai alat atau syarat untuk mencapai maksud, pilihan, usaha dan daya upaya. Jadi ikhtiar adalah usaha yang dilakukan dengan mengeluarkan segala daya upaya dan kemampuan untuk mencapai hasil terbaik.


Secara istilah, ikhtiar adalah usaha sungguh-sungguh yang dilakukan manusia dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan keyakinan, sambil tetap menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah (tawakal). Ikhtiar merupakan salah satu bentuk perwujudan iman dan pengakuan terhadap sunnatullah (hukum sebab-akibat) yang berlaku di alam semesta.

Ikhtiar merupakan perbuatan mulia yang sangat dianjurkan oleh Allah SWT. Dalil tentang ikhtiar termaktub dalam Al-Qur’an surat Ar Rad ayat 11, Allah SWT berfirman,

لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ

Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda,

“Berusahalah (berikhtiarlah) untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu, minta tolonglah kepada Allah, dan jangan lemah.” (HR Muslim)

Hadits ini menunjukkan perintah langsung dari Rasulullah SAW untuk selalu berusaha, kemudian bergantung kepada Allah, bukan hanya berpasrah tanpa tindakan.

Islam tidak mengajarkan umatnya untuk pasrah tanpa usaha. Sebaliknya, Islam mendorong untuk berikhtiar secara maksimal dalam berbagai aspek kehidupan, mencari rezeki, menjaga kesehatan, menuntut ilmu, dan sebagainya.

Hubungan Ikhtiar dan Tawakal

Mengutip buku Super Spiritual Quotient (SSQ): Sosiologi Berpikir Qur`ani dan Revolusi Mental karya Dr. Syahrul Akmal Latif, S.Ag, M.Si., ikhtiar dan tawakal adalah dua hal yang saling melengkapi dalam ajaran Islam. Ikhtiar adalah usaha lahiriah, sedangkan tawakal adalah penyerahan batiniah kepada Allah SWT atas hasil dari usaha tersebut.

Imam Ghazali menjelaskan bahwa tawakal tanpa ikhtiar adalah kemalasan, dan ikhtiar tanpa tawakal adalah kesombongan.

Ikhtiar adalah usaha sungguh-sungguh yang dilakukan manusia dalam memilih dan menjalani tindakan terbaik, disertai dengan tawakal kepada Allah SWT. Dalam Islam, ikhtiar bukan hanya anjuran, melainkan juga kewajiban.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Niat Sholat Fajar: Arab, Latin dan Terjemahannya


Jakarta

Sholat sunnah fajar, atau sering juga disebut sholat qobliyah Subuh, merupakan amalan yang sangat dianjurkan dan senantiasa dikerjakan oleh Rasulullah SAW. Keutamaan sholat ini begitu besar, bahkan melebihi nilai dunia dan seisinya.

Seperti yang diriwayatkan dalam hadits dari Aisyah RA yang berkata, “Nabi SAW tidaklah menjaga sholat sunnah yang lebih daripada menjaga sholat sunnah dua rakaat sebelum Subuh.” (HR Muslim)

Hadits lain bahkan menyebutkan, “Dua rakaat fajar (sholat sunnah qobliyah Subuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR Muslim)


Untuk mendapatkan keutamaan tersebut, mari simak bacaan niat sholat sunnah fajar yang tepat.

Niat Sholat Sunnah Fajar

Berikut adalah niat sholat sunnah fajar dua rakaat yang bisa dibaca di dalam hati:

أصَلِّي سُنَّةٌ قَبْلِيَّةَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

Latin: Ushallii sunnatan qabliyatash shubhi rak’ataini lillaahi ta’aalaa.

Artinya: “Aku niat sholat sunnah sebelum Subuh dua rakaat karena Allah Ta’ala.”

Surah yang Dianjurkan untuk Dibaca

Dalam pelaksanaannya, sholat sunnah fajar dikerjakan seperti sholat pada umumnya. Namun, ada surah-surah tertentu yang dianjurkan untuk dibaca agar keutamaannya semakin sempurna.

Menurut buku Tuntunan Mudah Menghafal Bacaan Shalat Plus Juz Amma karya Adi Tri Eka, pada rakaat pertama dianjurkan membaca surah Al-Fatihah dan Al-Kafirun, sementara pada rakaat kedua membaca Al-Fatihah dan Al-Ikhlas.

