Tag Archives: islam

Rukun Islam dan Tiangnya yang Agung


Jakarta

Ulama besar ahli hadits dari mazhab Syafi’i, Imam an-Nawawi, menyusun 42 hadits shahih yang dikenal dengan hadits arbain. Ia menukil riwayat tentang rukun Islam pada hadits arbain 3.

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَإِقَامِ الصَّلاةَ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ

Artinya: Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tiada tuhans elain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, menunaikan zakat, mengerjakan haji ke Baitullah dan berpuasa pada bulan Ramadan.”

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam Shahih-nya di kitab Iman.


Menurut Musthafa Al-Bugha dan Muhyiddin Mistu dalam kitab Syarah Hadits Arbain Imam an-Nawawi, Al Wafi, hadits arbain ke-3 tersebut merupakan hadits yang agung sekali. Dikatakan, rukun Islam merupakan salah satu pilar Islam dan pokok-pokok hukum karena melalui hadits tersebut seluruh ajaran Islam akan diketahui. Kelima rukun Islam dalam hadits tersebut telah termuat dalam Al-Qur’an.

Pemahaman Hadits Arbain 3

Dalam memahami hadits tentang rukun Islam ini, Musthafa Al-Bugha dan Muhyiddin Mistu membaginya ke dalam lima pokok pembahasan.

Pertama, bangunan Islam. Melalui hadits tersebut, Rasulullah SAW mengibaratkan Islam sebagai sebuah bangunan kokoh yang berdiri di atas pondasi yang kokoh. Pondasi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah SWT dan Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda,

“Saya diutus untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain, Nabi SAW juga bersabda,

“Barang siapa yang mengatakan Laa ilaha illallah dengan penuh keikhlasan, dia akan masuk surga.” (HR Al-Bazar, shahih)

2. Mendirikan salat. Maksud mendirikan salat, seperti dijelaskan dalam kitab Syarah Hadits Arbain adalah mengerjakan pada waktunya, menunaikan dengan menyempurnakan syarat dan rukunnya, dan memperhatikan sunnah dan adabnya. Dengan demikian, salat yang dikerjakan tersebut dapat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar, sebagaimana Allah SWT berfirman,

وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ

Artinya: “Dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.” (QS Al Ankabut: 45)

Rasulullah SAW dalam salah satu sabdanya menyebut bahwa salat merupakan tanda seorang mukmin. Beliau bersabda,

“Pembeda antara seorang laki-laki dengan syirik dan kufur adalah meninggalkan salat.” (HR Muslim dan lainnya)

Dalam hadits hasan yang diriwayatkan Abu Nu’aim, Rasulullah SAW bersabda bahwa salat adalah tiang agama.

3. Mengeluarkan zakat. Zakat ini adalah jumlah tertentu dari harta yang dimiliki bagi orang yang memenuhi syarat wajib zakat. Zakat disalurkan kepada faris miskin dan penerima zakat lainnya.

Lebih lanjut dijelaskan, zakat merupakan ibadah harta untuk mewujudkan keadilan sosial dan mengentaskan kemiskinan. Zakat juga bisa menjadi sarana dalam menyebarkan kasih sayang, solidaritas, dan rasa saling menghormati antar sesama.

4. Haji. Menunaikan haji dilakukan dengan pergi ke Masjidil Haram pada bulan-bulan haji, yakni mulai Syawal, Zulkaidah, dan puncaknya pada 10 Zulhijah. Perintah haji disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al Hajj ayat 27-28, Allah SWT berfirman,

وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ ٢٧ لِّيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۚ فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْبَاۤىِٕسَ الْفَقِيْرَ ۖ ٢٨

Artinya: “(Wahai Ibrahim, serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. (Mereka berdatangan) supaya menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan497) atas rezeki yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka berupa binatang ternak. Makanlah sebagian darinya dan (sebagian lainnya) berilah makan orang yang sengsara lagi fakir.”

5. Puasa Ramadan. Ibadah ini diwajibkan pada tahun kedua Hijriah melalui firman-Nya,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ١٨٥

Artinya: “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.” (QS Al Baqarah: 185)

Puasa disebut sebagai ibadah untuk menyucikan jiwa, meninggikan roh, dan menyehatkan badan. Amalan ini juga dapat menjadi salah satu pengampun dosa, sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan keikhlasan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Selain bangunan Islam, hadits arbain 3 ini mengandung empat pokok kandungan lainnya. Di antaranya keterpaduan rukun-rukun Islam satu sama lainnya, tujuan ibadah, cabang iman, dan memberi pengertian bahwa Islam adalah akidah dan amal. Demikian seperti dijelaskan dalam kitab Al Wafi.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Hadits, Sumber Hukum Islam yang Kedua setelah Al-Qur’an



Jakarta

Ada empat sumber hukum Islam yang disepakati ulama. Sumber hukum Islam yang kedua adalah hadits.

Sumber hukum Islam adalah suatu rujukan atau dasar yang utama dalam pengambilan hukum Islam yang selanjutnya akan menjadi pokok dari ajaran Islam, sebagaimana dijelaskan dalam buku Pendidikan Agama Islam yang ditulis oleh Bachrul Ilmy.

Sumber hukum Islam memiliki sifat dinamis, benar, dan mutlak. Sumber hukum ini juga tidak akan pernah mengalami kemandegan, kefanaan, ataupun kehancuran. Sumber hukum Islam menurut kesepakatan ulama ada empat, yaitu Al-Qur’an, hadits, dan ijma dan qiyas. Ijma dan qiyas sering juga disebut ijtihad para ulama.


Sedikit pembahasan mengenai Al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam yang pertama. Al-Qur’an adalah wahyu yang datangnya dari Allah SWT dan disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disebarkan sebagai pedoman hidup manusia.

