Tag Archives: ka

Kaligrafi Thuluth Hiasi Kiswah Ka’bah, Ini Makna dan Keistimewaannya



Jakarta

Kiswah, kain penutup Ka’bah yang suci, tak hanya megah secara visual, tetapi juga sarat makna spiritual. Salah satu unsur artistik yang paling mencolok pada Kiswah adalah kaligrafi Arab Thuluth Jali Murakkab yang menghiasi permukaannya.

Apa Itu Kaligrafi Thuluth?

Mengutip laman Arabic Calligraphy pada Senin (30/06/2025), Aksara Thuluth pertama kali diperkenalkan pada abad ke-7 di masa Kekhalifahan Umayyah, namun baru berkembang secara penuh pada akhir abad ke-9.

Nama “Thuluth” berarti “sepertiga”, yang diyakini merujuk pada proporsi garis lurus terhadap lengkungan atau ukurannya yang sepertiga dari huruf-huruf lain yang umum digunakan saat itu.


Thuluth dikenal sebagai salah satu bentuk kaligrafi paling indah dan kompleks dalam seni Islam. Meskipun jarang digunakan dalam penulisan lengkap Al-Qur’an, Thuluth menjadi favorit untuk penulisan judul, prasasti keagamaan, serta hiasan arsitektur.

Karakteristiknya meliputi huruf-huruf besar yang melengkung, saling bertautan dan seringkali berpotongan, menciptakan tampilan yang mengalir dengan proporsi luas dan rumit.

Mengapa Thuluth Dipilih untuk Kiswah?

Penggunaan kaligrafi Thuluth Jali Murakkab pada Kiswah bukan tanpa alasan. Aksara ini dipilih karena mampu menampung susunan ayat-ayat Al-Qur’an dalam format yang padat namun tetap indah. Gaya ini memungkinkan lebih banyak kata tertata dalam ruang terbatas tanpa kehilangan estetika. Hal ini memberikan Kiswah tampilan yang anggun dan sesuai dengan kesucian Ka’bah.

Kaligrafi Arab Thuluth Jali Murakkab hiasi kiswah Ka'bah.Kaligrafi Arab Thuluth Jali Murakkab hiasi kiswah Ka’bah. Foto: Saudi Press Agency (SPA)

Menurut laporan Saudi Press Agency pada Kamis (26/06/2025) , tulisan Thuluth pada Kiswah disusun dengan aturan yang sangat presisi, memanfaatkan struktur kaligrafi yang kompleks namun harmonis. Ini menjadikan Kiswah tak sekadar kain penutup, melainkan karya seni sakral yang mencerminkan kemuliaan dan keagungan tempat paling suci dalam Islam.

Proses Pembuatan dan Penggantian Kiswah

Kiswah dibuat melalui proses yang sangat detail dan melibatkan 154 tenaga profesional terlatih. Dibutuhkan waktu sekitar 11 bulan untuk menyelesaikannya secara manual, guna memastikan kualitas dan presisi tertinggi.

Penggantian Kiswah dilakukan setiap tahun dalam upacara khusus pada tanggal 1 Muharram, bertepatan dengan awal tahun baru Hijriah. Momen sakral ini menjadi simbol pembaruan dan penghormatan terhadap Ka’bah sebagai pusat ibadah umat Islam di seluruh dunia.’

(lus/inf)



Sumber : www.detik.com

Apakah Pahala Sholat di Pelataran Masjidil Haram 100.000 Kali Lipat?


Jakarta

Banyak keutamaan yang dapat diraih muslim jika sholat di Masjidil Haram, Makkah. Salah satu riwayat menyebut akan mendapat pahala 100.000 kali lipat. Bagaimana dengan pelatarannya?

Masjidil Haram merupakan tempat berdirinya Ka’bah yang menjadi kiblat umat Islam seluruh dunia sekaligus pusat ibadah haji dan umrah. Karenanya, banyak jemaah memanfaatkan waktunya untuk memperbanyak sholat di Masjidil Haram baik sebelum maupun setelah menunaikan ritual tawaf.

Hadits Pahala Sholat di Masjidil Haram

Sholat di Masjidil Haram memiliki pahala besar. Menukil dari buku Amalan Kecil Berpahala Besar: Meraih Keberkahan Hidup ala Rasulullah SAW susunan Ustaz Arif Rahman, sebuah hadits menyebut sholat di Masjidil Haram berpahala 100.000 kali lebih besar ketimbang sholat di tempat lain. Berikut bunyinya dari Jabir RA,


“Sholat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih baik dari 1.000 kali sholat di masjid lainnya kecuali di Masjidil Haram, Makkah dan sholat di Masjidil Haram lebih dari 100.000 sholat di masjid lainnya.” (HR Ibnu Majah)

Bagaimana dengan di pelatarannya? Apakah pahala sholat di pelataran Masjidil Haram 100.000 kali lipat juga?

Sholat di Pelataran Masjidil Haram Diganjar Pahala 100.000 Kali Lipat

Meski berada di kawasan yang sama, Masjidil Haram dan pelataran Masjidil Haram adalah dua tempat yang berbeda. Keutamaan yang disebutkan dalam hadits sebelumnya adalah jika muslim sholat di Masjidil Haram.