Selain itu, sebagian ulama juga menganjurkan bacaan yang berbeda. Berdasarkan Kitab I’aanah ath Tholibiin, Imam al-Ghazali menyampaikan membaca surah Al-Insyirah pada rakaat pertama dan surah Al-Fil pada rakaat kedua memiliki keutamaan luar biasa.

“Orang yang membaca surah Al-Insyirah dan Al-Fil pada sholat sunnah qobliyah Subuh, maka terjagalah dia dari kejahatan orang yang jahat,” ujar Imam Ghazali dalam kitab tersebut, seperti yang dikutip oleh Syekh Ali.

“Orang yang membaca surah Al Insyirah dan Al Fil pada sholat sunnah qobliyah Subuh, maka terjagalah dia dari kejahatan orang yang jahat. Allah SWT tidak memberi jalan kepada orang jahat untuk menyakiti seseorang tadi dan ini adalah benar lagi sudah teruji tanpa syarat keraguan,” disampaikan oleh Imam Ghazali di dalam kitab tersebut karya Syekh Ali.

Wallahu a’lam.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Galau



Jakarta

Penulis mulai dari firman-Nya dalam surah al-Qashash ayat 83 yang terjemahannya, “Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Kesudahan (yang baik, yakni surga) itu (disediakan) bagi orang-orang yang bertakwa.”

Makna ayat ini menerangkan bahwa kebahagiaan dan segala kenikmatan di akhirat disediakan untuk orang-orang yang tidak takabur, tidak menyombongkan diri, dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi seperti menganiaya dan sebagainya. Mereka itu bersifat rendah hati, tahu menempatkan diri kepada orang yang lebih tua dan lebih banyak ilmunya. Kepada yang lebih muda dan kurang ilmunya, mereka mengasihi, tidak takabur, dan menyombongkan diri.

Orang yang takabur dan menyombongkan diri tidak disukai Allah SWT. akan mendapat siksa yang amat pedih, dan tidak masuk surga di akhirat nanti, sebagaimana firman-Nya : Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Allah akan menyempurnakan pahala bagi mereka dan menambah sebagian dari karunia-Nya. Sedangkan orang-orang yang enggan (menyembah Allah) dan menyombongkan diri, maka Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih. Dan mereka tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah. (an-Nisa’ ayat 173) Sabda Rasulullah SAW, “Tidak akan masuk surga orang yang ada di dalam hatinya sifat takabur, sekalipun sebesar zarah”. (Riwayat Muslim dan Abu Dawud dari Ibnu Mas’ud) Ayat 83 ini ditutup dengan penjelasan bahwa kesudahan yang baik berupa surga diperoleh orang-orang yang takwa kepada Allah SWT. dengan mengamalkan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, tidak takabur dan tidak menyombongkan diri seperti Fir’aun dan Karun.


Ketahuilah, sesungguhnya orang yang mencintai pangkat dan kedudukan adalah orang yang hatinya telah dikuasai hasrat terhadap jabatan, sebagaimana hati orang yang mencintai harta telah dikuasai hasrat untuk memiliki segala. Jika para pemilik kedudukan dan harta menjadikan kedudukan dan harta sebagai wasilah untuk suatu tujuan yang kekal ( akhirat ), maka pemilik hati akan menjadikan hatinya sebagai wasilah untuk menuju tujuan itu. Itulah kemuliaan hidup seseorang. Sebaliknya jika para pemilik kedudukan dan harta kekayaan itu sudah menjadi tujuan hidupnya, maka sengsaralah ia saat kehilangan kedudukan dan hartanya.

Pada masa akhir periode jabatan, seseorang akan terlihat pada dua keadaan :
1. Ikhlas, ia sadar bahwa jabatan itu merupakan amanah dan anugerah dari Allah SWT. sebagaimana dalam firman-Nya surah ali-Imran ayat 26. Adapun inti ayat tersebut adalah : Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak seorang pun mampu mengangkat derajat orang lain dan memuliakannya kecuali atas izin-Nya, dan tidak seorang pun mampu menjatuhkan kekuasaan orang lain dan menghinakannya kecuali atas izin-Nya. Jika seseorang berkedudukan tinggi dan menyadari sepenuhnya atas ayat ini, maka ia berbahagia dan senang saat mengakhiri jabatannya.