Sumber Hukum Islam yang Kedua: Hadits

Sumber hukum Islam yang kedua adalah hadits Rasulullah SAW. Secara bahasa hadits didefinisikan sebagai ucapan atau perkataan, sedangkan menurut istilah, hadits adalah ucapan, perbuatan, atau takrir Rasulullah SAW yang dicontoh oleh umatnya dalam menjalani kehidupan.

Hadits sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur’an dijelaskan Allah SWT dalam surah Al-Hasyr ayat 7 yang berbunyi,

وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِۘ

Artinya: “…Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah. Apa yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.”

Hal ini semakin diperkuat dengan sabda Rasulullah SAW,

تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْن لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكُتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ (رواه مالك)

Artinya: “Telah aku tinggalkan untukmu dua perkara: kamu tidak akan tersesat selama kamu berpegang teguh pada keduanya, yaitu kitab Allah (Al-Qur’an) dan sunah Nabi- Nya.” (HR Malik)

Adapun beberapa fungsi hadits yang perlu diketahui antara lain:

1. Penjelas Ayat Al-Qur’an (Bayan At-Tafsir)

H. Aminudin dan Harjan Syuhada dalam bukunya yang berjudul Al-Qur’an Hadis menjelaskan fungsi hadits adalah untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang belum jelas dan rinci, serta menafsirkan ayat yang umum, menjelaskan maknanya, memberi batas atau syarat ayat Al-Qur’an yang mutlak, dan mengkhususkan yang umum.

2. Penguat Ayat Al-Qur’an (Bayan At-Taqrir)

Fungsi hadits sebagai sumber hukum Islam yang kedua bukan berarti menambahkan atau menjelaskan apa yang terdapat dalam Al-Qur’an, namun hanya sekadar menetapkan, memperkokoh, dan mengungkapkan kembali apa yang terdapat di dalamnya.

3. Penetapan Hukum (Bayan At-Tasyri’)

Hadits juga berfungsi sebagai penetapan hukum. Artinya, hadits berguna untuk menetapkan hukum baru yang belum diatur dalam Al-Qur’an secara terperinci.

Hadits dalam segala bentuknya (qauli, fi’li, dan taqriri) juga dinyatakan sebagai suatu kepastian hukum terhadap berbagai persoalan yang muncul dan tidak dapat ditemukan dalam Al-Qur’an.

Contohnya adalah hadits yang menjelaskan zakat fitrah, di mana hal ini tidak dijelaskan secara rinci dalam Al-Qur’an.

أَن رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ عَلَى النَّاسِ صَاعَامِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرِ عَلَى كُلِّ حَرٍ أَوْ عَبْدِ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ (رواه مسلم)

Artinya: “Bahwasanya Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada bulan Ramadan satu sukat (sha’) kurma atau gandum untuk setiap orang, baik merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan muslim.” (HR Muslim)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Hadits Arbain: Pengertian, Makna, dan Isinya


Jakarta

Hadits merupakan sabda, perbuatan, takrir (ketetapan) dari Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan atau diceritakan oleh sahabat untuk menjelaskan dan menetapkan hukum Islam. Menurut KBBI daring, hadits juga diartikan sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-Quran.

Adapun sebuah hadits bernama hadits arbain yang disusun oleh Imam an-Nawawi. Dalam hadits ini, dijelaskan tentang segala urusan umat muslim selama di dunia hingga di akhirat kelak.

Lantas, apa saja isi hadits arbain? Simak pembahasannya secara lengkap dalam artikel ini.


Pengertian Hadits Arbain

Hadits arbain adalah kumpulan hadits yang disusun oleh Imam an-Nawawi. Dalam bahasa Arab, arbain memiliki arti 40. Meski begitu, jumlah haditsnya tidak genap berjumlah 40, melainkan ada 42 hadits yang disusun dalam satu kitab.

Mengutip buku Al-Wafi Syarah Hadits Arba’in Imam An-Nawawi oleh Musthafa Dieb Al-Bugha, dkk, hadits ini termasuk hadits yang penting karena merupakan salah satu pusat peredaran ajaran agama Islam. Sebab, hadits arbain berkaitan erat dengan pilar agama Islam, mulai dari ushul (pokok), furu (cabang), dan sejumlah hadits yang berkaitan dengan jihad, adab, hingga nasihat.

Imam Ahmad dan Asy-Syafi’i pernah berkata “Hadits ini merupakan sepertiga ilmu. Sebab, seorang hamba itu akan mendapat pahala berkat perbuatan hati, lisan, dan anggota badannya, serta niat dilakukan dengan hati yang merupakan salah satu dari ketiganya.”

Di dalam hadits arbain terdiri dari 42 hadits yang shahih, yang mana sebagian besar terdapat dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim. Hadits ini mengandung banyak hal yang penting serta anjuran untuk melakukan berbagai macam ketaatan, baik di dunia maupun di akhirat.

Selain itu, hadits arbain juga dapat digunakan oleh umat muslim sebagai pengingat agar selalu mencari keridhaan Allah SWT dalam menuntut ilmu dan mengamalkan kebaikan selama hidup di dunia.

Makna Hadits Arbain

Ada sejumlah makna penting yang terkandung di dalam hadits arbain. Dilansir situs Abusyuja, berikut beberapa makna dalam hadits arbain.

  1. Hadits arbain mencakup hadits yang menjadi pedoman umat muslim saat hidup di dunia hingga di akhirat kelah, karena tercantum hal-hal mengenai akidah, syariah, hukum, muamalah, dan akhlak.
  2. Hadits arbain berisikan hadits jawami’ul kalim, yang artinya hadits ini memiliki keutamaan dalam pembahasan singkat dan padat.
  3. Hadits arbain mengandung banyak hal-hal kebaikan yang menjadi satu kesatuan untuk memahami ajaran Islam lebih luas.

