Tag Archives: ishaq zubaedi raqib

Ketua LTN-PBNU Minta Muslimat Jadi Ujung Tombak



Jakarta

Ketua Lembaga Ta’lif Wan Nasyr (LTN) atau Infokom dan publikasi PBNU, Ishaq Zubaedi Raqib mengatakan sebagai badan otonom dengan anggota terbesar di lingkungan NU, Muslimat memiliki ruang khidmah yang sangat luas dan mengakar hinga ke lapisan terbawah masyarakat. Pria yang akrab disapa Edi itupun memberikan target kepada pengurus Muslimat Pasirangin, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat yang hari ini dilantik.

“Muslimat Pasirangin yang baru dilantik, harus bersyukur karena ibu-ibu tergerak hatinya untuk berkhidmah dalam kepengurusan NU. Suara hati itu, saya yakin adalah berkah doa para kiai dan barokah para muassis jam’iyyah kita” kata Edi saat memberi sambutan usai pelantikan Pengurus Muslimat Desa Pasiringin, Kecamatan Cileungsi di teras Masjid Annur, Sabtu (4/3)

Pengurus Muslimat Pasirangin yang hari ini dilantik adalah Sumiati Askar sebagai ketua, Elok Ngawikani dan Sri Kusrini masing-masing sebagai wakil ketua 1 dan ketua 2 serta sejumlah pengurus pada sejumlah bidang pengabdian. Edi mengingatkan bahwa menjadi pengurus badan otonom, lembaga dan badan khusus di NU bukan untuk mencari ketenaran pribadi apalagi untuk kepentingan-kepentingan pribadi di luar jamaah dan jam’iyah.


“Menjadi pengurus, justeru terbuka kesempatan untuk membatasi kesenangan pribadi dan jangka pendek kepada kepentingan jama’ah dan jam’iyah serta ibadah jangka panjangan. Bukankah kita semua berharap dan berdoa agar dapat kesempatan diakui sebagai santri dan murid para kiai, ulama dan muassis BU ? Ini kesempatan yang langka dan mahal,” kata wartawan senior itu.

Pelantikan Muslimat NU PasiranginPelantikan Muslimat NU Pasirangin Foto: Dokumentasi LTN-PBNU

Mengutip Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf, Edi mengingatkan bahwa warga NU saat ini, saat masuk di abad kedua, tinggal mengikhtiarkan barokah dari maqom-maqom amal yang sudah dibangun para kiai dan ulama. Maqom-maqom itu ibarat lumbung raksasa berisi kekuatan barokah, lanjut Edi, sehingga nahdliyin dan nahdliyat di abad kedua NU, tinggal menikmati dan menjaga sebaik-baiknya.

“Para guru kita, kiai dan ulama serta habaib, dan terutama para muassis NU, telah menanam nilai-nilai baik di atas tanah subur, di bentangan Ibu Pertiwi. Tanaman itu berupa ajaran ahluss sunnah wal jama’ah an bahdiyah khas Indonesia. Tanaman yang sudah kita nikmati. Maka, sejak saat ini, teguhkan dalam hati dan tindakan kita, agar kita juga mampu menanam, sehingga buahnya dapat dinikmati oleh generasi setelah kita,” serunya.

Dia juga mengingatkan bahwa Cileungsi memang khas, karena termasuk daerah yang sangat heterogen. Berbagai macam dan jenis amaliyah keagamaan menyebar hingga ke lapisan masyarakat paling bawah. Edi meminta agar arah semua kegiatan muslimat adalah untuk kemaslahatan bersama.

“Hindari perpecahan dan jauhi perselisihan. Usahakan apa-apa dibicarakan bersama-sama,” pintanya.

Hadir dalam mengambil sumpah kepengurusan adalah Ketua Muslimat Cileungsi, Umi Rosyisah, Sekretaris MWC NU Cileungsi Ust Syahri Ramdhani, Ketua NU Ranting Pasirangin KH Asymuni Adnan, Ketua DKM Annur Ust Tahmid, aparat desa, babinsa, bhabinmaspol, serta para tokoh masyarakat sekitar.

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Sisi Lain Isra Sang Nabi



Jakarta

Tiga makhluk itu bersicepat. Melesat tanpa meninggalkan jejak. Melebihi kecepatan pesawat ulang alik yang pernah digunakan Neil Amstrong ke bulan. Kecepatan Discovery dan Columbus tak akan melampaui angka 20.000 km per jam. Jika melebihi itu, salah satu produk kehebatan otak manusia ini akan meledak menjelma zarah debu. Konon, untuk bisa sampai ke bintang terdekat saja, dua pesawat butuh waktu tempuh tidak kurang lebih 450 tahun!