2. Galau. Ini merupakan ciri-ciri orang yang berkedudukan mengalami post power syndrome. Ia berharap berumur panjang dan berangan-angan seterusnya merasakan nikmatnya dunia. Kedudukan yang yang berkelanjutan dan pelayanan prima yang ia peroleh merupakan kenikmatan yang diharapkan. Ketenaran dan ketersanjungan yang merupakan buah dari kedudukan yang ia selalu dambakan dan nikmati. Ingatlah bahwa semua itu adalah fana ( tidak kekal ) dan sesungguhnya Allah SWT. pemilik karunia sudah mengingatkan bahwa kepemimpinan/kedudukan itu selalu dipergilirkan. Jika engkau galau menghadapi kondisi ini, itu merupakan lemahnya iman dan keyakinanmu.

Wahai para pejabat yang akan mengakhiri jabatannya, segeralah mendekatkan diri kepada Tuhanmu. Ingatlah kebahagian seseorang itu bisa diperoleh dengan mengetahui Yang Mahakuasa dan menaati-Nya, mengerjakan perintah-Nya secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan serta meninggalkan larangan-Nya berupa kekafiran, kefasikan dan kemaksiatan. Maka mulailah dengan memperbaiki hati, karena hati merupakan sumber semua kebaikan dan sumber segala dosa serta permusuhan.

Baik tidaknya hati terbagi dua sebagai berikut : Pertama, terbatas pada diri sendiri, seperti pengetahuan dan keyakinan. Kedua, meluas pada orang lain, seperti keinginan untuk berderma dan berbuat baik. Untuk itulah, jagalah hati agar tetap baik ( bersih ) dan lawanlah bisikan-bisikan setan agar nafsumu ikut menolak bisikan itu. Ketahuilah ada dua jalan untuk menghilangkan cinta pada jabatan yaitu jalan ilmu dan jalan amal ( Imam Ghazali ).

Jalan ilmu. Ingatlah bahwa ilmu adalah penguasaan hati. Jika seseorang telah menguasai hatinya maka ia akan mati dalam keadaan selamat. Adapun jalan amal atau tindakan, dengan mengasingkan diri dan merendahkan diri. Dalam bermasyarakat kita hendaknya tetap bergaul namun hatimu telah mengasingkan diri agar tidak tergoda dengan pesona jabatan. Merendahkan diri merupakan upaya untuk tidak merasa diri lebih tinggi dari orang lain. Ingatlah ketinggian derajat duniawi tidaklah menjadi ukuran Allah SWT. kecuali hanya ketaatan dan ketakwaannya.

Ya Allah, bimbinglah kami agar selalu mengingat-Mu dan tuntunlah agar kami beribadah dengan-Mu yang benar. Jauhkanlah kami dari tujuan akhir pada dunia dan kokohkan iman kami untuk selalu mengingat akhirat.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Nasihat Orang Bijak



Jakarta

Orang bijak ditanya, “Apa yang paling dekat?”

Jawabnya, “Ajal.”
Ditanya lagi, “Apa yang paling jauh?”
Dijawab, “Angan-angan.”
Kematian pasti datang, keyakinan akan datangnya ajal menjadikan seseorang berhati-hati dalam menjalani kehidupan, ia selalu taat atas perintah Tuhan dan selalu berupaya menjauhi yang dilarang.

Aisyah ra. bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, apakah kelak pada hari kiamat kami akan dikumpulkan dengan para syuhada?” Rasulullah SAW menjawab, “Ya, yaitu orang-orang yang mengingat kematian dalam sehari-semalam sebanyak dua puluh kali.” ( HR. as-Syaukani ).


Menurut Imam Ghazali manfaat mengingat kematian :
* Akan menjauhkan diri dari kenikmatan dunia yang serba menipu
* Akan mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian
* Mengosongkan hati dari hal-hal keduniawian dan mengkonsentrasikan hati dan pikiran hanya untuk kematian
* Mengingat kematian akan membantu seorang muslim untuk meningkatkan kualitas ibadah dan menjauhi larangan Allah SWT

Orang yang selalu mengingat kematian, In-Syaa’Allah akan terhindar dari perbuatan maksiat seperti korupsi memperkaya diri dengan hidup bermewah-mewahan. Dia sadar semua itu adalah tipuan setan karena kenikmatan dunia sifatnya fana.