Isi Hadits Arbain

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hadits arbain terdiri dari 42 hadits. Apa saja isi hadits tersebut? Mengutip buku Syarah Hadits Shahih Arba’in Nawawi oleh Muhyiddin Abu Zakaria bin Syaraf an-Nawawi, berikut isinya.

  1. Amalan bergantung pada niat
  2. Rukun Islam, rukun iman, dan ihsan
  3. Islam dibangun di atas lima dasar (rukun Islam)
  4. Takdir setiap manusia sudah tertulis
  5. Larangan membuat sesuatu yang baru dalam agama atau bid’ah
  6. Segala hal yang haram dan halal telah jelas
  7. Agama adalah nasihat
  8. Terjaganya darah dan harta seorang muslim
  9. Kerjakanlah perintah yang kamu mampu
  10. Allah Maha Baik dan hanya menerima yang baik
  11. Tinggalkanlah sesuatu yang membuatmu ragu
  12. Meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat
  13. Mencintai kebaikan untuk saudaranya
  14. Tidak halal darah seorang muslim
  15. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
  16. Janganlah engkau marah
  17. Kewajiban berlaku ihsan terhada segala sesuatu
  18. Bertakwalah di mana pun berada
  19. Jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu
  20. Jika engkau tidak malu maka berbuatlah sesukamu
  21. Katakan: aku beriman kepada Allah
  22. Apakah aku akan masuk Al-Jannah?
  23. Kesucian itu separuh dari iman
  24. Janganlah kalian saling menzalimi
  25. Bersedekah tidak harus dengan harta
  26. Setiap persendian ada sedekahnya
  27. Kebaikan itu adalah akhlak yang baik
  28. Mendengar dan taat kepada penguasa
  29. Pintu-pintu kebaikan
  30. Allah telah menetapkan kewajiban-kewajiban
  31. Perintah untuk bersifat zuhud (fokus kepada Allah)
  32. Larangan membahayakan diri dan orang lain
  33. Penuntut harus membawa bukti
  34. Kewajiban mengingkari kemungkaran
  35. Sesama muslim adalah saudara
  36. Balasan itu sejenis dengan amalan
  37. Satu kebaikan dibalas 10 hingga 700 kali lipat
  38. Cara mendapatkan kecintaan Allah
  39. Allah mengampuni siapa yang salah dan lupa
  40. Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing
  41. Jauhi hawa nafsu, ikuti syariat Allah SWT
  42. Allah Maha Pengampun

Demikian pembahasan mengenai hadits arbain mulai dari pengertian, makna, dan isi dari hadits tersebut. Semoga artikel ini dapat menambah pemahaman detikers tentang agama Islam.

(ilf/fds)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Doa saat Menyiram Air di Kuburan


Jakarta

Menyiram air di makam ahli kubur sering kali dilakukan para peziarah. Ada doa yang bisa dibaca saat menyiram air di kuburan.

Doa saat menyiram air di kuburan merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan penghormatan dan berdoa untuk roh yang telah berpulang. Rasulullah SAW pernah melakukannya untuk putra beliau.

Menurut keterangan dalam Tuhfatul Muhtaj sebagaimana dinukil Husnan M. Thaib dalam buku Keutamaan Menjenguk Orang Sakit dan Tata Cara Mengurus Jenazah, Rasulullah SAW menyiram air di kuburan putra beliau yang bernama Ibrahim seraya membaca doa. Ini bacaan doanya.


Doa Menyiram Air di Kuburan

أَللَّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا المَاءَ بَرْدًا وَسَلَامًا فِي قَبْرِهِهَا وَاسْقِ تَرَاهُ / هَا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

Bacaan latin: Allahummaj’al haadzaalmaa’abar dannwasaalaamann fiiqabrihi haa wasqitsaraahu haa birahmatika yaa arhamarrahimin.

Artinya: “Ya Allah jadikanlah air ini sebagai pendingin dan keselamatan di dalam kuburnya dan tuangkanlah rahmat di dalam kuburnya dengan rahmatMu wahai Yang Pengasih dari Yang Pengasih.”

Hukum Menyiram Air di Kuburan

Dikutip dari sumber sebelumnya, hukum menyiram air di kuburan selama tidak turun hujan adalah sunnah. Tujuan menyiram air di kuburan adalah agar almarhum mendapat kedinginan di dalam baringannya. Maka disunnahkan untuk menyiram air di kuburan dengan air yang suci lagi dingin.

Sunnah menyiram air di kuburan adalah pernyataan para ulama dan merupakan tindakan yang Rasulullah SAW lakukan. Al Azra’i berpendapat bahwa hukum menyiram air di kuburan menggunakan air najis adalah makruh.

Dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa Rasulullah SAW pernah menyiram air di kuburan putra beliau, Ibrahim.

“Sesungguhnya Rasulullah SAW menyiram (air) di atas kubur Ibrahim, anaknya, dan meletakkan kerikil di atasnya.” (HR Abu Daud)

Dalam majalah Nahdlatul Ulama, AULA, edisi Maret 2022 yang bertajuk Orkestrasi Potensi Jam’iyah, terdapat beberapa pendapat dari para ulama mengenai menyiram air di kuburan.

Di antaranya pendapat Syaikh Muhammad bin Umar bin Ali bin Nawawi al-Jawi Abu Abdil Mu’thi, ia mengatakan, “Menyiram kuburan dengan air dingin karena ingin mendapatkan dinginnya tempat. Tidak mengapa dicampur dengan sedikit air bunga karena malaikat menyukai bau harum.”

Dalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyah dikatakan, “Ulama Madzhab Hanafi, Syafi’i, dan Hanbali menghukumi sunnah menyiram air di atas kuburan setelah pemakaman karena Nabi melakukan hal itu di atas makam Sa’ad bin Mu’adz dan memerintahkan hal itu pada makam Utsman bin Mazh’un.”