Jalaluddin Imam As Suyuthi melalui kitab al-Asybah wa an-Nazha’ir yang dinukil dari situs Kementerian Agama RI menyebut bahwa pelipatgandaan pahala di Tanah Haram Makkah tak hanya dikhususkan di Masjidil Haram. Artinya, keutamaan sholat di pelataran Masjidil Haram sama seperti sholat di Masjidil Haram itu sendiri.

“Sesungguhnya pelipatgandaan pahala di Tanah Haram Makkah tidak khusus di Masjidil Haram tetapi meliputi seluruh Tanah Haram,” tulisnya.

Begitu pula dengan pendapat mazhab Hanafi, Maliki dan Syafi’i. Ketiga mazhab ini berpandangan bahwa pelipatgandaan pahala di Tanah Haram Makkah meliputi seluruh wilayah Tanah Haram itu sendiri.

Bagaimana Jika Muslim Tidak Sholat di Masjidil Haram?

Muslim yang tidak sempat atau berhalangan untuk sholat di Masjidil Haram tidak masalah. Menurut kitab Shalatul Mu’min oleh Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthani yang diterjemahkan Abu Khadijah, muslim tidak akan mendapat dosa jika tidak mengerjakan sholat di Masjidil Haram.

Selain itu, turut dijelaskan dalam buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kemenag RI bahwa sholat di Masjidil Haram hukumnya sunnah. Dengan demikian, jemaah haji atau umrah yang tidak sempat sholat di Masjidil Haram tidak berdosa.

Mereka tetap mendapat keutamaan dari sholat di Masjidil Haram selama mengerjakannya di Tanah Haram. Baik itu pelataran Masjidil Haram, hotel ataupun masjid sekitar sana.

Wallahu a’lam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Ayo Cek Arah Kiblat! Matahari di Atas Ka’bah 15-16 Juli 2025



Jakarta

Pada 15-16 Juli 2025, matahari akan melintas tepat di atas Ka’bah. Masyarakat diimbau untuk mengecek ulang arah kiblat.

Imbauan itu disampaikan oleh Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kementerian Agama (Kemenag), Arsad Hidayat. Ia menyebut peristiwa itu sebagai Peristiwa Istiwa A’zam atau Rashdul Kiblat.

“Peristiwa Istiwa A’zam atau Rashdul Kiblat akan terjadi pada Selasa dan Rabu, 15 dan 16 Juli 2025, yang bertepatan dengan 19 dan 20 Muharam 1447 H, pukul 16.27 WIB atau 17.27 WITA,” kata Arsad dalam keterangan persnya di Jakarta, Jumat (11/7/2025), dikutip dari laman Kemenag.


“Pada saat itu, matahari berada tepat di atas Ka’bah,” lanjutnya.

Ini adalah kesempatan emas bagi umat Islam untuk memastikan arah kiblatnya sendiri. Cukup mudah, tak perlu keahlian khusus dan alat bantu canggih untuk melakukan kalibrasi arah kiblat secara mandiri.

Caranya sederhana. Bayangan dari benda yang berdiri tegak lurus akan menunjukkan arah yang berlawanan dari arah kiblat.

Metode ini, menurut Arsad, bersifat konfirmatif. Jika arah kiblat yang selama ini digunakan sudah tepat, fenomena ini akan memperkuat keyakinan tersebut. Namun, jika masih ada keraguan, inilah waktu yang paling ideal untuk memverifikasi ulang.

Untuk memastikan akurasi, Arsad memberikan beberapa panduan penting:

  1. Gunakan benda yang benar-benar tegak lurus sebagai patokan. Bisa menggunakan bantuan benang berbandul (lot) untuk memastikan ketegakan.
  2. Pastikan permukaan tempat pengecekan datar dan rata.
  3. Sesuaikan waktu pengukuran dengan waktu resmi yang dikeluarkan oleh lembaga kredibel seperti BMKG, RRI, atau Telkom.

“Ketepatan waktu sangat penting agar bayangan yang dihasilkan benar-benar mengarah sesuai posisi matahari yang sedang berada di atas Ka’bah,” tegasnya.

Fenomena Istiwa A’zam, yang hanya terjadi dua kali dalam setahun, tidak hanya berfungsi sebagai alat verifikasi arah kiblat, tetapi juga menjadi sarana edukasi dan spiritual bagi umat Islam. Ini mengingatkan pentingnya akurasi dalam ibadah, khususnya salat, yang menjadi tiang agama.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Sering Tak Terlihat, di Mana Posisi Imam Salat Masjidil Haram?


Jakarta

Pelaksanaan salat di Masjidil Haram berbeda dengan salat di masjid-masjid pada umumnya. Selain shaf yang melingkar, posisi imam tak selalu terlihat oleh jemaah.

Menurut penelusuran detikHikmah, posisi imam salat Masjidil Haram berbeda-beda. Kadang berada tepat di depan Ka’bah, kadang berada di tempat khusus yang sedikit jauh dari Ka’bah. Posisi kedua ini membuat tak semua jemaah bisa melihat keberadaan imam.

Saat ini, posisi imam lebih sering berada di tempat khusus yang disebut dengan mihrab. Ini merupakan tempat imam memimpin salat sekaligus menyampaikan ceramah pada jemaah. Letak persisnya di belakang mataf, di seberang dinding Ka’bah antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad.