Menurut riwayat, bintang terdekat ke bumi berjarak 8 tahun perjalanan cahaya yang berkecepatan 300 ribu km per detik. Berapa waktu yang kita butuhkan? Yaitu 8 tahun x 365 hari x 24 jam x 60 menit x 60 detik x 300.000 km = 75.686.400.000.000 km. Dengan pesawat Discovery atau Columbus yang berkecepatan 20.000 km per jam, maka kita baru sampai di bintang itu setelah perjalanan sekitar 450 tahun. Amboi. Alangkah lamanya!

Tapi, tiga makhluk itu melayang jauh. Sangat jauh. Di luar jangkauan ilmu pengetahuan. Di luar capaian sains paling canggih yang pernah ada. Di luar standar teknologi yang berhasil dibuat. Bahkah, tak terjangkau oleh produk digital paling mutakhir. Beribu-ribu kali lipat kecepatan Discovery dan Columbus. Menurut hitung-hitungan ilmu astronomi, kecepatan mereka 300 ribu km per detik. Jelas sekali, mereka bukan dari bangsa manusia.


Kalau sebangsa manusia atau yang yang sejenis, mereka akan meledak menjadi serpihan sub atomik. Sebab, tubuh manusia tersusun dari banyak organ. Seperti organ jantung, otak, lever, ginjal, usus, tangan, darah, kaki, kepala, kulit dan lainnya. Organ-organ itu, terbentuk dari zat yang lebih kecil, yaitu sel ; seperti sel jantung, sel otak, sel lever, sel ginjal, sel usus, sel kaki, sel tangan, sel darah, sel kepala, sel kulit. Sel-sel itu pun tersusun dari molekul.

***

Dan, molekul-molekul yang jumlahnya miliaran, juga tersusun dari atom yang tiada terbilang. Atom-atom terdiri dari triliunan partikel sub atomik. Alhasil, tubuh manusia terbentuk dari organ, sel, molekul, atom dan partikel sub atomik yang sangat kompleks. Semua unsur tersebut meniscayakan tubuh memiliki massa. Karena punya massa, maka secara kodrati manusia tidak akan berkecepatan hingga 300 ribu km per detik ! Tubuhnya akan terburai!

Material tubuh manusia terbentuk dengan mekanisme tertentu serta sistem “energi ikat” yang sangat rumit. Karena adanya kekuatan saling ikat antarunsur, maka terbentuklah tubuh seperti yang dapat disaksikan saat ini. Partikel sub atomik berkumpul, dan membentuk atom. Atom-atom itu juga saling mengikatkan diri sehingga membentuk molekul. Demikian pula dengan molekul-molekul. Mereka saling ikat dan membentuk sel-sel.

Miliaran sel hasil bentukan molekul, juga saling ikat antarmereka sehingga terbentuklah semua organ. Terakhir; organ jantung, organ ginjal, organ otak, organ darah, organ tulang, organ lever, organ rambut, organ kulit, organ tangan, organ kaki, organ kuku, dan organ lainnya, saling ikat untuk membentuk sebuah tubuh manusia. Demikianlah ! Tubuh manusia akan terus seperti itu, sepanjang energi ikat masih bekerja alias sebelum ajal tiba.

***

Lalu, siapa gerangan ketiga makhluk yang berkemampuan beyond manusia itu? Merujuk pada banyak riwayat, mereka adalah Jibril As, Buraq dan Baginda Nabi Muhammad. Ketiganya sedang mengarungi “samudera” alam semesta. Melintasi ruang dan waktu. Umat Islam wajib hukumnya beriman kepada Jibril. Ia bagian dari malaikat Allah. Sebagaimana juga kita wajib hukumnya mengimani Muhammad SAW sebagai bagian dari para nabi dan rasul-Nya.

Mengimani bahwa; penghuni alam malakut seperti Jibril, diciptakan dari material nur atau cahaya. Berbeda dari iblis yang dicipta dari material api. Kata ilmu fisika, di alam semesta, hanya cahaya yang memiliki kecepatan “tertinggi”. Ia adalah makhluk Tuhan dengan kecepatan 300 ribu km per detik. Jibril As dan Buraq adalah cahaya. Jibril dan Buraq adalah dua di antara tiga makhluk yang malam itu melesat dari Masjidil Haram di Mekkah menuju Masjidil Aqsa di Palestina. Satunya?