Al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits al-Dha’ifah menjelaskan, ada banyak hadits tentang menyiram air di atas kuburan namun memiliki ‘illah (kecacatan). Al-Albani menjelaskan kecacatan hadits-hadits tersebut dalam al-Irwa (jilid 3, hal. 205-206). Ia juga menemukan sebuah hadits dengan sanad kuat dalam Awsath al-Thabrani bahwa Rasulullah SAW menyiram air di atas kuburan putra beliau, Ibrahim. Maka Al-Albani menyebutkan riwayat hadits tersebut dalam al-Shahihah No. 3045.

Keutamaan Menyiram Air di Kuburan

Menyiram air di kuburan memiliki sejumlah keutamaan. Merangkum sumber di atas, beberapa keutamaan menyiram air di kuburan antara lain:

  • Agar almarhum mendapat kedinginan di dalam baringannya.
  • Sebagai keselamatan di dalam kubur almarhum
  • Sebagai rahmat dalam kubur almarhum
  • Menguatkan tanah dan agar tidak hilang karena terpaan angin
  • Dalam ziarah kubur umat Islam tidak membatasi diri dengan menyiram air di kuburan atau menabur bunga saja. Namun juga dilengkapi dengan sunnah-sunnah lainnya seperti mengucapkan salam kepada ahli kubur, mendoakan dan memohonkan ampun untuk mereka kepada Allah SWT, dan sebagainya.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa untuk Orang yang Berbuat Kebaikan, Bisa Dibaca Ya



Jakarta

Kebaikan telah menjadi salah satu tindakan mulia dalam kehidupan seluruh umat. Berbuat kebaikan merupakan perintah Allah SWT kepada hamba-Nya.

Allah SWT berfirman dalam surah An Nahl ayat 90,

۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ ٩٠


Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu selalu ingat.”

Allah SWT juga berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 195,

وَاَنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا تُلْقُوْا بِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَاَحْسِنُوْا ۛ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ ١٩٥

Artinya: ” Berinfaklah di jalan Allah, janganlah jerumuskan dirimu ke dalam kebinasaan, dan berbuatbaiklah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”

Ketika seseorang melakukan suatu kebaikan, seorang muslim dapat membaca doa untuk orang yang berbuat kebaikan kepadanya sebagai ungkapan terima kasih.

Berikut bacaan doa untuk orang yang berbuat kebaikan.

Doa untuk Orang yang Berbuat Kebaikan

Doa pertama

Dikutip dari buku 99 Doa dan Zikir Harian untuk Muslimah karya Wulan Mulya Pratiwi, bahwa Rasulullah menganjurkan untuk membaca doa berikut:

جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا
Bacaan latin: Jazaakallahu khairan

Artinya: “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan” (HR Tirmidzi)

atau

جَزَاكَ اللهُ خَيْرًا كَثِيرًا

Bacaan latin: Jazaakallaahu khairan katsiiran

Artinya: “Semoga Allah Swt. membalasmu dengan ganjaran yang baik.”

Doa kedua

Dikutip dari buku Sukses Dunia-Akhirat Dengan Doa-Doa Harian karya Mahmud Asy Syafrowi, setiap muslim dianjurkan untuk membaca doa berikut ketika ada orang yang berbuat kebaikan,

وَفِيْكَ بَارَكَ اللهُ.

Bacaan latin: Wa fiika baarakallah

Artinya:”Semoga Allah juga melimpahkan keberkahan kepadamu.”

atau

وَفِيهِمْ بَارَكَ اللهُ

Bacaan latin: Wa fiihim baarakallah

“Semoga Allah juga melimpahkan keberkahan kepada mereka.”

Hadits Tentang Membalas Kebaikan

Dalam Islam, berbuat kebaikan kepada orang lain adalah salah satu tindakan penting. Rasulullah SAW adalah suri tauladan dalam berbuat baik kepada sesama. Setiap orang yang menerima kebaikan dari orang lain juga sangat dianjurkan untuk membaca doa untuk orang yang berbuat kebaikan kepadanya. Hal tersebut terdapat dalam beberapa sabda Rasulullah SAW yang terdapat di dalam beberapa hadits.

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa memberi kebaikan kepada kalian, hendaklah kalian membalasnya. Jika kalian tidak mendapatkan sesuatu untuk membalasnya, maka doakanlah ia hingga kalian melihat diri kalian telah membalasnya.” (HR Ahmad, Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Hibban, dan Hakim).

Rasulullah SAW bersabda, “Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beriktikaf di masjid ini (Masjid Nabawi) selama sebulan penuh.” (HR Thabrani)

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang diberikan kebaikan lalu dia berkata kepada pelaku kebaikan itu, “Jazakallahu khairan” (semoga Allah memberikan balasan yang terbaik), maka dia telah sempurna dalam memuji.” (HR At-Tirmidzi)
Rasulullah SAW bersabda, “Orang-orang Anshar tentu tidak mendapatkan semua pahala, karena sungguh karunia Allah itu sangat luas. Permasalahannya tidak seperti yang kalian duga, jika kalian pandai berterima kasih atas kebaikan mereka maka itu artinya kalian telah membalas kebaikan itu.” (HR Abu Dawud, At Tirmidzi, dan Bukhari)

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

4 Bacaan Doa Memohon Anak yang Saleh dan Salihah



Jakarta

Anak yang saleh dan salihah merupakan harapan terbesar umat muslim yang telah menikah. Anak yang saleh dan salihah juga menjadi anugerah yang sangat berharga karena mereka adalah harta yang membawa keberkahan dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Muhammad Sani dalam buku Jalan Ke Surga Bagi Para Ayah Pahala Memanjakan Istri dan Menyanyangi Anak menyatakan bahwa kedua orangtua dapat mendoakan anaknya agar menjadi soleh dan sholehah. Rasulullah SAW bersabda,

“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang berpergian (safar), dan doa orang yang dizalim.” (HR Abu Dawud).