Mihrab Masjidil Haram, Makkah.Mihrab Masjidil Haram, Makkah. Foto: X/@AlharamainSA

Jika jemaah mengamati, ada celah kosong memanjang di pelataran Ka’bah saat salat berjamaah berlangsung. Celah ini segaris dengan posisi imam yang berada di mihrab Masjidil Haram. Dengan demikian, tak ada jemaah yang menghalangi imam saat memimpin salat berjamaah menghadap Ka’bah.

Pelaksanaan salat di Masjidil Haram dengan shaf melingkari Ka'bah.Pelaksanaan salat di Masjidil Haram dengan shaf melingkari Ka’bah. Foto: X/@AlharamainSA

Posisi Makmum Salat di Masjidil Haram

Shaf salat di Masjidil Haram melingkari Ka’bah. Posisi makmum berada di belakang imam, jika imam berada di depan Ka’bah. Namun, jika posisi imam di mihrab, makmum bisa memposisikan diri mengelilingi Ka’bah mulai dari barisan paling depan dan mengosongkan area arah imam.

Saat imam memimpin salat dari mihrab, makmum yang berada di arah yang sama tak boleh lebih maju dari imam. Demikian menurut penjelasan para ulama.

Keutamaan Salat di Masjidil Haram

Salat di Masjidil Haram memiliki keutamaan yang tak terdapat di mana pun. Menurut sebuah hadits, salat di Masjidil Haram pahalanya setara dengan 100.000 kali salat. Rasulullah SAW bersabda,

الصَّلَاةُ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ بِمِائَةِ أَلْفِ صَلَاةٍ وَالصَّلَاةُ فِي مَسْجِدِي بِأَلْفِ صَلَاةٍ وَالصَّلَاةُ فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ بِخَمْسِمِائَةِ صَلَاةٍ (رواه الطبراني)

Artinya: “Salat di Masjidil Haram (Makkah) pahalanya sama dengan 100.000 (seratus ribu) kali salat, dan salat di Masjidku (Masjid Nabawi) sama pahalanya dengan 1.000 (seribu) kali salat, dan salat di Baitul Maqdis sama pahalanya dengan 500 (lima ratus) kali salat.” (HR Thabrani)

Dalam Shahih Muslim juga terdapat hadits yang menyebut keutamaan salat di Masjidil Haram, Makkah dan Masjid Nabawi, Madinah.

حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ أَخرجه البخاري في: ۲۰ كتاب فضل الصلاة في مسجد مكة والمدينة : ۱ باب فضل الصلاة في مسجد مكة والمدينة

Artinya: Abu Hurairah berkata: “Nabi bersabda: ‘Salat di masjidku ini lebih baik dari seribu kali salat di masjid lainya, kecuali Masjidil Haram (Makkah).” (Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-20, Kitab Keutamaan Salat di Masjid Makkah dan Madinah bab ke-1, bab Keutamaan Salat di Masjid Makkah dan Madinah)

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Batu Surga di Makkah Berubah Warna, Menghitam karena Dosa Manusia


Jakarta

Di tengah hiruk pikuk ibadah di Tanah Suci Makkah, terdapat sebuah peninggalan bersejarah yang penuh misteri. Adalah Hajar Aswad.

Batu yang dipercaya berasal langsung dari surga ini menarik perhatian jutaan umat Islam setiap tahunnya. Namun, tahukah kalian jika Hajar Aswad awalnya berwarna putih bersih? Kenapa sekarang menjadi hitam pekat?

Perubahan warna Hajar Aswad ini erat kaitannya dengan sebuah riwayat. Riwayat itu menyebutkan bahwa dosa-dosa manusia yang menyentuhnya lah yang menyebabkan batu ini berubah warna.


Menariknya, perubahan ini sama sekali tidak mengurangi kemuliaan dan kedudukannya sebagai salah satu simbol kebesaran Allah SWT yang dijaga dan dihormati oleh seluruh umat Islam.

Sejarah Hajar Aswad

Dalam Buku Sejarah Hajar Aswad & Maqam Ibrahim: Kisah Lengkap Batu dari Surga dan Jejak Kaki Nabi Ibrahim, Prof.Dr.Said Muhammad Bakdasy mengatakan kisah Hajar Aswad dimulai jauh di masa Nabi Ibrahim AS.

Berdasarkan riwayat Al-Azraqi yang mengutip Ibnu Ishaq, saat Nabi Ibrahim AS membangun Ka’bah, bangunan tersebut semakin tinggi. Nabi Ismail AS kemudian menyiapkan Maqam (tempat berdiri) agar ayahnya bisa menyelesaikan pembangunan.

Nabi Ismail AS memindahkan Maqam itu dari satu sudut Ka’bah ke sudut lainnya, hingga akhirnya ditempatkan di Rukun Hijr. Pada saat itulah Nabi Ibrahim AS meminta Nabi Ismail AS untuk mencari sebuah batu yang akan dijadikan penanda awal untuk memulai tawaf.

“Ambilkan saya sebuah batu untuk diletakkan di sini, agar nanti menjadi tanda dimulainya tawaf untuk umat manusia,” kata Nabi Ibrahim AS.

Malaikat Jibril sudah lebih dulu menemui Nabi Ibrahim AS dengan membawa Hajar Aswad, bahkan sebelum Nabi Ismail AS kembali dengan batu temuannya. Batu mulia ini sebelumnya telah dipercayakan Allah SWT kepada Gunung Abu Qubais saat banjir bandang di masa Nabi Nuh AS.