Satunya lagi; dialah Sang Nabi. Sang Manusia. Yang badannya tersusun dari organ, sel, molekul, atom, partikel sub atomik. Tubuhnya sarat material. Karena itu, amat sulit dinalar, ketika Sang Nabi terbukti leluasa bermanuver di atas kecepatan supersonic. Jika tidak biasa, naik pesawat akan membuat gendang telinga tersiksa. Itu baru tipe pesawat komersial. Kecepatannya berkisar 800 hingga 900 km per jam. Bagaimana dengan Buraq yang 300 ribu km per detik?

***

Malam itu, Nabi Muhammad ditemani Jibril As berselancar di alam semesta menaiki cahaya bernama Buraq. Naik dari satu langit ke langit lain. Keluar dari tingkap langit pertama dan masuk ke tingkap langit kedua. Demikian seterusnya. Hingga rejim pengetahuan mencapai puncak saat ini, ilmu astronomi pun belum pernah menyangka bahwa langit berada dalam posisi bertingkat-tingkat. Dan, ketiga makhluk itu menyelami lelangit, lalu hinggap di batas Al Baytul Ma’mur.

Bagaimana ini bisa terjadi? Sebabnya adalah kehendak Allah SWT. Tanpa itu, maka peristiwa fenomenal dan kontroversial tersebut tak akan pernah ada. Semua karena campur tangan dan skenario-Nya. Ini adalah peristiwa yang belum pernah terjadi dan diyakini tidak akan pernah terulang lagi di masa depan dalam sejarah kehidupan manusia. Rasul melakukan safar malam, karena diperjalankan. “Asraa bi ‘abdihi– Dia telah memperjalankan hamba-Nya.”

Ini kata kuncinya. Adalah Tuhan yang berkehendak memperjalankan Nabi Muhammad SAW, dan bukan karena atas kehendak sendiri. Perjalanan yang melintasi dimensi-dimensi di luar kebiasaan. Untuk kepentingan itu, maka Allah mengutus Jibril As dan mengirim Buraq. Menyiapkan kumparan energi dan gelombang elektromagnetik dia dua masjid; Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa. Mengirim sejumlah ruh para rasul pada setiap tingkatan langit.

***

Syahdan, turunlah malaikat Jibril dari alam malakut, membawa amar Tuhan. Ketika tiba di Masjidil Haram, ia terus beranjak menuju Baginda Rasul yang tengah khusyu’ dalam munajat yang sublim. Jibril mendekat hingga sekitar jarak dua busur. Mendadak horison sekitar berkilau. Makhluk malakut tersebut membawa Nabi Muhammad ke sisi ka’bah. Membedah dadanya, membersihkan, dan mensucikannya. Lalu menyirami dengan air zamzam.

Ada yang membaca bahwa itulah isyarat yang menjelaskan bahwa Sang Jibril tengah melakukan tindakan modifikasi energi. Ia mengubah jasad Nabi yang memiliki massa dan terbentuk dari sejumlah unsur. Memodifikasinya menjadi makhluk berbadan cahaya, seperti dirinya dan Si Kilat alias Buraq. Adanya kumparan elektromagnetik yang tersedia di Masjidil Haram–madium ibadah selama puluhan ribu tahun, turut mempercepat proses modifikasi.

Adalah teori “annihilasi” yang dapat menjelaskan proses modifikasi yang dilakukan Malaikat Jibril terhadap badan Nabi. Menurut kaidah itu, tiap materi memiliki antimaterinya. Dan begitu materi dipertemukan dengan antimaterinya, maka kedua partikel tersebut akan lenyap dan berubah menjadi seberkas sinar. Dalil ini membuktikan bahwa dengan menggunakan teori tertentu, material badan Nabi diubah oleh Malaikat Jibril menjadi cahaya.

***

Penjuru para kaum malaikat ini, atas izin dan qudrat Allah, secara presisi merekonstruksi dan memanipulasi sistem energi dalam tubuh Rasulullah. Meng-annihilasi badan Nabi, dari yang semula bersifat material bermassa, berubah menjadi cahaya, unsur yang sangat ringan dan tanpa bobot. Sifatnya yang ringan tanpa bobot itulah yang menyebabkan cahaya memiliki tingkat kecepatan di angka 300 ribu km per detik. Kecepatan yang tiada tanding.