Allah SWT akan mengabulkan doa untuk hamba-Nya. Allah SWT berfirman dalam surah Ghaffir ayat 60,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ ࣖ ٦٠

Artinya: “Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.””

Terdapat doa memohon anak yang saleh dan salihah ketika pasangan muslim menginginkannya, seperti yang telah diajarkan Allah SWT dalam beberapa Al-Qur’an. Berikut bacaan doanya.

Doa Memohon Anak yang saleh dan salihah

Dikutip dari buku Tafsir Maudhui Sosial: Menjadi Pribadi yang Lebih Baik penerbit Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin PTIQ, doa yang dapat dibaca ketika memohon anak yang saleh dan salihah yaitu:

Doa memohon anak yang soleh dan sholehah dalam surah Al Baqarah ayat 128,

رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَآ اُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَۖ وَاَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۚ اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ ١٢٨

Bacaan latin:

Artinya: “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang berserah diri kepada-Mu, (jadikanlah) dari keturunan kami umat yang berserah diri kepada-Mu, tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan manasik (rangkaian ibadah) haji, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”

Doa memohon anak yang soleh dan sholehah dalam surah Ali Imran ayat 38,

رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۚ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاۤءِ

Artinya: “Wahai Tuhanku, karuniakanlah kepadaku keturunan yang baik dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.”

Doa memohon anak yang soleh dan sholehah dalam surah As Shaffat ayat 100,

رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ ١٠٠

Artinya: “”Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (keturunan) yang termasuk orang-orang saleh.”

Doa memohon anak yang saleh dan salihah dalam surah Al Furqan ayat 74,

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا

Bacaan latin: Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyaatinaa Qurrata a’yuuniw waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa.

Artinya: “Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk mata dari pasangan dan keturunan kami serta jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”

Muhammad Sani menambahkan bahwa mendoakan anak menjadi saleh dan salihah merupakan sebuah kewajiban orang tua karena memiliki kekuatan yang luar biasa. Segala usaha manusia tidak akan berhasil atau menjadi sesuatu jika tidak sesuai dengan ketentuan atau takdir Allah SWT. Namun sebuah doa bisa mengubah takdir.

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada yang dapat menolak takdir (ketentuan) Allah ta’ala selain doa. Dan tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.” (HR At Tirmidzi)

Wallahualam

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa Iftitah dalam Sholat Lengkap dengan Latin dan Artinya


Jakarta

Doa iftitah merupakan salah satu doa yang dibaca sebelum Al-Fatihah dalam salat. Doa ini tidak wajib dibaca karena hukumnya sunnah.

Mengutip buku Dialog Lintas Mazhab: Fiqh Ibadah dan Muamalah karya Asmaji Muchtar, ulama empat mazhab memiliki pandangan berbeda mengenai doa iftitah. Ada yang mengatakan sunnah ada juga yang mengatakan makruh.

Mazhab Hanafi

Mazhab Hanafi menyatakan bahwa doa iftitah dalam salat adalah ‘subhanakallahumma wa bi hamdika wa tabarakasmuka wa ta’ala jadduka wa la ilaha ghairuk’. Doa ini dianjurkan untuk dibaca oleh imam, makmum, dan munfarid dalam salat fardhu dan salat sunnah, kecuali jika imam sudah memulai membaca Surah Al-Fatihah. Dalam situasi seperti itu, tidak dianjurkan bagi makmum untuk membaca doa iftitah.


Jika seseorang melewatkan satu rakaat dan menemui imam pada rakaat kedua, disarankan untuk membaca doa iftitah sebelum imam memulai membaca Surah Al-Fatihah. Jika ia menemui imam dalam keadaan ruku atau sujud, dan ia yakin akan menemui imam sebelum imam bangkit dari ruku atau sujud, maka disarankan membaca doa iftitah.

Mazhab Syafi’i

Mazhab Syafi’i mengajarkan doa iftitah sebagai ‘wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas-samawati wal-ardha hanifan musliman, wa ma ana minal-musyrikin, inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil-‘alamîn, la syarika lahu wa bi dzalika umirtu wa ana minal-muslimin.’

Mazhab Syafi’i

Mazhab Hanbali sejalan dengan Mazhab Hanafi dalam masalah lafazh doa iftitah. Mereka memandang bahwa membaca doa sebagaimana yang diajarkan oleh Mazhab Syafi’i juga diperbolehkan dan tidak makruh.

Mazhab Maliki

Mazhab Maliki, dalam pandangan umum, menganggap membaca doa iftitah sebagai makruh. Hal ini didasarkan pada pandangan yang populer dalam mazhab ini, meskipun ada riwayat yang menyebutkan bahwa Imam Malik memandang doa iftitah sebagai mandub (pekerjaan yang mendatangkan pahala).

Bacaan Doa Iftitah

Dalam bukunya yang berjudul “QnA Persoalan Islam,” Kusnadi S.Ag M.Ag M.AHum menjelaskan bahwa doa iftitah memiliki berbagai variasi. Berikut bacaannya:

Doa Iftitah 1

اللهُ أَكْبَر كَبِيرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهُ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً.أنى وَجَّهْتُ وَجُمِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مسلما وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شريك له وبذلك أُمِرْتُ وأنا من المُسْلِمِينَ

Bacaan latin: Allahu akbar kabiro walhamdulillahi katsiro wa subhanallahi bukrotaw-washila. Inni Wajjahtu wajhiya lilladzi fatarassamawati wal ardha hanifa muslima wama anaminal musyrikin. inna solati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil alamin. lasyariikalahu wa bidzalika umirtu wa anaminal muslimin.