Allah berfirman kepada gunung itu, “Jika kau melihat kekasih-Ku sedang membangun rumah-Ku, maka keluarkanlah Hajar Aswad untuknya.”

Ketika Nabi Ismail AS kembali dengan batunya, ia terkejut melihat batu lain sudah ada di tempatnya. “Wahai ayahku, dari mana engkau mendapatkan batu ini?” tanyanya. Nabi Ibrahim AS menjawab, “Batu ini didatangkan oleh orang yang tidak membuatku harus bersusah payah untuk mendapatkan batumu. Batu ini dibawa oleh Jibril.”

Begitu Jibril menempatkan Hajar Aswad di posisinya, dan Nabi Ibrahim AS memulai pembangunan Ka’bah, batu suci itu langsung memancarkan cahaya yang memukau. Sinar terangnya begitu kuat, menerangi setiap penjuru dari Timur hingga Barat, bahkan menjangkau Yaman dan Syam. Menurut catatan Al-Azraqi, cahaya itu menyebar hingga meliputi seluruh area al-Haram, menyinari setiap sudutnya.

Karakteristik dan Transformasi Warna Hajar Aswad

Merujuk pada sumber yang sama, Hajar Aswad, atau “batu surga”, diyakini turun dari langit, sebagaimana disebutkan dalam berbagai hadits Nabi Muhammad SAW. Ditempatkan di sudut tenggara Ka’bah, batu ini berfungsi sebagai penanda awal bagi umat Islam saat melakukan tawaf. Sudut tersebut kini dikenal sebagai Rukun Hajar Aswad.

Awalnya, Hajar Aswad memiliki warna putih yang cemerlang, bahkan lebih terang dari salju dan susu. Seiring berjalannya waktu, batu Hajar Aswad berubah menjadi hitam pekat. Perubahan warna ini diyakini terjadi akibat dosa-dosa kaum musyrik yang menyentuhnya.

Menurut riwayat dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash RA, ukurannya sekitar satu hasta. Ia berkata, “Hajar Aswad dahulu lebih putih dari susu dan panjangnya seukuran tulang hasta.”

Kini, hanya permukaan luar Hajar Aswad yang tampak menghitam, sementara bagian dalamnya yang masih tertanam dalam struktur Ka’bah diyakini tetap berwarna putih aslinya. Bukti ini diperkuat oleh kesaksian Mujahid, yang dikutip Al-Fakihi, bahwa ia melihat seluruh bagian batu di dalam Ka’bah berwarna putih saat Ibnu Zubair merobohkan bangunan tersebut.

Pemerintah Arab Saudi merilis foto jarak dekat dari batu hitam Hajar Aswad. Ini adalah gambar langka yang belum pernah dipertunjukkan karena beresolusi sangat tinggi.Pemerintah Arab Saudi merilis foto jarak dekat dari batu hitam Hajar Aswad. Ini adalah gambar langka yang belum pernah dipertunjukkan karena beresolusi sangat tinggi. (Foto: dok. Pemerintah Arab Saudi)

Keistimewaan dan Keutamaan Hajar Aswad

Hajar Aswad memiliki banyak keistimewaan yang membuatnya sangat dihormati dalam Islam. Apabila tidak memungkinkan untuk menyentuh atau menciumnya, umat Islam cukup memberikan isyarat lambaian tangan ke arahnya sebagai bentuk penghormatan. Berikut adalah beberapa keistimewaannya.

1. Tangan Kanan Allah SWT di Muka Bumi

AIbnu Abu Umar dan l-Azraqi, melalui sanad sahih, meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas RA berkata, “Sesungguhnya rukun ini adalah tangan kanan Allah di muka bumi, ia disalami oleh hamba-hamba-Nya layaknya seseorang yang menyalami saudaranya.”

Pada kesempatan lain, saat tiba di sudut batu surga atau Hajar Aswad, Ibnu Hisyam bertanya, “Wahai Abu Muhammad, apa alasanmu mendatangi Rukun Aswad ini?” Atha’ menjawab, “Abu Hurairah RA menceritakan kepadaku bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Siapa yang menyentuhnya, seakan-akan dia sedang menyentuh tangan Tuhan Yang Maha Penyayang’.”

2. Disunnahkan Mencium atau Melambaikan Tangan

Mencium atau mengisyaratkan tangan ke Hajar Aswad adalah sunnah, menandai awal dari tawaf.

3. Memberikan Syafaat pada Hari Kiamat

Batu ini dipercaya akan memberikan syafaat bagi mereka yang menyentuhnya di hari kiamat kelak.

4. Penanda Memulai Tawaf

Memulai tawaf dari Hajar Aswad merupakan salah satu ketentuan syariat yang wajib dipatuhi dalam ibadah haji dan umrah.

5. Bagian Paling Mulia Ka’bah

Karena letaknya di bagian Ka’bah yang paling mulia, Hajar Aswad menjadi simbol yang sangat dihormati.

6. Bagian dari Batu Yakut Surga

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash RA, Rasulullah SAW bersabda, “Rukun dan Maqam Ibrahim merupakan dua batu yakut yang menjadi bagian dari batu yakut surga. Jika saja Allah tidak menghapus cahayanya, maka kedua batu itu akan menerangi Timur dan Barat.”