Adapun angan-angan adalah suatu perbuatan yang sia-sia. Panjang angan, disebut juga thulul amal, adalah banyak mengangankan perkara dunia dan cinta dunia. Disebutkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW. bersabda, ” Hati orang yang sudah tua akan senantiasa seperti anak muda dalam menyikapi dua hal: cinta dunia dan panjang angan-angan.” (HR. Bukhari).

Panjang angan-angan ini betul-betul berdampak buruk karena akan merusak hati, dan Sang Baginda Muhammad SAW. mengingatkan bahwa hati orang yang sudah tua akan seperti anak saat cinta dunia dan panjang angan-angan. Betapa beratnya ujian bagi orang yang sudah tua, semestinya mengumpulkan bekal perjalanan kekalnya masih bersikap ( hatinya ) seperti anak muda karena cintanya pada dunia.

Oleh sebab itu, selalu mengingat mati agar nantinya engkau pada hari kiamat dapat bersama-sama ( kumpul ) dengan para syuhada. Juga janganlah membuang-buang waktu dengan panjang angan karena ini perbuatan sia-sia.

Pada zaman dahulu, ada orang bijak yang biasa berkeliling kota setiap tahun. Ia mengajarkan enam kalimat berikut ini :
1. Barangsiapa tidak memiliki ilmu, ia akan terhina di dunia dan di akhirat.
2. Barangsiapa tidak memiliki sifat sabar, maka ia tak akan selamat dalam beragama.
3. Orang bodoh amalnya sia-sia.
4. Orang yang tidak bertakwa, tiada kemuliaan di mata Allah SWT.
5. Barangsiapa tiada memiliki kedermawanan, maka ia tidak akan mempunyai bagian apa-apa dari hartanya.
6. Barangsiapa tidak takwa, tiada daya di hadapan-Nya.

Perbuatan yang bermanfaat bisa diketahui dari hasil yang diraih dan berguna untuk sesama, maka muncullah kesucian jiwa dan pelaksanaannya bersih dari cela. Tahukah bahwa perbuatan yang bermanfaat dalam memperoleh kenikmatan agung dan abadi hendaknya berdasarkan ilmu. Karena ilmu itu yang pertama dan perbuatan itu yang kedua. Semua perbuatan yang berlandaskan ilmu akan sangat berguna dan berbeda dengan perbuatan dengan sedikit atau tanpa ilmu. Ibadah akan sah setelah mengetahui Dzat yang disembah. Beribadah dengan tidak tahu siapa yang disembah tentu pelaksanaannya tidak akan khusyu.’ Oleh karena itu, orang bodoh maka amalnya akan sia-sia.

Orang yang sabar akan terhindar dari kesalahan yang bersumber dari sikap emosional. Orang sabar akan memperoleh manfaat seperti, gugurnya dosa-dosa yang ada dalam dirinya, keutamaan sabar adalah diberikan kemenangan oleh Allah SWT. Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan bahwa, sabar dapat mendatangkan kemenangan yang diimpikan umat Muslim.

Adapun hikmah utama dari sikap sabar adalah lebih mudah untuk melihat sisi baik dari sebuah kejadian. Mereka akan lebih bersyukur dengan apa yang terjadi. Jadi bersyukur tidak hanya saat berhasil tapi juga ketika mengalami kegagalan. Saat kegagalan, itu sebetulnya pilihan-Nya maka yakinlah bahwa pilihan-Nya lebih baik dari pilihanmu ( hamba ).

Sedangkan seorang yang mempunyai sifat kedermawanan, maka Allah SWT. akan selamatkan dari berbagai bencana dan musibah. Rasulullah SAW “Orang yang dermawan itu dekat dengan-Nya. Dekat dengan syurga, dekat dengan manusia dan jauh dari api neraka dan orang yang bakhil jauh dengan-Nya, jauh dengan syurga, jauh dengan manusia dan dekat dengan api neraka”.

Terakhir nasihat di atas adalah ketakwaan, ini pamungkas karena orang yang takwa adalah orang yang menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Syekh Abdul al-Jailani dalam bukunya FUTUHAL GHAIB mengatakan tiga hal yang wajib diperhatikan seorang mukmin dalam keadaan apa pun, yaitu melaksanakan perintah dan menghindari larangan-Nya, dan ridha atas segala ketetapan-Nya.