Artinya: “Aku sungguh menghadapkan wajahku kepada Sang Pencipta langit dan bumi, dengan penuh ketulusan dan penyerahan. Aku tidak tergolong dalam kelompok orang-orang musyrik. Segala salatku, ibadahku, kehidupanku, dan kematianku hanya untuk Allah, Tuhan seluruh alam semesta. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu, aku dengan tulus menerima perintah-Nya, dan aku adalah seorang muslim.”

Doa Iftitah 2

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

Bacaan latin: Subhaanakallahumma wa bihamdika wa tabaarokasmuka wa ta’aalaajadduka walaa ilaha ghoiruk.

Artinya: ya Allah yang Maha Suci, aku memuji-Mu, dan Maha Suci Nama-Mu yang penuh berkah. Kekayaan dan keagungan-Mu begitu tinggi, tak ada yang layak untuk diibadahi dengan benar kecuali Engkau. (HR. Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi)

Doa Iftitah 3

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

Bacaan latin: Allahumma baid bayni wa bayna khotoyaya kama ba’adta baynal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqini min khotoyaya kama yunaqqots-saubul abyadhu minad danas. Allahummagh-silni min khotoyaya bil ma-iwats tsalji walbarod.

Artinya: Ya Allah, jauhkan aku dari kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan timur dari barat. Ya Allah, sucikan aku dari kesalahan-kesalahanku, sebagaimana baju putih dibersihkan dari noda. Ya Allah, mandikan aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju, dan embun. (HR. Bukhari dan Muslim)

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa Sehabis Wudhu: Arab, latin dan Terjemahan


Jakarta

Umat Islam dianjurkan untuk berdoa sehabis wudhu. Hal ini sebagai bentuk sempurna usai melakukan penyucian.

Dalam kitab “at-Targib wat-Tarhib,” dijelaskan bahwa setelah berwudhu, seseorang hendaknya berdoa dengan posisi tangan diangkat dan menghadap kiblat. Kemudian wajah dianjurkan untuk mengarah ke langit.

Menukil buku “Gantung Wudhu” yang ditulis oleh Dr. dr. H. Sagiran, Sp.B, doa yang diucapkan setelah wudhu memiliki makna yang sangat penting. Dalam doa tersebut, kita memohon kepada Allah SWT agar wudhu menjadi sarana untuk meningkatkan ibadah kita dan menjadikan kita lebih bersih, baik secara fisik maupun batin.


Anjuran untuk berdoa sehabis wudhu berlandasan hadis Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam sebagai berikut:

مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى مِنَ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِى مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ فُتِحَتْ لَهُ ثَمَانِيَةُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ

Artinya: “Barangsiapa berwudhu dengan menyempurnakan wudhunya kemudian ia membaca doa (yang artinya) ‘Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang yang menyucikan diri.’ Maka dibukalah delapan pintu surga untuknya yang dapat ia masuki dari mana saja ia mau.” (HR. Tirmidzi; hadits shahih)

Doa Setelah Wudhu dan Artinya

Ada beberapa jenis doa sehabis wudhu yang diajarkan oleh Rasulullah. Dari yang versi pendek hingga panjang.

Mengutip beberapa sumber, berikut doa sehabis wudhu yang bisa diamalkan.

Doa Sehabis Wudhu 1

Doa sehabis wudhu yang pertama diambil dari buku Kumpulan Do’a Sehari-Hari yang diterbitkan oleh Kemenag. Berikut doanya.

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدُا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى مِنَ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِى مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ وَاجْعَلْنِى مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

Bacaan Latin: Asyhadu an la ilaha illallah wahdahu la syarikalah. Wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu warasuluh. Allaahummaj’alni minat-tawwabina waj’alni minal mutathahirin, waj’alni min ‘ibadikas-sholihin.

Artinya: Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang yang menyucikan diri dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang saleh.

Doa Sehabis Wudhu 2

Merujuk kepada buku “Tuntunan Doa & Zikir untuk Berbagai Situasi & Kebutuhan” karya Ali Akbar bin Aqil, berikut adalah doa setelah wudhu yang kedua.

أَشْهَدُ أَنْ لا إله إلا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ وَ اجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ ، سُبْحانَكَ اللّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Bacaan latin: Asyhaduanla ilaha illallaah wahdahu la syariikalahu, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu warasuuluhu, allaahummaj’alni minat-tawwaabina, waj’alni minal mutathahhirina, subhanakallahumma wa bihamdika, asyhaduanla ilahailla anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik.

Artinya: “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, yang Maha Esa, yang tidak memiliki sekutu. Aku juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku sebagai salah seorang yang bertaubat dan yang menjalani penyucian diri. Engkau Maha Suci, ya Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau. Aku memohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu.”

Doa Sehabis Wudhu 3

Berikut doa sehabis wudhu ketiga yang dinukil dari kitab “Targib war Tarhib”.

أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّااللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِ كَ لَا اِلَهَ اِلَّا أَنْتَ عَمِلْتُ سُوْءًاوَظَلَمْتُ نَفْسِى أَسْتَغْفِرُكَ اللَّهُمَّ وَأَتُوْبُ اِلَيْكَ فَاغْفِرْلِى وَتُبْ عَلَىَّ اِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ .اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِى مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِى مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ وَاجْعَلْنِى مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ وَاجْعَلْنِى عَبْدًا صَبُوْرًاشَكُوْرًاوَاجْعَلْنِى أَذْكُرُكَ كَثِيْرًاوَأُسَبِّحُكَ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا.