Rukun yang dimaksud adalah Hajar Aswad. Sedangkan Maqam adalah batu yang dipijak oleh Nabi Ibrahim AS ketika membangun Ka’bah.

Peristiwa Bersejarah yang Membentuk Hajar Aswad Kini

Hajar Aswad telah menjadi saksi bisu berbagai peristiwa bersejarah yang mengubah fisiknya. Insiden seperti kebakaran, percobaan pencurian, dan vandalisme telah meninggalkan jejak berupa retakan dan pecahan pada batu ini.

Berikut adalah beberapa kejadian penting yang membentuk kondisi Hajar Aswad saat ini:

Kebakaran Ka’bah

Ka’bah pernah dilanda dua kebakaran besar. Kebakaran pertama menimpa Ka’bah di era pra-Islam, pada masa Quraisy, yang menyebabkan Hajar Aswad semakin menghitam karena sambaran api. Lalu, kebakaran kedua terjadi di era Islam, saat kepemimpinan Abdullah bin Zubair RA, ketika Ka’bah dikepung, yang memperparah kerusakan pada batu mulia itu.

Lapisan Perak Menipis

Di masa pemerintahan Amirul Mukminin Harun al-Rasyid, lapisan perak pelindung Hajar Aswad mulai menipis dan terkikis, menyebabkan batu itu menjadi tidak kokoh lagi di posisinya.

Pencurian oleh Qaramithah

Kisah sekte Qaramithah yang mencuri Hajar Aswad pada tahun 317 H/929 M dan menyimpannya selama 22 tahun merupakan salah satu peristiwa paling dramatis dalam sejarah Islam.

Aksi Vandalisme dan Perusakan

Beberapa insiden perusakan tercatat dalam sejarah:

  • Tahun 363 H/974 M: Seorang Nasrani dari Kekaisaran Romawi memukul Hajar Aswad menggunakan martil.
  • Tahun 413 H/1022 M: Seseorang berusaha merusak Hajar Aswad dengan pedang dan tongkat pemukul di Masjidil Haram.
  • Tahun 990 H/1582 M: Seorang pria Irak menghantam Hajar Aswad dengan tongkat besi.
  • Tahun 1351 H/1932 M: Seorang pria asal Persia dari Afghanistan mencuri satu potongan Hajar Aswad, serta kain penutup Ka’bah dan potongan perak dari tangga Ka’bah.

Wallahu a’lam.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

4 Bagian Ka’bah yang Terbuat dari Emas, Ini Letak dan Fungsinya


Jakarta

Ka’bah yang menjadi kiblat umat Islam di seluruh dunia menyimpan sejarah arsitektur dan kemegahan luar biasa. Seiring waktu, Ka’bah telah mengalami beberapa renovasi dan penyempurnaan, termasuk penambahan elemen-elemen berharga. Salah satu yang menarik perhatian adalah adanya bagian-bagian Ka’bah yang terbuat dari emas.

Penggunaan emas pada Ka’bah bukanlah untuk kemewahan semata, melainkan sebagai bentuk penghormatan dan kemuliaan terhadap Baitullah.


Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 125, Allah SWT berfirman,

وَإِذْ جَعَلْنَا ٱلْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَأَمْنًا وَٱتَّخِذُوا۟ مِن مَّقَامِ إِبْرَٰهِۦمَ مُصَلًّى ۖ وَعَهِدْنَآ إِلَىٰٓ إِبْرَٰهِۦمَ وَإِسْمَٰعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيْتِىَ لِلطَّآئِفِينَ وَٱلْعَٰكِفِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud”.

Bagian Ka’bah yang Terbuat dari Emas

1. Pintu Ka’bah

Dikutip dari buku Ka’bah Rahasia Kiblat Dunia karya Muhammad Abdul Hamid Asy-Syarqawi, pintu Ka’bah menjadi salah satu elemen yang paling mencolok karena dilapisi dengan emas murni.

Awalnya, saat dibangun oleh Nabi Ibrahim AS, Ka’bah memiliki dua pintu: satu di sisi timur dan satu di sisi barat. Kedua pintu ini menyentuh tanah. Fungsi pintu timur sebagai jalur masuk dan pintu barat sebagai jalur keluar.

Namun, pada masa Quraisy, sebelum kenabian Rasulullah SAW, pintu barat ditutup dalam proses renovasi. Hingga kini, yang tersisa hanyalah satu pintu di sisi timur.

Pada masa Raja Khalid bin Abdul Aziz, pintu Ka’bah dipercantik dan dilapisi emas murni dalam proyek renovasi besar yang selesai pada tahun 1979. Lapisan emas ini memiliki berat sekitar 280 kilogram. Selain itu, kaligrafi dan ornamen-ornamen yang menghiasi pintu Ka’bah juga terbuat dari emas murni, menambah nilai estetika dan kehormatan pintu tersebut.

2. Mizab Ar-Rahman

Mizab ar-Rahman adalah talang air yang menempel di bagian atas Ka’bah, tepatnya di sisi utara, yang mengarah ke Hijir Ismail. Talang ini berfungsi untuk mengalirkan air hujan dari atap Ka’bah.

Tempat di bawah talang air ini dikenal sebagai salah satu tempat mustajab untuk berdoa.