Semoga kita semua terhindar dari perbuatan maksiat dan selalu taat menjalankan perintah-Nya.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Hadits 3 Golongan Manusia saat Berada di Padang Mahsyar, Seperti Apa?


Jakarta

Padang Mahsyar adalah tempat berkumpulnya seluruh manusia yang pernah hidup di muka bumi. Mereka akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang dilakukannya semasa hidup.

Allah SWT berfirman dalam surah Ibrahim ayat 48,

يَوْمَ تُبَدَّلُ الْاَرْضُ غَيْرَ الْاَرْضِ وَالسَّمٰوٰتُ وَبَرَزُوْا لِلّٰهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ ٤٨


Artinya: “(yaitu) hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit. Mereka (manusia) berkumpul (di Padang Mahsyar) menghadap Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.”

Menukil dari buku Sang Pengatur Kehidupan yang ditulis Risa Anggraini, Nabi Muhammad SAW kelak menjadi orang yang paling sibuk di Padang Mahsyar. Sebab, dalam hadits dari Abu Hurairah RA dan Abu Hudzaifah RA diceritakan banyak manusia mendatangi nabi mereka untuk meminta syafaat masuk surga, namun mereka melimpahkannya kepada nabi-nabi lain hingga berujung di Rasulullah SAW.

Hadits 3 Golongan Manusia di Padang Mahsyar

Selain itu, manusia yang berkumpul di Padang Mahsyar juga akan terbagi menjadi tiga golongan, yaitu yang berjalan dengan kendaraan, berjalan dengan kaki dan berjalan menggunakan wajah. Ini sesuai yang disebutkan dalam kitab Mukasyafatul Qulub oleh Imam Al-Ghazali yang diterjemahkan Jamaluddin.

Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Pada hari kiamat, manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar menjadi tiga golongan, yaitu kelompok yang berjalan berkendaraan, kelompok yang berjalan kaki, dan kelompok yang menggunakan wajahnya.”

Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mereka berjalan menggunakan wajah mereka?”

Rasulullah SAW menjawab, “Dia yang menciptakan mereka berjalan menggunakan kaki, juga bisa menciptakan mereka berjalan menggunakan wajah.”

Imam Ghazali menafsirkan hadits di atas tentang tabiat manusia terhadap pengingkaran akan sesuatu yang belum diketahuinya secara baik. Menurutnya, apabila manusia tidak pernah melihat ular berjalan dengan perut, tentu ia akan menyangkal kemungkinan berjalan menggunakan selain kaki.

Berjalan menggunakan kaki, lanjut Imam Ghazali, dianggap mustahil bagi orang yang tidak perna menyaksikannya. Demikian analogi Imam Ghazali tentang pengetahuan akan hari Kiamat.

Maka hendaknya manusia tidak mengingkari sesuatu yang berkaitan dengan keajaiban hari kiamat. Sebab, apa yang terjadi pada hari itu berbeda dengan analogi peristiwa di dunia.

Turut dijelaskan oleh Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah terjemahan Nurdiana Hamdani terkait hadits golongan manusia saat berada di Padang Mahsyar. Dari Abu Dzar RA, Nabi SAW bersabda:

“Sesungguhnya, manusia akan dikumpulkan pada hari kebangkitan dalam tiga kelompok: satu kelompok akan diberi makan, akan diberi pakaian, dan akan diberi tunggangan; kelompok yang lain akan berjalan dan berjuang (untuk hidup); dan para malaikat akan menyeret kelompok yang lainnya lagi dengan wajah mereka.”

Abu Dzar RA melanjutkan dengan bertanya, “Kami tahu yang dua, tetapi apa yang terjadi pada mereka yang berjalan dan berjuang (untuk hidup)?”

Nabi SAW bersabda, “Allah akan mengirimkan kematian kepada gunung-gunung, sampai tidak ada lagi gunung yang tersisa. Seseorang akan menukar kebunnya yang indah dengan seekor unta yang tidak lagi mengeluarkan susu, yang di atasnya terdapat al-qatab (apa yang ditempatkan pada punuk seekor unta dan di atas pengendaranya).” (HR At Thabrani)

Wallahu a’lam

tag
hikmah
padang mahsyar
hari kiamat
kiamat
doa dan hadits

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com