Teknologi transportasi modern dapat dengan mudah menjelaskan proses perjalanan Nabi dari Mekkah menuju Palestina yang berjarak sekitar 1500 km. Dengan pesawat komersial, satu jam adalah waktu yang cukup. Tapi melakukan perjalanan sejauh itu di era Nabi, bisa berbulan-bulan jika mengendarai unta apalagi jalan kaki. Dan isra’ Nabi adalah perjalanan tidak lebih dari 000,5 detik alias tak sampai sedetik. Alias hanya sekelebatan cahaya saja!

Menjelang subuh, Nabi sudah tiba kembali. Badan tetap utuh. Persis sebagaimana beliau sebelum berangkat. Tidak cedera sedikit pun. Tidak berkurang apalagi terburai. Nabi mengalami perjalanan isra dan mi’raj dalam kesadaran penuh. Ingat semua yang dialami. Sempat mengimami sejumlah rasul dalam sekian kesempatan dan di semua tingkatan langit. Merekam kisah-kisah di surga dan neraka. Bahkan dapat dengan mudah bercerita soal pertemuannya dengan kafilah dagang yang sedang dalam perjalanan.

Hanya karena izin Allah lewat ketebalan iman, seseorang akan menerima kisah isra’ dan mi’raj sebagai sebuah mukjizat. Menerima tanpa reserve. Mukjizat tidak butuh penjelasan. Ia akan menjelaskan dirinya sendiri dengan spektrum dan medium yang tersedia. Persis Sahabat Abu Bakar bin Abi Kuhafah yang mendapat dejarat “As Shiddiq”–yang membenarkan kisah Nabi soal perjalanan malamnya itu. Dengan ketebalan imannya, Abu Bakar selalu meyakini dan mengimani apa saja yang datang dari Baginda Rasul.

“Subhabakallah–Mahasuci Engkau ya, Allah”…

***

Selamat memperingati Hari Isra dan Mi’raj 2024

Ishaq Zubaedi Raqib

Jurnalis senior. Kini Ketua LTN (Lembaga Ta’lif wan Nasyr)–Lembaga Infokom dan Publikasi PBNU.
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Seorang Nasrani untuk Tim PPIH Jelang Wukuf di Arafah



Jakarta

Hari ini, adalah Jum’at (14/6) terakhir menjelang detik-detik memasuki waktu wukuf di Padang Arafah. Waktu yang ditunggu-tunggu para jemaah haji dan seluruh umat Islam di dunia. Wukuf di Arafah menjadi penanda syara’ bahwa seorang calon haji akan secara formal telah diakui oleh syariat bahwa ia telah menunaikan ibadah haji.

Sedang bagi umat Islam di luar kawasan Arafah, wukuf adalah penanda telah masuknya waktu untuk puasa Arafah. Puasa sunnah yang sangat dianjurkan.

Setelah sekian jam, sekiah hari, sekian minggu, sekian bulan dan sekian tahun menunggu, Padang Arafah akhirnya akan benar-benar menjadi Padang Kurusetra antara suara hati dan suara hawa nafsu.


Di Padang ini jemaah akan berhadap-hadapan dengan Tuhan Yangmaha Perkasa. Menghadap untuk mengakui segala alpa, lalai, lupa, abai, maksiat, pengkhianatan atas janji suci, perlawanan kepada Tuhan dengan prilaku buruk dan menyimpang dari-Nya.

Mengakui segala kekurangan, semua keburukan yang telah disembunyikan dari manusia, segala keculasan yang disimpan di pojok-pojok hati supaya terhindari dari pandangan orang lain.

Seluruh dendam, dengki, hasud, fitnah, tamak, serakah, kejam, tega hati, hati sulit tersentuh, sukar jatuh iba, gampang berkata kasar, ringan tangan, gemar merampas hak orang lain, suka menutup akses pihak lain dan semua jenis kejahatan lain.

Kini Mari Wukuf!

Setelah mengisi jiwa dengan hal-hal buruk; senang jika tetangga gagal dalam pekerjaan, senang jika teman sekantor dapat surat peringatan, senang jika bisa mengakali komitmen dengan rekan bisnis, senang jika bisa melanggar janji.