Dalam buku Sejarah Ka’bah: Kisah Rumah Suci yang Tak Lapuk Dimakan Zaman, Prof. Dr.Ali Husni al-Kharbuthli menjelaskan ukuran Mizab ini mencapai 2,53 meter panjangnya, dengan 58 cm tertanam ke dinding Ka’bah.

Bagian talang yang menonjol ke luar sepanjang 1,95 meter, dengan tinggi 23 cm dan lebar 26 cm. Talang ini dibuat dari kayu jati yang kuat, lalu seluruh permukaannya dilapisi emas 99,9 persen. Ornamen-ornamen di bagian atasnya juga menggunakan emas murni, menjadikannya sebagai perpaduan antara fungsionalitas dan kemuliaan.

3. Kiswah Ka’bah

Kiswah adalah kain hitam megah yang menutupi seluruh permukaan Ka’bah. Dibuat dari sutra berkualitas tinggi, kiswah menjadi simbol keagungan dan kemuliaan rumah Allah SWT. Setiap tahunnya, kiswah diganti dalam sebuah prosesi khusus di Makkah.

H. Brilly El-Rasheed dalam bukunya yang berjudul Al-Bait: Misteri Sejarah Ka’bah dan Hilangnya Di Akhir Zaman menjelaskan ukuran keseluruhan kiswah adalah 14 meter tinggi dan 47 meter panjang, dengan berat mencapai 650 kilogram. Yang menjadikan kiswah istimewa adalah hiasan kaligrafi ayat-ayat Al-Qur’an yang disulam dengan benang emas dan perak secara manual oleh para pengrajin terlatih.

Dibutuhkan sekitar 120 kilogram benang emas dan 100 kilogram benang perak untuk menyelesaikan seluruh kaligrafi pada kiswah. Karena kemewahan dan proses pembuatannya yang detail, kiswah Ka’bah sering disebut dengan nama Al-Barqa, yang berarti “kilauan”.

4. Kunci Ka’bah

Kunci Ka’bah juga merupakan bagian penting dari bangunan suci ini yang mengandung unsur emas. Kunci tersebut digunakan untuk membuka pintu Ka’bah, yang hanya dibuka dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Syaban dan Muharram, untuk proses pembersihan bagian dalam Ka’bah.

Kunci ini memiliki panjang 35 cm, dibuat dari logam nikel, dan dilapisi emas 18 karat. Saat ini, kunci Ka’bah dipegang dan dijaga oleh keluarga Al-Syaibi, yang telah memegang amanah tersebut sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Tokoh yang memegang kunci Ka’bah saat ini adalah Syeikh Saleh bin Zain Al-Abidin Al-Syaibi.

Penggunaan emas pada bagian-bagian tertentu dari Ka’bah bukanlah untuk menunjukkan kemewahan duniawi, tetapi sebagai simbol kemuliaan dan penghormatan terhadap tempat paling suci dalam Islam. Ka’bah bukan sekadar bangunan fisik, melainkan pusat ibadah dan simbol tauhid yang menjadi tujuan sholat umat Islam di seluruh dunia.

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Menag Ajak Muslim Sakralkan Masjid, Jangan Tumpahkan Kekecewaan di Tempat Maksiat



Jakarta

Menteri Agama Nasaruddin Umar mengingatkan pentingnya peran masjid sebagai pusat spiritual bagi umat Islam. Ia menekankan, hati manusia akan gersang tanpa adanya tempat-tempat suci, termasuk masjid.

Hal itu disampaikan Nasaruddin saat menghadiri acara Zikir Kebangsaan dan Ikrar Bela Negara yang digelar Jatma Aswaja di Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu (10/08/2025) malam.


Dalam sambutannya, Nasaruddin mengibaratkan masjid sebagai ‘rumah Allah’ yang memiliki keistimewaan luar biasa. Ia bahkan membandingkan keutamaannya dengan Ka’bah.

“Kita membutuhkan Ka’bah karena di situ adalah pusat yang sangat sakral. 100 ribu kali lebih utama kalau kita salat di hadapannya,” ujar Nasaruddin.

“27 kali lebih banyak pahalanya kalau kita salat berjamaah di masjid daripada sendirian di rumah,” lanjutnya.

Menurut Nasaruddin, sakralnya sebuah tempat ibadah tidak hanya berlaku bagi umat Islam, tetapi juga bagi semua agama. Oleh karena itu, ia mengajak umat Islam untuk mensakralkan masjid sebagai pusat ibadah dan penyelesaian masalah.

“Mari kita mensakralkan masjid ini. Tahiyat masjid sebelum duduk itu satu bukti kita akan mensakralkan masjid ini,” jelasnya.

Nasaruddin juga mengajak umat Islam untuk menjadikan masjid sebagai tempat menumpahkan segala kekecewaan dan masalah hidup. Ia mengingatkan, mencari jalan keluar di tempat maksiat justru hanya akan menambah penderitaan.

“Jangan menumpahkan di tempat-tempat maksiat, itu akan semakin menyiksa dirinya sendiri. Mari kita luapkan di dalam masjid, di rumah Allah SWT. ini,” pesannya.

“Jangan menyelesaikan sendiri persoalan kita. Mari kita hadapkan diri kita di hadapan Allah, terutama di masjid,” imbuhnya.