Bacaan latin: Asyhadu an laa ilaha illallahu wahdahu laa syarika lahu wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rosuluhu. Subhanaka allahumma wabihamdika la ilaha illa anta ‘amiltu suan wadzolamtu nafsi astaghfiruka. Allahumma wa atubu ilaika faghfirli watub ‘alayya innaka antat-tawwabur-rohiimi. Allahummaj ‘alni minat-tawwabina waj’alni minal mutatohirina waj ‘alni min ‘ibaadikas-sholihin waj’alni ‘abdan shoburon syakuron waj’alni adzkuruka katsiron wa asabihuka bukrotan waashila.

Artinya: Aku bersaksi tidak ada tuhan yang wajib disembah kecuali Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan Aku bersaksi sesungguhnya nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu bahwa tidak ada Tuhan kecuali Engkau. Aku telah melakukan kejahatan dan telah menganiaya diri, maka Aku memohon ampunan-Mu dan Aku kembali bertobat kepada-Mu. Maka ampunilah dan terimalah tobatku. Sesungguhnya Engkau adalah Zat yang banyak menerima tobat lagi Penyayang. Ya Allah, jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang bertobat dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang mensucikan diri. Jadikanlah aku dari golongan hamba-hamba-Mu yang saleh, jadikanlah aku hamba yang banyak kesabaran(nya) lagi banyak kesyukuran(nya), jadikanlah aku orang yang banyak ingat kepada-Mu dan selalu menyucikan-Mu pagi dan petang.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

7 Hadits tentang Umat Muslim di Akhir Zaman, Bagaimana Keadaannya?



Jakarta

Tanda akhir zaman mungkin sudah mulai muncul beberapa. Tentunya hal ini sudah seharusnya menjadi pengingat bahwa dunia ini hanya sementara. Dalam sebuah hadits dijelaskan mengenai gambaran akhir zaman, seperti apa?

Salah satu tanda hari kiamat yakni adanya fitnah akhir zaman. Tanda-tanda hari kiamat terbagi menjadi dua yaitu tanda-tanda kecil dan besar. Dikutip dalam buku Fikih Akhir Zaman karya Dr. KH. Rachmat Morado Sugiarto, Lc., M.A. Al Hafizh dijelaskan bahwa tanda-tanda kecil yang dimaksud adalah tanda-tannda yang terjadi setelah Rasulullah SAW wafat. Para ulama menyebutkan bahwa fitnah dimulai dengan terbunuhnya khalifah ke-2, Umar bi Khattab.

Sedangkan tanda-tanda besar hari kiamat adalah tanda-tanda yanng akan terjadi sanngat berdekatann dengan hari kiamat.


Hadits Tentang Umat Muslim di Akhir Zaman

1. Hilangnya Wibawa Umat Islam

Setiap umat memiliki masa kejayaan. Umat Islam berjaya ratusa tahun, menjadi umat yang disegani dalam banyak aspek oleh musuh-musuhnya sehingga datang zamanumat ini kehilangan wibawanya. Nabi bersabda:

Dari Tsauban berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Hampir saja umat-umat menyerang kalian sebagaimana para pemakan menyerbu piringnya”. Maka ada seorang yang mengatakan, “Apakah karena jumlah kami sedikit ketika itu wahai Rasulullah?” Nabi SAW menjawab, “Akan tetapi kalian ketika itu berjumlah banyak. Akan tetapi kalian seperti buih seperti buih-buih di air yang mengalir dengan deras. Dan sungguh Allah akan mencabut dari hati musuhmu rasa takut. Dan sungguh Allah akan melemparkan di dalam hatimu al-Wahn”. Maka ada seorang yang berkata, “Wahai Rasulullah, apa itu al-Wahn?” Rasulullah SAW menjawab, “Cinta dunia dan benci kematian.” (HR Abu Dawud)

2. Terjadinya fitnah Dajjal

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan terjadi hari kiamat sampai diutus para dajjal (kecil), para pendusta, jumlahnya hampir 30 orang, seluruhnya mengaku dirinya utusan Allah.” (HR Muslim dan lainnya)

3. Umat muslim akan menguasai Baitul Maqdis

Auf bin Malik berkata, “Aku mendatangi Nabi SAW. Dalam perang Tasbuk beliau sedang berada di dalam tenda dari kulit, beliau bersabda:

“Hitunglah enam perkara sebelum terjadinya hari kiamat, kematianku, kemudian penaklukan Baitul Maqdis, kematian yang menimpa kalian seperti penyakit domba yang mematikan, berlimpahnya harta sehinga seorang diberikan 100 Dinar, ia menjadi marah, fitnah yang terjadi dimana tidak ada satu rumah dari orang Arab kecuali dimasuki fitnah itu. Kemudian perjanjian damai antara kalian dan Bani Ashfar (orang Romawi), kemudian mereka melanggar perjanjian itu dan mendatangimu dengan membawa 80 bendera (untuk memerangimu). Pada setiap bendera ada dua belas ribu orang”. (HR Bukhari)

4. Banyak Muslim yang Murtad

Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Segerakanlah beramal sebelum terjadinya fitnah-fitnah seperti potongan-potongan malam yang gelap. Di pagi hari seorang lelaki beriman, namun di sore harinya menjadi kafir. Atau di sore harinya ia beriman, esok paginya ia menjadi kafir. Ia menjual agamanya dengan barang dunia.’ (HR Muslim)

5. Umat muslim akan kehilangan rasa malunya

Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW bersabda, “Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya tidak hancur umat ini sehingga (datang satu masa) seorang lelaki mendatangi perempuan kemudian ia menghamparkan kasur untuknya di jalanan (untuk berzina). Kemudian datang seorang pilihan/mulia dari kaum itu mengatakan: Wahai fulan andai engkau menyembunyikannya di balik tembok ini”. (HR Ahmad)