Senang jika melihat mobil tetangga mogok, senang jika tetangga masuk rumah sakit, senang jika dapat memotong karir kawan seiring, senang jika sukses menfitnah sesama jemaah masjid, senang jika mendengar tetangga kena PHK. Senang jika manusia lain melarat.

Kini Saatnya Wukuf!

Wukuf, antara lain bermakna “berhenti”. Berjanji di Tanah Arafah. Apa gerangan Arafah? Ia berarti “mengetahui atau menyadari”. Setelah mengetahui semua keburukan. Setelah mengakui semua pengkhiatan diri di hadapan Allah, kini tiba saatnya berhenti.

Setelah mengetahui bahwa selama ini kita mengabaikan hak-hak orang tua, hak-hak suami/isteri, hak-hak anak-anak, hak-hak sanak kadang, hak-hak sahabat, hak-hak tetangga, dan hak-hak semua anak Adam, marilah wukuf di Arafah.

Mari berhenti!

Jangan mengulangi dan melakukan semua kejahatan itu lagi. Kini kita dan para jemaah sedang berhenti di hadapan Dia Yangmaha Apa Saja. Setelah mengakui itu semua, di Padang Kurusetra ini, kita memohon kepada Allah agar di sisa-sisa usia yang teramat pendek ini, Allah berkenan membekali kita senjata pamungkas.

Senjata yang akan jadi pelindung diri dalam menaklukkan pasukan dan tentara hawa nafsu yang telah membuat kita terjatuh ke jurang kenistaan. Lubang tanpa dasar.

Jika usia masih tersisa di Padang Arafah, mari memohon kepada Allah, di atas tanah yang tandus, gersang, dan di bawah langit yang membentang tiada terbatas, dalam pelukan sinar matahari yang menyengat dan membakar kulit, di tengah gelombang suara tangisan para jemaah haji yang sekarat.

Di bawah tatapan mata para malaikat yang menyaksikan dari tempat-tempat tak terlihat mata, semoga Allah ampuni kita dan menghapus semua dosa akibat segala maksiat.

Memohon agar di sisa usia kita, kita akan selalu tawaf, mengelilingi Rumah Tuhan, Baitullah. Selalu berada di orbit dan lintasan orang-orang suci seperti para Nabi, para shiddiqin, para syuhada dan para kekasih Allah SWT.

Memohon agar sisa usia kita menjadi usia berkah, usia yang kita perbantukan untuk orang-orang yang membutuhkan. Untuk semua orang yang selama ini kita sakiti, sengaja atau tidak.

Usia yang kita donasikan untuk ikut mengantar semua anak manusia menuju gerbang keridhaan Allah. Gerbang yang akan dilewati manusia-manusia suci. Para pemuja Allah dalam kesendirian atau dalam alam malam.

*****

Di tengah munculnya gugatan doa lintas iman yang tengah mencuat di Tanah Air, seorang Nasrani, berkirim doa untuk para Petugas Penyelenggaran Ibadah Haji (PPIH). Namanya Hein Izac Hetaria. Dia dan keluarga tinggal di sebuah komplek perumahan sangat sederhana (rss) di desa Pasirangin, Cileungsi. Asal Ambon.

Doa yang dia kirim via layanan chating Whatsapps. Doa diawali dan ditujukan kepada saya pribadi dan keluarga. Tapi lantas berkembang. Doanya untuk semua tim petugas haji Indonesia.

Doa dan harapan baik Mas Hein Hetaria di detik-detik menjelang wukuf, laksana halilintar di siang bolong. Datang dari belahan angkasa yang terik, menyelinap di sela-sela aksi penolakan kegiatan saling doa di antara umat manusia dengan dalih menciderai nilai-nilai luhur agama.

Doa Hein Hetaria untuk para petugas haji Indonesia, adakah yang tega dan sampai hati menilainya telah mengganggu kesucian Tuhan dan keluhuran agama. Entah kenapa, suara hati saya menjawab doa itu dengan kata milik alam semesta : AAMIIN…

Mas Hein! Terima kasih telah menyentuh hatiku di saat diri sedang rapuh, jiwa sedang berguncang, menunggu saat-saat dan waktu perjumpaan dengan Tuhan Semesta Alam.

*****

Setelah arafah mari wukuf.

Ishaq Zubaedi Raqib adalah Petugas Haji PPIH Arab Saudi.

(hnh/hnh)



Sumber : www.detik.com