Di akhir sambutannya, Nasaruddin menegaskan bahwa masjid adalah tempat yang “tembus langit,” di mana setiap doa yang dipanjatkan memiliki peluang besar untuk dikabulkan. Ia meyakini, setelah beribadah dan berdoa di masjid, umat akan merasa lega dan beban hidupnya diringankan.

“Insyaallah apapun yang kita akan mohon kepada Allah, itu akan dikabulkan,” pungkasnya.

Seperti diketahui, acara zikir kebangsaan ini dihadiri oleh 50 ribu jamaah dari berbagai kota di Nusantara. Sekretaris Jenderal Jatma Aswaja, KH. Helmy Faishal Zaini, menyebut momentum ini bukan sekadar perayaan, melainkan penguatan komitmen nasionalisme yang berakar pada nilai-nilai
agama.

“Tak bisa dipisahkan antara nasionalisme dan agama. Cinta Tanah Air itu bagian dari perintah agama. Di Masjid bersejarah ini, simbol toleransi, kita menyaksikan sejarah baru: ikrar bela negara yang diikuti lintas agama,” ujar Helmy.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Kapan Batas Waktu Membaca Surah Al Kahfi pada Hari Jumat?


Jakarta

Membaca surah Al Kahfi pada hari Jumat dinilai memiliki keutamaan yang luar biasa. Anjuran ini bahkan disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW.

Beliau bersabda,

“Barang siapa yang membaca surah Al Kahfi pada hari Jumat, dia akan disinari cahaya di antara dua Jumat.” (HR Hakim)


Sebagaimana diketahui, Al Kahfi merupakan surah Makkiyah yang terdiri dari 110 ayat. Dalam Al-Qur’an, surah Al Kahfi berada di urutan mushaf ke-18.

Lantas, kapan batas waktu membaca surah Al Kahfi pada hari Jumat?

Batas Waktu Membaca Surah Al Kahfi pada Jumat

Mengutip buku Aktivasi Mukjizat Hari Jumat yang ditulis Rizem Aizid, surah Al Kahfi dapat dibaca sejak malam Jumat. Tepatnya pada hari Kamis setelah terbenamnya matahari atau ba’da Maghrib hingga Jumat setelah Ashar.

Anjuran membaca pada malam Jumat disebutkan dalam hadits dari Abu Said al Khudri RA. Nabi SAW bersabda,

“Barang siapa yang membaca surah Al Kahfi pada malam Jumat, dia akan disinari cahaya antara dirinya dan Ka’bah.” (HR Ad Darimi)

Selain itu, hadits anjuran membaca surah Al Kahfi pada hari Jumat merujuk pada riwayat yang berasal dari Hakim. Berdasarkan kedua hadits itu, surah Al Kahfi dapat dibaca selama 24 jam pada hari Jumat sebagaimana diterangkan dalam buku Kita Terkadang Lupa oleh Munifah Ahmad Bagis.

Selain itu, Al Munawi dalam keterangan Al Hafidz Ibnu Hajar pada kitab Al-‘Amali mengatakan sebagai berikut,

“Anjuran membaca surah Al Kahfi ada di beberapa riwayat, ada yang menyatakan hari Jumat, dalam riwayat lain malam Jumat. Bisa kita kompromikan bahwa waktu yang dimaksud adalah siang dan malam Jumat.”

Kemudian, dianjurkan pula membaca surah Al Kahfi pada hari Jumat atau di malam harinya. Hal ini, menurut Al Munawi, ditegaskan oleh Asy-Syafi’i.

Manfaat Mengamalkan Surah Al Kahfi ketika Jumat

Berikut sejumlah manfaat yang dapat diraih muslim dari mengamalkan surah Al Kahfi seperti dikutip dari buku Misteri Ashabul Kahfi: Menguak Kebenaran 7 Sosok Pemuda yang Tertidur Selama 309 Tahun yang ditulis Yanuar Arifin.

  1. Menenangkan hati dan membuat jiwa tenteram
  2. Terlindung dari fitnah Dajjal pada akhir zaman
  3. Diterangi di antara dua Jumat

Wallahu a’lam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Tak Hanya Panas, Ini Azab Neraka yang Sangat Dingin dan Menyiksa



Jakarta

Biasanya, neraka digambarkan sebagai tempat yang sangat panas. Namun, ada juga neraka dengan suhu sangat dingin. Maksud dari dingin di sini bukan berarti sejuk, melainkan dingin yang menyiksa.

Menukil dari kitab Al Umm oleh Imam Syafi’i yang ditahqiq dan takhrij Dr Rif’at Fauzi Abdul Muththalib terbitan Pustaka Azzam, terkait neraka dengan suhu dingin disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah RA.


Rasulullah SAW bersabda,

“Jika panas menyengat, maka tangguhkanlah salat hingga cuaca agak dingin, sebab sengatan panas berasal dari tiupan neraka Jahannam. Neraka mengadu kepada Tuhannya untuk berkata, “Wahai Tuhanku, sebagian dariku memakan sebagian yang lain.” Lalu Dia (Allah) mengizinkannya untuk bernafas dua kali setiap tahun, yaitu satu nafas di musim dingin dan satu nafas lagi di musim panas.