6. Umat Muslim Mengikuti Kebiasaan Pemeluk Agama Lain

Dari Abu Said al-Kudri dari Nabi SAW bersabda, “Kalian akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sedepa demi sedepa. Sehingga apabila mereka masuk lubang biawak kalian akan mengikutinya”. Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah mereka Yahudi dan Nasrani?” Nabi menjawab, “Siapa lagi?” (HR Bukhari)

7. Menghalalkan Zina dan Khamar

Rasulullah SAW bersabda, “Akan muncul dari umatku beberapa kaum, mereka menghalalkan zina, sutra, khamar, dan alat-alat musik. Dan sungguh akan tinggal beberapa kaum di samping gunung, datang di sore hari kepada mereka penggembala ternaknya dengan hewan piaraannya – yaitu orang fakir – karena ada hajat. Mereka mengatakan: Kembalilah engkau besok hari, maka Allah menyiksa mereka, meletakkan gunung di atas mereka. Dan merubah yang lainnya menjadi kera-kera dan babi-babi sampai hari kiamat.” (HR Bukhari)

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa Dhuha Lengkap: Arab, Latin dan Terjemahannya


Jakarta

Doa Dhuha bisa dibaca setelah mengerjakan salat sunnah Dhuha. Doa ini mudah dihapal bagi siapa saja yang ingin mengamalkan.

Mengutip buku Lautan Mukjizat Shalat Dhuha karya Yazid Abu Fida, salat dhuha merupakan salat sunnah yang dilaksanakan setelah naiknya matahari, yaitu setelah dilarangnya salat pada waktu sekitar setinggi satu tombak hingga sebelum matahari tergelincir.

Terdapat pandangan lain yang menyatakan bahwa salat dhuha adalah shalat sunnah yang dilakukan di waktu pagi. Hal ini dijelaskan oleh M. Khalalurrahman Al Mahfani di buku Berkah Shalat Dhuha.


Artinya, salat dhuha adalah salat sunnah yang dilakukan ketika matahari sedang naik dan berakhir sebelum matahari tergelincir pada waktu dhuhur. Hukum mengerjakannya adalah sunnah muakkad (sangat dianjurkan).

Doa Setelah Salat Dhuha

Salat dhuha dikerjakan minimal dua rakaat. Cara pengerjaannya sama sebagaimana salat-salat sunnah yang lainnya, yang membedakan hanyalah niatnya saja.

Setelah menyelesaikan shalat dhuha dengan sempurna, langkah selanjutnya adalah duduk dengan khushu’ untuk membaca doa. Berikut adalah doa yang dibaca setelah menunaikan shalat dhuha, dinukil dari buku he Miracle of Shalat Tahajjud, Subuh & Dhuha karya Nazam Dewangga dan Aji ‘el-Azmi’ Payuni.

اَللّٰهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ
اَللّٰهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

bacaan latin: Allahumma innad-duha’a duha’uka wal baha’a baha’uka wal jamala jamaluka wal quwwata quwwatuka wal qudrota qudratuka wal ‘ismata ‘ismatuka. Allahumma ing kana rizqi fis-sama’i fa anzilhu, wa ing kana fil ardi fa akhrijhu, wa ing kana mu’asiran fa yassirhu, wa ing kana haraman fa tahhirhu wa ing kana ba’idan fa qarribhu bi haqqi duha’ika wa baha’ika wa jamalika wa quwwatika wa qudratika, atini ma ataita ‘ibadakash-shalihiin.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha itu adalah waktu dhuha-Mu, keagungan itu adalah keagungan-Mu, keindahan itu adalah keindahan-Mu, kekuatan itu adalah kekuatan-Mu, kekuasaan itu adalah kekuasaan-Mu, dan pemeliharaan itu adalah pemeliharaan-Mu. Ya Allah, bila rezekiku masih berada di langit maka turunkanlah, bila di dalam bumi maka keluarkanlah, bila sukar maka mudahkanlah, bila haram maka sucikanlah, bila jauh maka dekatkanlah, berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepadaku segala apa yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-Mu yang shaleh.”

Hadits yang Menjelaskan Salat Dhuha

Berikut adalah beberapa dalil yang menunjukkan perintah atau anjuran untuk melaksanakan salat dhuha:

Hadis 1

Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a:

أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ بثَلَاثٍ: صِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِن كُلِّ شَهْرٍ، وَرَكْعَتَيِ الضُّحَى، وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَ نامَ

Artinya: “Kekasihku SAW mewasiatkan kepadaku tiga hal, yaitu puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat shalat dhuha, dan shalat witir sebelum tidur.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadis 2

Hadits yang diriwayatkan oleh istri nabi, Aisyah ra:

عن عائشةَ رَضِيَ اللهُ عنها، قالت: كان رسولُ الله صلَّى اللهُ عليه وسلَّم يُصلِّي الضحى أربعًا، ويَزيد ما شاءَ الله

Artinya: “Dari Aisyah ia berkata, Rasulullah shalat dhuha empat rakaat dan menambahnya menurut kehendak Allah.” (HR. Muslim).

Hadis 3

Abu Dzar Al-Ghifari ra berkata bahwa Nabi saw bersabda:

Artinya: “Setiap pagi terdapat sedekah bagi setiap persendian kalian, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan laa ilaha illaallah) adalah sedekah, setiapa takbir adalah sedekah, menyuru kepada kebaikan adalah sedekah, dan mencegah dari kemungkaran adalah sedekah, semua itu bisa dicukupi dengan dua rakaat dhuha.” (HR. Muslim, Abu Daud, dan Ahmad).41

Dalil dan hadis-hadis shahih di atas memberikan landasan yang kuat untuk menunjukkan keutamaan pelaksanaan shalat dhuha yang sangat dianjurkan. Meskipun Rasulullah memberikan wasiat kepada para sahabat, namun wasiat tersebut berlaku untuk seluruh umatnya dan tidak terbatas pada satu individu saja.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com