Jadi, panas paling menyengat yang kalian rasakan adalah berasal dari panasnya neraka Jahannam, dan dingin paling menyengat yang kalian rasakan adalah berasal dari zamharir (dingin yang berlebihan)nya.” (HR Bukhari)

Selain itu diterangkan dalam Latha ‘If Al Ma’arif Fi Ma Li Mawasim Al-‘Am Min Al-Wazha ‘If susunan Al Imam Al Hanbali terjemahan Mastur Ihram dan Abidun Zuhri, dinginnya neraka Zamharir membuat tulang seseorang remuk hingga terdengar suara hancurnya.

Dari Mujahid berkata, “Mereka lari ke Zamharir. Namun ketika mereka telah tiba di sana, tulang-tulang remuk hingga terdengar suara gemeretaknya.”

Lalu, dari Ka’ab juga menyebut hawa dari neraka Zamharir merontokkan tulang. Dia berkata,

“Sesungguhnya di neraka Jahannam ada hawa dingin, yaitu zamharir. Hawa dingin ini bisa merontokkan tulang sehingga mereka meminta tolong dengan panasnya neraka Jahannam.”

Ada juga riwayat dari Abdul Malik yang berasal dari Umair bahwa saking dinginnya neraka Zamharir, para penghuni neraka bisa terbunuh dengan hawa dingin yang dirasakan dari sana.

“Saya mendengar kabar bahwa penghuni neraka meminta kepada penjaganya untuk membawa mereka keluar ke sisi-sisi neraka, lalu mereka pun dibawa keluar. Namun mereka terbunuh oleh dingin dan zamharir hingga mereka kembali ke neraka dan memasukinya dari hawa dingin yang mereka rasakan.”

Naudzubillah min zaalik.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW pada Bulan Rabiul Awal


Jakarta

Nabi Muhammad SAW lahir pada Rabiul Awal, bulan ke-3 dalam kalender Hijriah. Sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW diceritakan dalam sejumlah tarikh dan sirah nabawiyah.

Kelahiran Nabi Muhammad SAW terjadi setelah peristiwa pasukan bergajah yang dipimpin Raja Abrahah berupaya menghancurkan Ka’bah. Oleh karena itu, tahun kelahiran Nabi SAW disebut Tahun Gajah.


Nabi Muhammad SAW adalah putra Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahb. Menurut Ibnu Hazm al-Andalusi dalam Jawami As-Sirah An-Nabawiyah yang diterjemahkan Indi Aunullah, nasab shahih Nabi Muhammad SAW berakhir pada Adnan. Adnan adalah keturunan Nabi Ismail AS.

Nama Rasulullah SAW adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib (namanya Syaibah al-Hamd) bin Hasyim (namanya Amr) bin Abdu Manaf (namanya al-Mughirah) bin Qushay (namanya Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.

Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Menurut Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW yang ditulis Moenawar Chalil, sekitar dua atau tiga bulan setelah pernikahan Abdullah dan Aminah, Abdullah pergi ke Syam untuk berdagang. Aminah saat itu sudah mengandung.

Dalam perjalanan pulang dari Syam, Abdullah jatuh sakit. Dia terpaksa tinggal di Yatsrib (Madinah) di rumah seorang Quraisy dari bani Ady, sementara rombongan sudah kembali ke Makkah.

Abdul Muthalib kemudian minta anak tertuanya, Harits, untuk menjenguk adiknya di Yatsrib. Setibanya di sana, Abdullah sudah meninggal dunia dan dimakamkan di sana beberapa hari lalu.

Ketika itu, usia Nabi Muhammad SAW sekitar tiga bulan dalam kandungan sang ibu. Setelah genap sembilan bulan, tepat pada waktu subuh, Nabi Muhammad SAW lahir dengan selamat di rumah ibunya, di kampung bani Hasyim di Makkah. Riwayat lain menyebut Nabi SAW lahir di rumah Abu Thalib.

Para ulama berbeda pendapat terkait tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW. Beberapa sejarawan menyebut Nabi SAW lahir pada tanggal 2, 8, 10, 12, 17, dan 18 Rabiul Awal. Namun, pendapat populer menyebut Nabi Muhammad SAW lahir pada Senin, 12 Rabiul Awal.

Aminah kemudian mengutus seseorang untuk memberi tahu Abdul Muthalib akan kelahiran cucunya. Abdul Muthalib yang kala itu sedang tawaf di Ka’bah gembira mendengar kelahiran Nabi Muhammad SAW dan bergegas ke rumah Aminah.

Ada riwayat yang menyebut Abdul Muthalib langsung memeluk dan menggendong Nabi Muhammad SAW untuk dibawa ke Ka’bah. Abdul Muthalib kemudian masuk Ka’bah, berdiri, dan berdoa menyampaikan syukurnya kepada Allah SWT. Setelah itu, dia keluar dan menyerahkan Nabi Muhammad SAW ke Aminah.

Sesuai adat masyarakat Arab khususnya di Makkah, bayi yang baru lahir akan disusukan kepada orang lain. Biasanya ibu susu ini tinggal di dusun orang Badwi, jauh dari kota. Nabi Muhammad SAW pun disusukan kepada perempuan bernama Tsuwaibah selama beberapa hari. Kemudian disusukan dan diasuh oleh Halimah binti Abu Zuaib, yang juga dikenal sebagai Halimah as-Sa’diyah.

(kri/inf)



Sumber : www.detik.com